LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS GASTROENTERITI S AKUT
(Di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan)
Oleh: YUNITA KHOIROTUS SALAMAH NIM. 011211223009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastroenteritis (diare) sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Menurut data United Nations Children‟s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare. Sementara itu, menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, selama tiga tahun berturut-turut berturut-turut diare mendapat mendapat „top skor‟ kasus terbanyak di rumah sakit di Jawa Timur. Dalam data tahun 2008-2010 tersebut dirincikan penderita diare sebanyak 33,06% (2008) dari total kasus penyakit yang tercatat, 21,58% pada 2009 dan 19,76% di 2010. Sedangkan di data Puskesmas di Jatim 2011 Jatim, hingga November ini diare telah menempati urutan ke 2 dengan prosentase 22,27%. Terbanyak kasus influensa dengan prosentase 47,80%. Dari studi kasus selama tahun 2007-2010 di Dinkes Jatim, banyaknya peningkatan kasus diare pada bulan Mei, November dan Desember. Biasanya dimulai bulan Desember saat awal musim hujan. Puncak kasus terjadi pada pertengahan bulan Januari.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastroenteritis (diare) sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Menurut data United Nations Children‟s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare. Sementara itu, menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, selama tiga tahun berturut-turut berturut-turut diare mendapat mendapat „top skor‟ kasus terbanyak di rumah sakit di Jawa Timur. Dalam data tahun 2008-2010 tersebut dirincikan penderita diare sebanyak 33,06% (2008) dari total kasus penyakit yang tercatat, 21,58% pada 2009 dan 19,76% di 2010. Sedangkan di data Puskesmas di Jatim 2011 Jatim, hingga November ini diare telah menempati urutan ke 2 dengan prosentase 22,27%. Terbanyak kasus influensa dengan prosentase 47,80%. Dari studi kasus selama tahun 2007-2010 di Dinkes Jatim, banyaknya peningkatan kasus diare pada bulan Mei, November dan Desember. Biasanya dimulai bulan Desember saat awal musim hujan. Puncak kasus terjadi pada pertengahan bulan Januari.
1
Program pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan Diare mencakup upaya promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif dengan alasan penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan asuhan kebidanan pada anak dengan gastroenteritis akut.
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada anak dengan gastroenteritis akut menurut pemikiran varney dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu: 1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif 2. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang mungkin mungkin timbul pada anak gastroenteritis akut 3. Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan anak dengan gastroenteritis akut 4. Melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 5. Melakukan evaluasi terhadap Asuhan yang dilaksanakan. 6. Melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan
1.3 Pelaksanaan
Kegiatan praktik klinik dilaksanakan di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Jl. Pemuda Kaffa Bangkalan, Madura pada tanggal 6 sampai 19 Juli 2013.
2
1.4 Sistematika Penulisan
Agar dapat dipahami oleh pembaca maka penyusunan laporan ini terbagi dalam beberapa bab yang sistematika. Penyusunannya adalah sebagai berikut : BAB 1
Pendahuluan
BAB 2
Tinjauan Pustaka
BAB 3
Tinjauan Kasus
BAB 4
Pembahasan
BAB 5
Penutup
Daftar Pustaka
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gastroenteritis Akut 2.2.1 Pengertian
Menurut Broker (2009:571) Gastroenteritis adalah keracunan makanan disertai inflamasi mukosa lambung dan usus halus, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat kimia, jamur beracun, dll. Pada kondisi ini, terjadi diare dan muntah baik akibat multipikasi mikroorganisme (gastroenteritis usus invasif) maupun dari makanan yang terkontaminasi dengan toksin bakteri (intoksikasi). Menurut Betz dan Sowden (2009:185) menyatakan bahwa gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus. Gasroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit. Gastroenteritis akut merupakan keracunan makanan ( food poisoning) yang disebabkan oleh makanan terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toksin yang dihasilkannya atau oleh sebab zat-zat anorganik dan racun yang berasal dari tanaman atau binatang (Candra:2009)
2.2.2 Etiologi
Menurut Schwartz (2005:88) etiologi gastroenteritis akut adalah virus walaupun infeksi bakteri dan protozoa dapat juga terjadi. Infeksi virus antara lain disebabkan oleh: a. Virus norwalk b. Rotavirus (muncul pada saat musim dingin) c. Enterovirus (muncul saat musim panas) d. Koronavirus e. Adenovirus Sedangkan infeksi bakteri ditandai dengan adanya hematokezia atau adanya mukus di dalam tinja dan disebabkan oleh infeksi bakteri: a. Salmonella
4
b. Shigella c. Campylobacter d. Yersinia e. Eschericia coli patogen f.
