LAPORAN PENDAHULUAN KANKER THYROID
A. Pengertian
Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan
menghasilkan
hormon
tiroid,
tetapi
kadang
menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel kelenjar tiroid (organ berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkal leher), yang berfungsi memproduksi hormon untuk mengatur kecepatan jantung berdetak, tekanan darah, suhu tubuh dan berat badan.
B. Klasifikasi
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi : 1. Karsinoma Folikuler. Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru.Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia.Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak.Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan. 2. Karsinoma Papilar. Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar
merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa.Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total. 3. Karsinoma Medular. Timbul di jaringan tiroid parafolikular.Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun.Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya.Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin. 4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik). Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti: a. b. c.
Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring). Suara serak. Disfagia Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-
kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan.Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi. Stadium Cancer Thyroid : Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:
Tipe dan stadium
<45 tahun
> 45 tahun
Papiler Stadium I
Setiap T, setiap N, M0
T1, N1, M0
Stadium II
Setiap T, setiap N, M1
T2-4, N1, M0
Stadium III
Setiap T, N0, M0,
Stadium IV
Setiap T, setiap N, M0
Tipe dan stadium
<45 tahun
>45 tahun
Folikuler v Stadium I
Setiap T, setiap N, M0
T1, N0, M0
v Stadium II
Setiap T, setiap N, M1
T2-4, N0, M0
v Stadium III
-
Setiap T, N1, M0
v Stadium IV
-
Setiap T, setiap N, M0
v Stadium I
-
T1, N0, M0
v Stadium II
setiap T, setiap N, M0
T2-4, N0, M0
v Stadium III
-
Setiap T, N1, M0
v Stadium IV
setiap T, setiap N, M1
Setiap T, setiap N, M1
diklasifikasikan
-
-
v Stadium I
-
-
v Stadium II
-
-
v Stadium III
setiap T, setiap N, setiap
setiap T, setiap N, setiap
v Stadium IV
M
M
Meduler
Tdk
dapat
Catatan : Tx : tumor tidak dapat ditentukan T0 : Tidak ada tumor T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm T3 : fikus intraglanduler multiple T4 : tumor primer terfiksasi
C. Anatomi Fisiologi
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis, dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran.Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi.Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di laterodorsal tiroid.Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber; arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis.Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika.Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral, dan vena tiroidea inferior.Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin
(T3).Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding prealbumine, TBPA). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid.TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.
D. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
Ada juga faktor predisposisilainnya seperti kelainan genetic, usia, jenis kelamin, ras, dan tempat tinggal (daerah pantai).
E. Manifestasi Klinis
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah: 1. Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga. 2. Pertumbuhan tumor cepat. 3. Nodul teraba keras. 4. Fiksasi daerah sekitar. 5. Paralisis pita suara. 6. Pembesaran kelenjar limpa regional. 7. Adanya metastasis jauh
Kecurigaan sedang adalah: 1. Usia<> 60 tahun. 2. Riwayat radiasi leher. 3.
Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
4. Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar. 5. Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
F. Patofisiologi
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah
bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non s pesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Skin test : menggunakan radio isotop 2. Lab : pemeriksaan T 3& T4 3. Kadar kalsitonin 4. USG : menentukan kadar nodul padat, keras, dan kistis 5. MRI 6. Pemeriksaan fungsi tiroid 7. Pemeriksaan potongan beku : untuk membedakan tumor ganas atau jinak sebelum dilakukan pembedahaan. 8. SGOT & SGPT 9. Foto X-Ray 10. Ultrasound 11. CT-Scan : melihat perluasan tumor 12. Biopsy aspirasi 13. Pemeriksaan sidik tiroid 14. Pemeriksaan Histopatologi
I. Komplikasi
1. Paralisis pita suara 2. Metastasis jauh 3. Pendarahan 4. Trauma nervus langerhan 5. Abses 6. Hipokalsemia 7. Infeksi sebsis
J. Penatalaksanaan
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu : a. Ismektomi Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid. b. Lobektomi Subtotal Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian posterior.Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid. c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid seluruhnya pada satu sisi.Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus, atau
pada
menunjukkan
tonjolan
tiroid
neoplasma
dengan
hasil
pemeriksaan
folikuler.
Bila
hasil
FNA
pemeriksaan
histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid, maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik. d. Tiroidektomi Subtotal Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid disekitarnya pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian posterior.Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi. e. Tiroidektomi hampir Total Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus dan sebagian
jaringan tiroid kontralateral.Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral.Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan
dengan
pemberian
ablasi
sisa
jaringan
tiroid
menggunakan yodium radioaktif. f.
Tiroidektomi Total Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid.Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe anaplastik yang masih operabel.
2. Non Pembedahan a. Radioterapi Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai
satu
bagian
pengobatan
kanker
dengan
mengontrol
pertumbuhan sel ganas.Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan.Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor.Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker. Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut: 1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi. 2) Mengontrol
:
penyembuhan,
Jika
tidak
radioterapi
memungkinkan berguna
untuk
lagi
adanya
mengontrol
pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar. 3) Mengurangi
gejala
:
Selain
untuk
mengontrol
kanker,
radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman. 4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif. Jenis radioterapi : 1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional). Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker. 2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)). Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine
(MIBG)
untuk
mengobati
neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid. b.
Kemoterapi Kemoterapi menghancurkan
memerlukan sel
kanker.
penggunaan Walaupun
obat
obat ideal
untuk akan
menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker.Tetapi, karena sel
biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping. Kemoterapi
secara
umum
menyebabkan
mual,
muntah,
kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat. Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin. Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia).Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan.Jika
thrombocytopenia
hebat,
platelet
bisa
ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan. c.
