BAB 1 HARGA DIRI RENDAH 1.1 Laporan Pendahuluan A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri; harga diri rendah
B. Proses Terjadinya Masalah Cor e Pr oblem
1. Definisi Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 1992 ) Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan. 2. Tanda dan gejala a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri b. Hilang kepercayaan diri c. Merasa gagal mencapai keingginan d. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu e. Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai mana mestinya f. Menarik diri dari kehidupan sosial g. Banyak diam dan sulit berkomunikasi
C. Penyebab
Koping individu tidak efektif. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif, koping merupakan respon pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak efektif maka individu tidak bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.
D. Akibat
Menarik diri Mekanisme terjadinya masalah : Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga diri rendah akan merasa tidak mampu , tidak berdaya, pesimis dapat menghadapi kehidupan, dan tidak percaya pada diri sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu 1
individu akan banyak diam, menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial
E. Pohon Masalah
Gangguan isolasi sosial
: menarik diri
Gangguan konsep diri
: harga diri rendah
Koping individu tidak efektif
F. Masalah Keperawatan Keperawatan dan Data Yang Perlu di Kaji 1. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji : a. Lebih banyak diam b. Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang c. Personal hygiene kurang d. Merasa tidak nyaman diantara orang e. Tidak cukupnya ketrampilan sosial f. Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi
2.
Gangguan konsep diri harga diri rendah Data yang perlu dikaji : a. Perasaan rendah diri b. Pikiran mengarah c. Mengkritik diri sendiri d. Kurang terlibat dalam hubungan sosial e. Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri f. Menyalahkan diri sendiri g. Perasaan putus asa dan tidak berdaya.
3. Koping individu tidak efektif
a. Masalah yang di hadapi pasien (sumber koping) b. Strategi dalam menghadapi masalah c. Status emosi pasien
2
G. Diagnosa Keperawatan Keperawatan
1. Gangguan interaksi sosial ; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
H. Rencana Tindakan Keperawatan Keperawatan Di agnosa agnosa 1 : Gangguan Gangguan i nteraksi sos sosial ial : menari k di r i berhu bungan dengan dengan har ga dir i r endah.
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. TUK 1
: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2
: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.
a. Kriteria hasil :
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki - Kemampuan yang dimiliki - Aspek positif keluarga - Aspek positif lingkungan yang di miliki klien.
b. Intervensi - Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. - Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif. - Utamakan memberi pujian yang realistik.
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Kriteria evaluasi -
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Intervensi -
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
-
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
TUK 4 : Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. a. Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian.
b. Intervensi
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 3
-
Kegiatan mandiri
-
Kegiatan dengan bantuan sebagian
-
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
a. Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
b. Intervensi
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. - Beri pujian atas keberhasilan klien. - Diskusikan kemungkinan, pelaksanaan di rumah. TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
b. Intervensi
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. - Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 1.2 Strategi Tindakan Keperawatan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Kl ien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam sulit berkomunikasi dengan temantemannya, pandangan mata kosong. 2. Di agnosa Keper awatan
Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 3. Tuj uan Kh usus
TUK : 1)
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2)
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4
4. Ti ndakan K eper awatan
1)
Bina hubungan saling percaya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2)
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif c. Utamakan memberikan pujian yang realistis
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 1. F ase Or ientasi
a.
Salam tarapeutik "Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Sri Sundari, saya biasa dipanggil Ndari, nama mbak siapa ? dan panggilan apa yang mbak sukai ? Baiklah mbak, di sini saya akan menemani mbak, saya akan duduk di samping mbak, jika mbak akan mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan."
b.
Evaluasi/ validasi "Bagaimana perasaan mbak hari ini, saya ingin sekali ingin membantu menyelesaikan masalah mbak dan saya harap mbak mau bekerja sama dengan saya, kalau boleh saya tahu apa yang terjaadi di rumah sehingga mbak sampai dibawa kemari ?"
c.
Kontrak "Mbak bagaimana kalau hari ini kita bincang-bincang tentang kemampuan yang mbak miliki, di mana kita ngobrol mbak ? berapa lama ? baiklah bagaimana kalau gitu nanti ngobrol di taman selama + 15 menit.
