DAFTAR TABEL
HALAMAN Tabel 4.1 Hasil Percobaan ............................................................................... 18
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Upaya dalam meningkatkan mutu dan kadar suatu bijih telah banyak dilakukan
dalam industri pertambangan. Pengolahan Bahan Galian (ore dressing ) adalah suatu proses pengolahan bijih (ore ) secara mekanik sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimiafisika permukaan mineral. Bijih yang sedang diolah akan dapat ditingkatkan kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh keuntungan seperti mengurangi ongkos transport dari tempat pengolahan sampai tempat peleburan, mengurangi biaya peleburan, dan mengurangi bahan imbuh (flux ) selama peleburan, karena semakin tinggi kadar bijih berarti kadar mineral pengotor semakin kecil, sehingga flux yang dibutuhkan juga semakin sedikit. Pemisahan material dapat dilakukan melalui proses reduksi ukuran material seperti crushing dan grinding , pemisahan berdasarkan ukuran seperti sieving dan clasifying , pemisahan berdasarkan kemampuan daya tarik magnet seperti magnetic separator, pemisahan berdasarkan kemampuan material dalam menghantarkan listrik seperti electrostatic separation, dan pemisahan berdasarkan berat dari maretial seperti jigging dan shaking table . Pemisahan material yang didasarkan pada perbedaan berat jenis atau konsentrasi gravitasi dapat dilakukan menggunakan beberapa metode dan alat yang berbeda. Salah satu dari metode pemisahan berdasarkan konsentrasi gravitasi adalah shaking table . Pada pemisahan menggunakan alat
ini, material yang berat atau
konsentrat akan terpisah dari material ringan yang berupa tailing . Prinsip pemisahannya dilakukan dengan gaya gerak pada dek dan gaya dorong dari air yang dialirkan di bagian atas alat sehingga material yang lebih ringan akan mudah terbawa oleh air bila dibandingkan material berat. Untuk memahami pemisahan dengan shaking table maka dilakukan praktikum pengolahan bahan galian dengan menggunkan alat shaking table.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi dasar percobaan praktikum shaking table adalah
sebagai berikut: 1.
Bagaimana gaya yang bekerja pada shaking table ? 1
2.
Bagaimana prinsip kerja dari alat shaking table ?
3.
Bagaimana perbandingan antara konsentrat, middling , tailing dan loss material pada percobaan shaking table ?
1.3
Tujuan Percobaan Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan shaking table dalam pengolahan
antara lain: 1.
Mengetahui gaya yang bekerja pada shaking table .
2.
Mengetahui prinsip kerja dari alat shaking table .
3.
Mengetahui perbandingan antara konsentrat, middling , tailing dan loss material pada percobaan shaking table .
1.4
Manfaat Percobaan Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan percobaan shaking table ini sebagai
berikut: 1.
Memahami konsep gaya yang bekerja pada shaking table ?
2.
memahami prinsip kerja dari alat shaking table ?
3.
memperoleh hubungan antara kecepatan aliran air dengan nilai recovery dan nisbah konsentrasi dari penggunaan shaking table ?
