BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik akar, daun, batang, bunga, buah, maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan terdiri atas 3 (tiga) organ pokok, yaitu akar (radiks), batang (caulis), dan daun (folium). Tumbuhan yang mempunyai ketiga unsur pokok tersebut adalah golongan kormofita (kormofita beasal dari Bahasa Yunani yaitu, cormus berarti akar, batang dan daun, sedangkan phyta berarti tumbuhan). Dengan demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin semua disiplin ilmu biologi ilmu biologi untuk mempelajari pertumbuhan, mempelajari pertumbuhan, reproduksi, reproduksi, metabolisme, perkembangan, perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen
abiotik, abiotik, serta
evolusi
tumbuhan. tumbuhan. Khususnya
dalam
mempelajari fisiologi tumbuhan, yang paling mendasar perlu dipelajari adalah ilmu tentang sel. Tumbuhan termasuk organisme multiseluler yang terdiri dari berbagai jenis sel terspesialisasi yang bekerja sama melakukan fungsinya (Tjitrosoepomo, 1999). Sel merupakan unit paling kecil penyusun kehidupan. Sel berasal dari kata latin “cella
”
yang berarti ruangan kecil. Semua fungsi kehidupan
berlangsung dan diatur dalam sel. sel . Karena itulah sel dapat berfungsi secara s ecara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil mahluk hidup yang tersusun dari komponen yang sangat kompleks. Adapun komponen penyusun sel antara lain dinding sel, inti sel, sitoplasma dan organel yang larut didalamnya (Ahmad, 2001). Pada komponen penyusun sel, terdapat bagian yang berperan dalam perlindungan sel yang letaknya le taknya berada be rada paling luar dan juga yang menjadi perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan. Bagian inilah yang disebut dengan dinding sel.
1
Berdasarkan arah penebalannya, penebalan dinding sel dapat dibagi menjadi dua yaitu penebalan dinding sel secara sentripetal (bagian dalam) dan secara sentrifugal (bagian luar). Oleh karena itu pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang penebalan dinding sel dan modifikasi sel yang terjadi pasa beberapa tumbuhan seperti pada biji asam jawa Tamarindus indica, indica, daun sukun Arthocarpus sukun Arthocarpus communis, communis, daun alpukat Persea alpukat Persea americana, americana, daun kumis kucing Orthosipon stamineus, stamineus, daun alamanda Alamanda catartica, catartica , daun jagung Zea mays, mays, daun kecubung Datura metel , daun durian Durio zibenthinus. zibenthinus. 1.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan Maksud dari percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui dan membedakan penebalan dinding sel pada setiap tumbuhan seperti pada biji bij i asam as am jawa Tamarindus indica, indica, daun sukun Arthocarpus sukun Arthocarpus communis, communis, daun alpukat Persea americana, americana, daun kumis kucing
Orthosipon
stamineus, stamineus, daun alamanda Alamanda catartica, catartica, daun jagung Zea mays, mays, daun kecubung Datura kecubung Datura metel , daun durian Durio durian Durio zibenthinus. zibenthinus. 1.2.2
Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengamati penebalan dinding sel pada setiap tumbuhan seperti pada biji asam jawa Tamarindus indica, indica, daun sukun Arthocarpus communis, communis, daun alpukat Persea americana, americana, daun kumis kucing Orthosipon stamineus, stamineus, daun alamanda Alamanda catartica, catartica , daun jagung Zea jagung Zea mays, mays , daun kecubung Datura metel , daun durian Durio durian Durio zibenthinus. zibenthinus.
2
Berdasarkan arah penebalannya, penebalan dinding sel dapat dibagi menjadi dua yaitu penebalan dinding sel secara sentripetal (bagian dalam) dan secara sentrifugal (bagian luar). Oleh karena itu pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang penebalan dinding sel dan modifikasi sel yang terjadi pasa beberapa tumbuhan seperti pada biji asam jawa Tamarindus indica, indica, daun sukun Arthocarpus sukun Arthocarpus communis, communis, daun alpukat Persea alpukat Persea americana, americana, daun kumis kucing Orthosipon stamineus, stamineus, daun alamanda Alamanda catartica, catartica , daun jagung Zea mays, mays, daun kecubung Datura metel , daun durian Durio zibenthinus. zibenthinus. 1.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan Maksud dari percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui dan membedakan penebalan dinding sel pada setiap tumbuhan seperti pada biji bij i asam as am jawa Tamarindus indica, indica, daun sukun Arthocarpus sukun Arthocarpus communis, communis, daun alpukat Persea americana, americana, daun kumis kucing
Orthosipon
stamineus, stamineus, daun alamanda Alamanda catartica, catartica, daun jagung Zea mays, mays, daun kecubung Datura kecubung Datura metel , daun durian Durio durian Durio zibenthinus. zibenthinus. 1.2.2
Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengamati penebalan dinding sel pada setiap tumbuhan seperti pada biji asam jawa Tamarindus indica, indica, daun sukun Arthocarpus communis, communis, daun alpukat Persea americana, americana, daun kumis kucing Orthosipon stamineus, stamineus, daun alamanda Alamanda catartica, catartica , daun jagung Zea jagung Zea mays, mays , daun kecubung Datura metel , daun durian Durio durian Durio zibenthinus. zibenthinus.
