BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 16.000 pulau yang tersebar dari sabang sampai merauke. Kebutuhan energi listrik merupakan kebutuhan dasar untuk menunjang perekonomian negara. Pemerintah memlalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah pelaku yang bertanggung jawab untuk menyediakan pasokan energi listrik ke penjuru negeri. Namun sampai saat ini PLN belum bisa memenuhi kebutuhan dasar ini secara menyeluruh. Berdasarkan RUPTL PT PLN (Persero), Rasio elektrifikasi di Indonesia hingga tahun 2018 adalah 96,2% Akan tetapi pemerintah tidak tinggal diam, dengan mencanangkan program 35.000 MW pemerintah bersama PLN berharap pada tahun 2024 rasio elektrifikasi di Indonesia bisa mencapai 100%. Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia, pemerintah dituntut untuk menyediakan pasokan listrik yang kuat dan stabil. PLTU Cilacap hadir untuk menjawab tantangan itu dengan memperkuat jaringan listrik di Pulau Jawa bagian selatan. Sampai saat ini, PLTU Cilacap dengan 3 unitnya mampu memperkuat sistem distribusi dengan memasok listrik sebesar 1260 MW ke sistem distribusi Jawa Bali Madura (Jamali), dan masih akan bertambah lagi dengan adanya unit tambahan sebesar 1x1000 MW yang yang ditargetkan akan beroperasi di tahun 2019. Dunia kerja merupakan orientasi dari dunia pendidikan, terutama jika dikaitkan dengan dunia pendidikan di bidang rekayasa/engineering. Sebaliknya dunia pendidikan secara tidak langsung merupakan pemasok Sumber Daya Manusia (SDM) untuk dunia industri tersebut. Pendidikan Politeknik membentuk individu menjadi tenaga terampil dan siap terap ke dunia kerja/profesi. Sebagai konsekuensi, mahasiswa politeknik dituntut mampu observasi dan beradaptasi secara cepat dan tepat. Latihan bekerja secara nyata di industri merupakan ajang menguji kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan secara komprehensif dan membentuk sikap profesional. Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung mendidik dan melatih mahasiswa untuk dapat berperan sebagai tenaga profesional di bidang
Keenergian di dalam lingkup dan lingkungan industri maju. Program pendidikan Teknik Energi mewajibkan mahasiswa untuk menyelesaikan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar pada semester VII. Mata kuliah Praktik Kerja Lapan gan/Seminar ini merupakan ajang observasi dan berlatih mengenal dunia industri; serta memahami bidang karir sesuai dengan minat mahasiswa berdasarkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang telah tel ah dipelajari. Melalui mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar, mahasiswa berlatih menggunakan seluruh pengetahuan dan ilmu-pengetahuan yang telah diperoleh (semester I – VI) VI) untuk mengenal dunia karir dan arena berkarya. Secara teknis, PKL merupakan ajang pengujian pemahaman atas pengetahuan dan ilmu-pengetahuan yang telah dipelajari; serta sarana untuk berlatih mengembangkan ide dan membangun jaringan kerja (net-working) sesuai dengan minat dan perhatian mahasiswa terkait. Mahasiswa yang melaksanakan PKL, secara spesifik, diarahkan dan dibimbing oleh Ketua Program Studi melalui seorang dosen yang ditunjuk atau Sekretaris Jurusan/Program Studi sebagai koordinator Praktik Kerja Lapangan. Evaluasi mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar dilakukan pada beberapa kemampuan mencakup: beradaptasi, berkreasi, dan presentasi. Kemampuan tersebut dikaitkan dengan tanggung jawab yang bersesuaian terhadap standar kompetensi seorang kandidat Sarjana Sains Terapan (S.ST). Secara substansi, materi PKL memungkinkan diarahkan pada alternatif pilihan topik dan/atau objek Tugas Akhir 1.2 Tujuan Kerja Praktek 1.
Tujuan Umum
a.
Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi dan dunia du nia kerja sebagai pengguna pen gguna output-nya.
b.
Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmunya di dunia kerja pada umumnya serta mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia du nia kerja secara utuh.
c.
Mahasiswa dapat mengetahui, mempelajari dan memahami prinsip-prinsip sistem operasi, proses produksi, sistem kerja dan maintenance dan repair dengan pendekatan masalah secara utuh.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui proses produksi listrik di PLTU Cilacap 1x660 MW.
b.
Mengetahui komponen utama dan tambahan di PLTU Cilacap 1x660 MW.
c.
Mengetahui pengaruh Blocking Coal Feeder terhadap terhadap pembebanan pada Unit 3 PLTU Cilacap 1x660 MW.
d.
Mengetahui penyebab terjadinya Blocking Coal Feeder pada pada Unit 3
1.3 Manfaat Kerja Praktek 1.
Bagi Mahasiswa Kerja Praktek
a.
Menambah wawasan dan pengalaman kerja secar langsung di industri.
b.
Sarana dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan di perkuliahan.
c.
Memperluas pengetahuan mengenai kondisi dunia kerja dan berbagai permasalahan yang terjadi. terjad i.
2.
Bagi Politeknik Negeri Bandung
a.
Mengetahui kemampuan mahasiswa di lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
b.
Meningkatkan dan memperluas jaringan kerja sama antara pihak industri, dalam hal ini PT Sumber Segara Primadaya dengan Politeknik Negeri Bandung.
c.
Sebagai masukan, guna pengembangan kurikulum yang sesuai atau sepadan dengan kebutuhan lapangan kerja.
3.
Bagi PT Sumber Segara Primadaya
a. Sebagai sarana jejaring antara Politeknik Negeri Bandung dengan PT Sumber Segara Primadaya PLTU Cilacap untuk menjalin kerjasama, baik itu dalam hal pengembangan teknologi tekno logi maupun sumber daya da ya manusia. b.
Sebagai sarana untuk memperkenalkan teknologi industri kepada dunia pendidikan sehingga tercipta kesesuaian antara kebutuhan industri dan kapabilitas sumberdaya manusia.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu dan tempat pelaksanaan Kerja Praktek adalah: Waktu
:16 Juli – 31 31 Agustus 2018
Tempat
: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap 1x660 MW PT. SUMBER SEGARA PRIMADAYA PR IMADAYA
Jl. Lingkar Timur Desa Karangkandri Kec. Kesugihan, Kab. Cilacap Telp. (0282) 538 865 Fax. (0282) 538 863
1.5 Rumusan Masalah
Karena sering terjadinya blocking pada Coal Feeder di PLTU Cilacap Unit 3 selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan, maka penulis akan mengambil bahasan tentang analisa Blocking Coal Feeder terhadap pembebanan pada PLTU Cilacap unit 3 1x660 MW
1.6 Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1.
