LAPORAN PENDAHULUAN TIMPANOPLASTI
A. Definisi Timpanoplasti merupakan suatu prosedur pembedahan yang dirancang untuk dapat menutup robeknya membran timpani. Timpanoplasti adalah prosedur pembedahan atau rekonstruksi pada membran timpani disertai d isertai atau tidak disertai oleh pencangkokan membran timpani, sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.
B. Tujuan Tujuan dari timpanoplasti adalah untuk memperbaiki gendang telinga berlubang, dan
kadang-kadang
tulang
telinga
tengah
(ossicles)
yang
terdiri
dari
inkus,maleus, dan stapes. Cangkok membran timpani mungkin dapat diperlukan. Jika diperlukan,cangkok biasanya diambil dari vena atau fasia (otot kelopak) jaringan pada cuping telinga.Bahan sintetis dapat digunakan jika pasien memiliki operasi sebelumnya dan telah cangkok membran timpani.
C. Indikasi Indikasi dan keadaan diperlukan untuk dilakukannya timpanoplasti: 1. Penderita dengan tuli konduksi karena perforasi membran timpani atau disfungsiossikular. 2. Otitis media kronik atau rekuren sekunder terhadap kontaminasi. 3. Tuli konduksi progresif karena patologi telinga tengah. 4. Perforasi atau tuli persisten lebih dari 3 bulan karena trauma, infeksi atau pembedahan. 5. Ketidakmampuan untuk mandi atau berpartisipasi dalam olahraga air dengan aman Sedangkan syarat dilakukannya timpanoplasti adalah: 1. Perforasi terjadi di sentral dimana keadaan telinga sudah kering paling tidak 6 minggu. 2. Mukosa telinga tengah normal. 3. Osikular yang utuh. 4. Keadaan koklea baik.
1
2
D. Penatalaksanaan/Jenis-jenis Tindakan 1. Tipe Timpanoplasti a. Tipe I timpanoplasti Hanya merekonstruksi membran timpaniyang berlubang. b. Tipe II timpanoplasti Digunakan untuk perforasi membran timpani dengan erosi maleus. Ini melibatkan pencangkokan pada inkus atau sisa-sisa maleus tersebut. c. Tipe III timpanoplasti Diindikasikan untuk penghancuran dua ossicles, dengan stapesmasih utuh dan mobile. Ini melibatkan penempatan cangkokan ke stapes, danmenyediakan perlindungan untuk perakitan. d. Tipe IV timpanoplasti Digunakan untuk penghancuran tulang pendengaran, yangmencakup semua
atau
bagian
dari
lengkungan
stapes.
Ini
melibatkan
penempatancangkokan pada atau sekitar kaki stapes mobile. e. Tipe V timpanoplasti Digunakan ketika kaki dari stapes menetap.
2. Teknik Timpanoplasti Beberapa teknik dari timpanoplasti dilakukan untuk menutup perforasi dari membrantimpani,
diantaranya
timpanoplasti
medial
(underlay),
timpanoplasti lateral (overlay), danyang paling populer saat ini adalah teknik timpanoplasti medial dan lateral (under-over teknik) a. Overlay technique (lateral grafting) Teknik ini cukup sulit sehingga harus dilakukan oleh ahlinya. Pada overlay technique, materi graft dimasukan di bawah skuamosa (lapisan kulit) dari membran timpani. Kesulitannya pada memisahkan tiap lapisan dari membran timpani kemudian menempatkan graft di atas perforasi. Teknik lateral ini bisa digunakan untuk semua jenis perforasi dan dapat meminimalisasi kemungkinan reduksi rongga telinga tengah. Teknik ini memiliki keberhasilan yang tinggi dan efektif untuk perforasi yang besar dan perforasi anterior. Kerugian teknik ini adalah dapat terjadi anterior blunting, lateralisasi tandur, membutuhkan ma ni pula si maleu s, wak tu pen ye mbuhan ya ng lama , wa ktu op eras i ya ng lam a, dan op eras i akan sulit dilakukan untuk perforasi yang kecil dan retraction pocket.
