LAPORAN PENDAHULUAN APPENDICITIS
1. Pengertian
Apendi Apendisiti sitiss adalah adalah perada peradanga ngan n dari dari apendi apendiks ks vermiv vermivorm ormis, is, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arie,dkk, !00"#. Apendi Apendisiti sitiss adalah adalah ineks ineksii pada pada append appendiks iks karena karena tersumb tersumbatn atnya ya lumen oleh ekalith (batu e$es#, hiperplasi jaringan limoid, dan $a$ing usus. %bstruksi %bstruksi lumen merupakan penyebab utama Apendisit Apendisitis. is. &rosi membran mukosa mukosa appendiks appendiks dapat terjadi karena parasit seperti &ntamoeba &ntamoeba histolyti$ histolyti$a, a, 'ri$huris tri$hiura, dan &nterobius vermikularis ( %vedol, !00#. Apendi Apendisiti sitiss merupa merupakan kan inlam inlamasi asi apendi apendiks ks vermio vermiormi rmis, s, karena karena struktur yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi ()hang, !010# !010# Apendisitis merupakan inlamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh eses atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya ()or*in, !00+#.
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesiik tetapi ada a$tor prediposisi yaitu a. a$tor a$tor yang yang tersering tersering adalah adalah obstruksi obstruksi lumen lumen.. Pada umumn umumnya ya obstruksi obstruksi ini terjadi karena 1# iperplasia iperplasia dari olike olikell limoid, limoid, ini merupak merupakan an penyebab penyebab terbanya terbanyak. k. !# Adany Adanyaa aekolit aekolit dalam dalam lumen lumen appen appendik dikss 3# Adany Adanyaa benda benda asing asing seperti seperti biji-b biji-biji ijian an /# triktura triktura lumen lumen karena karena ibrosa ibrosa akibat akibat peradang peradangan an sebelumny sebelumnya. a. b. neksi kuman dari $olon yang paling sering adalah &. )oli dan trepto$o$$us $. 2aki-laki 2aki-laki lebih bany banyak ak dari *anita. *anita. an ang g terbanyak terbanyak pada umur umur 14-30 tahun tahun (remaja de*asa#. ni disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut. d. 'ergan ergantun tung g pada pada bentuk bentuk apen apendik diks s 1# Append Appendik ik yang yang terlalu terlalu panj panjang ang !# Massa Massa appe appendi ndiks ks yang yang pendek pendek 3# Penonjolan Penonjolan jaringan jaringan limpoid limpoid dalam lumen appendiks appendiks
1
/# 5elainan katup di pangkal appendiks e. (6u7ulul, !00+# 3. Klasifiasi a. Apendisitis akut Apendisitis akut adalah radang pada jaringan apendiks.
Apendisitis akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses ineksi dari apendiks. Penyebab obstruksi dapat berupa 1# iperplasi limonodi sub mukosa dinding apendiks. !# ekalit 3# 8enda asing /# 'umor. Adanya obstruksi mengakibatkan mu$in 9 $airan mukosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi. 'ekanan yang tinggi akan menyebabkan iniltrasi kuman ke dinding
apendiks
sehingga
terjadi
peradangan
menghasilkan pus 9 nanah pada dinding apendiks. elain obstruksi, apendisitis juga dapat
supurati
yang
disebabkan
oleh
penyebaran ineksi dari organ lain yang kemudian menyebar se$ara hematogen ke apendiks. b. Apendisitis Purulenta (upurative Appendi$itis# 'ekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. 5eadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan ineksi serosa sehingga serosa menjadi suram
karena
dilapisi
eksudat dan
ibrin.
Pada
appendiks
dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat ibrinopurulen. :itandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik M$ 8urney, deans muskuler, dan nyeri pada gerak akti dan pasi. 6yeri dan deans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum. $. Apendisitis kronik :iagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat ri*ayat nyeri perut kanan ba*ah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks se$ara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.
!
5riteria
mikroskopik
apendiksitis
kronik
adalah
ibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan iniltrasi sel inlamasi kronik. nsidens apendisitis kronik antara 1-4 persen. d. Apendissitis rekurens :iagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada ri*ayat serangan nyeri berulang di perut kanan ba*ah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan peradangan akut. 5elainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. 6amun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi ribosis dan jaringan parut. ;esiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 40 persen. nsidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa se$ara patologik. Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita datang dalam serangan akut. e. Mukokel Apendiks Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan ibrosa.
