LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HIJAUAN MAKANAN TERNAK Identifikasi Rumput dan Legum
Disusun oleh : Kelompok IX Wisnhu Grahadi Danawira Dipta Dita Prameswari Trenggono Putri Kinahanan Farras Ammar R. A. Keshari Adiarastri Piloessulka Renanda Dimas Jatmiko Wirasti Karenia Nursyahbani
PT/07181 PT/07222 PT/07230 PT/07253 PT/07286 PT/07291 PT/07308
Asisten Pendamping: Ari Widya Pangesti
LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018
TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan Makanan Ternak Hijauan adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari tanaman, baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau kacang-kacangan (Leguminosa). (Leguminosa). Hijauan diperlukan sebagai pakan yang
mengandung
serat
kasar
yang
tinggi.
Ternak
ruminansia
membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan
berjalan
secara
lancar
dan
optimal.
Pakan
hijauan
mengandung serat kasar 18% atau lebih (dalam BK) (Siregar 1997).
Identifikasi Tanaman Identifikasi tanaman adalah menentukan nama tanaman yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Tanaman yang akan diidentifikasi mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Identifikasi genus atau spesies hijauan pakan menjadi semakin penting untuk dilakukan mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khususnya ruminansia. Identifikasi hijauan pakan khususnya rumput dapat dilakukan berdasarkan tanda-tanda atau karakteristik vegetatif yang dimiliki (Dhery, 2011). Identifikasi tanaman berfungsi
untuk
mengelompokkan
tanaman
berdasarkan
ciri
dan
kekerabatannya untuk mempermudah mempelajari (Wahyudi et al., 2008).
Tanaman rumput Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke
atas, dan rumpun membelit (Soedomo, 1997). Rumput mempunyai sistematika sebagai berikut. Divisi / Phylum
: Spermatophyta
Sub Phylum
: Angiospermae
Class
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Family
: Poaceae (Gramineae)
Genus
: Panicum, Pennisetum (Purbajanti, 2013) Tanaman
rumput
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
tipe
pertumbuhan, tipe bunga, dan tipe daunnya. Tipe pertumbuhan rumput dibagi menjadi 4, yaitu erect (tegak), semi erect (serong ke atas), decumben (serong ke samping), dan procumben (merayap atau berbaring) (Vanijajiva, 2009). Tipe bunga rumput dibagi menjadi 3, yaitu spike, raceme, dan panicle. panicle. Daun rumput umumnya berupa helaian. Bagian daun rumput yang spesifik untuk diidentifikasi meliputi ligule, auricle (telinga daun), dan collar (leher daun) (Endress, 2010).
Tanaman legum Tanaman kacang-kacangan (Leguminosae (Leguminosae)) merupakan salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein lebih tinggi daripada rumput. Legum digunakan sebagai tanaman pakan yang sebagian besar dimanfaatkan bijinya atau polongnya. Tanda yang paling umum dari tanaman-tanaman yang termasuk ke dalam famili Leguminosae Leguminosae adalah akar-akarnya mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium Rhizobium yang dapat mengikat N bebas di udara (Sutarya dan Grubben, 1997). Tanaman legum mempunyai sistematika sebagai berikut.
Divisi / Phylum
: Spermatophyta
Sub Phylum
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Sub Ordo
: Rosinae
Family
: Leguminoceae
Sub Family
: Faboidea, Caesalpiniaceae, Mimosoideae, Mimosaceae (Purbajanti, 2013)
Legum dapat dikelompokkan berdasarkan tipe pertumbuhan, tipe bunga, dan tipe daun. Tipe pertumbuhan legum yaitu berupa pertumbuhan menjalar dengan pembentukan stolon atau rhizoma ( procumben), pertumbuhan
yang
menjalar
namun
tidak
membentuk
rhizoma
(decumben), pertumbuhan tegak untuk menghasilkan batang dan daun (erect ), dan pertumbuhan menyerong lalu tumbuh batang tinggi dan daun (semi erect ) (Nulik et al., 2013). Berdasarkan tipe bunga legum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu papilonaceae (bunga berbentuk kupu-kupu), caesalpiniaceae (bunga berbentuk terompet), dan faboideae (bunga berbentuk seperti bola) (Irsyam dan Priyanti, 2016). Tipe daun legum tergolong menjadi 4, yaitu tipe simple, tipe trifoliate, tipe paripinate, dan tipe imparipinate (Jimenez-Saa, 2011).
