LAPORAN
Petroleum System
COVER Disusun Oleh : ALFAN FAZA 111.140.046 PLUG 14
LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK BUMI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA 2017
1
BAB I PENDAHULUAN I.1.
Latar Belakang Penelitian
Minyak dan gas bumi adalah senyawa hidrokarbon atau gabungan komposisi dari hidrogen dan karbon yang berasal dari bahan organik dalam batuan induk yang mengalami proses pematangan. (Lesley, 1865). Kata petroleum berasal dari bahasa latin, yaitu petra yang artinya batuan dan oleum yang artinya minyak. Berdasarkan arti tersebut minyak dan gas bumi merupakan hasil yang didapat pada batuan di dalam kerak bumi. Petroleum system adalah Sistem alami yang mencakup batuan sumber aktif dan semua yang terkait dengan minyak dan gas dan yang mencakup semua unsur geologi dan proses yang penting untuk akumulasi adanya hidrokarbon. ( Magoon and Dow 1994 ). Pada kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, diperlukan beberapa analisis dari data mudlog untuk membuktikan adanya indikasi hidrokarbon di tempat kegiatan eksplorasi. I.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikkum Geologi Minyak Bumi. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk menentukan satuan batuan, kemudian formasi batuan, petroleum system dan zona target eksplorasi.
2
BAB II METODE II.1. Langkah Kerja Langkah kerja analisis sebagai berikut :
1.
Menentukan batas satuan batuan yang dilihat dari dominannya litologi yang ada pada data log.
2.
Menentukan batas – batas formasi berdasarkan data log yang dapat dilihat dari keterangan yang ada disoal dan menyesuaikan pada data log yang dilihat dari deskripsi litologi.
3.
Menentukan Petroleum System digunakan dengan pendekatan mengenai apa itu Seal, Reservoir Rock, Source Rock, lalu memberi garis batas – batas unsur Petroleum System pada data log dengan memperhatikan litologi dan deskripsi batuan yang ada.
4.
Menentukan Zona Target Eksplorasi.
5.
Membuat Laporan.
II.2. Diagram Alir
Data Log
Analisis Data Log
Membuat Laporan
Menentukan Zona Target Gambar 1 Diagram Alir
3
BAB III PEMBAHASAN III.1. Formasi III.1.1.Basement
Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock ) dari Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang termetamorfosa. Hasil dating di beberapa tempat menunjukkan bahwa beberapa batuan berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal. Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen mengalami perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku selama episode orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum). III.1.2.Formasi Talang Akar
Nama Talang Akar berasal dari Talang Akar Stage (Martin, 1952) nama lain yang pernah digunakan adalah Houthorizont (Musper, 1937) dan Lower Telisa Member (Marks, 1956). Formasi Talang Akar pada Sub Cekungan Jambi terdiri dari batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga transisi. Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat. Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m – 850 m. Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen AtasMiosen Bawah dan kemungkinan meliputi N 3 (P22), N7 dan bagian N5 berdasarkan zona Foraminifera plangtonik yang ada pada sumur yang dibor pada formasi ini berhubungan dengan delta plain dan daerah shelf .
4
III.1.3.Formasi Gumai
Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier, formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum, (maximum marine transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini terdiri dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foram plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian bawah. Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar dan sebagian berada di atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari formasi ini bervariasi tergantung pada posisi dari cekungan, namun variasi ketebalan untuk Formasi Gumai ini berkisar dari 6000 – 9000 feet ( 1800-2700 m). Penentuan
umur
dari dating dengan
Formasi
Gumai
menggunakan
dapat
foraminifera
ditentukan planktonik.