=alaupun
jarang,mukokel
dapat
disebabkan
oleh
suatu
kistadenoma yang di$urigai bisa menjadi ganas. Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan ba*ah. 5adang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. uatu saat bila terjadi ineksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.
3
. Adenokarsinoma apendiks Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan se*aktu apendektomi atas indikasi apendisitis akut. 5arena bisa metastasis ke limonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi. g. 5arsinoid Apendiks ni merupakan tumor sel argentain apendiks. 5elainan ini jarang didiagnosis prabedah,tetapi ditemukan se$ara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. indrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (lushing# pada muka, sesak napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar > kasus tumor karsinoid perut. el tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas. Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residi dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. 8ila spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan !. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia olikel limoid, ekalit, benda asing, striktur karena ibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. %bstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. 'ekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran lime yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut okal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. 8ila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. al tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan ba*ah. 5eadaan ini disebut dengan apendisitis supurati akut.
/
8ila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi inark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. tadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. 8ila dinding yang telah rapuh itu pe$ah, akan terjadi apendisitis perorasi. 8ila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut iniltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. 5eadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perorasi. edangkan pada orang tua perorasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, !00"# .
4
". Pat#$a%
&. 'anifestasi Klini a. 6yeri kuadran ba*ah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
b. $. d. e. . g.
mual, muntah dan hilangnya nasu makan. 6yeri tekan lo$al pada titik M$8urney bila dilakukan tekanan. 6yeri tekan lepas dijumpai. 'erdapat konstipasi atau diare. 6yeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum. 6yeri deekasi, bila appendiks berada dekat rektal. 6yeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter. h. Pemeriksaan rektal positi jika ujung appendiks berada di ujung pelvis. i. 'anda ;ovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri ba*ah yang se$ara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan. j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat ileus paralitik. k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks. 8erikut nama pemeriksaan dan tanda gejala yang dialami penderita appendikitis 1) Rovsing’s sign Positi jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri ba*ah dan timbul nyeri pada sisi kanan. 2) Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positi jika timbul nyeri pada kanan ba*ah. 3) Obturator sign Pada pasien dilakukan leksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positi jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina. 4) Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan ba*ah dengan batuk 5) Ten Horn sign 6yeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermati$ kanan 6) o!her "osher)’s sign 6yeri pada a*alnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan ba*ah. #) $it%ovs%iy "Rosenstein)’s sign 6yeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan ba*ah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri &) 'ure(Rozanova’s sign 8ertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan (akan positi h$hetkin-8loomberg?s sign# ) *+u,berg sign
"
:isebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan ba*ah kemudian dilepaskan tiba-tiba. (. Ko)*liasi
5omplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. aktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. aktor penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. 5ondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-3!>, paling sering pada anak ke$il dan orang tua. 5omplikasi +3> terjadi pada anak-anak di ba*ah ! tahun dan /0-"4> pada orang tua. ); komplikasi !-4>, 10-14> terjadi pada anak-anak dan orang tua./3 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perorasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya a. Abses Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. 'eraba massa lunak di kuadran kanan ba*ah atau daerah pelvis. Massa ini mulamula berupa legmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. al ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperorasi ditutupi oleh omentum b. Perorasi Perorasi adalah pe$ahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perorasi jarang terjadi dalam 1! jam pertama sejak a*al sakit, tetapi meningkat tajam sesudah !/ jam. Perorasi dapat diketahui praoperati pada "0> kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 3 jam sejak sakit, panas lebih dari 3@,40), tampak toksik,
nyeri
tekan
seluruh
perut,
dan
leukositosis
terutama
polymorphonu$lear (PM6#. Perorasi, baik berupa perorasi bebas maupun mikroperorasi dapat menyebabkan peritonitis. $. Peritononitis Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. 8ila ineksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya $airan elektrolit mengakibatkan