Hanya menganalisa blocking coal feeder pada PLTU Cilacap Unit 3 1x660 MW
1.7 Metode Penyusunan Laporan
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam pembahsaan laporan kerja praktek di PT. Sumber Segara Primadaya – PLTU Cilacap 1x660 MW ini mencakup: 1.
Studi Lapangan
Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses yang terjadi di lapangan. Kegiatan ini juga meliputi pengarahan, penjelasan, tanya jawab dan konsultasi terhadap operator atau yang berkompeten di lapangan. 2.
Diskusi
Dilakukan bersama dengan temen-teman Kerja Praktek dan pembimbing di lapangan, sehingga dapat enyelesaikan laporan sesuai dengan ketentuan. 3.
Studi Literatur
Mencari informasi, keterangan dan data-data yang diperlukan untuk menunjang penyusunan laporan ini, meliputi studi terhadap buku-buku perpustakaan pusdiklat, dokumentasi, data operasi dan manual handbook yang ada di perpustakaan milik PT. Sumber Segara Primadaya – PLTU Cilacap 1x660 MW.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan
Berisi tentang paparan latar belakang pengangkatan studi kasus, rumusan masalah, tuujan dan manfaat kerja praktik, ruang lingkup bahasan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan laporan kerja praktik. BAB II
: Profil Perusahaan
Berisi tentang profil perusahaan tempat PKL berlangsung yang mencakup sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi, logo, budaya perusahaan, serta lokasi perusahaan. BAB III : Tinjauan Pustaka Berisi tentang teori-teori proses pembangkitan daya pada PLTU, komponenkomponen PLTU, serta metode perhitungan yang akan digunakan. BAB IV : Analisa dan Pembahasan Berisi data-data lapangan yang menunjang analisa, hasil perhitungan, dan grafikgrafik yang merepresentasikan perhitungan dan analisa. BAB V
: Penutup
Berisi kesmpulan dan saran yang didasarkan pada hasil analisa penulis, studi kasus di lapangan dan pengalaman penulis selam menjalankan PKL di industri.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1
Sejarah Singkat Perusahaan
Pertumbuhan perekonomian dan industri di industri di Indonesia menuntut ketersediaan sarana dan prasarana yang sejalan dengan program pemerintah Indonesia untuk prioritas pembangunan program infrastruktur yang salah satunya adlah sektor ketenagalistrikan. PT Sumber Sakti Prima yang bergerak di bidang energi dan pertambangan bersinergi dengan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang memiliki kekuatan pada Industri Energi, bersama mendirikan PT Sumber Segara Primadaya (S2P) untuk menjadi Independent Power Producer (IPP) terbaik di Indonesia. PT Sumber Segara Primadaya menunjuk Chengda Engineering Corporation Of China (CECC) sebagai kontraktor sekaligus membawa leader perbankan dari Cina
untuk membangun PLTU Cilacap 2x300 MW. Dalam pelaksanaannya CECC yang sebelumnya telah memiliki pengalaman di Indonesia dengan membangun PLTU di Sulawesi Selatan (2x25 MW) tahun 1993 dan PLTGU Palembang Timur. Pada proyek PLTU Cilacap hampir 70% pengerjaannya diserahkan kepada 2 kontraktor lokal (WIKA dan Truba Jurong) sehingga proyek ini dapat selesai tepat waktu dengan hasil terbaik, selanjutnya pengoperasiannya dilakukan oleh OdanM kontraktor yang profesional sehingga dapat beroperasi dengan standar international. PLTU Cilacap terletak di desa Kesugihan, Kecamatan Karangkandri, 20 kilometer dari pusat kota Cilacap dan merupakan pembangkit listrik pertama di pulau jawa bagian selatan. PLTU Cilacap memproduksi pasokan listrik sebesar 2x300 yang terbagi menjadi unit 1 dan unit 2 yang mulai beroprasi tahun 2006. Untuk memperkuat sistem distribusi listrik tegangan ekstra tinggi 500 KV, maka PT S2P melakukan penambahan unit baru atau unit 3 sebesar 1x660 MW dan mulai beroperasi pada tahun 2016 .Demi mendukung program pemerintah 35.000 MW, PT S2P melakukan ekspansi dengan melakukan pembangunan unit ke 4 sebesar 1x1000 MW yang nantinya akan beroperasi pada tahun 2019.
2.2
Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Sumber Segara Primadaya
2.3
Lokasi Perusahaan
PT Sumber Segara Primadaya terletak di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, 20 Km dari kota Cilacap. PT Sumber Segara Primadaya yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Sumber Segara Primadaya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap pertama di selatan pulau Jawa.
Gambar 2.2 Lokasi PLTU Cilacap
Secara geografis batas-batas lokasi proyek pembangunan PT S2P adalah:
2.4
-
Sebelah utara
: Jalan Lingkar Timur Cilacap, Persawahan
-
Sebelah timur
: Muara Sungai Serayu
-
Sebelah selatan
: Samudra Hindia
-
Sebelah barat
: Lahan kosong (ladang dan rumah penduduk)
Visi, Misi dan Logo Perusahan 1.
Visi
Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik berkinerja tinggi berstandar Iternasional berwawasan lingkungan untuk kemajuan kehidupan manusia.
2.
Misi
a.
Memproduksi energi listrik yang efisien dan berdaya saing dengan mengembangkan teknologi sesuai dengan best practice yang dilaksanakan di berbagai perusahaan nasional dan international dalam bidang pembangkit.
b.
Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM untuk menghasilkan kinerja tinggi dan kepuasan semua pemangku kepentingan.
c.
Mengembangkan usaha produksi listrik yang sehat dan memiliki prospek jangka panjang dengan mentaati peraturan di bidang
perindustian dan
perniagaan, ketentuan lingkungan, yang bersifat internasional dan kemajuan hidup manusia.
3.
Logo
Gambar 2.3 Logo PT Sumber Segara Primadaya
4.
Filosofi
Manusia sebagai modal dasar(human capital). Filosofi yang dianut oleh PT. Sumber Segara Primadaya sehingga makna Human Resources sejak awal bertransformasi menjadi Human Capital . Kunci dari penerapan Human Capital
di PT. Sumber Segara Primadaya adalah manajemen interaksi dengan kekuatan empati yang menilai serta menyerap respon secara verbal dan non-verbal. Human Capital menerapkan kerja sama sebagi sharing sehingga terwujud suatu
sinergi, bukan sekedar bekerja bersama-sama.
