LAPORAN PENDAHULUAN RINOSINUSITIS A. PENGERTIAN Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal.
Peradangan ini sering bermula dari infeksi virus, yang karena keadaan tertentu berkembang menjadi infeksi bakterial dengan penyebab bakteri pathogen yang terdapat di saluran napas bagian atas. Penyebab lain adalah ada lah infeksi jamur, infeksi gigi, dan dapat pula terjadi akibat fraktur dan tumor (Benninger dan Gottschall, 2!" #oetjipto dkk, 2!$ Rinosinusitis merupakan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal, yang selalu dimulai
dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi, obstruksi mekanik atau alergi (%&ang dkk, 2'" orissen dkk, 2" Baroody, 2)$ Rinosinusitis adalah peradangan mukosa nasal dan sinus paranasal, dikatakan kronis apabila
berlangsung paling sedikit *2 minggu (+-, 2*$ #inusitis dapat didefinisikan sebagai peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus
paranasal, umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut sebagai rinosinusitis. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusit multisinusitis, is, sedangkan bila mengena mengenaii semua sinus paranasal disebut pansinusitis. (#oetjipto /ardani /ardani R#,2)$ Rinos Rinosinusi inusitis tis merupakan penyakit perada peradangan ngan yang menyerang orga organ n sinu sinuss paranas paranasal al dan
kavita kav itass nas nasal. al. #ej #ejak ak per perten tengaha gahan n tah tahun un *'' *'', , kat kataa sin sinusi usitis tis tel telah ah dig digant antii men menjad jadii ist istila ilah h rinosinusitis, dimana jarang ditemukan kasus sinusitis tanpa rhinitis dan juga penyakit rhinitis yang selalu disertai dengan sinusitis. (0ee, 21$ Rinosinusitis kronik (R#-$ atau sering disebut sinusitis kronik didefinisikan sebagai gangguan
akibat peradangan dan infeksi mukosa sinus paranasalis dan pada mukosa hidung yang telah mengal men galami ami per peruba ubahan han rev revers ersibel ibel mau maupun pun irr irreve eversi rsible ble deng dengan an ber berbag bagai ai eti etiolo ologi gi dan fak faktor tor predisposisi dan *,2, berlangsung lebih dari *2 minggu R#- masih merupakan tantangan dan masa ma sala lah h
dala da lam m
prak pr akte tek k
umum um um ma maup upun un sp spes esia iali liss
meng me ngin inga gatt
anat an atom omi, i, et etio iolo logi gi se sert rtaa
penanganannya yang kompleks (%aro&i dkk, 2**$ Rino nosi sinus nusit itis is kr kron onis is ad adal alah ah in infl flam amasi asi mu mukos kosaa hi hidu dung ng da dan n si sinu nuss par paran anas asal al ya yang ng da dapat pat Ri ditegakkan berdasarkan ri&ayat gejala yang diderita sudah lebih dari *2 minggu, dan sesuai dengan 2 kriteria mayor atau * kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor (#tankie&ic3, 2*" Bus4uets, 2!" #oetjipto, 2!" #etiadi 5, 2'$. Rinosinusitis (R#-$ merupakan istilah yang lebih tepat karena sinusitis jarang tanpa didahului
riniti rin itiss dan tan tanpa pa mel meliba ibatka tkan n inf infll ama amasi si muk mukosa osa hid hidung. ung. Rin Rinosi osinus nusit itis is men menjad jadii peny penyakit akit
berspektrum infl amasi dan infeksi mukosa hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis didefinisikan sebagai gangguan akibat infl amasi mukosa hidung dan sinus paranasal" dikatakan kronik apabila telah berlangsung sekurangnya *2 minggu (Benninger dkk, 2$ 5enurut 5enurut American American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Surgery *''!, *''!, rinosinusitis
adalah adal ah per peradan adangan gan kro kronik nik pada sat satu u ata atau u leb lebih ih muk mukosa osa siu siuss par parana anasal sal.. #ec #ecara ara emb embrio riolog logis is mukosa muk osa sin sinus us mer merupak upakan an lan lanjut jutan an dar darii muk mukosa osa hid hidung, ung, seh sehing ingga ga si sinus nusiti itiss ham hampir pir sel selalu alu didahului dengan rinitis dan gejala6gejala obstruksi nasi, rinore serta hiposmia dijumpai pada rinitis rinit is maupun sinus sinusitis itis.. Berda Berdasarkan sarkan Ta Task sk force yan yang g dib dibent entuk uk ole oleh h American Academy of Otolaryngic Allergy (778 (7787$, 7$, dan 7me 7merican rican Rhino Rhinologic logic #ociety (7R#$, rinos rinosinusi inusitis tis kronik didefinisikan sebagai rinosinusitis yang berlangsung lebih dari *2 minggu dengan 2 gejala mayor atau at au leb ebiih at atau au sa sattu ge geja jalla may ayor or di dise serrta taii du duaa ge geja jala la mi mino norr (%& %&an ang g dk dkk, k, 2 2 "" irapongsananuruk, *''1 cit #etiadi #etiadi 2'$ Rinosi osinus nusiti itiss (ma (maksi ksila$ la$ ada adalah lah inf inflam lamasi asi pada muk mukosa osa hid hidung ung dan sin sinus us par parana anasal sal (si (sinus nus Rin maksila$, ditandai oleh dua atau lebih gejala, diantaranya terdapat sumbatan hidung9obstruksi9 kongesti, atau ada sekret hidung (anterior9 posterior nasal drip$, rasa nyeri9tertekan pada &ajah, berkurang atau hilangnya penghidu" juga temuan endoskopik: adanya sekret mukopurulen terutama dari meatus medius, atau edema9sumbatan mukosa terutama di meatus medius dan atau adanya perubahan mukosa dalam kompleks osteomeatal dan atau sinus pada temuan tomografi komputer9 +; scan$ (
B. KLASIFIKASI
Pinheiro et al . (*''1$ dalam +- (2*$, membagi rinosinusitis ditinjau dari lima aksis, yaitu: *. Gambaran klinis (akut, subakut, dan kronik$ 5enuru 5en urutt -on -onsen sensus sus =nt =ntern ernati ational onal (2 (2>$ >$ dal dalam am #oe #oetji tjipto pto /arda rdani ni (2 (2)$ )$ mem membagi bagi rinosinusitis menjadi: a.
7kut dengan batas sampai > minggu
b. #ub akut bila terjadi antara > minggu sampai bulan atau *2 minggu c.
-ronik bila lebih dari bulan atau *2 minggu Rinosinusitis kronis adalah peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang menetap selama lebih *2 minggu atau > kali serangan akut berulang pertahun yang masing6masing serangan lebih dari * hari. 2. 0okasi sinus yang terkena (maksilaris, frontalis, ethmoidalis, dan sphenoidalis$
. 8rganisme yang terlibat (virus, bakteri, atau jamur$ >. -eterlibatan ekstrasinus (komplikasi atau tanpa komplikasi$ ?. 5odifikasi penyebab spesifik (atopi, obstruksi komplek osteomeatal$ -lasifikasi lain didasarkan ditemukan ada tidaknya alergi, membagi rinosinusitis menjadi alergi dan nonalergi atau berdasarkan ada tidaknya infeksi dibagi dalam rinosinusitis infeksi dan noninfeksi. Rinosinusitis infeksi biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut yang disebabkan virus, biasanya infeksi bakteri merupakan lanjutan dari infeksi virus. =nfeksi virus biasanya akan membaik tanpa terapi setelah 2 minggu. @irus yang biasa menjadi penyebab adalah virus influen3a, corona virus dan rinovirus. =nfeksi virus sering diikuti infeksi bakteri terutama kokkus (streptococcus pneumonia dan staphilococcus aureus$ dan haemophilus influen3a. Rinosinusitis kronik noninfeksi Bisa disebabkan alergi, faktor lingkungan (misalnya polutan$ dan penyebab fisiologik atau yang berkaitan dengan usia (misalnya rinitis vasomotor dan perubahan hormonal$. Pembagian berdasarkan derajat sinusitis digunakan gambaran radiologis untuk menunjukkan berat ringannya penyakit. Pembagian secara radiologis telah banyak dilakukan di antaranya menurut 0und 5ac-ay. Pembagian menurut sistem 0und 5ac-ay didasarkan pada pengukuran obyektif kelainan masing6masing sinus dengan skor bila tidak ditemukan kelainan, skor * bila ditemukan opasitas parsial, skor 2 bila ditemukan opasitas total sinus, dan penilaian patensi osteomeatal komplek. #istem ini banyak dipakai karena mampu mengukur kelainan masing6masing
sinus
secara
obyektif,
dapat
dipakai
untuk
kasus
individual,
dan
mempertimbangkan kondisi komplek osteomeatal (Aeinreich, 2>$. C. ETIOLOGI
*.
mur, enis -elamin dan Ras Rinosinusitis kronik merupakan penyakit yang dapat mengenai semua kelompok umur, semua jenis kelamin dan semua ras.
b. Ri&ayat Rinosinusitis 7kut Rinosinusitis akut biasanya didahului oleh adanya infeksi saluran pernafasan atas seperti batuk dan influen3a. =nfeksi saluran pernafasan atas dapat menyebabkan edema pada mukosa hidung, hipersekresi dan penurunan aktivitas mukosiliar. Rinosinusitis akut yang tidak diobati secara adekuat akan menyebabkan regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap, akibatnya terjadi kegagalan mengeluarkan sekret sinus dan menciptakan predisposisi infeksi. c.