@
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. +. Pe)erisaan Pen,n-ang
a. 2aboratorium 'erdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan )-rea$tive protein ();P#. Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
[email protected] (leukositosis# dan neutroil diatas "4>, sedangkan pada );P ditemukan jumlah serum yang meningkat. );P adalah salah satu komponen protein ase akut yang akan meningkat /- jam setelah terjadinya proses inlamasi, dapat dilihat melalui proses elektrooresis serum protein. Angka sensitivitas dan spesiisitas );P yaitu @0> dan +0>. b. ;adiologi 'erdiri dari pemeriksaan ultrasonograi (B# dan )omputed 'omography $anning ()'-s$an#. Pada pemeriksaan B ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inlamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan )'-s$an ditemukan bagian yang menyilang dengan ekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inlamasi serta adanya pelebaran sekum. 'ingkat akurasi B +0-+/> dengan angka sensitivitas dan spesiisitas yaitu @4> dan +!>, sedangkan )'-$an mempunyai tingkat akurasi +/-100> dengan sensitivitas dan spesiisitas yang tinggi yaitu +0-100> dan +-+">. $. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan ineksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut ba*ah. d. Pengukuran en7im hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas. e. erum 8eta uman )horioni$ Bonadotrophin (8-)B# untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan. . Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan 8arium enema dan )olonos$opy merupakan pemeriksaan a*al untuk kemungkinan karsinoma $olon. g. Pemeriksaan oto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi
mempunyai
arti
penting
dalam
membedakan
Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. . Penatalasanaan 'e/is
+
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi penanggulangan konservati dan operasi. a. Penanggulangan konservati Penanggulangan konservati terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk men$egah ineksi. Pada penderita Apendisitis perorasi, sebelum operasi dilakukan penggantian $airan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik b. %perasi 8ila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yang
dilakukan
adalah
operasi
membuang
appendiks
(appendektomi#. Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perorasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah#. $. Pen$egahan 'ersier 'ujuan utama dari pen$egahan tersier yaitu men$egah terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. 5omplikasi utama adalah ineksi luka dan abses intraperitonium. 8ila diperkirakan terjadi perorasi maka abdomen di$u$i dengan garam isiologis atau antibiotik.
10
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERA0ATAN 1. Penga-ian Ke*era$atan a. =a*an$ara:apatkan ri*ayat
kesehatan
dengan
$ermat
khususnya
mengenai 1# 5eluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan ba*ah. 'imbul keluhan 6yeri perut kanan ba*ah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa *aktu lalu.iat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam *aktu yang lama. 5eluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. !# ;i*ayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien sekarang. 3# :iet,kebiasaan makan makanan rendah serat. /# 5ebiasaan eliminasi. b. Pemeriksaan isik 1# Pemeriksaan isik keadaan umum klien !# 3# /# 4# #
tampak
sakit
ringan9sedang9berat. irkulasi 'akikardia. ;espirasi 'akipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas9istirahat Malaise. &liminasi 5onstipasi pada a*itan a*al, diare kadang-kadang. :istensi abdomen, nyeri tekan9nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. "# 6yeri9kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbili$us, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik M$. 8urney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. 6yeri pada kuadran kanan ba*ah karena posisi ekstensi kaki kanan9posisi duduk tegak. @# :emam lebih dari 3@o). +# :ata psikologis klien nampak gelisah. 10# Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. 11# Pada pemeriksaan rektal tou$her akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. 1!# 8erat badan sebagai indi$ator untuk menentukan pemberian obat. 2. Diagnosa Ke*era$atan a. 6yeri berhubungan dengan agen injuri isik (luka insisi post operasi appenditomi#. b. ;isiko ineksi
berhubungan dengan tindakan invasi
(insisi post
pembedahan#. $. :eisit pera*atan diri berhubungan dengan nyeri.
11
d. 5urang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang inormasi. 3. Interensi Ke*era$atan a. 6yeri berhubungan dengan agen injuri isik (luka insisi post operasi appenditomi#. etelah dilakukan asuhan kepera*atan, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil 1# !# 3# /#
Melaporkan nyeri berkurang 5lien tampak rileks :apat tidur dengan tepat 'anda-tanda vital dalam batas normal ': (systole 110-130mmg, diastole
"0-+0mmg#,
;(0-
100C9menit#, ;; (1-!/C9menit#, suhu (3,4-3",40)# ntervensi a# 5aji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri b# $# d# e# #
dengan tepat. Monitor tanda-tanda vital Pertahankan istirahat dengan posisi semi po*ler. :orong ambulasi dini. 8erikan aktivitas hiburan. 5olborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. (1# 8erguna dalam penga*asan dan keeesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri. (!# :eteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien. (3# Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. (/# Meningkatkan kormolisasi ungsi organ. (4# Meningkatkan relaksasi. (# Menghilangkan nyeri.