Spesies vibrio Clostridium difficale dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa yang
menimbulkan nyeri abdomen dan diare, terutama setelah pemakaian antibiotik. Giardia lamblia dan cryptosporidium adalah parasit yang menyebabkan wabah di tempat perawatan. Giardia juga ditemukan di air s umur yang tercemar. Disamping itu, terdapat pula faktor lain yang menjadi penyebab gastroenteritis akut, yaitu : a. Infeksi parasit (Cacing, protozoa, dan jamur) b. Faktor malabsorbsi, yaitu Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. c. Faktor makanan, yaitu Makanan basi beracun dan alergi makanan. d. Faktor kebersihan seperti penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan. e. Faktor psikologi, yaitu adanya rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus. (Ngastiyah:2005)
2.2.3 Karakteristik
Berikut ini adalah tabel karakteristik gastroenteritis akut menurut Betz dan Sowden (2009:186-189)
Patogen
rotavirus
Muntah
Diare
Demam
Sering
Karakteristik
Nyeri
Gambaran
feses
abdomen
epidemiologi
Sangat
5-7 hari, organisme
Banyak, cair,
sering
dikeluarkan dalam
hijau, kuning
feses dengan gejala
atau bening,
ringan atau tanppa
tidak ada darah
gejala
atau pus
Tenesmus
Inkubasi 1-3 hari
5
Adenovirus
kadang
Sekitar 14 hari
enterik
Kadang,
cair
Inkubasi 3-10
derajat
hari
rendah Virus
Sangat
Norwalk
sering
Salmonella
Kadang
Jarang, 1-3 hari
Sering
Cair
Nyeri kram
Inkubasi 12-
sedang
48 jam, sering
sampai
pada anak usia
berat
sekolah
2-7 hari, 40%
Sangat
Hijau, cair, bau
Sering
Inkubasi 6-72
mengekskresikan
sering
busuk, darah
dengan
jam, karier
organisme dalm
bisa ada atau
tenesmus
kronis
feses selama 4
tidak
Mukoid,
Nyeri
Inkubasi 1-7
organisme
berdarah, hijau
tekan,
hari, mudah
dikeluarkan selama
dengan pus
sangat
ditularkan.