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Shaking Table Pada pemisahan menggunakan meja goyang, distribusi partikel dipengaruhi oleh sifat-sifat riffle , permukaan deck , water supply , perbedaan bentuk, ukuran partikel, dan ada tidaknya material yang termasuk
middling atau material interlog atau partikel
dengan sebagian material berat dan sebagian material ringan. Riffle (penghalang) merupakan perangkat dukung yang berfungsi untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relatif dibawah (Rizky, 2011). Gaya yang bekerja pada meja goyang antara lain gaya dorong alir dan gaya gesek. Gaya dorong alir merupakan fungsi kecepatan relatif aliran air dan partikel Dalam prosesnya, partikel bergerak dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh kedalaman air. Gaya Gesek terjadi antara partikel dengan dasar deck atau alas alat (Supriyono, 2006). Berdasarkan pada ukuran besar butir material yang dipisahkan, meja goyang dapat dibedakan menjadi sand table dan slime table . Perbedaan pada kedua alat ini terletak pada jumlah dan jarak antar riffle . Jumlah riffle pada Sand Table sangat banyak sedangkan jumlah riffle pada slime table sedang. Jarak antar riffle sand Table antara ¼ hingga 1 ¼ inci sedangkan slime table lebih besar daripada sand table . Selain itu sand table , ada bagian deck yang tidak diberi riffle digunakan untuk slime sedangkan pada slime table , ada bagian deck yang tidak dipasang riffle . Kapasitas shaking table (meja goyang) tergantung pada jumlah air, jumlah strore , sifat bijih, slope , meja dan ukuran feed (Sajima dkk, 2011). Konsentrasi
gravitasi
merupakan
proses
pemisahan mineral-mineral yang
berharga dan tidak berharga dalam suatu bahan galian akibat gaya-gaya dalam fluida berdasarkan atau tergantung pada perbedaan densitas, bentuk dan ukuran. Salah satu metode konsentrasi gravitasi adalah shaking table. Shaking table merupakan salah satu alat pemisah material pada metode konsentrasi gravitasi yang berdasarkan pada aliran horizontal fluida. Alat ini digunakan untuk memisahkan material
dengan
cara
mengalirkan air yang tipis pada suatu meja bergoyang, dengan menggunakan media aliran tipis dari air (flowing film concentration ). Alat yang digunakan disebut shaking table (Zhengzhou, 2011). 3
Shaking table juga dikenal dengan istilah wet table , dengan bentuk meja yang miring dan memiliki riffle di permukaannya. Sebuah motor penggerak pada alat ini berfungsi untuk menggerakkan meja dengan arah sejajar dengan arah riffle . Shaking table biasanya digunakan untuk konsentrasi emas, tetapi tidak jarang digunakan proses pemisahan timah dan mineral-mineral berat lainnya. Alat ini termasuk jenis konsentrasi gravitasi dengan prinsip aliran ke bawah, sama halnya dengan spiral dan jig yang menggunakan proses konesntrasi gravitasi untuk memisahkan material. (Ish, 2016).
Gambar 2.1 Shaking Table Macam Meja Goyang yang lain adalah Willey Table, Butcher Table, Card Tabel, Card Field Table, Plat of Table , dan Dister Diagonal Overslorm Table . Meja Goyang Willey Tabel terdiri dari deck berbentuk segi empat dan headmotion sebagai penggeraknya. Ketinggian riffle minimal ½ feed dan lebar ¼ feed . Meja Goyang Bucher Table mempunyai bentuk hampir sama dengan Willey , tapi memiliki watch plinger untuk mencuci. Posisi riffle terbagi menjadi zone stratifikasi, cleaning zone dan dischange zone. Mekanisme kerjanya, material bergerak ke kiri dan air bergerak ke kanan, sehingga material ringan akan terbawa arus air sedang material berat akan berjalan terus. Meja Goyang Card Table yakni meja goyang dengan riffle dibuat dengan mengerat deck dengan bentuk segitiga dan head motion . Meja goyang Dister Diagonal Overslorm Table yakni meja goyang dengan berbentuk deck rombahedral . Pemisahan antara konsentrat, middling dan tailing tidak jelas / berdekatan sekali. Meja goyang Card Field Table yakni meja goyang dengan berbentuk
Wafley Table yang ditutupi seluruhnya oleh riffle,
sedangkan meja goyang plat of table meja goyang yang mempunyai ciri utama di atas deck ada tiga macam riffle dan terdapat tiga zona dari riffle yaitu zone stratifikasi, zone Intermediate Plan dan zone lipper (Rizky, 2011).
4
Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Apabila specific gravity berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar dari pada partikel ringan. Adanya pengaruh gaya dari aliran menyebabkan partikel ringan akan terdorong atau terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran air. Gerakan relatif horizontal dari motor menjadikan partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada di atas dan partikel berat relatif di bawah. Aliran air membawa material pada meja sambil melalui riffles dengan arah aliran tegak lurus terhadap arah umpan. Partikel akan tertahan oleh riffles dan terjadi proses pemisahan pada partikel berat yang tertahan di permukaan meja. Partikel ringan akan terbawah oleh aliran air melewati tiap riffles menuju ke tempat penampungan tailing . Guncangan pada meja mengakibatkan partikel berat bergerak horizontal searah dengan riffles menuju ke tempat penampungan konsentrat (Erik, 2015).