2
1.3
Prinsip Percobaan
Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah mengamati proses penebalan dinding sel pada tumbuhan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran yang sesuai.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Dasar teori
Sel adalah bagian terkecil yang terdapat pada makhluk hidup. Setiap makhluk hidup pasti memilki sel, karena dalam tubuh makhluk hidup ada yang namanya organ, jaringan, dan sel. Kumpulan dari beberapa sel disebut jaringan, dan kumpulan dari beberapa jaringan disebut organ. Jadi, sel merupakan hal, mendasar dari segala aktifitas dalam tubuh kita (Poedjiadi, 2009). Organisme yang hidup sekarang ini berasal dari satu sel induk yang ada pada berjuta-juta tahun yang lalu, sel induk ini secara bertahap dan pelan-pelan,
berubah
untuk
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungaannya agar dapat melangsungkan hidupnya.Sel-sel itu sendiri memiliki bagian-bagian atau organel-organel yang memiliki fungsi tertentu, salah satunya dinding sel. Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Selulosa adalah karbohidrat struktural dan dianggap sebagai gula kompleks karena digunakan di kedua perlindungan dan struktur. Dinding sel tumbuhan terdiri dari tiga lapisan. Setiap lapisan memiliki struktur yang unik dan fungsi. Lapisan dapat bervariasi, tergantung pada jenis tumbuhan dan kebutuhannya.
Gambar 2.1
Penebalan Dinding Sel
4
Bagian tengah dinamai lamella. Lapisan luar ini juga dimiliki oleh selsel tetangga, dan menghubungkan sel bersama-sama untuk membentuk struktur yang kuat. Hal ini juga sangat fleksibel. Lamella di tengah kaya pektin, yang membantu untuk memperkuat tumbuhan tersebut dan memberikan kemampuan untuk menahan kompresi. Mereka juga mengandung enzim yang membantu kerusakan dinding sel, yang memungkinkan tumbuhan untuk mengubah strukturnya. Proses ini penting ketika pematangan buah. Dinding primer adalah lapisan berikutnya. Hal ini terdiri dari selulosa dalam bentuk mikrofibril. Mikrofibril selulosa ini menganyam bersama-sama dengan glycan, meningkatkan kekuatan selulosa. Pektin juga dapat ditemukan pada dinding sel primer. Dengan semua kekuatan ini, Anda akan berpikir tidak ada yang bisa ratakan sebuah rumput dandelion. Lapisan ketiga dan terakhir adalah dinding sekunder. Lapisan ini sangat kaku dan memberikan kekuatan kompresi. Ini membantu menghentikan tumbuhan dari mendapatkan keretakan. Dinding sekunder memiliki komposisi yang sangat mirip sebagai dinding utama, hanya memiliki lebih banyak barang di dalamnya
mengandung lignin, yang
–
sangat keras dan memiliki kekuatan yang cukup besar. Dinding sekunder juga melindungi tumbuhan dari serangan bakteri atau jamur. Terbentuknya lapisan penebalan dinding sel dapat dibedakan dengan 2 cara, yaitu (Yayan,1992): a.
Aposisi, yaitu cara terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah melekat pada dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan pertama. Dengan cara pelekatan tersebut maka dinding sel akan tampak berlapis-lapis seperti lamela-lamela, penebalan dengan cara ini menyebabkan ruang sel menjadi lebih sempit.
b.
Intusussepsi, yaitu cara pembentukan lapisan penebalan yang tidak dilekatkan pada dinding atau membran lama, melainkan dengan cara disisipkan diantara penebalan-penebalan yang telah ada. Cara 5
penebalan ini tidak memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis seperti pada cara aposisi. Berdasarkan arah penebalannya dibedakan menjadi penebalan sentripetal (penebalan kearah dalam) dan penebalan sentrifugal (penebalan kearah luar) (Woelaningsih, 1984). Secara
ringkas
fungsi
dinding
sel
sebagai
berikut
(Woelaningsih, 1984): 1.
Mempertahankan dan menentukan bentuk sel
2.
Membedakan sel tumbuhan dan sel hewan
3.
Dukungan kekuatan mekanik yang memungkinkan tanaman untuk tumbuh tinggi
4.
Dinding sel mengandung berbagai macam enzim yang berperan penting dalam penyerapan, transportasi, dan sekresi zat dalam tumbuhan
5.
Menyimpan karbohidrat yang dapat digunakan kembali dalam proses metabolism
6.
Dinding sel berperan dalam pertahanan terhadap bakteri dan jamur patogen dengan menerima dan pengolahan informasi dari permukaan patogen dan memberikan informasi tersebut untuk membrane plasma sel inang
7.