7-30 hari, jarang
(disentri
sering
lebih dari itu. Jika
dengan ciri
terkadang
antibiotik diberikan
diare cair,
kram
pengeluaran
demam tinggi,
berkurang
malaise diikuti
minggu. 45% anak 5 tahun terus mengekskresikan organisme selama 12 minggu Shigella
Jarang
≥ 1 minggu
Sering
dengan tenesmus dan kolitis dalam 24 jam) Campyloba
Mual,
cter jejuni
3-7 hari
Sering
Dimulai cair,
Nyeri
Inkubasi 2-4
jarang
sering disertai
kram, nyeri
hari,
muntah
darah atau
tekan
terkadang
mukus
selama 7 hari. Pemberian ASI dapat melindungi
6
Escheriia
Tidak
5hari, kadang
coli-
ada
selama 10 hari
Jarang
Feses cair,
Kram
Inkubasi 10
kadang dengan
sangat
jam-6 hari
enterotoksi
mukus tetapi
sering
genik
tidak ada pus atau darah
Eschericia
Sering
7-10 hari
Sering
Feses cair,
Nyeri
Inkubasi 10
coli-
dapat berdarah
abdomen
jam-6 hari
enteroinvas
atau tidak
if
(volume lebih
Nyeri kram
Inkubasi 10
sedikit dari pada strain enterotoksigeni k Eschericia
Sering
1 minggu pada
Kadang
Feses banyak,
coli-
anak yang lebih
tidak ada darah
enteropatog
dewasa. Dapat
atau mukus
enik
berlangsung 2
jam-6 hari
minggu atau lebih pada bayi Yersinia
Tidak
Beberapa hari-6
Sangat
Mukoid atau
Nyeri tekan
Inkubasi khas
enterocoliti
terjadi
minggu
sering
sering cair,
abdomen
4-6
ca
pada
(sampai
sering disertai
hari.kadang
anak <4
40oC)
leukosit atau
dibingungkan
darah
dengan
tahun
apendisitis
2.2.4 Patofisiologi dan Penularan Gastroenteritis
Menurut Betz dan Sowden (2009:185) menyatakan bahwa patogen patogen yang menimbulkan penyakit akan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel, atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan yang paling sering terkena. Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal di fasilitas day care
7
juga meningkatkan risiko gastroenteritis, selain bepergian ke negara berkembang. Sebagiian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan. Anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Sedangkan mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut (Ngastiyah, 2005): 1. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurang kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat isi rongga usus. 3. Gangguan osmotik Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Sedangkan penularan gastroenteritis adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : a. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. b. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. c. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar d. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
8
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
2.2.5 Gejala Klinis
menurut
Suraatmaja
(2007),
anak
dengan
gastroenteritis
akan
menunjukkan : 1. Anak cengeng 2. Suhu tubuh meningkat 3. Nafsu makan menurun, tidak ada 4. Timbul diare (tinja cair atau darah/lendir, warna hijau berubah hijau karena bercampur empedu) 5. Anus dan sekitarnya lecet, karena sering defekasi yang makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus 6. Muntah (dapat terjadi sebelum dan sesudah diare) 7. Dehidrasi (banyak kehilangan air dan elektrolit) dengan gejala BB menurun, tonus otot dan turgor menurun.
2.2.6 Komplikasi
Kebanyakan
penderita
gastroenteritis
sembuh
tanpa
mengalami
komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan (Suraatmaja:2007) 1. Hipernatremia 2. Hiponatremia 3. Demam 4. Kejang 5. Syok hipovolemik 6. Edema/overhidrasi 7. Intoleransi laktosa 8. Malabsorbsi glukosa 9. Muntah
9
10. Gagal ginjal
2.2.7 Derajat Dehidrasi Gastroenteritis
Menurut
Suraatmaja
(2007),
derajat
dehidrasi
dapat
ditentukan
berdasarkan: 1. Kehilangan berat badan a. Dehidrasi ringan
: bila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5%
b. Dehidrasi sedang
: bila terjadi penurunan berat badan 5 – 7%
c. Dehidrasi berat
: bila terjadi penurunan berat badan 7 – 10%
2. Skor Maurice King Bagian tubuh yang
Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa
0
1
2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng
Mengigau, koma
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit kurang
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit kurang
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Kering dan sianosis
Denyut nadi/menit
Kuat > 120
Sedang (120-140)
>140
Catatan: Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut bila dicubit selama 30-60 detik kemudian dilepas, jika kulit kembali normal dalam waktu: a. 2-5 detik
: turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
b. 5-10 detik
: turgor kurang (dehidrasi sedang)
c. 10 detik
: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
3. Berdasarkan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit) a. Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih tanda-tanda brikut:
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
10
b. Dehidrasi ringan/sedang
Gelisah, rewel/marah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan perut kembalinya lambat
c. Tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan ssebagai dehidrasi berat atau sedang.