Gambar 2.2 Mekanisme Pemisahan Shaking Table
2.2. Material Pasir Besi Pasir merupakan bahan alam yang tersedia sangat melimpah di Indonesia. Selama ini pasir hanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, padahal pasir banyak mengandung mineral berharga yang mengandung unsur besi, titanium dan unsur lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk bahan industri. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang 5
mengandung unsur Fe (Afdal, 2012). Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai. Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti Magnetit, Ilmenit, Oksida Besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut (Tim PSDG, 2005). Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan endapan pasir besi meiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya (Rizky, 2011). Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe. Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit (α - Fe2O3), dan Maghemit (γ- Fe2O3) (Afdal, 2012). Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis, Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa Selatan), NTT (Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya pasir besi terdapat di pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuan yang bersifat andesitik hingga basalitik (Hilbert, 2012). Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian berlanjut ke proses fisika, yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang-ulang, pemindahan karena ombak atau arus, dan terjadi pengendapan disepanjang pesisir pantai yang mengandung Fe (besi) yang menurut beberapa penilitian kandungan tersebut datang dari batuan basalitik dan andesitik vulkanik. Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti (Hilbert, 2012): 1.
Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi
2.
Faktor fisika dan kimia (suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material)
6
3.
Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi
Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral Magnetit, Ilmenit, Hematit, Titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).
2.3. Konsentrasi Gravitasi konsentrasi gravitasi adala salah satu tahap operasi dalam pengelolahan bahan galian yang operasinya mempergunakan sifat perbedaan densitas dari mineral-mineral yang akan dipisahkan. Saat ini proses pemisahan secara gravitasi masih tetap digunakan terutama untuk endapan plaser (timah, emas, pasir besi, dll). Metode ini bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara mineral berharga dengan mineral gangue . Umumnya mineral-mineral bijih (berharga) memiliki berat jenis yang tinggi, sedangkan mineral tidak berharga berat jenisnya rendah (Sufriadin, 2016). Konsentrasi gravitasi merupakan pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya dalam suatu medium fluida dengan menggunakan perbedaan kecepatan pengendapan. Berdasarkan gerakan fluida, terdapat beberapa cara untuk melakukan pemisahan secara gravitasi yaitu (Supriadin, 2016): a.
Fluida tenang, contoh: DMS (Dense Medium Separator ).
b.
Gerak fluida horisontal, contoh: sluice box, shaking table, dan spiral concetrator .
c. Aliran fluida vertikal, contoh: jigging . Konsentrasi gravitasi pada mineral-mineral yang mempunyai perbedaan masa jenis yang mencolok sehingga terjadi kelompok mineral dengan masa jenis tinggi dan kelompok mineral dengan masa jenis rendah, dan salah satu dari mineral tersebut akan menjadi konsentrat (Sufriadin, 2016). Estimasi/perkiraan
apakah
konsentrasi
gravitasi
dapat
diterapkan
untuk
memisahkan mineral-mineral yang mempuyai perbedaan berat jenis serta selang ukuran yang bisa dipakai, dapat diperkirakan dari kriteria konsentrasi dari Taggart. Kriteria tersebut dirumuskan secara empirik sebagai perbandingan antara berat jenis material berat (B) dikurangi berat jenis fluida dengan berat jenis material ringan (ρR ) dikurangi fluidanya (Sufriadin, 2016). 7
Kriteria Konsentrasi (KK) =
ρB ρC
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, akan diperoleh nilai KK. Bila nilai KK >2,5 atau <-2,5, maka pemisahannya mudah dilakukan untuk berbagai ukuran halus sekalipun. Apabila nilai KK sama dengan 2,5-1,75 pemisahan material dilakukan secara efektif sanpai ukuran 100 mesh. Bila KK sama dengan 1,75-1,50 pemisahan masih memungkinkan sampai ukuran 10 mesh tetapi sukar dilakukan. Apabila KK sama dengan 1,50-1,25 pemisahan masih memungkinkan untuk ukuran ¼ inci akan tetapi sukar dilakukan, dan yang terakhir apabila nilai KK < 1,25 proses yang terjadi relatif tidak mungkin,
namun
masih
bisa
memungkinkan
dengan
modifikasi
gaya
berat
(sufriadin,2016). Terdapat beberapa efek yang mempengaruhi proses pemisahan, antara lain yaitu (Sufriadin, 2016): a.
Frekuensi stroke
b.
Selang ukuran mineral-mineral yang akan dipindahkan
c.
Ukuran, bentuk, BJ mineral
d.
Densitas ukuran bed , tebal bed
e.
Ukuran lubang screen
f.
Keepatan hydraulic water .