=nfeksi Gigi =nfeksi gigi merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis maksila. %al ini terjadi karena sinus maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi premolar
dan molar atas. %ubungan ini dapat menimbulkan masalah klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus maksila. d. Rinitis 7lergi 7lergi merupakan suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan bahan asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun.' Rinitis alergi adalah suatu penyakit manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe = (Gell +omb$ yang diperantarai oleh =gC dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran utama. Gejalanya berupa hidung beringus, bersin6bersin, hidung tersumbat dan gatal. Peranan alergi pada rinosinusitis kronik adalah akibat reaksi anti gen anti bodi menimbulkan pembengkakan mukosa sinus dan hipersekresi. 5ukosa sinus yang membengkak dapat menyumbat ostium sinus dan mengganggu drainase sehingga menyebabkan timbulnya infeksi, yang selanjutnya menghancurkan epitel permukaan. -ejadian yang berulang terus6menerus dapat menyebabkan rinosinusitis kronis. e.
iabetes 5ellitus iabetes mellitus merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis kronik. %al ini disebabkan penderita diabetes mellitus berada dalam kondisi immunocompromised atau turunnya sistem kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terkena penyakit infeksi seperti rinosinusitis.
f.
7sma 7sma merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis kronik. #ebesar 2?6 D penderita asma dapat berkembang menjadi polip hidung sehingga mengganggu aliran mukus.
g. -elainan anatomi hidung -elainan anatomi seperti septum deviasi, bula etmoid yang membesar, hipertrofi atau paradoksal konka media dan konka bulosa dapat mempengaruhi aliran ostium sinus, menyebabkan penyempitan pada kompleks osteomeatal dan menggangu clearance mukosilia sehingga memungkinkan terjadinya rinosinusitis. h. -elainan kongenital -elainan kongenital seperti sindroma kartagener dan fibrosis kistik dapatmengganggu transport mukosiliar (sistem pembersih$. #indrom kartagener atau sindrom silia immortal merupakan penyakit
yang
diturunkan
secara
genetik,
dimana
terjadi
kekurangan9ketiadaan
lengan dynein sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pada koordinasi gerakan silia dan disorientasi arah dari denyut silia. Gangguan pada transport mukosiliar dan frekuensi denyut silia menyebabkan infeksi kronis yang berulang sehingga terjadi bronkiektasis dan rinosinusitis. Pada fibrosis kistik terjadi perubahan sekresi kelenjar yang menghasilkan mukus yang kental sehingga menyulitkan
pembersihan sekret. %al ini menimbulkan stase mukus yang selanjutnya akan terjadi kolonisasi kuman dan timbul infeksi. 2.
Haemophillus
influenza,
Moraxella
catarrhalis, Streptococcus
pyogenes,
Staphylococcus aureus, Bacteroides, eptostreptococcus, !uso"acterium dan Basil gram #$%. #elain bakteri, rinosinusitis juga dapat disebabkan oleh virus ( &hino'irus, influenza 'irus, parainfluenza 'irus dan Adeno'irus$ dan jamur ( Aspergillus dan (andida$. .
#inus atau lebih dikenal dengan sinus paranasal merupakan rongga di dalam tulang kepala yang terbentuk dari hasil pneumatisasi tulang6tulang kepala. #inus paranasal terdiri dari empat pasang sinus yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri. #inus paranasal berfungsi sebagai pengatur kondisi udara, penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara, dan membantu produksi mucus untuk membersihkan rongga hidung. #ecara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 6> bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. #emua rongga sinus dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari mukosa hidung, berisi udara dan semua sinus mempunyai muara (ostium$ di dalam rongga hidung. #ecara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anterior dan posterior. -elompok anterior terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel anterior sinus etmoid. -elompok posterior terdiri dari sel6sel posterior sinus etmoid dan sinus sfenoid.