2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut
Mansyur
(2001),
pemeriksaan
diagnostik
pada
klien
gastroenteritis adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan tinja a. Makroskopis dan mikroskopis b. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten) d. PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar intolerance) 2. Pemeriksaan darah a. Darah perifer lengkap b. Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang) c. PH cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa d. Kadar ureum dan kreatin darah untuk mengetahui faal ginjal 3. Duodenal intubation Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik
2.2.9 Penanganan
dasar pengobatan diare menurut Ngastiyah (2005) adalah: 1. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan 2. Dietetik 3. Obat-obatan
11
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemberian cairan pada pasien dengan memperhatikan dehidrasinya dan keadaan umum Jenis cairan aadalah: 1) Cairan peroral Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO 3, KCl dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum dibawa berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh. 2) Cairan parenteral: a. Belum ada dehidrasi Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi b. Dehidrasi ringan 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB per oral (intragastrik), selanjutnya 125ml/Kg BB/hari c. Dehidrasi sedang 1 jam pertama: 50-100 ml/KgBB peroral/intragastrik, selanjutnya 125 ml/KgBB/hari d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3-10 Kg -
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
-
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
-
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.Untuk anak lebih dari 2 - 5 tahun dengan BB 10 – 15 Kg
12
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg. -
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
-
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg. -
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2-3 Kg -
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/KgBB/24 jam
-
Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml/Kg BB/jam atau 6 tetes/KgBB/menit, 8 tetes/KgBB/menit
-
20
jam
berikutnya
150
ml/KgBB/menit,
atau
2,5
tetes/KgBB/menit 3) Pengobatan dietetik Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, jenis makanan: a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh) b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan Cara memberikan: a. Hari pertama: setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling b. Hari kedua-keempat : ASI/susu formula rendah laktosa penuh c. Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa
13
4) Obat-obatan a. Obat antisekresi : dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg/KgBB/hari b. Obat spasmolitik c. Antibiotik
14
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Anak dengan Gastroenteritis Akut
Pengkajian Tanggal pengkajian ……………… pukul ……………. Oleh …………….. Tempat ………………
A. Subyektif (S)
1. Identitas / Biodata Umur Anak
: Angka kejadian tertinggi bisanya pada anak antara usia 3 bulan – 3 tahun (Betz dan Sowden:2009)
Pendidikan orang tua : Tingkat pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi
pengetahuan
ibu
tentang
kebersihan diri, lingkungan maupun tempat tinggal anak Pekerjaan
: sosial
ekonomi
yang
rendah
dapat
mempengaruhi pemenuhan gizi anak terkait dengan
gastroenteritis
akibat
malabsorbsi
(Betz dan Sowden:2009) Alamat
: Tinggal di fasilitas day care meningkatkan risiko gastroenteritis, selain bepergian ke negara berkembang. (Betz dan Sowden:2009)
2. Anamnesa a. Keluhan
:
Keluhan yang sering ada pada anak dengan gastroenteritis adalah :
Anak cengeng
Suhu tubuh meningkat
Nafsu makan menurun, tidak ada
15
Timbul diare (tinja cair atau darah/lendir, warna hijau berubah hijau karena bercampur empedu)
Anus dan sekitarnya lecet, karena sering defekasi yang makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
Muntah (dapat terjadi sebelum dan sesudah diare)
Dehidrasi (banyak kehilangan air dan elektrolit) dengan gejala BB menurun, tonus otot dan turgor menurun. (Suraatmaja:2007)
3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada anak dengan malnutrisi dapat meningkatkan risiko terjadinya gastroenteritis
serta
menyebabkan
Pemakaian antibiotik pada infeksi
lama
proses
Clostridium
penyembuhan. difficale dapat
menyebabkan kolitis pseudomembranosa yang menimbulkan nyeri abdomen dan diare. (Betz & Sowden:2009)
4. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umumnya terdapat muntah, diare, demam, kolitis, nyeri, kram, dan tenesmus. Konsistensi feses dapat banyak, sedikit, cair/padat, ada darah/tidak, warna hijau/kuning/bening tergantung jenis patogen yang menjadi etiologi dari gastroenteritis (Betz & Sowden:2009)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga jika ada yang menderita gastroenteritis, maka akan meningkatkan risiko penularan gastroenteritis secara oral fekal pada anak. (Betz & Sowden:2009)
6. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi Gastroenteritis dapat terjadi karena adanya Faktor malabsorbsi, yaitu Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi
16
dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Dapat pula dari faktor makanan, yaitu makanan basi beracun dan alergi makanan, Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Disamping itu, anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Pada pola nutrisinya, pada umumnya anak mengalami penurunan nafsu makan maupun tidak mau makan. Pada anak gastroenteritis dengan dehidrasi, dia akan lahap minum. (Ngastiyah: 2005)
Eliminasi Timbul diare (tinja cair atau darah/lendir, warna hijau berubah hijau karena bercampur empedu)
Personal higine Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan
mengkontaminasi
tinja
perabotan
anak dan
yang
terinfeksi,
alat-alat
yang
sehingga dipegang.