Mengendalikan laju dan arah pertumbuhan sel
8.
Mengendalikan marfogenesis tanaman sejak dinding tanaman berkembang hingga penambahan sel
9.
Penghalang fisik untuk patogen dan air dalam sel bergabus.
6
2.2
Uraian tanaman
2.2.1 Asam jawa Tamarindus indica
Gambar 2.2
Asam jawa Tamarindus indica 1.
2.
Klasifikasi asam jawa (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Tamarindus
Spesies
: Tamarindus indica
Morfologi (Tjitrosoepomo, 2009) Asam jawa tergolong kedalam jenis pohon dan berumur panjang (menahun). Berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan,
kasar
dan
memecah,
beralur-alur
vertikal.
Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan membulat. Asalnya tidak pasti, mungkin jenis asli savana kering Afrika tropis. Jenis ini dahulu di introduksi ke Asia yang menjadi tempat tumbuh sekarang, dan belum
lama di introduksi ke
tropis di belahan barat. Tumbuh baik di daerah semi kering dan iklim muson basah, dapat tumbuh di kisaran tipe tanah yang luas. Dapat hidup di tempat bersuhu sampai 47°C, tapi sangat 7
sensitif terhadap es. Umumnya tumbuh di daerah bercurah hujan 500
1.500 mm/tahun, bahkan tetap hidup pada curah
–
hujan 350 mm jika diberi irigasi saat penanaman. Di daerah tropika basah bercurah hujan lebih dari 4.000 mm, pembungaan dan pembuahan menurun dengan jelas. Jenis ini menghasilkan benih lebih banyak jika hidup di tempat dengan periode kering yang panjang, berapa pun curah hujan tahunannya. a.
Akar Pohon ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, terbukti dengan adanya akar lembaga (Radicula) yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar tunggang (radix primaria) yang dapat menembus ke dalam tanah. Biasanya pada akar terdapat bagian-bagian seperti : leher akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang akar (corpus rasicis), cabang-cabang akar (radix lateralis), serabut akar ( fibrilla radicalis), rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar ( pilus radicalis), dan tudung akar (calyptra).
b.
Batang Tamarindus
indica merupakan
tanaman
yang
berbatang jelas, dengan batang yang biasanya keras dan kuat yang disebut dengan batang berkayu (lignosus). Bentuk batang bulat (teres), dengan pohon yang selalu tegak ( fastigiatus) diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar. Karena sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya, dan pada permukaan banyak memperlihatkan adanya lentisel.
8
c. Daun Daun pada tanaman Tamarindus indica ini termasuk ke dalam daun majemuk menyirip genap karena saling berhadapan. Duduk daun bergantian, daun majemuk dengan 8 – 18 pasang anak daun, panjang anak daun 1
3,5 cm.
–
Dalam tanaman ini termasuk ke dalam daun bertangkai yang memiliki bagian tangkai dan helaian daun saja, yaitu: 1.
Tangkai daun ( petioulus) Tangkai
daun
T.
indica memiliki
penampang
melintang yang bulat dan kecil. Tangkainya juga memiliki panjang ± 0,2 cm dan berwarna hijau. 2.
Helaian daun (lamina) Bangun Daun (Circumscriptio) memiliki bagian daun terlebar di
tengah-tengah helaian daun, yaitu bangun
memanjang (oblongus), yaitu perbandingan panjang dan lebar daunnya 2,5-3:1. Dimana Tamarindus indica memiliki panjang daun sampai 15 cm, lebarnya 0,5-1 cm. 3. Ujung Daun ( Apex Folii) Memiliki ujung daun yang tumpul atau obtusus. Pangkal daun ( Basis Folii) termasuk ke dalam jenis pangkal daun membulat atau rotundatus. Susunan tulang-tulang daun ( Nervatio atau Vernatio) memiliki susunan pertulangan daun yang meyirip ( penninervis), jadi biasanya disebut daun majemuk menyirip.Tepi daun ( Margo Folii) termasuk ke dalam tepi daun yang rata (integer ).Daging daun ( Intervenium) memiliki daging daun yang tipis lunak. Warna daun, hijau, permukaan daun, halus.
9
d. Bunga Termasuk ke dalam bunga majemuk tak terbatas ( Inflorescentia racemosa) yang terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut: 1.
Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu : ibu tangkai bunga (pendiculus, pendunculus communis atau rachis), tangkai bunga ( pedicellus), dan dasar bunga (receptacullum).
2.