Pembagian #inus Paranasal *. #inus 5aksila
#inus maksila merupakan sinus paranasal terbesar dan terdapata pada daerah tulang maksila. #aat lahir sinus maksila bervolume !61 ml, sinus kemudian berkembang mencapai ukuran maksimal yaitu *? ml (> E E 2mm$ saat berusia *?6*1 tahun. Bentuk sinus maksila ini adalah seperti piramida dengan bagian puncak menghadap ke lateral dan meluas ke arah prosesus 3ygomatikus dari maksila. asar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P* dan P2$, molar (5* dan 52$, kadang kadang juga gigi taring dan gigi molar 5. 7kar6akar gigi tsb dapat menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan rinosinusitis. 2. #inus E 2 mm$. #inus frontal biasanya bersekat6sekat dan tepi sinus berlekuk6lekuk. ;idak adanya gambaran lekuk6lekuk dinding sinus pada foto rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus. #inus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. . #inus Ctmoid #inus etmoid merupakan struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru dilahirkan. Pada saat janin yang berkembang pertama adalah sel anterior diikuti oleh sel posterior. #el tumbuh secara berangsur6angsur sampai umur *2 tahun. Gabungan sel anterior dan posterior mempunyai volume *? ml ( E 2) E *> mm$. Bentuk sinus etmoid seperti piramid dan dibagi menjadi multipel sel oleh sekat yang tipis. ibagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal yang berhubungan dengan sinus frontal. i dalam etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan rinosinusitis frontal dan peradangan di infindibulum dapat menyebabkan rinosinusitis maksila. >. #inus #fenoid #inus sfenoid merupakan rongga yang terletak di dasar tengkorak, tidak berhubungan dengan dunia luar sehingga jarang terkena infeksi. #inus ini terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior.) #inus sfenoid dibentuk di dalam kapsul rongga hidung dari hidung janin dan tidak berkembang hingga usia tahun. #inus mencapai ukuran penuh pada usia *1 tahun dengan volume sekitar ),? ml (2 E 2 E *) mm$. #ebelah superior sinus sfenoid berbatasan dengan fosa serebri media dan kelenjar hipofisa,
sebelah inferior dengan atap nasofaring, sebelah lateral dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna dan sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa posterior di daerah pons E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi rinosinusitis kronik terkait faktor: patensi ostium, fungsi silia dan kualitas sekret. Gangguan salah satu faktor tersebut atau kombinasi faktor6faktor tersebut merubah fisiologi dan menimbulkan sinusitis. -egagalan transpor mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor utama berkembangnya rinosinusitis kronik. Patofisiologi rinosinusitis kronik dimulai dari blokade akibat udem hasil proses radang di area kompleks ostiomeatal. Blokade daerah kompleks ostiomeatal menyebabkan gangguan drainase dan ventilasi sinus6sinus anterior. #umbatan yang berlangsung terus menerus akan mengakibatkan terjadinya hipoksi dan retensi sekret serta perubahan p% sekret yang merupakan media yang baik bagi bakteri anaerob untuk berkembang biak. Bakteri juga memproduksi toksin yang akan merusak silia. #elanjutnya dapat terjadi hipertrofi mukosa yang memperberat blokade kompleks ostiomeatal. #iklus ini dapat dihentikan dengan membuka blokade kompleks ostiomeatal untuk memperbaiki drainase dan aerasi sinus.
Path&ay Rinosinusitis
F. GEJALA DAN TANDA KLINIS
iagnosis ditegakkan bila ditemukan 2 atau lebih gejala mayor atau * gejala mayor dan 2 gejala minor. Pemeriksaan fisik ;%; dengan menggunakan nasoendoskopi dan foto polos hidung dan sinus paranasal atau #P (Bus4uets 5 , 2 " raft , *''? " #tankie&ic3, 2*$ *. Gejala 5ayor : %idung tersumbat #ekret pada hidung 9 sekret belakang hidung 9 P #akit kepala yeri 9 rasa tekan pada &ajah -elainan penciuman (hiposmia 9 anosmia$
2. Gejala 5inor : emam, halitosis Pada anak" batuk, iritabilitas #akit gigi #akit telinga 9 nyeri tekan pada telinga 9 rasa penuh pada telinga.
