LAPORAN PENDAHULUAN VITREKTOMI
I.
Konsep Vitrektomi 1.1
Definisi Vitrektomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat cairan mata, vitreous, yang ada di mata bagian tengah. Vitrektomi adalah prosedur bedah mata di mana cairan seperti agar-agar (jeli) yang bening dihapus dari ruang posterior mata (vitreous body) dan diganti dengan minyak silikon bening untuk mendorong kembali bagian retina yang terpisah ke tempat perlekatannya.
1.2
Tujuan 1.2.1
Menyingkirkan cairan vitreous agar dapat melihat bagian belakang mata dengan lebih jelas.
1.2.2
Mengobati beberapa kondisi mata yang serius dan memulihkan penglihatan
1.2.3
Membuang darah di dalam cairan vitreous (vitreous hemoragik) yang tidak dapat diserap sendiri oleh tubuh.
1.2.4
Memperbaiki atau mencegah terjadinya ablasio retina, terutama bila telah mengancam makula 1.2.5 Memperbaiki robekan yang sangat besar di dalam retina 1.2.6 Mengobati retinopati proliferatif berat yang menyebabkan terbentuknya jaringan ikat parah atau bila pertumbuhan pembuluh darah baru pada permukaan retina (neovaskularisasi) terus berlanjut walaupun telah dilakukan terapi laser berulang kali
1.3
Indikasi 1.3.1
Ablasio retina (retinal detachment). Ablasio retina umumnya disebabkan oleh robekan pada retina akibat: faktor bawaan, benturan, dan lain lain. Ablasio retina dapat menyebabkan kebutaan apabila retina tidak dilekatkan kembali dalam waktu relatif singkat. 1.3.2 Mengkerutnya makula (macular pucker). Makula adalah bagian retina yang digunakan untuk membaca dan penglihatan halus. Pada penderita macular pucker, tumbuh jaringan ikat pada permukaan makula yang menyebabkan pengkerutan makula. Akibatnya penglihatan mengalami distorsi sehingga garis lurus akan tampak berkelok-kelok. 1.3.3 Retinopati diabetik (diabetic retinopathy) adalah penyakit retina akibat diabetes mellitus atau kencing manis. Pada fase awal, retinopati diabetik dapat diatasi dengan laser saja. Pada kasus lanjut, kadang-kadang perlu dilakukan operasi vitrektomi untuk membersihkan vitreus yang keruh akibat perdarahan, dan untuk mengupas jaringan ikat pada permukaan retina. 1.3.4 Infeksi bola mata (endophthalmitis). Infeksi bakteri yang masuk kedalam rongga bola mata sangat berbahaya bagi penglihatan dan memerlukan penanganan cepat. Pada kasus yang berat mungkin diperlukan operasi
1.3.5
1.4
vitrektomi untuk mengeluarkan vitreous yang terinfeksi dan untuk menyuntikkan antibiotika kedalam bola mata. Trauma mata (benturan atau luka pada bola mata). Pada kasus trauma mata dimana terjadi perdarahan vitreous atau ablasio retina mungkin diperlukan operasi vitrektomi untuk membersihkan darah dan melekatkan kembali retina. Bila ada benda asing yang masuk kedalam rongga bola mata, umumnya disepakati bahwa perlu dikeluarkan dengan operasi vitrektomi.