Bagian- bagian yang bersifat seperti daun, yaitu : daundaun kelopak ( sepala), daun-daun mahkota ( petala), benang sari ( stamen), dan daun-daun buah (carpella) penyusun putik ( pistillum). Termasuk bunga lengkap karena memiliki daun
kelopak, daun mahkota, benang sari dan putik sebagai alat kelamin, dengan demikian juga disebut sebagai bunga hermaphrodite karena memiliki 2 alat kelamin bunga yaitu benang sari sebagai alat kelamin jantan dan putik sebagai alat kelamin betina. Bunga Tamarindus indica ini berukuran kecil. Selain itu bersimetri banyak ( polysimetris), memiliki kelopak yang termasuk ke dalam polysepalus atau antara kelopak yang satu dengan yang lainnya saling lepas yang berjumlah 4 helai. Pada mahkotanya saling lepas atau disebut polypetalus dengan warna kekuning-kuningan
dan coretan merah
muda, berjumlah 3 helai dalam tangkai sepanjang 3-5 cm dengan umumnya bermahkota kecil. Benang sarinya duduk di atas kelopak yang dinamakan Calyciflorae berjumlah 3 helai. Putiknya termasuk putik tunggal ( simplex). e. Buah Termasuk ke dalam buah sejati tunggal (buah sungguh) dan kering. Dimana mengandung banyak atau lebih dari 10
satu biji dan jika masak dapat pecah menjadi beberapa bagian buah (mericarpia). Tamarindus indica termasuk buah kotak yang digolongkan ke buah polong ( legumen), yang mempunyai daging dan jika masak juga tidak pecah. Buahnya yang berbentuk seperti polong itu tidak merekah dan ketika kering akan rapuh, panjangnya mencapai 5 – 15 cm dengan tebal 2,5 cm, agak melengkung dan membungkus biji. Kulit cangkang luar lunak dan daging buahnya asam. Daging buahnya asam sedap dan kulit buahnya coklat. Terdapat 1
10 biji setiap polong,
–
dibungkus oleh daging buah yang lengket. Saat muda daging buahnya berwarna putih kehijauan dan sesudah tua menjadi coklat. f. Biji Dalam satu buah terdapat 1-10 biji yang memiliki panjang sampai 18 mm, bentuk tidak teratur, warna kemerah-merahan, coklat tua atau hitam mengkilat, dan inti biji lurus ada putih lembaga. Ada 3 bagian utama biji : 1. Kulit biji ( spermodermis) Memiliki kulit luar (testa) keras yang halus sedangkan lapisan tengah( sclerotesta) yang kuat dan keras, serta lapisan kulit dalam (endotesta) yang biasanya tipis seperti selaput, yang juga disebut sebagai kulit ari. 2. Tali pusar ( funiculus) Jika masak biasanya biji terlepas dari tangkai biji atau tali pusarnya dan tampak bekas yang dikenal pusar biji. 3. Inti biji (nucleus seminis) Terdiri dari lembaga (embryo) sebagai calon individu baru dan putih lembaga (albumen) berupa jaringan
11
cadangan
makanan
untuk
permulaan
pertumbuhan
kecambah sebelum dapat mencari makanan sendiri. 3.
Khasiat (Rukmana, 2005). Hampir semua bagian tanaman asam jawa dapat digunakan untu berbagai keperluan sehingga tanaman ini disebut tanaman multiguna. Daun asam digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat, dan kosmetika. Bunga tanaman asam
jawa
merupakan sumber madu yang penting bagi pengembangan budi daya lebah madu. Daging buah asam dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan campuran obat tradisional. Buah asam banyak digunakan dalam industri minuman, es krim, selai, manisan atau gula-gula, sirup dan obat tradisional (jamu). 2.2.2 Durian Durio zibenthinus
Gambar 2.3 Durian Durio zibenthinus
1. Klasifikasi Durian (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Famili
: Bombacaceae
Genus
: Durio
Spesies
: Durio zibenthinus Murr
12
2. Morfologi Durian Durio
zibenthinus Murr.
Buah
durian
merupakan tanaman daerah tropis, karenanya dapat tumbuh baik di Indonesia. Panjang buah durian yang matang bisa mencapai 30-45 cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5 kg. Setiap buah berisi 5 juring yang di dalamnya terletak 1-5 biji yang diselimuti daging buah yang berwarna putih, krem, kuning, atau kuning tua. Tiap varietas durian menentukan besar kecilnya ukuran buah, rasa, tekstur, dan ketebalan daging. Durian banyak disebutkan sebagai pohon hutan dan biasanya berukuran sedang hingga besar yang tingginya mencapai 50 m dan umurnya dapat mencapai puluhan hingga ratusan tahun. Bentuk pohonnya (tajuk) mirip segitiga dengan kulit batangnya berwarna merah coklat gelap, kasar, dan kadang terkelupas. Buah durian memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam 1 bunga sehingga tergolong bunga sempurna. Aroma dari buahnya cukup menyengat. Buahnya berduri dan bila dibelah di dalam buahnya terdapat ruangruang yang biasanya berjumlah lima. Setiap ruangan berisi biji (pongge) yang dilapisi daging buah yang lembut, manis, dan berbau merangsang. Jumlah daging buahnya pun beragam tetapi rata-rata 2-5 buah. Warna buahnya bervariasi dari putih, krem, kuning sampai kemerahan (Widyastuti, dkk.,1993). Daun dari buah durian bervariasi sesuai dengan varietasnya. Varietas buah durian antara yang satu dengan lainnya memiliki perbedaan dalam bentuk daunnya. Bentuk daun pada buah durian ada yang berbentuk melonjong, melanset, dan melonjong-melanset (Irawan, dkk, 2007).