2.5
Kebijakan Perusahaan NEON EXC
INTEGRITY
: Integritas menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh seluruh tingkatan.
TEAMWORK
: Kerjasama dalam tim untuk mengoptimalkan kinerja karyawan dalam setiap aktifitas perusahaan
COMMITMENT : Komitmen perseorangan dan organisasi untuk memenuhi segala peraturan dan persyaratan yang berlaku IN NOVATION
: Pengembangan ide, pengetahuan, dan perbaikan secara berkesinambungan
EFFICIENT
: Efisien dalam operasi untuk mengoptimalkan sumber daya
EXCELLENT
: Mengutamakan kualitas atau mutu hasil operasi dan berorientasi
untuk
pencegahan
pencemaran
lingkungan,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
2.6
Kapasitas Produksi
PT Sumber Segara Primadaya - PLTU Cilacap mempunyai 3 unit yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing yaitu unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2x300 MW, unit 3 dengan kapasitas 1x660 MW, unit expansion dengan kapasitas 1x1000 MW yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Unit 1 dan 2, 2x300 MW
Pelaksanaan pambangunan PLTU Cilacap, bermodal keterampilan serta teknologi maju dari CECC membuahkan profesionalisme secara terus-menerus dengan intensitas yang tinggi. PLTU Cilacap Unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2x300 MW dapat diselesaikan dalam waktu 26 bulan. Selain kecepatan dalam proses pembangunan, solusi pembiayaan juga perlu dicatat. Tidak hanya memboyong EPC Contraktor , PT Sumber Segara Primadaya juga menghadirkan solusi pendanaan bank of China sebesar US$ 408 juta dari
nilai proyek US$ 550 juta. Solusi pembiayaan ini pun kemudian menjadi acuan oleh pemerinatah Indonesia untuk pembiayaan proyek infrastruktur di Indonesia. PLTU unit 1 mulai beroperasi pada tanggal 6 April 2006, menyusul PLTU unit 2 pada tanggal 2 september 2006.
2.
Unit 3, 1x660 MW
PLTU unit 3 dengan kapasitas terpasang 1x660 MW menggunakan teknologi supercritical boiler dan Fuel Gas Desulpurization. Unit 3 telah beroperasi secara kompersial (CoD) pada 10 Juni 2016 dan semenjak itu mendukung sistem kelistrikan Jawa Bali melalui jaringan transmisi 500 Kv (SUTET). Setelah penandatanganan PPA pada bulan Januari 2013, dilanjutkan kemudain dengan Pemancangan Tiang Pertama (Ground Breaking ) dan dimulailah pembangunan unit 3 yang seluruh pelaksanaannya dapat selesai empat bulan lebih cepat dari yang telah direncanakan 36 bulan. Hal ini dapat terwujud karena pengalaman S2P dalam membangun dan menjalankan PLTU unit 2 dan 2 sebelumnya.
3.
Unit Ekspansi, 1x1000 MW
Pembangunan unit ukspansi Untuk mendukung program infrastruktur ketenagalistrikan 35.000 MW pemerintah, perusahaan berpartisipasi dengan mengembangkan proyek ekspansi 1x1000 MW. Konstruksi PLTU Cilacap Expansion diperkirakan memakan waktu 39 bulan dan dijadwalkan dapat
beroperasi secara komersial pada tahun 2019. Untuk proyek ini akan memasang mesin/peralatan utama buatan China dengan teknologi lebih efisien dan ramah lingkungan dengan penggunaan ultra supercritical boiler . Sedangkan balance of plant dari proyek ini akan memasang juga peralatan dengan mesin/ peralatan
buatan dalam negeri, Jepang, Eropa dan Amerika.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian PLTU
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak karena efisiensinya yang terbilang tinggi antara 30% – 48% sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. Pada dasarnya efisiensi PLTU bergantung pada jenis boiler yang digunakan, yaitu Subcritical, Supercritical, dan Ultrasupercritical PLTU sendiri adalah sistem konversi energi yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Proses konversi energinya berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu: 1.
Perubahan energi kimia dari bahan bakar menjadi energi termal dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
2.
Perubahan energi termal (uap) menjadi energi mekanik berupa putaran
3.
Perubahan energi mekanik menjadi energi listrik
3.2 Jenis PLTU
Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang menggambarkan perubahan panas menjadi kerja. Panas disuplai secarea eksternal pada aliran tertutup yang digunakan untuk mengubah fasa air menjadi uap. Sumber panas yang biasa diguanakan adalah batu bara, gas alam , minyak bumi, nuklir dan panas matahari.
Gambar 3.1 P-h diagram
Dalam penigkatan performa PLTU telah dikembangkan beberapa jenis boiler yaitu Subcritical, Supercritical, dan Ultrasupercritical. Perbedaan mendasar dari ketiga jenis boiler di atas adalah terletak pada kualitas uap serta tekanan kerjanya.
Subcritical yang berarti phase yang terbentuk di boiler tidak homogen (masih bisa dibedakan antara cair dan uap) sehingga tipe boiler ini masih membutuhkan Steam Drum untuk memisahkan kedua phase sebelum digunakan untuk memutar sudu turbin.
Operasi Subcritical Boiler <22,1 Mpa. Sebagai contoh operasi boiler pada tekanan 170 bar dengan temperatur 540°C mempunyai efisiensi 32-38%
Supercri tical artinya keadaan substansi dimana tidak bisa dibedakan antara phase cair dan uap (kedua phase homogen) dan tipe boiler ini tidak membutuhkan steam drum sehingga sering disebut one through boiler (boiler satu kali lewatan langsung digunakan untuk memutar sudu turbin). Air mencapai keadaan critical pada tekanan 22 ,1 Mpa, jadi operasi supercritical boiler> 22,1 Mpa. Contoh operasi boiler adalah dengan tekanan 250 bar dan temperatur 615°C mempunyai efisiensi 37-42 %.
Ultra Supercritical didesain dengan konstruksi metarulgi yang sangat baik (high grade quality) karena tidak adanya Steam Drum, sehingga konstruksi Boiler dan Turbin dijaga dari reaksi kerak dan korosi. Contoh Operasi ultra supercritical boiler dengan tekanan 300 bar dan temperatur 630°C dengan efisiensi 43-48%. Penambahan tingkat efisiensi boiler berdampak menurunnya biayaoperasional dan mengurangi emisi CO2.