2. F ase Ker j a
"Nah, coba mbak cari kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sebelum sakit. Baik, apalagi mbak ?" "Bagus sekali ternyata mbak memiliki kemampuan yang banyak sekali."
5
3.
F ase Ter mi nasi
a.
Evaluasi "Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 15 menit ta di ?" "Bisa mbak ulangi lagi apa yang telah kita bicarakan tadi ?"
b.
Rencana tindak lanjut "Setelah ini kita akan berbicara mengenai kemampuan yang masih bisa mbak gunakan selama sakit."
c.
Kontrak "Baiklah mbak, waktu kita sudah habis bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, kira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?" "Baiklah mbak bagaimana kalau kita bertemu lagi jam 11 selama + 20 menit."
6
BAB 2 ISOLASI SOSIAL 2.1 Laporan Pendahuluan A.
Masalah Utama
Isolasi Sosial
B.
Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. (Carpenito, L J, 1998). Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI 2000).
2. Penyebab Terjadinya faktor ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, tidak mampu 7
merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain. Adapun gejala klinis sebagai berikut : a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri c. Gangguan hubungan sosial d. Percaya diri kurang e. Menciderai diri
3. Tanda dan Gejala a. Menyendiri dalam ruangan b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata c. Sedih, afek datar d. Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia e. Apatis f. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain g. Menggunakan kata – kata simbolik h. Menggunakan kata – kata yag tidak berarti i. Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara j. Rendah diri
4. Akibat dari Isolasi Sosial Klien dengan isolasi sosial dapat berakibat terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan menciderai diri ( akibat dari harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri hidupnya )
5. Rentang Respon Hubungan dengan orang lain dan lingkungan menimbulkan respon sosial pada individu : a. Respon Adaptif Respon Adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh normanorma sosial dan budaya secara umum yang berlaku.Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif : 8
1. Menyendiri : Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi dilingkungan sosialnya 2. Otonomi : Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,dan perasaan dalam hubungan sosial 3. Bekerja keras : Kemampuan individu saling membutuhkan satu sama lain. 4. Interdependen : Saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal b. Respon Maladaptif Respon Maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat.Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif : 1. Menarik diri : Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain 2. Ketergantungan : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain. 3. Manipulasi : Seseorang yang menganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat dapat membina hubungan sosial secara mendalam 4. Curiga : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
6. Terjadinya Masalah Menurut (Stuart. G. W ; 2007 ) isolasi sosial di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Faktor Predisposisi 1. Faktor tumbang : Tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan 2. Faktor komunikasi dalam keluarga : Komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang menerimapesan yang saling bertentangan dlm waktu yg bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga yg menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. 3. Faktor Sosial Budaya : Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, disebabkan norma - norma yang salah dianut keluarga, seperti : anggota keluarga tidak produktif ( lansia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat) diasingkan dari lingkungan sosialnya. 4. Faktor biologis : Gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang abnormal ( atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel – sel dalam limbik dan daerah kortik 9
b. Faktor Presipitasi 1. Faktor eksternal : Stressor sosial budaya : Stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya ( keluarga. 2. Faktor Internal : Stresor psikologik : Stres terjadi akibat ansietas berkepanjangan diserta akibat keterbatasan kemampuan 7. Mekanisme Kopingtasan kemampuan mengatasinya
1. Perilaku curiga 2. Perilaku dependen 3. Perilaku manipulatif 4. Isolasi/ menarik diri
8. Perilaku 1.
Menarik diri : Kurang spontan, apatis, ekspresiiwajah kurang berseri, defisit perawatan diri,wajah komunikasi kurang, isolasi diri, aktivitas menurun, kurang berenergi, rendah diri, postur tubuh sikap fetus.
2.
Curiga : Tidak percaya orang lain, bermusuhan, isolasi sosial, paranoiaisolasi
3.
Manipulasi : Kurang asertif, isolasi sosial, hargadiri rendah, tergantung pd orang lain, ekspresi perasaan tidak langsung pada tujuan.
9. Sumber Koping Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada prilaku. Kekuatan dapat meliputi model, seperti intelegensi dan kretifitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak – anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping kerena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pangalaman.