13
3.
Khasiat Daun dan akar durian berkhasiat sebagai antipiretik dan daun durian yang dihancurkan dapat juga digunakan untuk pasien yang demam yaitu dengan cara diletakkan di atas dahi. Bagi orang yang mempunyai tekanan darah tinggi dianjurkan agar menghindari buah durian karena dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kulit durian dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Kulit buahnya untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional.
2.2.3
Kecubung Datura metel L
Gambar 2.4 Kecubung Datura metel L
1. Klasifikasi kecubung Datura metel (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Datura
Spesies
: Datura metel L.
14
2. Morfologi Berasal dari Asia dan Afrika, kemudian tersebar meluas sampai di Amerika. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tumbuh di tempattempat terbuka, tanah yang mengandung pasir dan tidak begitu lembab, dengan iklim yang kering (Sugeng, 1989). Menurut Van Steeins (1997), selain tumbuh liar di ladangladang, kecubung sering ditanam di kebun halaman rumah sebagai tanaman pagar atau tanaman hias yang berkhasiat obat. Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu dan tebal, bercabang banyak, tumbuh dengan tinggi kurang dari 2 meter. Daun kecubung berwarna hijau berbentuk bulat telur, tunggal, tipis, dan pada bagian tepinya berlekuk lekuk tajam dan letaknya berhadap-hadapan. Ujung dan pangkal daun meruncing dan pertulangannya menyirip (Tampubolon, 1995). 3. Khasiat Rasanya pahit, pedas, sifatnya hangat, beracun (toksik), masuk meridian jantung, paru, dan limpa. Kecubung berkhasiat antiasmatik, antibatuk, (atitusif), antirematik, penghilang nyeri (analgesik), afrodisiak, dan pemati rasa (anestetik) 2.2.4
Sukun Arthocarpus communis
Gambar 2.5
Sukun Arthocarpus communis
15
1.
2.
Klasifikasi sukun (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Rosales
Famili
: Moraceae
Genus
: Arthocarpus
Spesies
: Arthocarpus communis
Morfologi Arthocapus communis (sukun) adalah tumbuhan yang banyak terdapat di kawasan troika seperti indonesia. ketinggian tanaman ini mencapai 20m. Sukun bukan buah bermusim meskipun biasanya berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentik poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan kematangan buah sukun (Mustafa, A.M.,1998).
3.
Khasiat Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Kayu yang dihasilkan dari tanaman sukun bersih dan berwarna kuning, baik untuk digergaji menjadi papan kotak, dapat digunakan sebagai bahan bangunan meskipun tidak begitu baik (Heyne K,1987).
2.2.5
Alpukat Persea americana
Gambar 2.6
Alpukat Persea americana
16
1. Klasifikasi (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
: Persea americana P. Mill.
2. Morfologi Tanaman ini berbentuk pohon, dengan ketinggian pohon dapat mencapai 3-10m. Daun banyak menumpuk diujung ranting, berbentuk oval sampai lonjong, panjang 10-20cm, lebar 3cm. Bunga berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bola sampai bulat telur, warna hijau atau hijau kekuningan, berbintik ungu. Biji satu berbentuk bola berwarna cokelat (Winarto dan Sidik, 2007). 3. Khasiat Ekstrak daun alpukat memiliki aktivitas vaksolerasan, hipotensi, antikonvulsan, anti virus, antihepatotoksin, antioksidan, hipoglikemik, analgesik, dan antiinflamasi. Daun alpukat menjadi alternatif
engobatan
tradisional
hiperurisemia (Yasir, 2010). 2.2.6
Kumis kucing Orthosipon stamineus
Gambar 2.7
Kumis kucing Orthosipon stamineus
17
untuk
mengatasi
gejala
1. Klasifikasi (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Orthosiphon
Spesies
: Orthosiphon stamineus
2. Morfologi Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di sepanjang anak sungai atau selokan. Atau biasanya ditanam di pekarangan rumah untuk digunakan sebagai tanaman obat keluarga, karena kumis kucing memiliki banyak khasiat dan mudah ditanam yaitu dengan cara menebar biji atau setek batang. Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan laut. Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi antara 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm, warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna coklat. Biji kecil, masih
muda
berwarna
hijau,
setelah
tua
berwarna
hitam
(Dalimartha, 2000). 3. Khasiat Tanaman kumis kucing mempunyai banyak manfaat untuk pengobatan, antara lain sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghilangkan panas dan lembab, serta menghancurkan batu saluran kencing. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh 18
Prayoga pada tahun 2008 menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun kumis kucing memiliki aktivitas antiinflamasi setelah dilakukan pengujian secara in vivo terhadap tikus putih jantan galur wistar (Dalimartha, 2000). 2.2.7 Alamanda Alamanda chartatica
Gambar 2.8
Alamanda Alamanda chartatica
1. Klasifikasi (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Allamanda
Spesies
: Allamanda cathartica L
2. Morfologi a. Akar Tunggang, putih kotor. b. Batang Berkayu, bulat,
berbaring,
berbuku-buku,
tiap
buku
terdapat daun yang melingkar, 4 - 5, bergetah, percabangan monopodial, cabang muda hijau, atas ungu, putih kehijauan.