Gejala dan ;anda -linis : (Ballenger, *'') cit #etiadi 2'$ *. Gejala #ubjektif a. yeri #esuai dengan daerah sinus yang terkena dapat ada atau mungkin tidak. #ecara anatomi, apeks gigi6gigi depan atas (kecuali gigi insisivus$ dipisahkan dari lumen sinus hanya oleh lapisan tipis tulang atau mungkin tanpa tulang hanya oleh mukosa, karenanya sinusitis maksila sering menimbulkan nyeri hebat pada gigi6gigi ini b. #akit kepala 5erupakan tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis. /olff menyatakan bah&a nyeri kepala yang timbul merupakan akibat adanya kongesti dan udema di ostium sinus dan sekitarnya. Penyebab sakit kepala bermacam6macam, oleh karena itu bukanlah suatu tanda khas dari peradangan atau penyakit pada sinus. ika sakit kepala akibat kelelahan dari mata, maka biasanya bilateral dan makin berat pada sore hari, sedangkan pada penyakit sinus sakit kepala lebih sering unilateral dan meluas kesisi lainnya. #akit kepala yang bersumber di sinus akan meningkat jika membungkukkan badan kedepan dan jika badan tiba6tiba digerakkan. #akit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat istirahat ataupun saat berada dikamar gelap. yeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan aka n berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adanya statis vena. c. yeri pada penekanan yeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada penyakit di sinus6sinus yang berhubungan dengan permukaan &ajah d. Gangguan penghindu =ndra penghindu dapat disesatkan (parosmia$, pasien mencium bau yang tidak tercium oleh hidung normal. -eluhan yang lebih sering adalah hilangnya penghindu (anosmia$. %al ini disebabkan adanya sumbatan pada fisura olfaktorius didaerah konka media. 8leh karena itu ventilasi pada meatus superior hidung terhalang, sehingga menyebabkan hilangnya indra penghindu. Pada kasus kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi filament terminal nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indra penghindu dapat kembali normal setelah infeksi hilang.
2. Gejala 8bjektif a.
Pembengkakan dan udem ika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut, dapat terjadi pembengkakan dan udem kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti pada penebalan ringan atau seperti meraba beludru.
b. #ekret nasal 5ukosa hidung jarang merupakan pusat fokus peradangan supuratif, sinus6sinuslah yang merupakan pusat fokus peradangan semacam ini. 7danya pus dalam rongga hidung seharusnya sudah menimbulkan kecurigaan adanya suatu peradangan dalam sinus. Pus di meatus medius biasanya merupakan tanda terkenanya sinus maksila, sinus frontal atau sinus etmoid anterior, karena sinus6sinus ini bermuara ke dalam meatus medius. G. KOMPLIKASI
-ompikasi rinosinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukan antibiotika. -omplikasi yang dapat terjadi ialah: *. 8steomielitis dan abses subperiostal Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak6anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral. 2. -elainan 8rbita isebabkan oleh sinus paranasal yang berdeka tan dengan mata (orbita$. Hang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. @ariasi yang dapat timbul ialah udema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus. . -elainan =ntrakranial apat berupa meningitis, abses ektradural, abses otak d an trombosis sinus kavernosus. >. -elainan Paru #eperti bronkitis kronis dan brokiektasis. 7danya kelainan sinus paranasal disertai denga kelainan paru ini disebut sinobronkitis. #elain itu dapat juga timbul asma bronkial H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
*. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan palpasi turut membantu menemukan nyeri tekan pada daerah sinus yang terkena disamping pemeriksan rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior. 2. ;ransiluminasi
;ransluminasi mempuyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk pemeriksaan sinus maksila dan sinus frontal, bila fasilitas pemeriksaan radiologik tidak tersedia. . Pemeriksaan radiologi a.
b. +;6#can (+omputer ;omography$ sinus paranasal #inus maksila, rongga hidung, septum nasi dan konka terlihat pada penampang +;6#can aksial dan koronal. Pada sinusitis dengan komplikasi, +;6#can adalah cara yang terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah. +;6#can koronal dari sinus paling baik untuk pembedahan, memberikan visualisasi yang baik tentang anatomi rongga hidung, komplek osteomeatal, rongga6rongga sinus dan struktur6struktur yang mengelilinginya seperti orbita, lamina kribiformis, dan kanalis optikus. 8bstruksi anatomi pada komplek osteomeatal dan kelainan6kelainan gigi akan terlihat jelas. +;6#can dapat menilai tingkat keparahan inflamasi dengan menggunakan sistem gradasi yaitu staging )und$Mackay. #istem ini sangat sederhana untuk digunakan secara rutin dan didasarkan pada skor angka hasil gambaran +; scan. )und$Mac*ay &adiologic Staging System ditentukan dari lokasi Gradasi Radiologik sinus maksila, etmoid anterior, etmoid posterior dan sinus sphenoid, Penilaian Gradasi radiologik dari 62, Gradasi : ;idak ada kelainan, Gradasi * : 8pasifikasi parsial Gradasi 2 : 8pasifikasi komplit. >. asoendoskopi asoendoskopi ini akan mempermudah dan memperjelas pemeriksaan karena dapat melihat bagian6bagian rongga hidung yang berhubungan dengan faktor lokal penyebab sinusitis. Pemeriksaan nasoendoskopi dapat melihat adanya kelainan septum nasi, meatus media, konka media dan inferior, juga dapat mengetahui adanya p olip atau tumor. I.