3.3 Spesifikasi Komponen Utama PLTU Cilacap Unit 3 3.3.1
3.3.2
Boiler
Pembuat
: Dongfang Boiler Group Co.,Ltd.
Model
: Dg 2077 9/25,4 II 12
Kapasitas
: 2077,9 / 1978,9 ton/jam
Tekanan Uap Utama
: 25,4 Mpa
Temperatur Uap Utama
: 571 0C
Tekanan Uap Reheat
: 4,42 Mpa (in) / 4,25 Mpa (out)
Temperatur Uap Reheat
: 317 0C (in) / 569 0C (out)
Nomor Seri
: W 1182311
Turbine
Pembuat
: Shanghai Electric Turbine Plant
Model
: N660-24.2/566/566
3.3.3
Kapasitas Nominal
: 660 MW
Putaran Nominal
: 3000 rpm
Tekanan Uap Utama
: 24.20 Mpa
Temperatur Uap Utama
: 566 0C
Tekanan Uap Reheat
:4.127 Mpa
Temperatur Uap Reheat
: 566 0C
Tekanan Vakum
: 7,5 kPa
Jumlah Sudu
: HP 11 tingkat; IP 8 tingkat; IP 4x7 tingkat
Nomor Seri
: A-129-08-15
Kondensor
Pembuat
: Sanghai Electric Power Generation Equipment Co., Ltd.
Tipe
: Double back pressure, double hull, single flow, surface cooling type tube bandle arrangement, Parallel Transfersal Arrangement.
3.3.4
Surface area pendingin
: 36600 m2
Pendingin air
: Air Laut
Temperatur Cooling Water
: 30 °C
Aliran Air
: 27.0399 m3/s
Oxygen Content
: 20x10 g/I
Feedwater Pump Electric Water Supplay Pump
Pembuat
: Ebara Machinery Zibo Co., Ltd.
Model
: 250x200SSD6M
Tipe
: Multistage Centrifugal Pump
Aliran
: 730 t/h
Lift
: 2307.6 m
Efisiensi Pompa
: 85 %
Kecepatan Putar
: 2980 rpm
Temperatur air masuk
: 171.6°C
Tegangan
: 6000 V
Arus
: 346 A
Daya
: 3150 kW
Derajat Proteksi
: IP44
Kelas Isolasi
:F
Faktor Daya
: 0.912
Pendingin Motor
: Pendingin Udara
Feed Pump Steam Turbine
Pembuat
: Dongfang Turbine Co., Ltd.
Tipe (turbine)
: Single Cylinder, Single Shaft, Impulse, Straight Condensing, Reheat Cold Section, External Switching Steam Turbine
Kecepatan
: 5417 rpm
Daya
: 10193.2 kW
Tekanan Steam Masuk
: 1.034 MPa (ekstraksi #4)
Temperatur Operasi Normal
: 366.8°C (ekstraksi #4)
Tekanan Steam Masuk
: 5.768 MPa (Cold Reheating)
Aliran Steam
: 50.46 t/h
Tekanan Keluar
: 8.88 kPa
Tipe (Pompa)
: Single-stage double section horizontal centrifugal pump
3.3.5
Aliran Air
: 1296 t/h
Lift
: 130 m
Generator
Pembuat
: Shanghai Electric Turbine Plant
Model
: QFSN-660-2
Kapasitas
: 776.5 MVA
Daya Aktif
: 660 MW
Tegangan Stator
: 22 kV
Arus Stator
: 20377 A
Faktor Daya
: 0.85 (lagging)
3.3.6
Kecepatan Putar
: 3000 rpm (Clockwise)
Tekanan pendingin H2
: 0.45 Mpa (g)
Jumlah fasa
:3
Frekuency
: 50 Hz
Sambungan Stator Coil
: YY
Efisiensi Desain
: 98.8 %
Kelas Isolasi
:F
Sistem Pendingin
: Rotor (Hidrogen), Stator (Water)
Eksitasi
: 4669 A / 491 V
Nomor Seri
: B0700SH30J015
Main Transformator
Pembuat
: TBEA Hengyang Power Transformer
Model
: SFP-780000/500
Kapasitas Nominal
: 780000 kVA
Tegangan Nominal
: 500 ± 8x2.5% / 22 kV
Arus Nominal
: 900,7/20469.7 A
Jumlah Fasa
:3
Frekuensi
: 50 Hz
Vektor Grup
: Ynd1
Jenis Pendingin
: OFAF
Tingkat Isolasi
: 1175/1550/680 kV (SI/LI/AC)
Impedansi
: 16%
Jumlah Tap/Jenis
: 9/ Off Load Tap Charger
Nomor Seri
: ITBEA.7 10.10187
3.4 Siklus PLTU Cilacap Unit 3 3.4.1
Sistem Aliran Air dan Uap a.
Sistem Air Pengisi
Sistem air pengisi merupakan siklus air PLTU yang berfungsi sebagai pengisi air boiler yang dipompakan oleh pompa feed water (Booster pump,
MBFP, BFPT AdanB) dari deaerator storage tank ke boiler drum yang terlebih
dahulu melewati HPH 3,2,1, dan ekonomiser. Berikut adalah ruang limgkup sistem air pengisi: 1.
Deaerator
Deaerator berfungsi untuk membuang gas-gas tak terkondensasi khususnya oksigen yang terkandung dalam air condensate, dengan cara disembur (direct contact) dengan uap extraksi dari (normal operasi) atau aux steam (start-up).
2.
Boiler Feed Water Pump
Berfungsi untuk memompakan air pengisi dari deaerator storage tank ke boiler drum.
3.
Economizer
Economizer berfungsi untuk memanaskan feed water sebelum masuk
ke drum dengan memanfaatkan panas gas hasil pembakaran boiler.
4.
Heater
Berfungsi untuk menaikan suhu air pengisi sebelum masuk ke boiler. Heater memanfaatkan panas dari uap yang berasal dari turbin. Pada PLTU
Cilacap terdapat dua heater , yaitu Low Pressure Heater ( LPH ) dan High Pressure Heater ( HPH ).
b.
Sistem Air Kondensat
Air kondensat adalah air hasil kondensasi di condenser yang merupakan air untuk pengisi boiler drum. Aliran sistem air kondensat dimulai dari hotwell sampai ke deaerator . Air dialirkan dari hotwell dengan condensate ekstraktion pump (CEP) melalui condensate polishing, kemudian melewati gland steam condenser dan dipanaskan di pemanas bertekanan rendah (LPH #7A, #7B, dan #8A, #8B) secara bertahap sehingga temperaturnya naik, selanjutnya dialirkan ke deaerator. Pada proses ini terjadi pemanasan, pemurnian dan dearasi. Berikut adalah ruang lingkup dari aliran kondensat:
1.