19
c. Daun Tunggal, lonjong, tepi rata melipat ke bawah, ujung dan pangkal meruncing, panjang 5
16 cm, lebar 2½
–
5 cm,
–
tebal, pertulangan menyirip, hijau. d. Bunga Majemuk, bentuk tandan, berkelamin dua, di ujung cabang dan ketiak daun, tangkai silindris, pendek, hijau, kelopak bentuk lanset, permukaan halus, hijau, benang sari tertancap pada mahkota, mahkota berseling pada lekukan, tangkai puiik silindris,
kepala
putik
bercangap
dua,
kuning,
mahkota bentuk terompet atau corong, permukaan rata, kuning. 3. Khasiat Biji kedawung berkhasiat sebagai obat perut kembung, obat kolera dan obat radang usus, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat mulas. Untuk obat perut kembung dipakai ± 5 gram biji kedawung, disangrai dan dikupas kulitnya kemudian ditumbuk, diseduh dengan 1/2 gelas air matang panas. Hasil seduhan diminum sekaligus (Wijayakusuma, 1995). 2.2.8
Jagung Zea mays
Gambar 2.9
Jagung Zea mays
20
1. Klasifikasi (Anonim, 2012) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
2. Morfologi (Vasal, 1994) Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m. Ada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan berambut. Bunga jagung yaitu jantan dan betina yang terpisah dalam satu tanaman. Bunga jantan
tumbuh
dibagian
puncak
tanaman,
berupa
karang
bunga.Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. 3. Khasiat (Wijayakusuma, 1995). Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain: 1. Batang dan daun muda: pakan ternak 2. Batang dan daun tua (setelah panen) : pupuk hijau atau kompos 3. Batang dan daun kering: kayu bakar 21
4. Batang jagung : lanjaran (turus) 5. Batang jagung : pulp (bahan kertas) 6. Buah jagung muda (putren, Jw) : sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng 7. Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil. Jadi selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). 2.3
Uraian Bahan
2.3.1
Alkohol (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi
: Aethanolum
Nama Latin
: Etanol, alkohol
Rumus molekul
: C2H5OH
Berat Molekul
: 46,07 g/mol
Pemerian
: Jernih, Tidak berbau, bergerak, cairan pelarut, menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan eter P .
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan 2.3.2
: Untuk mensterilkan alat-alat laboratorium
Aquades (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: Aqua Destilata
Nama latin
: Aquades dan Air suling
Rumus molekul
: H 2O 22
Berat molekul
: 18,02 g/mol
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
Kegunaan
: Sebagai pelarut
23
2.4
Prosedur kerja
A. Jagung Zea mays 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
2.
Ambil preparat dan iris setipis mungkin lalu letakkan di atas permukaan objek gelas dan tutup.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar sel-sel epidermis beserta dengan stomatanya.
B. Kumis kucing Orthosipon stamineus 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
2.
Ambil preparat dan iris setipis mungkin lalu letakkan di atas permukaan objek gelas dan tutup.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar sel-sel epidermis beserta dengan stomatanya.
C. Kecubung Datura metel 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya
2.
Ambil preparat dan iris setipis mungkin lalu letakkan di atas permukaan objek gelas dan tutup.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar sel-sel epidermis beserta dengan stomatanya.
D. Alpukat persea Americana 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
2.
Buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar dan sebutkan penebalan dinding sel yang terlihat.
E. Allamanda Allamanda catartica 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
2.
Buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar dan sebutkan macam-macam tipe stomata dari preparat tersebut di atas.
24
F.
Durian Durio zibentinus 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
2.
Buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar dan sebutkan penebalan dinding sel yang terlihat.
5.
Apa kesimpulan pengamatan anda dari preparat di atas.
G. Daun sukun Arthocarpus communis 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
2.
Buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar dan sebutkan macam-macam penebalan dinding sel dari preparat tersebut di atas.
5.
Apa kesimpulan pengamatan anda dari preparat di atas.
H. Asam jawa Tamarindus indica 1.
Siapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
2.
Buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
3.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
4.
Gambar dan sebutkan macam-macam penebalan dinding sel dari preparat tersebut di atas.
5.
Apa kesimpulan pengamatan anda dari preparat di atas.