3
Pada teknik lateral prosedur anestesi yang digunakan adalah an este si
loka l
ditempatkan
de ng an pendekatan
pada
meatus
transkanal.
akustikus
Corong
eksternus.
telinga Seluruh
pinggiran perforasi membran timpani dilukai dan dibuang dengan menggunakan membran
cunam
timpani
pengungkit
di
atas
dancunam
manubrium
pemegang.
malei
Sisa
dibersihkan.
Mu ko sa di bagian medial sekeliling sisa membran timpani dilukai secukupnya untuk tempat menempelfasia temporalis. Dibuat flap timpanomeatal
di
bagian
posterior
dengan
cara
insisi
semisirkuler kulitkanalis akustikus eksternus sejajar anulus fibrosus dengan jarak 4-5 mm dari membrantimpani. Dengan menggunakan pisau bulat, dibuat insisi pada kulit kanalis dimulai dari notch rivinus sampai ke posisi jam 6.
Kemudian kulit tersebut dilepaskan dari tulang kanalisakustikus eksternus dengan menggunakan disektor ke arah medial sampai melepaskan anulusserta sisa membran timpani. Flap yang terbentuk dielevasikan ke arah anterior sampai kavumt i m p a n i . Kavum timpani diisi dengan potongan-potongan kecil spongostan yang telahdicelupkan ke dalam larutan kemisetin. Melalui terowongan yang terbentuk di bawah flaptimpanomeatal, graft ditempatkan sedemikian rupa di bagian lateral dari anulus sehingga menutup seluruh perforasi membran timpani. Flap kemudian dikembalikan ke tempat semula, sehingga sebagian graft terletak di antara flap dan tulang kanalis akustikus eksternus. Pada bagian lateral membran timpani baru tersebut kemudian diletakkan potongan potongan sp ongo st an ya ng telah di cel upk an ke dalam la ru tan kemisetin
sehingga
memenuhi
setengah
kanalis
akustikus
eksternus. Telinga kemudian dibalut.
b. Underlay technique (medial grafting) Teknik ini lebih simple dan biasa dilakukan. Graft ditempatkan di bawah tympanomeatal flap yang telah dielevasi makanya teknik ini dinamai sebagai underlaytechnique. Keuntungan dari teknik ini adalah mudah dilakukan dengan hasil yang cukup memuaskan. Selain itu, menghindari risiko lateralisasi dan blunting pada sulkus anterior dan
4
memiliki angka keberhasilan tinggi terutama pada perforasi membran timpani posterior. Kerugian teknik ini adalah tidak terdapatnya visualisasi yang adekuat pada daerah anterior telinga tengah terutama bila dilakukan dengan pendekatan transkanal, kemungkinan jatuhnya tandur anterior ke dalam kavum timpani dan reduksi ruang telinga tengah dengankonsekuensi
meningkatnya
risiko
adhesi
tandur
pada
promontorium terutama pada perforasi anterior dan sub total.
Pada teknik medial prosedur anestesi yang digunakan adalah an este si
loka l
de ng an pendekatan
transkanal.
Corong
telinga
ditempatkan pada meatus akustikus eksternus. Seluruh pi ng gi ra n perforasi membran timpani dilukai dan dibuang dengan menggunakan cunam pengungkit dan cunam pemegang. Sisa membran timpani di atas manubrium maleidibersihkan. Mukosa di bagian medial sekeliling sisa membran timpani dilukai secukupnya untuk tempat menempel fasia temporal. Dibuat flap timpanomeatal di bagian posterior dengan cara insisi semisirkuler kulitkanalis akustikus eksternus sejajar anulus fibrosus dengan jarak 4-5 mm dari membrane timpani. Dengan menggunakan pisau bulat, dibuat insisi pada kulit kanalis dimulai dari notch Rivinus sampai ke posisi jam 6.
Kemudian kulit tersebut dilepaskan dari tulang kanalisakustikus eksternus dengan menggunakan disektor ke arah medial sampai melepaskan anulusserta sisa membran timpani. Flap yang terbentuk dielevasikan ke arah anterior sampai kavum timpani. Kavum timpani diisi dengan potongan-potongan kecil spongostan yang telahdicelupkan ke dalam larutan kemisetin. Melalui terowongan yang terbentuk di bawah flaptimpanomeatal, graft ditempatkan sedemikian rupa di bagian medial manubrium maleisehingga menutup seluruh perforasi membran timpani. Kemudian seluruh pinggiran graftditempatkan serta diselipkan di bagian medial sekeliling sisa membran timpani sejauh kira-kira 2 mm secara merata kecuali sebagian graft yang terletak di bagian posterior diletakkan diatas tulang kanalis akustikus eksternus di bawah flap timpanomeatal. Flap kemudian dikembalikan ke tempat semula, sehingga sebagian graft terletak di antara flap dan tulangkanalis akustikus
5
eksternus. Pada bagian lateral membran timpani baru tersebut kemudian diletakkan potongan-potongan spongostan yang telah dicelupkan ke dalam larutan kemisetinsehingga memenuhi setengah kanalis akustikus eksternus. Telinga kemudian dibalut.