8
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung ialah
sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung ialah sebagai berikut: 1. Timbangan digital Timbangan digital yang digunakan pada saat praktikum memiliki fungsi yaitu untuk menimbang sampel batuan pada saat praktikum berlangsung.
Gambar 3.1 Timbangan Digital. 2. Shaking Table Shaking table merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan konsentrat, middling dan tailing dari pasir besi. Alat ini digunakan untuk melakukan proses pemisahan menggunakan metode konsentrasi gravitasi. Alat ini memisahkan material dengan bantuan air.
Gambar 3.2 Shaking Table . 9
3. Kuas Kuas pada praktikum kali ini memiliki fungsi yaitu digunakan untuk membersihkan sisa-sisa batuan atau material yang terdapat pada nampan atau timbangan.
Gambar 3.3 Kuas. 4. Nampan Nampan pada praktikum kali ini dapat digunakan dan berfungsi sebagai wadah penyimpanan untuk sampel atau batuan ketika akan ditimbang.
Gambar 3.4 Nampan. 5. Kaos Tangan Kaos tangan merupakan salah satu kebutuhan di dalam bidang kerja termasuk saat praktikum. Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam atau mencegah terjadinya cidera.
Gambar 3.5 Kaos Tangan. 10
6. Kompresor Kompresor pada praktikum kali ini digunakan sebagai alat untuk membersihkan alat-alat grinding dan sieving lainnya dari debu-debu.
Gambar 3.6 Kompresor. 7. Wajan Wajan merupakan salah satu jenis peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini. Alat ini digunakan sebagai tempat atau wadah penyimpanan material dari nampan sebelum material masuk ke alat shaking table .
Gambar 3.7 Wajan. 8. Baskom Baskom berfungsi untuk penampungan air atau sebagai wadah penyimpanan air yang digunakan selama proses pemisahan berlangsung.
Gambar 3.8 Baskom 11
9. Spidol Spidol pada praktikum kali ini digunakan sebagai alat tulis pada saat praktikum.
Gambar 3.9 Spidol. 10. Kantong sampel Kantong sampel digunakan untuk menyimpan sampel atau batuan setelah praktikum. Dengan kata lain, kantong sampel ini digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil produk.
Gambar 3.10 Kantong Sampel. 11. Kertas Kertas pada praktikum kali ini digunakan sebagai bahan untuk menulis hasil pengukuran pada praktikum.
Gambar 3.11 Kertas. 12
12. Masker Masker berfungsi sebagai bahan yang digunakan untuk melindungi pernapasan dari bahaya debu yang akan masuk ke hidung.
Gambar 3.12 Masker. 3.1.2
Bahan Bahan berupa pasir besi yang berfungsi sebagai sampel pada saat praktikum shaking table berlangsung. Pasir besi yang digunakan tiap kelompoknya yaitu sebanyak 10 kg.
Gambar 3.13 Pasir Besi.
3.2
Prosedur Percobaan Prosedur percobaan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian
menggunakan shaking table yaitu: 1.
Menyiapkan alat dan bahan.
Gambar 3.14 Penyiapan Alat 13
2.
Menimbang feed berupa pasir besi hingga beratnya mencapai 10 kg. Penimbangan ini dilakukan sebanyak 4 kali di mana dalam 1 kalinya seberat 2.500 gram.
Gambar 3.15 Penimbangan Umpan 3.
Membersihkan alat yaitu timbangan digital serta nampan menggunakan alat kompresor. Hal ini dilakukan agar material dari pasir besi tidak tertinggal di alat.
Gambar 3.16 Proses Pembersihan Alat 4.
Memindahkan material pasir besi ke tempat yang lebih besar sebelum dimasukkan ke dalam alat shaking table . Proses pemindahan material ini dilakukan untuk memudahkan pada saat menuang material ke dalam alat shaking table .
Gambar 3.17 Pemindahan Material 14
5.
Menyalakan alat, lalu memasukkan feed ke dalam kotak slurry feed dibagian tepi atas shaking table. Pada saat yang bersamaan diperlukan juga adanya air yang mengalir selama proses pemisahan berlangsung.
Gambar 3.18 Pemisahan Material 6.
Mengambil material hasil separasi berdasarkan berat jenisnya yang terkumpul di dalam ember.
Gambar 3.19 Pengambilan Material 7.