25
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan pratikum dilakukan pada hari kamis, tanggal 20 November 2014 pukul 13.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat diLaboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. 3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Cutter
Kaca objek
Pipet
Mikroskop
Silet
26
3.2.2 Bahan
Biji asam jawa Alkohol
Tamarandus indica
Daun alamanda Daun alpukat
Folium Alamanda
Daun durian Folium Durio
Daun jagung
zibenthinus
Folium Zea mays
27
Daun kecubung
Daun kumis kucing
Folium Datura metel
Folium Orthosipon stamineus
Daun sukun Folium Arthocapus communis
28
Tissue
3.3 Cara Kerja
a. Biji asam jawa Tamarandus indica 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya. 3. Diambil biji asam jawa, lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang. 4. Dipindahkan ke atas kaca preparat 5. Ditetesi air kemudian tutup dengan gelas cover. 6. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif lemah kemudian ganti dengan objektif kuat 7. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan penebalan dinding sel b. Daun alamanda Folium Allamanda catartica 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya. 3. Disayat tangkai daun pepaya setipis mungkin pada penampang melintang. 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya stomata. c. Daun alpukat Persea americana 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaanya. 3. Diambil daun alpukat lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang. 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya stomata. d.
Daun durian Durio zibenthinus 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaanya. 29
3. Diambil daun durian lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif lemah kemudian ganti dengan objektif kuat 6. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya trikoma e.
Daun jagung Zea mays 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaanya. 3. Diambil daun jagung lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif lemah kemudian ganti dengan objektif kuat 6. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya stomata
f.
Daun kecubung Datura metel 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaanya. 3. Diambil daun kecubung lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif lemah kemudian ganti dengan objektif kuat 6. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya stomata.
g.
Daun kumis kucing Orthosipon stamineus 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaanya.
30
3. Diambil daun kumis kucing lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif lemah kemudian ganti dengan objektif kuat 6. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya stomata h.
Daun sukun Arthocarpus comunis 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaanya. 3. Diambil daun sukun lalu diiris setipis mungkin dengan penampang melintang 4. Diletakkan diatas kaca preparat,dan beri setetes air dan tutup menggunakan deck glass. 5. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif lemah kemudian ganti dengan objektif kuat. 6. Diambil gambar hasil pengamatan yang menunjukkan adanya trikoma.
31
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Pengamatan
No. 1.
Literatur
Hasil pengamatan a
b
a
Biji asam jawa
Biji asam jawa
Tamarindus indica
Tamarindus indica
Keterangan : Keterangan :
a. Noktah b. Penebalan dinding sel
a. Noktah b. Penebalan dinding sel
(Sri Mulyani, 2006) 2.
a a
Alamanda Alamanda
Alamanda cathartica
Alamanda cathartica Keterangan: a. Stomata tipe anomositik
(Sri Mulyani, 2006)
32
Keterangan: a. Stomata tipe anomasitik
3.
a a
Alpukat
Alpukat
Persea americana
Persea americana
Keterangan :
Keterangan :
a. Stomata tipe anomasitik
a. Stomata tipe anomasitik
(Sri Mulyani, 2006) 4. a
a
kumis kucing
kumis kucing
Orthosipon stamineus
Orthosipon stamineus
Keterangan : a. Stomata tipe anomasitik
Keterangan : a. Stomata tipe anomastik
(Sri Mulyani, 2006) 5. a a b
b
a
Durian
Durian Durio zibenthinus
Durio zibenthinus Keterangan : a. Trikoma sisik b. Trikoma bintang (Sri Mulyani, 2006) 33
Keterangan : a. Trikoma sisik b. Trikoma bintang
6. a a
Daun jagung
Daun jagung
Folium Zea mays
Folium Zea mays Keterangan :
Keterangan : a. Stomata tipe diasitik
a. Stomata tipe diasitik
(Sri Mulyani, 2006) 7. a
a
Kecubung Kecubung
Datura metel
Datura metel
Keterangan : a. Stomata tipe diasitik (Sri Mulyani, 2006)
34
Keterangan : a. Stomata tipe diasitik
8. a
a
Sukun
Sukun
Arthocarpus communis
Arthocarpus communis
Keterangan :
Keterangan :
a. Trikoma
a. Trikoma
(Sri Mulyani, 2006) 4.2
Pembahasan
Kesatuan struktur dan fungsional fisiologis dari organisme hidup ialah sel. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung dalam sel. Jadi sel merupakan penyusun dasar kehidupan. Sel pada tumbuhan memiliki perbedaan yang sangat nampak dengan sel hewan yaitu adanya dinding sel pada sel tumbuhan. Fungsi utama
dinding sel yaitu berperan untuk
melindungi sel (Suwarno, 2009) Pada proses awal perkembangannya dinding sel akan mengalami penebalan. Penebalan dinding sel umumnya terdapat pada sel-sel penyusun jaringan meristem. Dari dinding sel primer menebal membentuk dinding sel sekunder (Subardi, dkk, 2009) Proses penebalan dinding sel, berdasarkan arah penebalannya terbagi atas dua, yaitu penebalan dinding kebagian dalam dan penebalan kebagian luar. Sehubungan dengan penebalan dinding sel, pada sel juga terdapat alat-alat tambahan dan dapat terjadi modifikasi pada suatu sel (Ari Sulistyorini, 2009) Hal pertama yang kita lakukan yaitu sebelum melakukan pengamatan terlebih dahulu kita menyiapkan alat dan bahan, seperti mikroskop binokuler yang berfungsi untuk mengamati objek secara detail, kaca objek yang berfungsi untuk meletakan objek yang akan diamati, kaca penutup (Deck Glass) yang berfungsi menutup atau menahan objek agar mudah 35