c. Teknik Mediolateral Cara Teknik Mediolateral: Prosedur yang digunakan adalah anestesi lokal dengan pendekatan transkanal. Fasia temporalis diambil, dipres, dan dikeringkan dibawah lampuoperasi. Tepi perforasi disegarkan dengan cara melukai kembali tepi perforasi tersebut. Insisikulit kanalis eksternus secara vertikal dibuat pada jam 12 dan jam 6. Insisi pada jam 6 bisa dilebarkan sampai ke kanan atas anulus. Insisi pada jam 12 diperluas ke arah inferior sampai beberapa millimeter di atas anulus untuk mempertahankan suplai pembuluh darah kulitkanalis eksternus anterior
yang
digunakan
sebagai
dasar
tandur
bagian
superior.
Timpanomeatal flap bagian posterior dielevasikan, dan tulang-tulang pendengaran dievaluasi. Apabila tidak terdapat fiksasi pada tulang-tulang pendengaran, pembedahan dilakukan dengan membuat insisi horizontal menggunakan pisau setengah lingkaran pada kulit kanaliseksternus anterior. Jarak insisi kanalis anterior-horizontal dari anulus anterior harus samadengan diameter perforasi. Setelah insisi, kulit kanalis eksternus bagian anterior dielevasikanke lateral dan medial. Kanaloplasti
dilakukan
dengan
membuang
tulang
anterior
yang
beradadiatasnya menggunakan bor tulang bermata diamond sehingga anulus posterior dapat terlihat jelas. Flap kulit kanalis anteromedial dielevasikan ke atas sampai mencapai anulus atau tepimembran timpani.
E.
Komplikasi Setiap tindakan tidak lepas dari resiko yang akan terjadi. Pada tindakan timpanoplasti,komplikasi yang bisa terjadi adalah: 1. Infeksi: akibat tindakan operasi yang aseptiknya kurang baik, kontaminasi alat-alat,kegagalan graft berhubungan dengan infeksi pasca operasi. 2. Kegagalan
graft:
akibat
infeksi,
mesotympanum),kesalahan teknik.
inadequate
packing
(anterior
6
3. Kondroitis 4. Trauma nervus korda timpani 5. Tuli sensorineural dan vertigo: akibat manipulasi berlebihan terhadap osikel. 6. Peningkatan tuli konduksi: akibat blunting dan meluasnya graft ke dinding kanal pada lateral grafting, lateralisasi membran timpani dari malleus. 7. Stenosis kanal auditori eksternal
F.