Condensor
Condensor merupakan peralatan untuk mengkondensasikan uap
(steam) yang keluar dari turbin bertekanan rendah (LP turbine)
melalui mekanisme heat exchanger shelldantube dengan pendingin air laut yang dipompakan oleh pompa air sirkulasi (circulation water pump/ CWP).
Hot well merupakan bak penampungan air hasil kondensasi dari
kondensor. 2.
Condensate Extration Pump (CEP)
Pompa kondensor/condensate ekstraktion pump (CEP) (2x100%) berfungsi untuk memompakan air kondensat dari hotwell ke deaerator melalui condensate polishing, gland steam condenser, LP Heater #7A, #7B dan #8A, #8B 3.
Condensate Polishing
Berfungsi untuk memperbaiki kualitas air kondensate melalui mixed bed. 4.
Gland Steam Condenser
Berfungsi untuk memanaskan air kondensat melalui mekanisme penukar panas/ HE shell and tube, dengan memanfaatkan panas yang masih dimiliki gland steam turbine. 5.
LP Heater #7A, #7B dan #8A, #8B
Berfungsi
sebagai
pemanas/ heater
air kondensat
dengan
memanfaatkan uap ekstraksi/ bled steam dari turbine . Masing-masing dilengkapi dengan by-pass sistem, normal drain dan emergency drain 6.
HP heater #3, #2, #1
HP Heater ( High Pressure Heater ) adalah alat yang berfungsi
sebagai pemanas awal pada feed water setelah memasuki deaerator dan menuju ekonomiser. Sumber panas berasal dari ekstraksi uap dari HP Turbine ( High Pressure Turbine). Sebelum memasuki ekonomiser
terdapat tiga HP Heater , yaitu HP Heater #3, #2, dan #1.
c.
Sistem Aliran Uap
Uap dari High Pressure Turbine ( HPT) dialirkan ke HP Heater untuk memanaskan air dari Low Pressure Turbine ( LPT). Uap dari HPT juga masuk ke low temperatur reheat, kemudian ke high temperatur reheat. Setelah itu masuk ke IPT . Uap dari IPT masuk ke LPT dan dari IPT melalui deaerator sebagai fluida pemanas untuk mengurangi kadar oksigen. Dari IPT masuk melalui LPH sebagai fluida pemanas, kemudian masuk ke kondensor untuk didinginkan.
3.4.2
Sistem Aliran Udara
Sistem udara terutama berfungsi sebagai supply kebutuhan udara pada proses pembakaran di ruang bakar, karena proses pembakaran itu berlangsung secara berkelanjutan selama boiler beroperasi maka supply udara untuk pembakaran pun harus dipasok secara berkelanjutan. Selain itu juga sistem udara berfungsi sebagai pemasok udara yang membawa batubara dari pulverizer ke ruang bakar. a.
Udara Primer
Udara primer adalah udara yang berasal dari Primary Air Fan (PAF). Udara primer berfungsi untuk membawa serbuk batubara yang telah dihaluskan di mill/pulverizer menuju ke ruang bakar boiler.
Selain itu udara primer juga digunakan untuk mengeringkan serbuk batubara di dalam pulverizer . Untuk memenuhi fungsi ini temperatur udara primer harus cukup tinggi, maka sebelum masuk ke pulverizer, udara primer dilewatkan melalui primary air heater, pemanas yang memanfaatkan panas gas buang sebagai media
pemanas. Peralatan pada sistem udara primer terdiri dari:
Primary Air Heater sama dengan air preheater , berfungsi sebagai pemanas
udara primer yang memanfaatkan panas gas buang dari boiler.
b.
Hot Air Duct berfungsi untuk menyalurkan udara panas primer ke dalam mill . Cold Air Duct berfungsi untuk menyalurkan udara dingin primer ke dalam mill.
Udara Sekunder
Udara sekunder adalah udara yang berasal dari Force Draft Fan ( FDF ) yang digunakan sebagai udara pembakaran di ruang bakar boiler. Udara sekunder
dialirkan ke steam coil untuk pemanasan awal kemudian dialirkan ke primary air heater selanjutnya dialirkan ke wind box dan masuk ke ruang bakar.
Peralatan pada sistem udara sekunder adalah :
FDF (Force Draft Fan) adalah kipas tekan paksa yang digerakan oleh motor
induksi 6 kV, satu FDF mampu untuk beban 50 % MCR. Terdapat 2 FDF di PLTU Cilacap unit 3, yaitu A dan B.
APH (Air Preheater) adalah alat penukar panas yang memanfaatkan panas gas
buang dari boiler. Sebagai pemanas udara, maka fungsi APH sebanyak 15% digunakan untuk memanaskan PAF , 35% untuk udara yang menuju pulverizer dan sisanya 50% dimanfaatkan untuk yang menuju saluran gas buang.
3.4.3
Windbox adalah Line penyalur udara panas sekunder ke ruang bakar
Sistem Aliran Bahan Bakar a.
Sistem Coal Handling
Transportasi bahan bakar batu bara pada PLTU Cilacap 1x660 MW ini menggunakan conveyor. Batubara dari tongkang dibongkar di dermaga dengan menggunakan ship unloader melalui jetty conveyor satu dan dua kemudian sampling tower 1, melalui transfer tower (TT) 1 yang selanjutnya menuju stock area/coal yard (penyimpanan batu bara) dengan mengunakan stacker/ reclaimer
atau langsung menuju coal bunker yang disalurkan, transfer tower 1-4 dan sampling tower 2. Di dalam transfer tower 4 tersebut terdapat crusher yang digunakan untuk menghancurkan batu bara dalam ukuran yang masih besar. Jika stacker/ reclaimer dalam keadaan rusak atau darurat, maka maka dengan bantuan dozer untuk mendorong batu bara di coal yard ke teleschopik chute yang kemudian di salurkan di conveyor melalui TT2.
Batu bara di coal bungker kemudian masuk ke coal feeder, jumlah yang masuk ke pulverizer diatur oleh coal feeder tersebut. Di dalam pulverizer batu bara dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil atau menjadi serbuk batu bara yang halus.