diamati
melalui
mikroskop,
alkohol
70%
yang
berfungsi
untuk
mensterilkan kaca objek dan kaca penutup, air mineral yang berfungsi membersihkan alat dan juga untuk pengamatan objek dengan cara meneteskan air tersebut menggunakan pipet pada objek yang akan diamati. Dilakukan penetesan air karena untuk membuat kondisi sel dalam keadaan normal dan dapat mempermudah proses pengamatan. Karena menurut Alert, G (1987) air yang diteteskan akan membentuk lingkungan isotonik baik didalam maupun diluar sel, sehingga bentuk sel normal. Percobaan pertama dilakukan pada tanaman daun jagung Zea mays, disayat membujur dan tipis pada permukaan daun. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika
tebal yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai adanya stomata. Stomata tersebut merupakan stomata tipe diasitik. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) bahwa pada struktur sel pada daun jagung terdapat stomata diasitik yaitu stomata yang memiliki dua sel tetangga. Selanjutnya sampel kedua yaitu biji asam jawa Tamarindus indica, disayat melintang dan tipis pada biji asam jawa. Disayat melintang untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nantinya akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika tebal
yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Pada preparat yang kami amati dijumpai adanya penebalan 36
dinding sel. Penebalan dinding sel pada biji asam jawa merupakan penebalan sentripetal. Hal ini sesuai dengan (Kertasapoetra, 1991) yang menyatakan bahwa struktur sel pada biji asam jawa, terjadi penebalan sel secara sentripetal penebalan dinding sel kearah bagian dalam. Sampel ketiga adalah adalah daun sukun Arthocarpus communis disayat membujur dan dibuat setipis mungkin. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika tebal
yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Kemudian melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25).
Berdasarkan hasil pengamatan,
dijumpai adanya trikoma. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) yang menyatakan bahwa pada daun sukun terdapat trikoma. Trikoma adalah semua tambahan uniseluler maupun multiseluler pada epidermis. Sampel keempat adalah daun kecubung Datura metel d isayat membujur dan tipis pada permukaan daun. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika tebal
yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Kemudian melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai adanya stomata. Stomata tersebut yaitu stomata tipe diasitik. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) yang menyatakan bahwa pada daun 37
tumbuhan juga terdapat stomata tipe diasitik yaitu setiap stomata dikelilingi oleh dua sel tetangga, umumnya dinding selnya itu membuat sudut siku-siku terhadap sumbu membujur stomata. Sampel kelima adalah daun kumis kucing Orthosipon stamineus disayat membujur dan tipis pada permukaan daun. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006), jika tebal yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Kemudian melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai
adanya
stomata.
Stomata
tersebut
adalah
stomata
tipe
anomositik. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) yang menyatakan bahwa pada daun tumbuhan juga terdapat stomata tipe anomasitik yaitu stomata dengan jumlah sel tetangga tiga atau lebih satu sa ma lain sukar dibedakan. Sampel keenam adalah daun alpukat Persea americana disayat membujur dan tipis pada permukaan daun. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika tebal
yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Kemudian melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai
adanya
stomata.
Stomata
tersebut
adalah
stomata
tipe
anomositik. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) yang menyatakan bahwa 38
pada daun tumbuhan juga terdapat stomata tipe anomasitik yaitu stomata dengan jumlah sel tetangga tiga atau lebih satu sa ma lain sukar dibedakan. Sampel ketujuh adalah daun alamanda Alamanda cathartica disayat membujur dan tipis pada permukaan daun. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika tebal
yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Kemudian melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai
adanya
stomata.
Stomata
tersebut
adalah
stomata
tipe
anomositik. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) yang menyatakan bahwa pada daun tumbuhan juga terdapat stomata tipe anomasitik yaitu stomata dengan jumlah sel tetangga tiga atau lebih satu sa ma lain sukar dibedakan. Sampel kedelapan adalah daun durian Durio zibenthinus disayat membujur dan tipis pada permukaan daun. Disayat membujur karena untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang nanti akan dibandingkan, disayat tipis karena menurut Muyani (2006),
jika tebal
yang akan tampak bukan sel melainkan jaringan. Setelah disayat, diletakan sampel diatas kaca preparat dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan deck gelas fungsi utama deck gelas ini menurut Suhana (1989) untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang tidak disengaja kemudian dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Kemudian melakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif (10 x 0,25). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai adanya trikoma sisik dan trikoma bintang. Hal ini sesuai dengan A. Fahn (1995) bahwa pada daun durian terdapat trikoma bentuk sisik dan trikoma bentuk bintang. 39
40