Gambar
7
Pathway
Timpanoplasti
Pre
Intra
Akan dilakukan tindakan operasi
Pembiusan
Pembedahan
Kesadaran di turunkan Cemas/Anseitas
Post
Insisi
Terputusnya mobilitas jaringan Penurunan fungsi otot pernapasan
pembuluh darah
Resiko Penurunan tekanan inspiraso dan
perdarahan
Insisi bedah
Terputusnya aringan
Merangsang area sensorik
Nyeri
ekspirasi Syok hipovolemik Pola nafas tidak efektif
Hb
Suplai O 2
Sianosis
Gangguan erfusi aringan
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif,
dan post operatif antara lain :
a. Pre Operasi : 1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
8
b. Intra Operasi : 1) Resiko
tinggi
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
kehilangan
pendengaran. c. Post Operasi : 1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi H. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi Tujuan
: Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi
Kriteria Hasil : 1) Pasien tidak cemas 2) Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan operasi yang akan
dilakukan INTERVENSI Bantu pasien mengekspresikan perasaan marah kehilangan dan takut Kaji tanda – tanda ansietas verbal dan non verbal Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis operasi Beri dukungan pra bedah
Hindari konfrontasi
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan kecemasannya Berikan privasi untuk pasien dengan orang terdekat
Kolaborasi pemberian anti cemas sesuai indikasi seperti diazepam
RASIONAL Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung Reaksi verbal / non verbal dapat menujukan rasa agitasi, marah dan gelisah Pasien dapat beradaptasi dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya dan akan merasa nyaman Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mempengaruhi penerimaan pasien terhadap pembedahan. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama dan mungkin memperlambat penyembuhan Orientasi dapat menurunkan kecemasan Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekewatiran yang tidak di ekspresikan Kehadiran keluarga dan teman – teman yang dipilih pasien untuk menemani aktivitas pengalihan akan menurunkan perasaaan terisolasi Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
9
b. Intra Operasi Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan pendengaran Tujuan : Tidak terjadinya cedera selama pembedahan Kriteria hasil : 1) Tidak terjadinya cedera sekunder akibat pengaturan posisi bedah 2) Tidak adanya cedera akibat pemasangan alat-alat penunjang pembedahan INTERVENSI Kaji ulang identitas pasien dan jadwal prosedur operasi sesuai dengan jadwal Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi, kontak lensa, perhiasan sesuai dengan protokol operasi Pastikan brangkar ataupun meja operasi terkunci pada waktu memindahkan pasien Pastikan penggunaan sabuk pengaman pada saat operasi berlangsung Persiapkan bantal dan peralatan pengaman untuk pengaturan posisi pasien Pastikan keamanan elektrikal selama selama pembedahan Letakan plate diatermi sesuai dengan prosedur
Pastikan untuk mencatat jumlah pemakaian kasa, instrument, jarum dan pisau operasi
RASIONAL Untuk mencegah kesalahan pasien dan kesalahan dalam prosedur operasi Menghindari cedera akibat penggunaan alat – alat penunjang operasi Untuk mencegah pasien jatuh sehingga menimbulkan cedera Untuk menghindari pergerakan dari pasien pada saat operasi dan menghindari pasien jatuh Untuk menghindari cedera akibat penekanan pada posisi operasi pasien yang lama Mencegah cedera pada daerah sekitarnya yang tidak mengalami proses pembedahan Jika tidak diletak dengan benar dapat menimbulkan cedera pada daerah sekitar penempatan diatermi plate dan mengganggu kelancaran operasi Untuk mencegah tertinggalnya alat atau bahan habis pakai dalam anggota tubuh pasien yang dioperasi
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret efek sekunder anastesi. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pola nafas normal Kriteria Hasil: 1) TTV dalam batas normal: - TD: 120/ 0 mmHg - ND: 60-100x/ menit - RR: 18-24 x/ menit - Spo2 95-100% 2) Tidak ada sisa secret yang menghalangi saluran nafas.
10
INTERVENSI Pertahankan jalan nafas pasien dengan memiringkan kepala Lakukan hiperekstensi rahang
Cek aukultasi suara nafas Pantau TTV Lakukan sucton bila perlu
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
RASIONAL Membuka jalan udara pasien untuk memudahkan pasien saat proses oksigenasi Membuka jalan udara pasien untuk memudahkan pasien saat proses oksigenasi Memantau kelancaran jalan napas dan pernapasan Mengetahui kondisi umum pasien, Mencegah penumpukan secret/darah yang menutupi/menghalangi jalan nafas Untuk mempertahankan PaO2>60 dan SaO2 >90% dan mencegah serta mengatasi hypoxia pada jaringan
c. Post Operasi Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan tidak terjadi infeksi Kriteria hasil: 1) Tidak ada tanda-tanda infeksi terlihat INTERVENSI Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
RASIONAL Untuk mempertahankan tehnik septikaseptik pada saat tindakan keperawatan. Untuk mengetahui sedini mungkin apabila terjadi infeksi
Berikan terapi antibiotic bila perlu
Untuk mencegah terjadinya infeksi.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/210470821/TIMPANOPLASTI (diakses pada tanggal 17 April 2018) https://www.scribd.com/doc/74278611/REFERAT-THT-timpanoplasti (diakses pada tanggal 17 April 2018)
Banjarmasin,
April 2018
Preseptor Klinik,
(Khairul Islah, S. Kep, Ns )