10
10. Pohon Masalah
11. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji a. Isolasi Sosial b. Harga Diri rendah Kronis c. Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi d. Defisit Perawatan Diri e. Koping Individu Tidak Efektif f. Koping Keluarga Tidak efektif g. Intoleransi aktifitas h. Defisit perawatan diri i. Resti mencedarai diri,orang lain dan lingkungn
12. Data yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan Keperawatan Isolasi Sosial
Data yang perlu dikaji Subjektif : a. Klien mengatakan mulai bergaul dengan orang lain. b. Klien mengatakn dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian c. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain. d. Tidak mau berkomunikasi e. Dta tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbukaan klien Objektif : a. Kurang spontan 11
b. Apatis c. Ekspresi wajah kurang berseri d. Todak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal f. Mengisolasi diri g. Asupan makanan dan minuman terganggu h. Retensi urine dan feses i. Aktivitas menurun j. Kurang berenergi atau bertenaga k. Rendah diri
13. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial
14. Rencana Tindakan Keperawatan a. Tindakan Keperawatan untuk klien : 1. Membina hubungan saling percaya 2. Menyadari penyebab isolasi sosial 3. Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain 4. Melakukan interaksi dengan orang lain b. Tindakan Keperawatan untuk keluarga : 1. Keluarga mengetahui masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien 2. Keluarga mengetahui penyebab isolasi sosial 3. Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi isolasi sosialnya 4. Keluarga mengetahui pengobatan yang benar untuk klien. 5. Keluarga mengetahui tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi klien
2.2 Strategi Tindakan Keperawatan
Masalah : Isolasi Sosial Pertemuan : 1 A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
12
Klien terlihat sedang sendiri disudut ruangan dengan pandangan yang kosong. Kaki serta tangannya dilipat saat perawat menghampirinya. Klien hanya menjawab ya dan tidak,terlihat seperti tidak ingin ditemani dan klien mengatakan bahwa dirinya tidak suka berbicara dengan teman-temannya yang lain karena dirinya tidak gila 2. Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial 3. TUK/SP 1 a. Membina hubungan saling percaya b. Menyadari penyebab isolasi sosial c. Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang la in 4. Tindakan Keperawatan a. Membina hubungan saling percaya 1. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien. 2. Berkenalan dengan klien. Perkenalkan nama dan nam panggilan yang saudara sukai, tanyakan nama dan panggilan klien. 3. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini. 4. Buat kontrak asuhan keperawatan mencangkup hal- hal seprti apa-apa yang saudara akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya. 5. Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi. 6. Tunjukkan setiap empati terhadap klien setiap saat. 7. Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan. b. Menyadari penyebab isolasi sosial 1. Tanyakan siapa saja orang yang tinggal satu rumah dengan klien 2. Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya 4. Tanyakan siapa orang yang tidak dekat dengan klien dan apa sebabnya c. Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain 1. Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain 2. Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain 3. Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka 4. Diskusikan pada klien kerugian bila klien tidak memiliki banyak teman dan tidak bergaul akarab dengan mereka 13
5. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
a. Orientasi 1. Salam Terapeutik “Assalamu’alaikum,Selamat pagi bapak/ibu. Saya suster......panggil suster...saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kperawatan....yang akan bertugas disini dari jam 08.0012.00 siang nanti. b. Evaluasi “Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ?” c. Kontrak 1. Topik “Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang penyebab bapak/ibu kurang suka bergaul, apa saja keuntungan bergaul dan apa saja kerugian bila tidak bergaul dengan orang lain.” 2. Tempat “Bapak/ibu ingin bercakap-cakap dimana ?” “Bagaiman kalau diruang duduk?” 3. Waktu “Bapak/ibu ingin bercakap-cakap berapa lam?” d. Kerja “Apa yang membuat bapak/ibu tidak suka bergaul dengan orang lain?” Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap bapak/ibu atau alasan lain?” “Apakah ruginya kalau kita tidak punya teman?”Menurut bapak/ibu apakah keuntungan kalua kita punya teman?” Nah kita sudah mengetahui penyebab bapak/ibu tidak mau bergaul dengan orang lain, ruginya tidak punya teman dan untungnya punya teman?” e. Terminasi 1. Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi mengetahui penyebab bapak/ibi tidak mau bergaul dengan orang lain bserta keuntungan dan kerugiannya?” 2. Evaluasi Objektif “Bisakah bapak/ibu menceritakan kembali tentang keuntungan dan kerugian bergaul dengan orang lain?” 14
3. Rencana Tindak Lanjut “Bagaimana bapak/ibu apakah bapak/ibu ingin belajar bergaul dengan orang lain?” 4. Kontrak yang akan Datang a. Topik “Bagaimana kalau besok kita belajar mengenai cara-cara bergaul dengan orang lain?” b. Tempat “Dimana nanti kita bercakap-cakap?” “Bagaiman kalau disini?” c. Waktu “Bapak/ibu ingin jam berapa?” “Bagaimana jam 13.00 setelah bapak/ibu makan siang?”