b. ;isiko ineksi
berhubungan dengan tindakan invasi
(insisi post
pembedahan#. etelah dilakukan asuhan kepera*atan diharapkan ineksi dapat diatasi dengan kriteria hasil 1# 5lien bebas dari tanda-tanda ineksi !# Menunjukkan kemampuan untuk men$egah timbulnya ineksi 3# 6ilai leukosit (/,4-11ribu9ul# ntervensi a# 5aji adanya tanda-tanda ineksi pada area insisi b# Monitor tanda-tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental $# 2akukan teknik isolasi untuk ineksi enterik, termasuk $u$i tangan eekti.
1!
d# Pertahankan teknik aseptik ketat pada pera*atan luka insisi 9 terbuka, bersihkan dengan betadine. e# A*asi 9 batasi pengunjung dan siap kebutuhan. # 5olaborasi tim medis dalam pemberian antibiotik (1# :ugaan adanya ineksi (!# :ugaan adanya ineksi9terjadinya sepsis, abses, peritonitis (3# Men$egah transmisi penyakit virus ke orang lain. (/# Men$egah meluas dan membatasi penyebaran organisme inekti 9 kontaminasi silang. (4# Menurunkan resiko terpajan. (# 'erapi ditunjukkan pada bakteri anaerob dan hasil aerob gra negati. $. :eisit pera*atan diri berhubungan dengan nyeri. etelah dilakukan asuhan kepera*atan diharapkan kebersihan klien dapt dipertahankan dengan kriteria hasil 1# 5lien bebas dari bau badan !# 5lien tampak bersih 3# A:2s klien dapat mandiri atau dengan bantuan
ntervensi a# Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta $u$i rambut dan potong kuku klien. b# Banti pakaian yang kotor dengan yang bersih $# 8erikan ynege &dukasi pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri. d# 8erikan pujian pada klien tentang kebersihannya. e# 8imbing keluarga klien memandikan 9 menyeka pasien # 8ersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien. (1# Agar badan menjadi segar, melan$arkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan. (!# ntuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman (3# Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene. (/# Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperati dalam kebersihan (4# Agar keterampilan dapat diterapkan (# 5lien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta men$egah terjadinya ineksi. d. 5urang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang inormasi.
13
etelah dilakukan asuhan kepera*atan diharapkan pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil 1# Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan !# 8erpartisipasi dalam program pengobatan ntervensi a# 5aji ulang pembatasan aktivitas pas$aoperasi b# Anjuran menggunakan laksati9pelembek eses ringan bila perlu dan hindari enema $# :iskusikan pera*atan insisi, termasuk mengamati balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan9pengikat d# dentiikasi gejala yang memerlukan evaluasi medi$, $ontoh peningkatan nyeri edema9eritema luka, adanya drainase, demam (1# Memberikan inormasi pada pasien untuk meren$anakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah. (!# Membantu kembali ke ungsi usus semula men$egah ngejan saat deekasi (3# Pemahaman
meningkatkan
kerja
sama
dengan
terapi,
meningkatkan penyembuhan. (/# paya intervensi menurunkan resiko komplikasi lambatnya penyembuhan peritonitis.
1/
DATAR PUSTAKA
&li7abeth, <, )or*in. (!00+#. *u%u sa%u -ato.isio+ogi, &B),
(!010#.
's%ep
'ppen/i!itis.
:iakses
http99atma7dnrs.blogspot.$om9!01090@9askep-appendi$itis.html pada tanggal !" :esember !01/.
(!00+#.
's%ep
'ppen/i!itis.
:iakses
http99nu7ulul.kp0+.*eb.unair.a$.id9artikelDdetail-34@/0-5ep >!0Pen$ernaan
Askep>!0Apendisitis.html
tanggal!"
:esember
!01/. melt7er, 8are (!00!#. *u%u 'ar eperaatan e/i%a+ *e/ah. 8runner E suddart. &disi @. Folume !.
14