(Ngastiyah: 2005)
Istirahat Pada umumnya terganggu (Ngastiyah: 2005)
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko gastroenteritis dan penularannya adalah :
Mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
17
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan
tinja
anak
yang
terinfeksi,
sehingga
mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
Tinggal di fasilitas day care (Betz & Sowden : 2009; Ngastiyah: 2005)
8. Riwayat psikologis Yaitu adanya rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus (Ngastiyah: 2005)
B. Data Obyektif (O)
1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum
: anak cengeng, gelisah, marah
Kesadaran
: letargis pada gastroenteritis dengan dehidrasi berat
Nadi
: > 120 - >140x/menit
Suhu
: suhu dapat meningkat hingga 40oC (pada infeksi yersinia enterocolitica)
Tekanan Darah
: normal - turun
Berat Badan
: berat badan dapat menurun sebagai berikut (Ngastiyah: 2005):
Dehidrasi ringan
: bila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5%
Dehidrasi sedang
: bila terjadi penurunan berat badan 5 – 7%
Dehidrasi berat
: bila terjadi penurunan berat badan 7 – 10%
Lingkar Abdomen
: lingkar abdomen membesar (Mansyur, A: 2001)
Lingkar Lengan Kiri
: lingkar lengan mengecil (Mansyur, A: 2001)
2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Kepala
: ubun-ubun besar dapat normal – cekung, muka tampak pucat jika gastroenteritis disertai dehidrasi
18
Mata
: tampak cekung (pada GE dengan dehidrasi sedang dan berat
Mulut
: normal – kering (Suraatmaja: 2007)
b. Palpasi Abdomen
: turgor kulit normal-sangat kurang
2-5 detik
: turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
10 detik
: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
c. Perkusi Abdomen
: terdengar bunyi meteorismus
d. Auskultasi Abdomen
: bising usus lebih dari normal (Suraatmaja: 2007)
3. Pemeriksaan Khusus (Atas Indikasi) a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis
Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab
Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten)
PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar intolerance)
b. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap
Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang)
PH cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa
Kadar ureum dan kreatin darah untuk mengetahui faal ginjal
19
c. Duodenal intubation Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik (Mansyur A:2001) C. Assesment (A)
1. Diagnosa Anak ….. usia…. Dengan Gastroenteritis Akut 2. Masalah : dehidrasi ringan – berat 3. Diagnosa potensial
Hipernatremia
Hiponatremia
Demam
Kejang
Syok hipovolemik
Edema/overhidrasi
Intoleransi laktosa
Malabsorbsi glukosa
Muntah
Gagal ginjal (Suraatmaja:2007)
4. Planning (P)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan R/Memberi pengetahuan tentang keadaannya saat ini 2. Memberikan penjelasan terhadap ibu ataupun keluarga tentang gastroenteritis yang diderita anaknya R/ Ibu dan keluarga mendapatkan informasi tentang kondisi gastroenteritis yang diderita anaknya 3. Memberikan mempehatikan
penanganan jenis
berupa
cairan
yang
pemberian
cairan
dibutuhkan
dengan
anak,
cara
memberikan dan jumlah cairannya R/ memberikan penanganan sesuai dengan kebutuhan anak dalam mencukupi kebutuhan cairannya
20
4. Memberikan penangan dietetik berupa: Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, jenis makanan:
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh)
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
Cara memberikan:
Hari pertama: setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling
Hari kedua-keempat : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa
R/ memberikan penanganan sesuai dengan nutrisi dan kebutuhan rehidrasi bayi/anak 5. Memberikan penanganan berupa obat-obatan
Obat antisekresi : dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg/KgBB/hari
Obat spasmolitik
Antibiotik
R/ memberikan terapi sesuai dengan tanda gejala dan kebutuhan anak sehingga dapat melengkapi terapi cairan maupun dietetik 6. Memberikan KIE pada ibu tentang personal higine yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum, sesudah makan dan sesudah BAB serta mencuci alat makan maupun botol susu dengan sabun dan air yang bersih. R/ menurunkan risiko penularan gastroenteritis oral-fekal
5. Implementasi
Dilakukan berdasarkan planning
21
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Pengkaji
: Yunita Khoirotus Salamah
Tanggal pengkajian
: 10 Juli 2013
pukul
: 09.30 WIB
Tempat
: RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
A. Subyektif (S)
1. Identitas / Biodata Nama Anak
: Anak “T”
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 bulan
Nama orang tua
: Ny. L” / Tn. “K”
Umur
: 33 Tahun
Agama
: Islam
Suku / bangsa
: Madura/ Indonesia
Pendidikan
: S1/D3
Pekerjaan
: PNS/Swasta
Alamat
: Graha Lavender blok O/14, Mlajeh Bangkalan
2. Anamnesa Keluhan
: Ibu mengeluh anaknya mengalami diare sebanyak 2 kali, encer dan ada ampasnya sedikit, anaknya panas, mual dan tidak mau makan sejak 3 hari yang
lalu.
Anak
mengalami
diare
setelah
diberikan kerupuk sempeng (kerang)
3. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya, anak pernah menderita diare karena makanan tertentu, tetapi tidak sampai dirawat inap di Rumah Sakit
22
4. Riwayat Penyakit Sekarang Anak mengalami diare sebanyak 2 kali/hari selama 3 hari, cair, ampas sedikit, anak mual, nafsu makan menurun dan badannya panas, sebelum diare berat badan anaknya 10,2 Kg
5. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga tidak ada yang sedang menderita diare dan tidak ada yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu
6. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi Makan : 2x/hari masing-masing ± 5 sendok kecil bubur, minum 5 botol susu sehari ± 500 ml Anak mengalami penurunan nafsu makan, karena biasanya anak makan 3x/hari masing-masing ± 8-10 sendok kecil
Eliminasi BAB 2x/hari , warna kuning kehijauan, konsistensi cair, ampas sedikit
Personal higine Anak mandi 2x/hari, dalam keluargA terdapat kebiasaan mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anaknya
Istirahat Tidur anak terganggu karena panas dan perutnya terasa tidak nyaman. Tidur anak ± 6 jam
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan Ibu selalu mencuci botol susu habis pakai dengan merebusnya dan menggunakan sabun khusus pencuci botol susu. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehri-hari adalah air PDAM, dan untuk konsumsi, ibu membeli air mineral tersendiri.
23
B. Data Obyektif (O)
1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum
: anak cengeng, gelisah
Kesadaran
: composmentis
Nadi
: 100x/menit
Suhu
: 37,8oC
Berat Badan
: 10 Kg
2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Kepala
: ubun-ubun besar dapat normal, muka tampak gelisah
Mata
: tidak cekung, konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut
: sedikit kering
b. Palpasi Abdomen
: turgor kulit baik, kembali dalam 1 detik saat dicubit
c. Perkusi Abdomen
: terdengar bunyi meteorismus
d. Auskultasi Abdomen
: bising usus 19x/menit
3. Pemeriksaan Khusus Menggunakan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) terdapat 2 tanda anak mengalami dehidrasi ringan yaitu tanda anak gelisah/rewel dan anak minum dengan lahap.