Pemeriksaan mikropaleontologi terhadap contoh batuan dari beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil foraminifera planktonik yang dijumpai
dapat
digolongkan
ke
dalam
zona Globigerinoides
sicanus, Globogerinotella insueta, dan bagian bawah zona Orbulina Satiralis Globorotalia peripheroranda, umurnya disimpulkan Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka, Neritik. III.1.4.Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan selama awal fase siklus regresi. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan, batulempung, batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur karbonatan. Pada bagian bawah dari Formasi Lower Palembang kontak dengan Formasi Telisa. Ketebalan dari formasi ini bervariasi dari 3300 – 5000 kaki (sekitar 1000 – 1500 m ). Fauna-fauna yang dijumpai pada Formasi Lower Palembang ini antara lain Orbulina Universa d’Orbigny, Orbulina Sutur alis Bronimann, Globigerinoides Subquadratus Bronimann, Globigerina Globorotalia
Peripronda Blow
Venezuelana &
Hedberg,
Banner, Globorotalia
5
Venezuelana Hedberg, Globorotalia
Peripronda Blow
&
Banner,Globorotalia mayeri Cushman & Ellisor, yang menunjukkan umur Miosen Tengah N12-N13. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal. III.2. Satuan Batuan
Setelah dilakukannya identifikasi, data log ini dis usun oleh beberapa satuan batuan, satuan batuan tersebut antara lain : II.2.1. Satuan Batuan Batulempung
Satuan batuan ini didapatkan pada bagian teratas dari data log. II.2.2. Satuan Batuan Serpih
Satuan batuan ini didapatkan hampir disepanjang data log yang berselingan dengan satuan batuan pasir. II.2.3. Satuan Batuan Batupasir / Batupasir Kuarsit
Satuan batuan ini didapatkan disepanjang data log yang berselingan satuan batuan serpih, sedangkan satuan batuan batu pasir kuarsit ditemukan pada bagian bawah dari data log. II.2.4. Satuan Batuan Metamorf
Satuan batuan metamorf hanya didapatkan pada bagian terbawah dari data log. III.3. Petroleum System II.3.1. Source Rock
Merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan bahan organik yang cukup untuk dapat menghasilkan minyak dan gas bumi ketika endapan terbeut tertimbun dan terpanaskan, dan dapat mengelurakan minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang ekonomis. Berdasarkan hasil interpretasi pada data log source rock terdapat pada formasi talang akar pada kedalaman 1050-1125 m dan 1135-1170 m. Ini dibuktikan dengan adanya rembesan minyak serta
6
gas juga adanya lapisan batubara yang menandakan pada satuan batuan tersebut terdapat endapan material organik sebagai syarat terbentuknya minyak bumi. II.3.2. Seal Rock
Batuan yang mempunyai porositas dan permebilitas yang kecil. Berdasarkan data log dapat diinterpretasi batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas kecil terdapat pada formasi air benakat yaitu pada satuan shale dan clay yang terletak pada kedalaman 5-195 m, dan 310-340 m. Sedangkan pada formasi Gumai terletak pada kedalamn 470-630 m , 645-685 m , 720-975 m dan 980-1030 m. II.3.3. Reservoir Rock
Reservoir Rock merupakan batuan yang mampu menyimpan dan mampu mengalirkan hidrokarbon. Dimana batuan tersebut harus memiliki porositas sebagai penyimpan hidrokarbon dan permeabilitas sebagai tempat mengalirnya hidrokarbon. Berdasarkan data log diinterpretasi beberapa satuan batuan yang mengandung minyak dan gas sehingga dapat dikategorikan sebagai reservoir. Diketemukan beberapa spot pada batupasir yang mengandung gas sehingga diduga merupakan reservoir gas, yaitu pada formasi Air Benakat kedalaman 445-468 m dan pada Formasi Gumai batupasir yang mengandung gas sehingga diduga merupakan reservoir gas pada kedalaman 975-980 m, 690-720 m, dan 635-640 m. Sedangkan pada formasi talang akar di kedalaman 10301050 m, 1130-1140 m dan 1175-1235 m pada satuan batupasir terdapat minyak dan gas sehingga dapat dikategorikan sebagai reservoir minyak dan gas bumi. III.4. Zona Target
Setelah ditentukannya satuan batuan, formasi, dan petroleum system yang terdapat di Lapangan Bosand ini kita dapat menentukan zona target dari eksplorasi minyak dan gas bumi pada lapangan ini. Zona target yang
7
ditentukan adalah reservoar yang terletak pada basement dengan Satuan Kuarsit. Zona ini berada pada kedalaman 1030 m – 1235 m. Satuan ini dijadikan target eksplorasi dikarenakan deskripsi – deskripsi litologi yang terdapat pada satuan ini menunjukan adanya indikasi minyak bumi ( oil show ). Hal ini juga dibuktikan dengan nilai kurva chromatolog dan total gas yang cukup tinggi.
8
BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan
Dari analisis data log yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ditemukan 5 satuan batuan yang terdapat pada Lapangan Bosand yaitu Satuan Batuan Metamorf, Satuan Batuan Batupasir Kuarsit, Satuan Batuan
Serpih,
Satuan
Batuan
Batupasir,
dan
Satuan
Batuan
Batulempung. Satuan Batuan Serpih merupakan satuan batuan yang paling dominan.
Ditemukan 3 formasi dan satu basement pada lapangan ini yaitu dari yang paling tua adalah Formasi Talang Akar, lalu diatasnya diendapkan Formasi Gumai, dan diatasnya lagi diendapkan Formasi Air Benakat. Formasi Gumai merupakan formasi yang paling tebal.
Dari analisis data juga dapat disimpulkan bahwa pada Lapangan Bosand terdapat petroleum system, dibuktikan dengan ditemukannya batuan induk berupa serpih pada Formasi Talang Akar, batuan reservoir pada Formasi Gumai dan Formasi Air Benakat, reservoar pada basement, dan batuan tudung pada Formasi Gumai dan Formasi Air Benakat.
Zona target yang mengandung hidrokarbon berada pada Satuan Kuarsit di kedalaman 1130 m – 1235 m. Hal ini dikarenakan ditemukannya oil pada deskripsi litologi sepanjang kedalaman tersebut dan juga nilai kurva chromatolog dan total gas yang tinggi.
9