Serbuk batu bara yang halus tersebut disalurkan menuju coal burner dengan bantuan hembusan udara dari primary air fan. Gambar skematis sistem coal handling ditunjukan pada gambar dibawah ini .
b.
Sistem Start Up
PLTU adalah jenis pembangkit tenaga listrik untuk sistem starting, menggunakan bahan bakar minyak HSD (High Speed Diesel). Minyak digunakan untuk bahan bakar saat beban dibawah 120 MW dan digunakan saat terjadi gangguan. PLTU bekerja sama dengan PT Pertamina untuk suplai minyak HSD (High Speed Diesel). Minyak dari truk tangki di unload atau dibongkar dan disimpan dalam oil tank. Dengan boiler oil pump, minyak menuju boiler dan dinyalakan dengan ignitor. Pada
ignitor, minyak akan diatomisasi untuk memudahkan proses
penyalaan. Setelah beban melebihi 30%, minyak akan tetap bersirkulasi untuk menjaga jika pembakaran di boiler utama belum stabil
3.4.4
Sistem Aliran Daya Listrik
Sistem Kelistrikan pada PLTU Cilacap merupakan bagian yang sangat penting. Pada unit 3 menggunakan sebuah generator sinkron 3 fasa dengan kapasitas 776,5 VA atau daya aktif sebesar 660 MW. Daya listrik yang dihasilkan di gunakan untuk eksitasi generator, pemakaian sendiri dan dan dikirim ke jaringan listrik PLN SUTET 500 KV.
a.
Electric Connection
Sesuai dengan kontrak perusahaan, unit 3 1x660MW dikoneksikan dengan jaringa 500 KV menggunakan generator-transformer unit. Jaringan 500 KV mempunyai skema pengamanan dengan tipe GIS indoor. Termasuk di dalamnya sebagai berikut: -
Satu incoming terkoneksi dengan generator transformer
-
Satu incoming terkoneksi dengan start up / standby transformer
-
Dua outgoing koneksi dengan sisi luar power plant
-
Satu set arester digunakan untuk melengkapi pada bagian 500KV outgoing dan incoming bushing yang berguna untuk memproteksi GIS dan transformer.
-
Dua unit transformator bantu (transformer-3A 45/29 MVA dan transformer-3B 14 MVA) yang terhubung langsung dengan terminal outlet generator digunakan untuk kebutuhan unit.
b.
Emergency Generation System
Fungsi dari Emergency Generation System adalah penyedia daya untuk fasilitas perawatan dan kondisi shutdown plant . Satu unit emergency diesel generator digunakan sebagai penyedia kebutuhan unit.
c.
Unit DC Sistem
DC sistem digunakan untuk mensuplai kebutuhan beban seperti DC Motor, emergency lightning, UPS device, dan lain-lain. Dalam DC sistem dibagi menjadi beberapa bagian yaitu DC sistem untuk power, DC sistem untuk kontrol, Switchyard DC System , Aux-Plant DC System, dan Unit UPS (Uninteruptade Power Supplay System).
d.
Eksitasi Generator
Dalam generator terdapat satu bagian berupa sistem eksitasi yang berguna untuk suplai daya eksitasi generator. Sistem eksitasi ini mengambil daya dari outlet generator yang diturunkan tegangannya dan diubah menjadi daya DC. Proses perubahannya menggunakan pernagkat SCR yang dikendalikan oleh prosessor pengatur tegangan. Besarnya eksitasi bergantung pada besarnya pembebanan generator dan daya reaktif yang diinginkan.
3.5 Coal Feeder 3.5.1
Spesifikasi Coal Feeder Unit 3
Gambar 3.5.1 Assembly Coal Feeder
Spesifikasi Coal Feeder Unit 3:
3.5.2
Model
: HD-BSC26
Type
: Electronic weighing type
Qty
: 6 sets for each boiler
Coal feed amount
: 5 – 12 ton/h
Granularity
: ≤ 50 mm
Control Accuracy
: ± 1.0%
Manufacturer
:Shenyang Huadian Power Station Engineering Co., Ltd.
Komponen Coal Feeder
Gambar 3.5.2 3D Coal Feeder MERRICK MOdel 496 NFPA
Keterangan: 1.
Tempurung
Melampaui desain NFPA 85. Setiap area kritis diperkuat dengan rusuk dan buhul. Tidak ada casting yang digunakan pada setiap batas tekanan atau dalam komponen penahan tekanan sehingga lebih kuat. 2.
Penggerak Feeder (tertutup sepenuhnya)
Motor AC yang tidak berventilasi dan terpasang vertikal dengan peredam gigi off-the-shelf efisiensi tinggi langsung dipasang ke poros penggerak. 3.
Pintu Ujung
Terletak di kedua ujung feeder, masing-masing pintu heavy-duty didukung oleh davit tunggal yang digantung yang memungkinkannya untuk sepenuhnya berayun menjauh dari pembukaan dalam jumlah minimum ruang. Ayunan beralih beralih klem memberikan penyegelan positif cepat setiap pintu. 4.
Konstruksi yang Tahan Lama
Untuk umur yang maksimum dan pengurangan perawatan, setiap permukaan yang bersentuhan dengan batu bara terbuat dari baja atau karet. 5.
Panel Akses yang dapat dipindah
Panel besar terletak di kepala dan ekor puli dan pada suspensi timbang, menyediakan akses mudah untuk pemeliharaan dan pemeriksaan. 6.
Port Observasi dan Pencahayaan
Port pengamatan yang terletak strategis memberikan pandangan tak terhalang yang sangat baik bagian dalam feeder 7.
Belt Speed Encoder
Terletak di ekor puli untuk mengukur belt travel secara akurat Motor Speed Encoder
Memungkinkan untuk membandingkan kecepatan motor dengan kecepatan belt untuk mendeteksi slip maupun kerusakan (tidak tertampilkan). 8. Suspensi Timbang Stainless Steel
MERRICK Coalometer yang menggunakan seal kedap udara ganda, stainless steel load cells. Suspensi timbang dirancang untuk memudahkan pemindahan dan perawatan dan seluruhnya terbuat dari baja tahan karat. 9.