Memisahkan produk hasil shaking table dari air yang berada di dalam ember. Pemisahan ini dilakukan untuk hasil dari tiap konsentrat, middling , dan tailing . Berikut merupakan proses pemisahan produk hasil shaking table berupa konsentrat
Gambar 3.20 Pemisahan Konsentrat. 15
8.
Mengeringkan produk konsentrat yang masih basah dengan bantuan sinar matahari.
Gambar 3.21 Pengeringan Konsentrat 9.
Memisahkan produk hasil shaking table dari air yang berada di dalam ember. Pemisahan ini dilakukan untuk hasil dari tiap konsentrat, middling , dan tailing . Berikut merupakan proses pemisahan produk hasil shaking table berupa middling yang didapatkan.
Gambar 3.22 Proses Pemisahan Middling 10.
Memisahkan produk hasil shaking table dari air yang berada di dalam ember. Pemisahan ini dilakukan untuk hasil dari tiap konsentrat, middling , dan tailing . Berikut merupakan proses pemisahan produk hasil shaking table berupa tailing
Gambar 3.23 Proses Pemisahan Tailing 16
11.
Memasukkan material middling dan tailing yang didapatkan pada proses pemisahan ke dalam kantong sampel.
Gambar 3.24 Proses Pemindahan Material 12.
Menimbang berat sampel yang telah dikeringkan dan mencatat hasilnya.
Gambar 3.25 Produk Konsentrat.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Data hasil percobaan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara IV Shaking Table
adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Percobaan. Feed (gr)
Konsentrat
Middling (gr)
Tailing (gr)
Loss (gr)
6.520.7
1.135,6
440.7
(gr) 10.000
4.2.
1.903,0
Pengolahan Data Data yang diperoleh dari proses pemisahan dengan menggunakan alat shaking
table , maka dilakukan pengolahan data agar hasilnya dapat dianalisis lebih lanjut. Berikut adalah pengolahan data dari percobaan proses shaking table : 4.2.1
Persen Berat F = C+T F = Konsentrat + (Middling + Tailing ) F = 1.903,0 gram + (6.520,7 gram + 1.135,6 gram) F = 1.903,0 gram + ( 7.656,3 gram) F = 9.559.3 gram Berat yang hilang = Feed – F Berat yang hilang = 10.000 gram – 9.559.3 gram Berat yang hilang = 440.7 gram % = % =
Berat yang hilang 440.7 gram 10.000 gram
x 100%
x 100%
% = 4.407 % Konsentrat x 100% 1.903,0 gram % Konsentrat = x 100% 10.000 gram % Konsentrat =
18
% Konsentrat = 19,03%
% =
x 100%
1.135,6 gram
% =
10.000 gram
x 100%
% = 11,356% % = % =
x 100%
6.520,7 gram 10.000 gram
x 100%
% = 65,207 %
4.2.2
Recovery R= R= R= R=
C .c F . f
x 100% % Konsentrat
( % + % ) 19,03% (11,356% + 65,207 % ) 19,03% 76.563
x 100%
x 100%
x 100%
R = 24.85 %
4.2.3
Nisbah Konsentrasi K= K=
F C 10.000 gram 1.903,0 gram
K = 5,25
4.3.