24
D. Assesment (A)
1. Diagnosa Anak “T” usia 23 bulan Dengan Gastroenteritis Akut 2. Masalah : dehidrasi ringan 3. Diagnosa potensial :Dehidrasi berat
E. Planning (P)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan E/ Ibu memperoleh informasi tentang kondisi anaknya saat ini yaitu mengalami gastrroenteritis akut 2. Memberikan penjelasan terhadap ibu ataupun keluarga tentang gastroenteritis yang diderita anaknya E/ Ibu dan keluarga mendapatkan informasi bahwa anaknya mengalami gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan 3. Menganjurkan ibu untuk memberikan Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh) untuk memenuhi cairan pada anak dan mencegah dhidrasi berat E/ Ibu mengangguk dan bersedia untuk melakukan anjuran tersebut 4. Menganjurkan ibu untuk memberikan anaknya makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) untuk memenuhi nutrisi anaknya E/ ibu menyatakan kesediaannya untuk memberi anaknya bubur atau nasi tim 5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan anaknya dan rajin mencuci tangan E/ Ibu mengangguk dan bersedia untuk senantiasa menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
25
E/ Ibu menerima terapi untuk anaknya yaitu amoxilin sirup 3x1 sendok teh (5 ml), CTM 3x1 mg, paracetamol sirup 3x1 sendok teh (5 ml) dan L-Bio 2x1 sachet (1 gr) 7. Menganjurkan ibu untuk membawa keembali anaknya ke fasilitas kesehatan bila diare tidak sembuh atau bila ada keluhan lain E/ Ibu mengerti dan akan kembali ke pelayanan kesehatan bila ada keluhan pada anaknya.
26
BAB 4 PEMBAHASAN
Apada pengkajian data subjektif, ibu mengeluhkan bahwa anaknya diare sebanyak 2 kali/hari. Pada umumnya, diare terjadi lebih dari 3 kali/hari. Namun meskipun diare terjadi 2kali/hari, namun disertai dengan dehidrasi ringan, mual, berkurangnya nafsu makan dan berat badan. Selain itu, adanya gejala-gejala tersebut karena sebelumnya anak mengkonsumsi makanan tertentu sehingga dapat digolongkan pada gastoenteritis akut. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu dan sekarang, pengkajian pola nutrisi, personal higine dan istirahat, tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang ada. Sedangkan pada pengkajian kesehatan linkungan, dalam keluarga air yang digunakan adalah air bersih, sehingga faktor kesehatan lingkungan bukan menjadi penyebab terjadinya gastroenteritis. Akan tetapi penyebab terjadinya adalah lebih mengarah pada konsumsi makanan yang salah. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktiknya. Hasil yang diperoleh adalah menunjukkan adanya tanda gastroenteritis akut disertai dengan dehidrasi ringan pada anak. Pemeriksaan penunjang menurut teori adalah dengan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah maupun intubation duodenal, akan tetapi pada pemeriksaan anak ini tidak dilakukan, hanya dilakukan pengkajian MTBS karena penyebab diare adalah dari makanan yang ia makan yaitu kerupuk kerang dan kondisi anak tidak memerlukan untuk pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan teori penanganan gastroenteritis akut yang disertai dengan dehidrasi ringan pada anak.
27
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada anak dengan gastroenteritis akut yang telah disusun adalah sebagai berikut : 1. Dalam melakukan pengkajian data, pengkaji tidak menemukan kesulitan karena ibu kooperatif dan memberikan umpan baik positif
pada setiap
pertanyaan yang diajukan. 2. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif , diagnosa dapat ditegakkan sesuai dengan teori yaitu gastroenteritis akut yang disebabkan oleh makanan beracun disertai masalah adanya dehidrasi ringan 3. Rencana disusun sesuai kebutuhan pasien, semua rencana yang ada di teori terdapat pula pada tinjauan kasus. 4. Tindakan yang dilakukan sesuai rencana dan advise dokter 5. Hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan dalam memberikan asuhan kebidanan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan laporan yang akan datang. 5.2.2 Bagi Tempat Praktik Dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan 5.2.3 Bagi Mahasiswa Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan selanjutnya.
28