15
BAB 3 HALUSINASI
3.1 Laporan Pendahuluan A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi sensori halusianasi
B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian
- Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan). - Menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. - Halusianassi adalah keadaan dimana individu / keloimpok beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah dan pola stimulasi yang datang (Carpenito, 2000). 2. Tanda dan Gejala
Fase I (Menyenangkan) Karakteristik :
- Mengalami ansietas, rasa bersalah dan ketakutan - Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan rasa cemas - Perilaku dan pengalaman sensori masih dalam kontrol pikiran - Non psikotik Perilaku pasien :
- Tersenyum sendir, tertawa sendiri - Menggerakkan bibir tanpa bicara, respon verbal lambat - Diam dan berkonsentrasi Fase II (Menyalahkan) Karakteristik :
- Adanya pengalamn sensori yang menakutkan - Mulai merasa kehilangan kontrol - Merasa dilecehakan oleh pengalaman, menarik diri - Non psikotik 16
Perilaku pasien :
- Meningkatnya denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah - Perhatian dengan lingkungan kurang - Konsentrasi terhadap pengalaman sensori - Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi Fase III (Konsentrasi) - Bisikan dan suara-suara menonjol, menguasai dan mengontrol - Tingkat kecemasan berat - Pengalaman halusianasi tidak dapat ditolak lagi Karakteristik : - Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya - Klien kesepian bila pengalaman sensori berakhir - Klien terbiasa dengan halusinasinya dan tidak berdaya - Psikotik Perilau Pasien : - Perintah halusinasi ditaati - Sulit berhubungan dengan orang lain - Perhatian dengan lingkungan berkurang - Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat Fasse IV (Menguasai) Karakteristik : - Pengalaman sensori menakutkan dan mengancam - Klien tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan dengan lingkungan - Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada terapi terapeutik - Psikotik berat Perilaku Pasien : - Perilaku panik, potensi akut suicide - Aktifitas fisik merefleksikan halusinasi - Tidak mampu berespon pada lebih dari satu orang - Tidak bisa berespon terhadap perintah yang kompleks
17
3. Etiologi
Faktor prdisposisi :
- Faktor genetik - Faktor Neurobiology - Studi Neurotransmiter - Psikologis Faktor Presipitasi :
- Sosial budaya - Stres lingkungan dan respon neurobiologis maladapif
Penuh kritik
Kehilangan harga diri
Gangguan hubungan interpersonal
Tekanan ekonomi
4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Apabila perilaku halusiansinya berupa hal yang tidak menyenagkan
maka
akan
mengakibatkan
individu
tersebut
melakukan
atau
mencederai orang lain dan lingkungan. (PPNI, 2002).
C. Pohon Masalah
Effect
: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunga
Core Problem
: Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Causa
: Isolasi sosial : Menarik diri
D. Masalah yang Muncul dan Data yang Perlu Dikaji No
Data Fokus
1.
DS : -
Masalah Keperawatan
Gangguan sensori
Klien mengatakan sering
persepsi : Halusinasi
mendengar suara-suara gemuruh
Auditori
pada pagi dan malam. -
Klien mengatakan pernah mondok di RSJ dengan penyakit yang sama. DO : 18
-
Klien tampak sering komatkamit
-
Klien sering menyendiri
-
ADL mandiri.