Pembahasan Pemisahan material pasir besi menggunakan alat shaking table, dilakukan
dengan bantuan media air agar lebih mudah dipisahkan. Dari 10.000 gram umpan yang digunakan, diperoleh hasil 1.903,0 gram konsentrat, 6520,7 gram middling , dan 1.135,6 gram tailing . Bila produk yang diperoleh dijumlahkan, maka hasilnya tidak sama dengan jumlah feed yang digunakan karena adanya material yang hilang akibat kesalahan teknis dan alat. Hilangnya material yang diakibatkan oleh alat dapat terjadi seperti karena alat terlalu miring sehingga material yang dibawa oleh air memiliki kecepatan yang tinggi yang mengakibatkannya tidak tertampung ke dalam wadah dengan baik. Alat juga tidak memiliki talang di bagian sampingnya sehingga material tidak terkumpul dengan baik 19
dan banyak yang jatuh di luar bak. Saat proses pembuangan dan pemisahan air dari materialnya, banyak material yang terbawa oleh air sehingga mengakibatkan berkurangnya berat dari umpan awal. Pada proses pengeringan material sebelum ditimbang, material juga hilang diakibatkan oleh angin pada penjemuran secara langsung di alam terbuka. Setelah proses pengeringan dilakukan perhitungan untuk mengukur berapa banyak material-material yang diperoleh. Persen berat material yang hilang akibat kesalahan pada praktikum yaitu sebesar 4,407 %. Persen berat konsentrat diperoleh dengan membagi berat konsentrat dengan umpan yang dimasukan, nilai yang diperoleh sebesar 19,03 %. Sedangkan untuk persen berat tailing diperoleh dengan menjumlahkan material middling dan tailing yaitu sebesar 76,563 %. Nilai dari recovery diperoleh dengan membagi persen berat konsentrat dengan persen berat tailing . Nilai recovery yang diperoleh yaitu sebesar 24,85 %. Hasil ini termasuk rendah, karena pasir yang digunakan merupakan pasir yang diperoleh dipermukaan dengan kedalaman kurang dari 50 cm. Hal ini mengkibatkan pasir pada bagian ini memiliki kandungan besi yang rendah, karena material besi memiliki berat jenis yang lebih besar bila dibandingkan dengan material disekitarnya sehingga pasir dengan konsentrasi besi yang tinggi akan banyak diperoleh pada kedalaman sekitar 4 meter. Nilai nisbah konsentrasi diperoleh dengan membagi jumlah feed yang di gunakan dengan jumlah konsentrat yang diperoleh. Nilai dari nisbah konsentrasi yang diperoleh adalah 5,25.
20
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum pengolahan bahan galian dengan alat shaking table adalah sebagai berikut: 1. Gaya-gaya yang bekerja pada meja goyang antara lain gaya dorong alir dan gaya gesek. 2. Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. 3. Aliran air dan kemiringan dari alat mempengaruhi nilai recovery dan nisbah konsentrasi.
5.2.
Saran
5.1.1
Saran Untuk Laboratorium Adapun saran untuk laboratorium, yaitu:
1. Alat-alat di Laboratorium sebaiknya diperbanyak dan diperlengkap, agar praktikum dapat dilakukan oleh seluruh praktikan agar praktikum lebih efektif. 2. Sebaiknya alat segera diperbaiki, agar alat mudah diatur dan pelaksanaan praktikum-praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan data yang diperoleh lebih akurrat. 3. Sebaiknya laboratorium senantiasa bersih dan rapi, agar saat praktikum berjalan akan lebih terasa nyaman. 5.1.2
Saran Untuk Asisten Adapun saran untuk asisten, yaitu:
1. Sebaiknya asisten bisa menjelaskan lebih rinci mengenai prosedur praktikum. 2. Sebaiknya asisten bisa lebih interaktif lagi pada saat praktikum.
21
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, dan Lusi N., 2012. Karakterisasi Sifat Magnet Dan Kandungan Mineral Pasir Besi Sungai Batang Kuranji Padang Sumatera Barat . Vol. 4, No. 1. Andra, 2011. Pengolahan Bijih Mineral dengan Meja Goyang. https://andra.Biz/ pengolahan-bijih-mineral-dengan-meja-goyang-shaking-table/ . Diakses tanggal 3 Desember 2016. Grewal, Ish, 2015. Introduction To Mineral Processing . http://met-solvelabs.com/library/ Artides/mineral-processing-introduction. Diakses tanggal 4 Desember 2016. Malada, Hilbert P. Dkk., 2012. Teknologi Pengolahan Material-Pasir Besi . Surabaya: ITS. Moetamar. 2008. Eksplorasi Umum Pasir Besi Di Daerah Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan . Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi. Munaf, Yulman, 2012. Pengujian Tailing dan Shaking Table untuk Mengkaji Stabilitas Dinding Penahan Tanah Akibat Beban Gempa . Jurnal Artikel, Vol. 12, No. 3. Rizky, 2011. Peningkatan Kadar Konsentrasi . Materi Kuliah Pertambangan dan Geologi. Diakses tanggal 4 Desember 2016. Sandgren, Erik, dkk. 2015. Basics In Minerals Processing . Edisi 10. English: Metso Corporation. Sufriadin. 2016. Pengolahan Bahan Galian . Gowa: Universitas Hasanuddin. Tim PSDG, 2005. Pedoman Teknis Eksplorasi Pasir Besi . Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi. Z, Zhengzhou Y, 2014. Mineral Gravity. http://www.zzywzg.com/ en/ xinwen_show. asp?articleID=648 . Diakses tanggal 4 Desember 2016.
22