DIAGNOSIS
Gejala klinik rinosinusitis kronis menurut American Academy of Otolaryngic Allergy (7787$, dan American &hinologic Society (7R#$ adalah rinosinusitis yang berlangsung
lebih dari *2 minggu dengan 2 gejala mayor atau lebih atau * gejala mayor disertai 2 gejala minor atau lebih (#etiadi 5, 2'$. J. PENATALAKSANAAN
ika pada pemeriksaan ditemukan adanya faktor predisposisi seperti deviasi septum, kelainan atau variasi anatomi -85, hipertrofi adenoid pada anak, polip, kista, jamur, gigi penyebab sinusitis, dianjurkan untuk melakukan penatalaksanaan yang sesui dengan kelainan yang ditemukan (lusoy, 2)$. ika tidak ditemukan faktor predisposisi, diduga kelainan adalah bakterial yang memerlukan pemberian antibiotik dan pengobatan medik lainnya. *. 5edikamentosa a.
7ntibiotika 5eskipun tidak memegang peran penting, antibiotika dapat diberikan sebagai terapi a&al. Pilihan antibiotika harus mencakup I6laktamase seperti pada terapi sinusitis akut lini ke ==, yaitu amoksisillin klavulanat atau ampisillin sulbaktam, sefalosporin generasi kedua, makrolid, klindamisin. ika ada perbaikan antibiotik diteruskan mencukupi * F *> atau lebih jika diperlukan. ika tidak ada perbaikan dapat dipilih antibiotika alternatif seperti siprofloksasin, golongan kuinolon atau yang sesuai dengan kultur. ika diduga ada bakteri anaerob, dapat diberi metronida3ole. ika dengan antibiotika alternatif tidak ada perbaikan, maka eveluasi kembali apakah ada faktor predisposisi yang belum terdiagnosis denga n pemeriksaan nasoendoskopi maupun +;6 #can.
b. ;erapi 5edik ;ambahan +ekongestan, ekongestan berperan penting sebagai terapi a&al mendampingi antibiotik. ekongestan oral menstimulasi reseptor J6adrenergik dimukosa hidung dengan efek vasokontriksi yang dapat mengurang keluhan sumbatan hidung, meningkatkan diameter ostium dan meningkatkan ventilasi. Preparat yang umum adalah pseudoefedrine dan phenyl$propanolamine. -arena efek peningkatan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung harus dilakukan dengan hati6hati. ekongestan topikal mempunyai efek yang lebih cepat terhadap sumbatan hidung, namun efeknya ini sebetulnya tidak fisiologik dan pemakaian jangka lama (lebih dari ) hari$ akan menyebabkan rinitis medika mentosa. Antihistamin, 7lergi berperan sebagai penyebab sinusitis kronis pada lebih dari ?D kasus, karenanya penggunaan antihistamin justru dianjurkan, demikian juga kemungkinan imunoterapi.
-arena antihistamin generasi pertama mempunyai efek antikolinergik yang tinggi, generasi
kedua
lebih
disukai
seperti azelastine,
acri'astine,
cetirizine,
fexofenadine dan loratadine. *ortikosteroid ,
ada
2
jenis
kortikosteroid,
yaitu kortikosteroid
topikal dan kortikosteroid oral , kortikosteroid topikal mempunyai efek lokal terhadap bersin, sekresi lendir, sumbatan hidung dan hipo9anosmia. Penemuannya merupakan perkembangan besar dalam pengobatan rinitis dan sinusitis. Penggunaannya kortikosteroid topikal meluas pada kelainan alergi dan non6alergi. 5eskipun obat semprot ini tidak mencapai komplek osteomeatal, keluhan pasien berkurang karena udema di rongga hidung dan meatus medius hilang. #edangkan kortikosteroid oral dapat mencapai seluruh rongga sinus. ;erapi singkat selama dua minggu sudah efektif menghilangkan beberapa keluhan. Preparat oral dapat diberikan mendahului yang topikal, obat oral dapat membuka sumbatan hidung terlebih dahulu sehingga distribusi obat semprot merata. 2. Penatalaksanaan 8peratif #inusitis kronis yang tidak sembuh dengan pengobatan medik adekuat dan optimal serta adanya kelainan mukosa menetap merupakan indikasi tindakan bedah. Beberapa macam tindakan bedah mulai dari antrostomi meatus inferior, +ald&el60uc, trepanasi sinus frontal, dan Bedah #inus Cndoskopi
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ISHIALGIA A. PENGKAJIAN
*. Biodata ama ,umur, seE, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,, 2. Ri&ayat Penyakit sekarang Penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng. . -eluhan utama Biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan. >. Ri&ayat penyakit dahulu : Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma Pernah mempunyai ri&ayat penyakit ;%; Pernah menedrita sakit gigi geraham
?. Ri&ayat keluarga : 7dakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. !. Ri&ayat spikososial =ntrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas9sedih$ =nterpersonal : hubungan dengan orang lain.
). Pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
ntuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung Pola istirahat dan tidur
#elama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek Pola Persepsi dan konsep diri
-lien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun Pola sensorik
aya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen$. 1. Pemeriksaan fisik status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan
bengkak$ B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih. 2. Nyeri sehubungan dengan adanya sumbatan drainase sinus. 3. PK: Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya daya tahan tubuh. 4. emas berhubungan dengan ancaman terhada! atau !erubahan dalam status
kesehatan. ".
#angguan !erse!si sens$ri !enghidu berhubungan dengan %umbatan !ada fisura $lfakt$rius
RENCANA KEPERAWATAN
NO DX
*
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN
TUJUAN (NOC
INTE
KOLABORASI NIC " Bersihan jalan nafas tidak NOC " efektif berhubungan dengan Respiratory status : @entilation 7ir&ay 5anagement mucus berlebih Respiratory status : 7ir&ay patency Buka jalan nafas, guanakan te Posisikan pasien untuk mema 7spiration +ontrol =dentifikasi pasien perlunya pe K#$t%#$a Ha&$' " 5endemonstrasikan batuk efektif dan Pasang mayo bila perlu suara nafas yang bersih, tidak ada 0akukan fisioterapi dada jika p sianosis dan dyspneu (mampu -eluarkan sekret dengan batuk mengeluarkan sputum, mampu 7uskultasi suara nafas, catat ad bernafas dengan mudah, tidak ada 0akukan suction pada mayo pursed lips$ Berikan bronkodilator bila perl 5enunjukkan jalan nafas yang paten Berikan pelembab udara -assa (klien tidak merasa tercekik, irama 7tur intake untuk cairan meng nafas, frekuensi pernafasan dalam 5onitor respirasi dan status 8 rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal$ 7ir&ay #uction 5ampu mengidentifikasikan dan Pastikan kebutuhan oral 9 trac mencegah factor yang dapat 7uskultasi suara nafas sebelu menghambat jalan nafas =nformasikan pada klien dan k 5inta klien nafas dalam sebel Berikan 82 dengan menggun nasotrakeal
Gunakan alat yang steril sitiap 7njurkan pasien untuk istir dikeluarkan dari nasotrakeal 5onitor status oksigen pasien 7jarkan keluarga bagaimana c %entikan suksion dan berika bradikardi, peningkatan satura
2
yeri berhubungan dengan NOC " NIC " Pa$ Maa)%*%t adanya sumbatanPain drainase 0evel, sinus 0akukan pengkajian nyeri Pain control, karakteristik, durasi, frekuensi +omfort level 8bservasi reaksi nonverbal da K#$t%#$a Ha&$' " 5ampu mengontrol nyeri (tahu Gunakan teknik komunikasi t penyebab nyeri, mampu menggunakan nyeri pasien -aji kultur yang mempengaru tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan$ Cvaluasi pengalaman nyeri m 5elaporkan bah&a nyeri berkurang Cvaluasi bersama pasien dengan menggunakan manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri 5ampu mengenali nyeri (skala, Bantu pasien dan keluarga unt intensitas, frekuensi dan tanda nyeri$ -ontrol lingkungan yang da 5enyatakan rasa nyaman setelah nyeri ruangan, pencahayaan dan keb berkurang -urangi faktor presipitasi nye ;anda vital dalam rentang normal Pilih dan lakukan penangana dan inter personal$ -aji tipe dan sumber nyeri unt 7jarkan tentang teknik non fa Berikan analgetik untuk meng Cvaluasi keefektifan kontrol n ;ingkatkan istirahat -olaborasikan dengan dokte tidak berhasil 5onitor penerimaan pasien te Aa')%&$+ A,*$$&t#at$- ;entukan lokasi, karakteristi pemberian obat +ek instruksi dokter tentang je +ek ri&ayat alergi Pilih analgesik yang diperluk pemberian lebih dari satu ;entukan pilihan analgesik ter ;entukan analgesik pilihan, ru Pilih rute pemberian secara teratur 5onitor vital sign sebelum da
kali Berikan analgesik tepat &aktu Cvaluasi efektivitas analgesik,
>
?
!