Komplikasi Vitrektomi Vitrektomi seperti prosedur bedah lainnya, membawa beberapa risiko dan komplikasi di antaranya: 1.4.1 Reaksi yang merugikan dari obat bius : mual dan muntah-muntah. 1.4.2 Perdarahan retina atau vitreous 1.4.3 Lepasnya retina, yang dapat menyebabkan masalah penglihatan serius 1.4.4 Peningkatan tekanan intraokular untuk pasien dengan glaukoma, yang dapat memperburuk kondisi mata 1.4.5 Endophthalmitis atau infeksi di dalam mata 1.4.6 1.4.7 1.4.8 1.4.9
Infeksi Atrofi nervus optikus (matinya syaraf mata) Katarak Mata bengkak, berair dan sakit adalah komplikasi yang umum terjadi akibat pasien mempertahankan posisi tengkurap. 1.4.10 Kadang-kadang satu atau dua hari setelah operasi tekanan bola mata meningkat akibat ekspansi gas berlebihan. Dalam keadaan ini sebagian gas tersebut perlu diisap dengan jarum suntik. 1.5
Penatalaksanaan Pasien diberikan dengan obat bius sebelum sayatan kecil dibuat di sclera (bagian putih mata) di mana beberapa alat bedah khusus dimasukkan sementara ahli bedah menjalani pembedahan dengan gambar yang dihasilkan oleh mikroskop. Sebuah pipa cahaya juga digu nakan untuk memberikan pencahayaan di dalam mata. Sementara vitreous gel adalah dikeluarkan menggunakan vitrector, alat khusus yang dirancang untuk mengurangi traksi untuk menghindari cedera retina. Alat tambahan seperti tang dan gunting juga dapat digunakan untuk menghilangkan jarin gan parut pada permukaan retina, jika ada. Setelah vitreous gel dikeluarkan, port infus dimasukkan untuk menggantikan cairan dalam vitreous dengan larutan garam. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tekanan yang memadai dan menjaga retina dan bagian mata lainnya tetap pada tempatnya. Dalam beberapa kasus, spesialis bedah menggunakan gas atau udara untuk menggantikan cairan di dalam vitreous. Setelah beberapa saat, cairan akan terisi kembali dengan alami ke rongga mata. Ada juga kasus, di mana vitreous untuk diisi dengan minyak silikon yang dikeluarkan nantinya. Gelembung minyak kemungkinan besar tetap pada tempatnya dan akan membantu dalam pemulihan lebih cepat, terutama pada pasien anak-anak yang mungkin tidak dapat menjaga mata mereka di posisi yang tepat setelah bedah.
1.6
1.5.1
Penatalaksanaan Intraoperatif Fakoemulsifikasi sebaiknya dilakukan transcorneal, mengingat perdarahan dan sikatrik konjungtiva maupun episklera yang sering ditemui pasca scleral buckle akan menyulitkan pada saat membuat scleral tunnel. Hidrodiseksi hingga implantasi IOL harus dilakukan dengan gentle dan hatihati. Durante operasi sering terbentuk BMD yang sangat dalam serta juga untuk mengantisipasi ketidakutuhan zonular zinii maka dilakukan pengurangan tinggi botol irigasi disertai peningkatan flow rate pada saat memulai operasi fakoemulsifikasi dengan tetap memperhatikan keseimbangan dari kedua parameter tersebut.
1.5.2
Penatalaksanaan Pasca Operatif Sebaiknya dilakukan follow up rutin dan ketat untuk mengetahui terjadinya komplikasi berupa cystoid macular edema (CME), progresifitas retinopati diabetik pada penyulit diabetes mellitus, inflamasi dan glaukoma sekunder. Dapat diberikan steroid topikal, NSAID dan sikloplegik. Komplikasi pasca operasi dapat terjadi awal atau lebih lambat. Pada minggu-minggu awal waspada terjadinya blefaroptosis, edema kornea sedang sampai berat, peningkatan tekanan intraokular, kebocoran luka insisi, iritis ataupun endoftalmitis. Sedangkan komplikasi jangka panjang dapat terjadi pseudophakic bullous keratopathy, iritis kronis, neovaskularisasi iris, posterior capsular opacification (PCO), edema makula persisten, retinal detachment dan perdarahan vitreous.