Terapi Ablasi Iodium Radioaktif Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya
diberikan
terapi
ablasi
iodium
radioaktif.
Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma. 2) Untuk
mendeteksi
kekambuhan
atau
metastasis
melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal. 3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid. 4) Untuk
memaksimalkan
uptake
iodium
radioaktif
setelah
tiroidektomi total, kadar hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan
obat
L-tiroksin,
sehingga
TSH
endogen
terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L. d.
Terapi Supresi L-Tiroksin Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KANKER TIROID
A. Pengkajian
1. Pre Operasi a.
Aktivitas / latihan Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,atrofi otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea
b.
Eliminasi Urine dalam jumlah banyak, diare.
c.
Koping / pertahanan diri Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
d. Nutrisi dan metabolic Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit. e.
Kognitif dan sensori Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi, nyeri dada (angina).
f.
Reproduksi / seksual Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten.
2. Post operasi a.
Dasar data pengkajian 1) Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari 2) Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
3) Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam b.
Prioritas keperawatan 1) Mengembalikan status hipertiroid melalui praoperatif 2) Mencegah komplikasi 3) Menghilangkan nyeri 4) Memberikan informasi tentang prosedur
c.
Tujuan pemulangan 1) Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi 2) Nyeri hilang 3) Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami 4) Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau seluruhnya 5) Aktivitas sehari-hari, mempertahankan tugas-tugas rumah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operatif a.
Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan. 1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber individu. 2) Kriteria Hasil : a) Ansietas
berkurang,
bibuktikan
dengan
menunjukkan
kontrol agresi, kontrol ansietas, koping. b) Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress c) Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
3) Intervensi a) Observasi
tingkah
laku
yang
menunjukkan
tingkat
ansietasRasional: mengukur tingkat ansietas b) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia. Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal. c) Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya. Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi. b.
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan. 1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan metabolik. 2) Kriteria Hasil : a) Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi b) Toleransi terhadap diet yang dianjurkan c) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal d) Melaporkan keadekuatan tingkat energy 3) Intervensi a) Auskultasi bising usus Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi. b) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid. c) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus. Rasional:
peningkatan
motalitas
saluran
cerna
dapat
mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan. d) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien. c.
Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara. 1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mendemonstrasikan tidak ada cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol 2) Kriteria Hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami. 3) Intervensi : a) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur. Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi b) Pertahankan lingkungan yang tenang Rasional
:Meningkatkan
kemampuan
mendengarkan
komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan c) Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus. Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
d) Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk meringankan rasa nyeri. 2. Post operatif a.
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas(spasme jalan napas). 1) Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam. 2) Kriteria Hasil : a) Menunjukkan
pembersihan
jalan
napas
yang
efektif
dibuktikan dengan pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya. b) Mudah untuk bernapas. c) Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada. d) Saturasi O2 dalam batas normal. 3) Intervensi : a) Pantau
frekuensi
pernapasan,
kedalaman,
dan
kerja
pernapasan. Rasional: pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya distres pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan. b) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki. Rasional:
ronki
merupakan
indikasi
adanya
obstruksi/spasme laryngeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat. c) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4 jam. Rasional: Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya edem post operasi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi 1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat mengendalikan nyeri dan dapat berkurang. 2) Kriteria hasil : a) Tidak ada rintihan b) ekspresi wajah rileks c) melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2. 3) Intervensi : a) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala 0-10), dan lamanya. Rasional:
bermanfaat
dalam
mengevaluasi
nyeri,
menentukan pilihan intervensi menentukan efektivitas terapi. b) Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal kecil. Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan c) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif. Rasional: membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif. d) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya. Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
c.
Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan tiroidektomi, edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf laringeal. 1) Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam. 2) Kriteria hasil : a) Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat b) Hiperkalemia c) Kerusakan saraf laryngeal d) Obstruksi jalan nafas e) Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi 3) Intervensi : a) Perdarahan: Pantau:
TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam. Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya.
Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai peningkatan frekuensi nadi & nafas.
Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler, beritahu dokter. Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan ini menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
b) Obstruksi jalan nafas:
Pantau pernafasan setiap 2×24 jam. Rasional
: Untuk
mendeteksi
tanda-tanda
awal
obstruksi pernafasan.
Beritahu
dokter
bila
keluhan-keluhan
kesulitan
pernafasan, pernafasan tidak tertur atau tersedak. Rasional : Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal
yang
dapat
disebabkan
oleh
perdarahan,
perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
Pertahankan
posisi
semi
fowler
dengan
bantal
dibelakang kepala untuk sokongan Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-runkan bengkak.
Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan dalam. Rasional : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.
Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat. Rasional : Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea. c) Infeksi luka:
Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril. Rasional :
Untuk
melawan/mencegah
masuknya
bakteri.
Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi. Rasional: Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri. d) Kerusakan saraf laringeal:
Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara. Rasional: Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Rasional:
Perubahan-perubahan
ini
menunjukkan
kerusakan saraf laringeal, dimana hal ini tidak dapat disembuhkan. e) Hipokalsemia:
Pantau laporan-laporan kalsium serum. Rasional : Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak seimbangan kalsium.
Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal. Rasional :
Temuan
ini
menandakan
hipokalsemia dan perlunya penggantian garam kalsium. f) Ketidakseimbangan hormon tiroid:
Pantau kadar T3 dan T4 serum. Rasional :
Untuk
mendeteksi
indikasi
awal
ketidakseimbangan hormon tiroid.
Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan. Rasional :
Hormon
metabolik normal
tiroid
penting
untuk
fungsi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8.EGC. Jakarta. Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders. Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; volume 3.EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran; Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius, FKUI. Jakarta. Soeparman.1999. Buku Ajar Penyakit Dalam; Jilid 1, Edisi 2.FKUI. Jakarta.