#etelah Pantau #P (neutrofil dan lim dilakukan tindakan asuhan kepera&ata Pantau tanda dan gejala infeks n KKE 2> jam diharapkan pera&at Pantau gejala septicemia akan mencegah, menangani dan Pantau efek antibiotic meminimalkan infeksi dengan gejala: Pantau tanda dan gejala virus #uhu meningkat Pantau tanda dan gejala rine buram9 bau flor meningitis$ lser pada sisitem gastrointestinal -aji dan pantau infeksi bakter Perubahan jumlah #P khususnya 7njurkan intake nutrisi diting neutrofil dan limfosit -urangi prosedur infasif 7danya nyeri pada perineum +emas berhubungan dengan NOC " NIC " 7nEiety control ancaman terhadap atau 7nEiety Reduction (penuruna perubahan dalam status Gunakan pendekatan yang me +oping kesehatan yatakan dengan jelas harapa =mpulse control elaskan semua prosedur dan K#$t%#$a Ha&$' " -lien mampu mengidentifikasi dan Pahami prespektif pasien terhd ;emani pasien untuk memberi mengungkapkan gejala cemas 5engidentifikasi, mengungkapkan dan Berikan informasi faktual me menunjukkan tehnik untuk mengontol orong keluarga untuk mene cemas 0akukan back 9 neck rub @ital sign dalam batas normal engarkan dengan penuh per Postur tubuh, ekspresi &ajah, bahasa =dentifikasi tingkat kecemasa tubuh dan tingkat aktivitas Bantu pasien mengenal situasi menunjukkan berkurangnya kecemasan orong pasien untuk mengun =nstruksikan pasien mengguna Barikan obat untuk menguran P-: =nfeksi
-aji seberapa besar kehilanga Gangguan persepsi #etelah sensori penghidu dilakukan tindakan asuhan kepera&ata -enalkan pasien dengan berb berhubungan dengan n KKE 2> jam diharapkan pasien parfum dll #umbatan pada fisura dapat mempertahankan fungsi pembau elaskan pada pasien tenta olfaktorius dan mencegah kerusakan yang lebih sehingga pasien jelas dengan k parah dengan kriteria hasil: -olaborasikan pemeriksaan se 5empertahankan fungsi pembau 5emberi helth education kep pembau 0ibatkan keluarga dalam peng NIC " -urang pengetahuan b.d NOC " kurangnya informasi ;eaching : isease Process -o&l&dge : disease process Berikan penilaian tentang tin mengenai kondisi, -o&ledge : health Behavior prognosis dan tindakan K#$t%#$a Ha&$' " penyakit yang spesifik pengobatan
Pasien dan keluarga menyatakan elaskan patofisiologi dari pemahaman tentang penyakit, kondisi, berhubungan dengan anatomi Gambarkan tanda dan gejala y prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu cara yang tepat melaksanakan prosedur yang dijelaskan Gambarkan proses penyakit, d secara benar =dentifikasi kemungkinan pen dan keluarga mampu #ediakan informasi pada pas Pasien menjelaskan kembali apa yang tepat dijelaskan pera&at9tim kesehatan %indari harapan yang kosong lainnya #ediakan bagi keluarga atau dengan cara yang tepat iskusikan perubahan gaya mencegah komplikasi di ma pengontrolan penyakit iskusikan pilihan terapi atau ukung pasien untuk men opinion dengan cara yang tepa Cksplorasi kemungkinan sum tepat Rujuk pasien pada grup atau yang tepat =nstruksikan pasien mengenai pemberi pera&atan kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA
7cala @. 2*. +-: alidasi !oto olos Sinus aranasal - osisi untuk +iagnosis &inosinusitis *ronik . Hogyakarta: . &inosinusitis. etiologi dan patofisiologi/ +alam. Naskah lengkap perkem"angan terkini diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis. #urabaya: Bagian =lmu -esehatan ;%; <- nair9R# r. #oetomo
5angunkusumo C, #oetjipto . 2)/ Sinusitis. alam: #oepardi C7, =skandar , Bashiruddin , Restuti R, eds. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Cdisi ke6!. akarta: Balai Penerbit <-= 5ansjoer, 7 dkk. 2). *apita Selekta *edokteran, 4ilid 5 edisi -. akarta: 5edia 7esculapius 5c +loskey, +.., et all . *''!. Nursing 0nter'entions (lassification #N0(% Second 3dition. e& ersey: pper #addle River Rahmi 7, Punagi L. 21. ola penyakit Su""agian &inologi di &S endidikan Makassar periode 677-$ 6778 . 5akasar: Bagian =lmu -esehatan ;%; <- niversitas %asanuddin. ipresentasikan di P=; =@ Bandung #antosa, Budi. 2). anduan +iagnosa *epera1atan NAN+A 6779$6772 . akarta: Prima 5edika #oetjipto , harmabakti , 5angunkusumo C, tama R. 2!. !unctional endoscopic sinus surgery di 0ndonesia pada panel ahli THT 0ndonesia. akarta: Hanmedic6epkes