Perawatan Pasca operasi 2.6.1
Menjaga kestabilan jalan nafas
2.6.2
Mengawasi keadaan umum pasien
2.6.3
Mengawasi tanda-tanda vital
2.6.4 Mengatur posisi sesuai kebutuhan kondisi pasien
1.7
2.6.5
Mengawasi intake dan output cairan
2.6.6
Menilai aldrette skor
2.6.7
Melaksanakan serah terima pasien dengan petugas ruangan
Pemeriksaan Penunjang 2.7.1
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retina, bentuk pupil dan kornea 2.7.2 B-scan USG 2.7.3 Penghitungan axial length 2.7.4 Penghitungan IOL power 2.7.5 Kartu mata snellen (tes ketajaman penglihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina 2.7.6 Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glukoma 2.7.7 Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler normal 12-25 mmHg 2.7.7 Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi
2.7.8
1.8
Tes toleransi glokosa : menentukan adanya/kontrol diabetes
Pathway
Pre
Intra
Pembiusan
Penurunan ketajaman kejelasan penglihatan
Post
Pembedahan
Insisi bedah
dan Lingkungan din in
Gangguan persepsi sensori penglihatan
Insisi
Terputusnya Hipotermi
mobilitas jaringan
Terputusnya jaringan
Merangsang area sensorik
pembuluh darah
Nyeri
Tindakan diagnostik pembedahan
Resiko perdarahan
Ansietas
II.
Rencana asuhan keperawatan pada klien dengan vitrektomi 2.1 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 2.1.1 Pre Operasi 2.1.1.1 Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d penurunan ketajaman dan kejelasan penglihatan 2.1.1.2 Ansietas b.d tindakan diagnostik pembedahan
2.1.2
Intra Operasi 2.1.2.1 Hipotermi b.d pemajanan lingkungan, penggunaan zat anastesi 2.1.2.2 Resiko perdarahan, faktor resiko efek samping terkait pembedahan
2.1.3
Post Operasi 2.1.3.1 Nyeri akut b.d luka post operasi ( vitrektomi)
2.2 Intervensi 2.2.1 Pre Operasi 2.2.1.1 Ansietas b.d tindakan diagnostik pembedahan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan ansietas berkurang/teratasi
Kriteria Hasil : -
Menyatakan tentang perasaan dan penurunan rasa takut.
-
Menunjukkan tehnik untuk mengontrol ansietas
-
Postur tubuh, ekspresi wajah, menunjukkan berkurangnya ansietas
Intervensi : 1)
Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik
2)
Dorong pasien untuk mengugkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
3)
Jelaskan mengenai prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4)
2.2.1.2
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
penurunan
ketajaman dan kejelasan penglihatan Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. Kriteria : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan Intervensi : 1)
Kaji dan catat ketajaman penglihatan Rasional : Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut
2)
Orientasikan klien terhadap lingkungan Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
3)
Letakan barang yang dibutuhkan posisi yang tidak dioperasi Rasional : Klien dapat mengambil barang yang dibutuhkannya
2.2.2
Intra Operasi 2.2.2.1 Resiko perdarahan faktor resiko efek samping pembedahan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan tidak terjadi perdarahan Kriteria hasil : -
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut
-
TTV normal
Intervensi : 1)
Monitor tanda-tanda perdarahan Rasional
:
Membantu
untuk
penanganan
perdarahan 2)
Monitor TTV Rasional : Mengetahui perkembangan pasien
dini
bila
terjadi
3)
Pertahankan patensi IV line Rasional : Mempertahankan kebutuhan cairan
2.2.3
Post Operasi 2.2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (vitrektomi) Tujuan :Setelah dilakukan tindakan yeri berkurang atau hilang. Kriteria hasil : -
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
-
Skala nyeri 1-4
-
Klien tampak rileks.
Intervensi: 1) Kaji skala nyeri Rasional : mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien 2) Atur posisi pasien senyaman mungkin. Rasional : agar klien merasa nyaman 3) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : menurunkan nyeri klien 4) Kolaborasi pemberian analgesic. Rasional : analgesic menghilangkan nyeri
III. Daftar Pustaka
C. Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC
Doenges, M, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 Alih bahasa I Made Kariasa Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga , Jakarta : Widya Medika
Vaughan, D. 2010. Opthalmologi Umum edisi 14. Jakarta: Widya Medika