Clean-Out Conveyor
Konveyor tipe drag chain secara menyeluruh menyapu lantai feeder stainless steel ke saluran pembuangan untuk meminimalkan penumpukan batubara dan debu. Konveyor digerakkan oleh motor AC dengan peredam gigi reduksi efisiensi tinggi yang terintegrasi. Kontrol Independent Drag Chain
Clean-out conveyor trintegrasi (drag chain) dapat dikontrol dalam salah satu dari dua mode yang berbeda: kontinu atau dengan jangka waktu (tidak ditampilkan). 10. Coal-On-Belt Switch
Mengidentifikasi ada atau tidak adanya material pada sabuk feeder 11. Belt Tracking Switches
Terletak di kedua sisi belt, two-stage switch ini dapat menunjukkan alarm terlebih dahulu dan kemudian dapat melakukan tindakan tambahan seperti yang telah diprogram 12. Lagged Head Pulley
Karet yang melapisi kepala puli tertanam dan terpasang untuk memastikan positive belt drive dan tracking. 13. Self-Cleaning Tail Pulley
Ekor spiral puli yang tertanam membantu menjaga bagian dalam sabuk feeder tetap bersih dan membantu perawatan positive belt tracking 14. Belt Take-UPS
Terbuat dari stainless steel, take-up benar-benar tertutup dan dapat disesuaikan dari luar sisi feeder 15. Belt Guide Rollers (Optional)
Terletak di kedua sisi kepala dan ekor puli, menyokong kelayakan belt tracking. 16. Belt Scrapers
At the head pulley a scraper is held positively against the belt by counterweights and scrapes the outer surface of the belt. A v-type plow scraper is located on the inside bottom belt strand to minimize coal build-up on the pulleys Curbed Flat Belt
Because of MERRICK’s unique inlet design, the need for accuracy harming
skirtboards, high belt curbing, or beltt racking v-guides is eliminated, allowing a more accurate flat belt with a minimum one-inch curb (not shown).
3.6 Plant Heat Rate
Selain
perhitungan
efisiensi,
parameter
lain
yang
digunakan
untuk
menentukan kinerja PLTU yaitu Net Plant Heat Rate (NPHR). Net Plant Heat rate adalah besarnya energi bahan bakar atau panas yang masuk boiler
yang
digunakan
didistribusikan
untuk ke
Btu/kWh
atau
penentuan
besarnya
menghasilkan
jaringan
kJ/kWh
transmisi.
atau
jumlah
energi
NPHR
kcal/kWh.
bahan
listrik
bakar
sebesar
dinyatakan
NPHR yang
dijadikan diperlukan
1
KwH
dan
dalam
satuan
dasar
acuan
dan
digunakan
pula untuk menentukan biaya bahan bakar dalam studi kelayakan finansial. Untuk
pembangkit
listrik
tenaga
uap
berbahan
NPHR merupakan bagian nilai dari keluaran
bakar
turbin
Turbin Heat Rate , Auxiliary power dan efisiensi boiler.
batubara,
penentuan
yang melibatkan Net
Selain NPHR juga ada istilah Gross Plant Heat Rate (GPHR) yang digunakan
untuk
menghasilkan
pertimbangan
kWh
listrik
pada
besarnya terminal
panas
yang
generator
masuk
dan
untuk
mengabaikan
pengaruh auxiliary power . 3.7 Derating
Derating adalah suatu kondisi yang terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari Daya Mampu Netto (DMN) yang telah ditetapkan oleh load dispatcher. Kondisi derating dimulai ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% dari DMN dan lebih lama dari 30 menit, atau dengan kata lain apabila load dispatcher menginginkan beban tertentu pada suatu pembangkit listrik kemudian dalam 30 menit pembangkit listrik tersebut tidak dapat memberikan beban yang diinginkan maka akan dikat egorikan dalam kondisi derating. Biasanya derating diakibatkan oleh adanya kerusakan pada peralatan pembangkit listrik atau adanya pengujian di unit yang membutuhkan pengaturan beban secara internal, dan kondisi derating akan berakhir ketika kerusakan yang menyebabkan derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit diperlukan sistem atau tidak. Semua derating lebih besar dari 2% DMN meskipun kurang dari 30 menit atau lebih kecil dari 2% tetapi lebih dari 30 menit harus dilaporkan ke P3B. Sebagai contoh, suatu derate 10% dari DMN tetapi berlangsung 10 menit harus dilaporkan ke P3B; suatu derate 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 (enam) jam harus dilaporkan ke P3B. Derating jenis ini tidak diperhitungkan dalam transaksi tenaga listrik, tetapi akan digunakan sebagai data operasional. 3.8 Klasifikasi Batu bara
Batubara
secara
tipikal
diklasifikasikan
berdasarkan
rangking,
yang
mengindikasikan sejarah geologi dari batubara dan karakteristik secara kasar. Macam – macam klasifikasi batubara yaitu: 1.
ASTM Clasification
2.
Seyler Clasification
3.
Ralstons Clasification
4.
Internasional Clasification
5.
ECE Clasification (Economic Commision for Europe) Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah kalori,
kadar kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon, kadar sulfur,
ukuran, dan tingkat ketergerusan, di samping parameter lain seperti analisis unsur yang terdapat dalam abu (SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dll), analisis komposisi sulfur (pyritic sulfur, sulfate sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu (ash fusion temperature). Mengambil contoh pembangkit listrik tenaga uap batubara, pengaruh-pengaruh parameter di atas terhadap peralatan pembangkitan listrik adalah sebagai berikut: 1.
Kalori (Calorific Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/kg) CV sangat berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser/mill, pipa batubara, dan windbox, serta burner. Semakin tinggi CV maka aliran batubara setiap jam-nya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan. Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang tinggi menyebabkan pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas normalnya (menurut desain), atau dengan kata lain operating ratio-nya menjadi lebih rendah.
2.
Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen) Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) daninherent moisture (IM). Adapun jumlah dari keduanya disebut dengan total moisture (TM). Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya. Batubara berkadar kelembaban tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara tersebut pada suhu yang ditetapkan oleh output pulveriser.
3.
Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen) Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Penilaian tersebut didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1.2, maka pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.
4.
Kadar abu (Ash content, satuan persen) Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai
80 persen dan abu dasar sebanyak 20 persen. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan yang dilalui. 5.
Kadar karbon (Fixed Carbon atau FC, satuan persen) Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana dijelaskan di atas.
6.
Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen) Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate sulfur, dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan sulfur dalam batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari pada titik embun sulfur, di samping berpengaruh terhadap efektivitas penangkapan abu pada peralatanelectrostatic precipitator.
7.
Ukuran (Coal size) Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus (pulverized coal ataudust coal) dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus untuk ukuran maksimum 3 milimeter, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 milimeter.
8.
Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI) Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang sama.