2.
DS : -
Resiko mencederai diri
Klien mengatakan sering
sendiri, orang lain dan
mendengar bisikan-bisikan
lingkungan.
hingga membuatnya marah DO : -
Klien bingung, kadang mengamuk dan memukul
3.
DS : -
Klien mengatakan sering
Isoslasi sosial : Menarik diri
menyendiri dan jarang mengobrol dengan teman atau orang lain. DO : -
Melamun, menyendiri, pasif
-
Interaksi dengan orang lain berkurang
E. Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
2.
Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
3.
Isolasi sosial : menarik diri
3.2 Strategi Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau) Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya Tujuan Khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat
19
Intervensi :
- Sapa klien dengan ramah - Perkenalkan diri dengan sopan - Jelaskan tujuan pertemuan - Tunjukkan sikap emapati dengan menerima klien apa adanya dan beri perhatian b. Klien dapat mengenal halusinasinya KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan (isi, waktu, frekuensi, situasi, kondisi yang menimbulkan halusinasi) Intervensi :
- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap - Observasi tingkah laku klien sesuai dengan halusinasinya - Bantu klien mengenal halusinasinya - Diskusikan dengan klien tentang frekuensi dan waktu halusinasi - Kaji respon klien saat terjadi halusinasi c. Klien dapat mengontrol halusinasinya KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. Intervensi :
- Identifikasi cara yang selama ini dilakukan saat terjadi halusinasi - Diskusikan manfaat cara tersebut - Diskusikan cara baru untuk mengendalikan halusinasi (menghardik, bercakapcakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, minum ibat teratur)
- Beri kesempatan untuk melakukan cara tersebut saat halusinasinya timbul d. Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan keluarga dapat meyebutkan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi. Intervensi :
- Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan - Diskusikan dengan keluarga tentang :
Pengertian halusinasi
Tanda dan Gejala halusinasi
Cara yang dapat dilakukan untuk memutus halusiansi
Proses terjadi halusinasi
Obat-obat untuk halusinasi 20
Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
Berikan informasi waktu kontrol
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan benar KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien dapat mengerti obat yang perlu diminum Intervensi :
- Diskusikan frekuensi, dosis, dan manfaat obat - Anjurkan minum obat - Diskusikan efek bila menghentikan obat tanpa konsultasi - Jelaskan 5 tepat dalam penggunaan obat.
21
BAB 4 WAHAM
4.1 Laporan Pendahuluan A. Pengertian
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan segera kukuh di pertahankan walau pun tidak di yakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita normal (Stuart dan sundeen,1998) Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol(Depkes RI,2000) Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intetelektual dan latar belakang budaya, ketidak mampuan merespon stimulus internal dan eksretnal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (keliat 1999) B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir, waham adalah sebagai berikut : a. Menolak makan b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri c. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan d. Gerakan tidak terkontrol e. Mudah tersinggung f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan h. Menghindar dari orang lain i.
Mendominasi pembicaraan
j.
Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan C. Rentang respon
a.
Pikiran logis
b.
Persepsi akurat
c.
Emosi konsisten dengan pengalaman
d.
Perilaku sesuai
e.
Hubungan sosial harmonis 22
D. Faktor presdisposisi
1.
Faktor perkembangan Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
2.
Faktor sosial budaya Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham
3.
Faktor psikologis Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
4.
Faktor biologis Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik
5.
Faktor genetik
E. Faktor presipitasi
1.
Faktor sosial budaya Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di asingkan dari kelompok.
2.
Faktor biokimia Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang
3.
Faktor psikologis Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan
F. Macam – macam waham
1.
Waham agama Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk nya
2.
Waham kebesaran 23
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........” “ saya punya tambang emas !” 3.
Waham curiga Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
4.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan . Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
5.
Waham nihilistik Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”
G. Status metal
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan aneh.tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain itu perasaan hati nya konsisten dengan isi waham. H. Sensori dan kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat. Pengendaliaan implus pada klien waham perlu di perhatikan bila terlihat ada nya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau mealuka kekerasan pada orang lain. Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan terjatuh atau di dapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadi nya perubuhan emosional seseoramg yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai 24
manivestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan nya. Bila respon lingkungan kurang mendukung terhadap perilaku nya di mungkinkan aka timbul resiko prilaku kekerasan pada orang lain. I. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi perilaku kekerasan 2. Perubahan proses pikir : Waham 3. Isolasi sosial 4. Harga diri rendah J. Data Yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan
Data yang perlu dikaji
Subjectif : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus Objectif : Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya Pembicaraan klien cenderung berulang – ulang Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan Per ubahan pr oses pik ir : waham K. Diagnosis Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran L. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada klien a. Tujuan
- Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap - Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan - Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar b. Tindakan
Bina hubungan saling percaya Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :
- Mengucapkan salam terapeutik - Berjabat tangan 25
- Menjelaskan tujuan berinteraksi - Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien
Tindakan mendukung atau membantah waham klien
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
Jika
klien
memberikan
terus-menerus dukungan,
membicarakan atau
wahamnya,
menyangkal
dengarkan
sampai
klien
tanpa
berhenti
membicarakannya.
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat lalu dan saat ini
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
Berbicara dalam konteks realita
Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian yang sesuai
Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat, jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa konsultasi
2. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien a. Tujuan
- Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien - Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi oleh wahamnya
- Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal b. Tindakan keperawatan
- Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien - Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah, follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien
- Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan 26
4.2 Strategi Tindakan Keperawatan
Masalah
: perubahan proses pikir : waham kebesaran
Pertemuan : Ke – 1 (Pertama)
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien mengatakan ia memiliki Toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan partai. Klien selalu mengulang-ulang kemampuan yang dimilikinya. Klien terlihat mondar – mandir dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. 2. Disagnosis keperawatan Perubahan proses pikir : waham kebesaran 3. Tujuaan Khusus / SP 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut : - Ekspresi wajah bersahabat - Menunjukkan rasa senang - Bersedia berjabat tangan - Bersedia menyebutkan nama - Ada kontak mata - Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat - Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap
4. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik - Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal - Perkenalkan diri dengan sopan - Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien - Jelaskan tujuan pertemuan - Jujur dan menepati janji - Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya - Berikan perhatian kepada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien - Masukkan dalam jadwal harian klien
Identifikasi kebutuhan klien
Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien)
Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
Masukkan dalam jadwal harian klien 27
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi
Salam terapeutik “assalamualaikum pak....bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya ? nama saya....bisa dianggil....saja. bapak ingat ?seperti kemarin, hari ini saya bertugas disini dari 07.00 – 12.00 siang nanti”
Evaluasi / Validasi “ bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak tidak ? sekarang bapak ada keluhan tidak ? bagaimana giginya ? sudah sembuh ?”
Kontrak “ baiklah, sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol yah pak ? bagaimana kalau hari ini kita bercakap – cakap tentang bidang yang bapak sukai ? dimana kita duduk ? berapa lama ? bagaimana kalau 10 menit ?”
2. Kerja
“ bidang apakah yang bapak sukai ? kemarin bapak sempat mengatakan memiliki toserba, apakah bapak suka dengan bisnis ? mengapa bapak menyukainya ? bagaimana dengan politik ? apakah bapak juga menyukainya ? karena beberapa hari yang lalu bapak juga mengatakan kepada saya ingin membuat partai politik biru, benar pak ? mana yang lebih bapak sukai bisnis atau politik ? mengapa bapak lebih menyukai itu ? karena sekaarang bapak sedang berada disini, apakah menurut bapak, bapak bisa menjalankan bidang yang bapak nikmati tersebut ? bagaimana caranya ? apakah bisa kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari ?” 3. Terminasi
Evaluasi subjectif “ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap ?“
Evaluasi Objectif “ jadi bidang apa yang bapak sukai ?”
Rencana tindak lanjut “ setelah kita tahu bidang yang bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi
Kontrak yang akan datang - Topik : “ bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang bapak miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, bapak setuju ?”
28
- Waktu : “ kira – kira kita besok bertemu jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 sa ja ? sampai ketemu besok ya.” - Tempat : “ bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol ?”
29