3.9 Asd
BAB IV PEMBAHASAN PLUGGING COAL FEEDER TERHADAP PEMBEBANAN 4.1 Pengenalan 4.1.1
Coal Feeder
Gambar 4.1 Coal Feeder Model HD-BSC26
4.1.2
Letak Coal Feeder
Gambar 4.Monitoring aliran batu bara pada Coal Feeder
4.1.3
Komponen Coal Feeder
Gambar 5.3 Struktur Coal Feeder
Keterangan: 1. Katup masukan 2. Masukan downspot 3. Coupler I 4. Seal Air Trap 5. Driving motor 6. Feeder body 7. Clean-out motor
8. Plug sensor 9. Transitive pipe 10. Outlet valve 11. Outlet downspout 12. Coupler II 13. Terminal box 14. Seal air opening 15. AE controller 16. Lamp inside 17. Coal flow sensor 4.1.4
Fungsi dan Peranannya dalam Sistem
4.1.5
Kapan Peralatan tersebut difungsikan
4.1.6
Cara Kerja Peralatan
Pada operasi Coal Feeder , batu bara jatuh ke running belt dari coal bunker dan terbawa ke sisi luar dan mengalir menuju boiler atau pulveriser atau scrapper coal feeder . Dibawah belt, dua buah roller terpasang pada weigh span, weigh roller terpasang
di tengah span yang disangga pada setiap ujung oleh pasangan dari precison load dengan featur anti debu dan anti ledakan. Sementara batu bara pada belt melewati span, load cell membangkitkan sinyal tegangan yang proporsional antara berat batu bara dengan span, sinyal kemudian ditransmisikan ke prosessor MW96C melalui screening return circuit , sementara itu, tachometer pada head roller shaft merekam dan mengirim putaran
dari shaft sebagai sinyal pulsa ke prosessor MW96C.
Setelah diproses oleh MW96C, berat seketika batu bara dan berat kumpulan batu bara diperoleh, rumus operasinya sebagai berikut W =∫ () = ∫ () () Dimana: W ---
() --- laju () --() --- kecepatan seketika belt 4.2 Failure Mode & Effect Analysis
4.3 Study Kasus Feed Body Over Heat Alarm 4.3.1
4.3.2 4.3.3
4.3.4
4.3.5
Gejala 1. Tidak ada batu bara yang masuk ke downspot 2. Seal tekanan udara cekak Dampak yang Timbul Jika dibiarkan 1. Pasokan batu bara ke boiler terhambat Penanggulan yang bisa dilakukan Sementara 1. Diketok ketok pada inlet downspot 2. Mengeruk batu bara pada downspot sampai pada tumpukan batu bara yang kering Tindakan untuk menanggulangi masalah tersebut 1. Menambah instalasi ABT (Acrh Breaking Actuator)
Asd
4.3.6 4.4 4.5
Dalam menganalisis pengaruh blocking coal feeder terhadap beban penuh, data yang digunakan adalah data operasi PLTU Cilacap unit 3 yang meliputi: 1.
Data pemakain dan jenis batu bara yang digunakan dalam 24 jam operasi
2. Status coal feeder dalam operasi 24 jam
4.6 Data yang Digunakan
Tabel 3.1 Total Pemakaian Batubara Untuk Operasi PLTU Cilacap Unit 3 Rata-rata Laju Alir Massa Batubara (ton/jam) Tanggal
Beban
Jenis
Coal
(MW)
Batubara
Feeder A
Coal
Coal
Coal
Feeder Feeder Feeder B
C
D
Coal
Coal
Feeder
Feeder
E
F
Tabel 3.2 Spesifikasi Batubara yang Digunakan Untuk Operasi PLTU Cilacap Unit 3 No
Parameter
1
Jenis Batubara SSP
Kideco
Berau
Arutmin
Full of Water (Mar) %
43,7
32,68
20,31
32,75
2
Water (Mad) %
9,9
9,84
8,81
9,81
3
Dry Volatile (Vd) %
52,39
53,86
46,73
54,29
4
Air Dry Volatile (Vad) %
47,2
48,56
42,62
48,97
5
Dry Ash Free (Vdaf) %
59,6
60,54
55,94
59,83
6
Dry Ash (Ad) %
12,1
11,04
16,45
9,26
7
Dry Basis Ash (Aad) %
10,9
9,95
15
8,35
8
Total Sulfur
-
-
-
-
9
Dry Hydrogen Content %
4,5
4,31
5,47
4,59
10
Fixed Carbon %
32
31,65
33,56
32,87
11
Low Calorific Value (Cal/g)
2874,76
3644,4
4048,93
3660,76
12
High Calorific Value (Cal/g)
3363,82 4112,45 4643,41
4159,76
13
Bomb Calorific Value (Cal/g)
5383,3
5578,5
7507,7
4.7 Pengolahan data a.
Menghitung Total Laju Alir Massa Batubara
5313,5
ṁ bb Coal fedeer A + ṁ bb Coal fedeer B + ṁ bb Coal fedeer C + ṁ bb Coal fedeer
D + ṁ bb Coal fedeer E + ṁ bb Coal fedeer F = ṁ bb total coal fedeer
b.
Menghitung NPHR
Cv bb x ṁ bb total coal fedeer x 1/Pout net = NPHR
c.
Menghitung Derating
Net Output/DMN x 100%
d.
Menghitung Persentase Blocking Coal Feeder
4.8 Hasil Perhitungan 4.9 Analisa dan Pembahasan
4.10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa dan pembahasan dari Bab sebelumnya mengenai pengaruh blocking coal feeder terhadap beban penuh, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Jenis batubara yang paling sering menyebabkan blocking coal feeder adalah batubara SSP dengan persentasi blocking 30% 2. Batubara jenis SSP menyebabkan derating paling besar pada laju alir massa yang sama 5.2 Saran 5.2.1
Untuk Perusahaan
1. Memberitahuakan persyaratan untuk mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dengan selengkap lengkapnya agar tidak terjadi kejadian bolak balik mahasiswa untuk melengkapi syarat yang tidak mereka ketahui 2. Mempercepat proses pembuatan id card, agar mahsiswa PKL segera mendapatkan izin keluar masuk plant 3. 5.2.2
Untuk Kampus
1. Menambah waktu PKL, karena untuk memahami siklus Pembangkit Listrik terlebih PLTU dibutuhkan waktu yang panjang 2. 5.2.3
Untuk Mahasiswa
1. Mencari tahu kondisi perusahaan tempat PKL kepada teman yang telah melaksanakan di perusahaan tersebut agar mengerti garis perusahaan tersebut. 2.
besar budaya