MATERI DAN METODE
Materi Alat. Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi rumput dan legum antara lain topi lapangan, kamera digital, clipboard , dan alat tulis. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi rumput dan legum antara lain tanaman rumput dan legum di kebun koleksi Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura, dan kertas kerja,
Metode Berbagai tanaman rumput dan legum yang terdapat pada kebun koleksi Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura diidentifikasi oleh praktikan. Parameter identifikasi terdiri dari ciri spesifik tanaman berupa tipe tumbuh, tipe daun, dan tipe bunga. Hasil identifikasi tanaman kemudian dicatat pada kertas kerja praktikum. Masing-masing tanaman yang
diidentifikasi
juga
didokumentasikan
dilampirkan pada laporan praktikum.
dengan
kamera
untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum identifikasi rumput dan legum dilakukan dengan metode pengamatan langsung di kebun koleksi Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura. Tujuan dari identifikasi rumput dan legum adalah agar tanaman dapat digolongkan sesuai jenisnya (rumput atau legum), mengetahui ciri-ciri fisik rumput dan legum, serta mengetahui perbedaan berbagai macam rumput dan legum. Identifikasi dilakukan dengan cara diamati tipe pertumbuhan, tipe bunga, dan tipe daun dari masing-masing rumput dan legum yang berada di kebun koleksi Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura.
Tanaman rumput Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh identifikasi tanaman rumput tercantum pada tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Identifikasi tanaman rumput
Sorghum / Canthel Rumput sabi
Tumbuh Erect
Tipe Bunga Panicle
Daun Helaian
Semi erect
Raceme
Helaian
Rumput setaria Rumput rhodes Rumput setaria Rumput pangola Rumput gumba Rumput signal Rumput BD
Erect Erect Erect Semi erect Erect Decumben Semi erect
Spike Raceme Spike Panicle Raceme Raceme Raceme
Helaian Helaian Helaian Helaian Helaian Helaian Helaian
Rumput ruzi Rumput mexico Rumput odot
Procumben Erect Erect
Raceme Spike Spike
Helaian Helaian Helaian
Rumput sudan Rumput benggala Akar wangi
Erect Semi erect Erect
Panicle Panicle Panicle
Helaian Helaian Helaian
Nama latin
Nama lokal
Sorghum bicolor Urochloa mosambicensis Setaria sphacelata Chloris gayana Setaria lampungensis Digitaria decumbens Andropogon gayanus Brachiaria brizantha Brachiaria decumbens Brachiaria ruziziensis Euclaena mexicana Pennisetum purpureum CV. Mott Irian grass Panicum maximum Vetiveria zizanoides
S org hum bicolor. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Sorghum bicolor adalah tulang daun sejajar, daun lebar, dan tulang daun putih. Sorghum bicolor memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga panicle, dan tipe daun helaian. Sorghum bicolor memiliki nama lokal sorghum atau canthel.
Gambar 1. Sorghum bicolor Tanaman
sorghum
(Sorghum
bicolor )
merupakan
tanaman
graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorghum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorghum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorghum berada di bagian ujung tanaman (Idrus, 2014). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian dengan literatur.
Urochloa mosambicensis. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Urochloa mosambicensis yakni tekstur daun kasar,
bulu
daun
tipis,
daun
meruncing
dan
kecil.
Urochloa
mosambicensis memiliki tipe pertumbuhan semi erect , tipe bunga raceme, dan tipe daun. Urochloa mosambicensis memiliki nama lokal rumput sabi.
Gambar 2. Urochloa mosambicensis Urochloa mosambicensis merupakan rumput perennial dengan perbungaan raceme yang tersusun pada bagian tengahnya. Urochloa mosambicensis memiliki tinggi sekitar 200 hingga 1500 mm, berstolon, terkadang berakar dan bercabang di bagian bawahnya. Urochloa mosambicensis mudah ditumbuhkan dan dibudidayakan dalam skala kecil pada padang rumput. Rumput Urochloa mosambicensis berasal dari Afrika dan memiliki nama lokal rumput bushveld signal atau rumput sabi (Mashau, 2010). Hasil pengamatan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan
literatur.
Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa
tipe
pertumbuhan Urochloa mosambicensis adalah semi erect , sementara pada literatur lebih mengarah pada procumben.
S etari a s phacelata. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Setaria sphacelata adalah tekstur daunnya kasar dan bentuknya meruncing. Setaria sphacelata memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga spike, dan tipe daun helaian. Setaria sphacelata memiliki nama lokal rumput setaria.
Gambar 3. Setaria sphacelata Rumput setaria (Setaria sphacelata) merupakan salah satu jenis rumput yang berasal dari Afrika tropik dan dapat diperbanyak dengan cara pols dan biji (Mcllroy, 2000). Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas . Rumput setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat dan kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air laut, tahan naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m, responsif terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th. Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah yang mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air. Pembiakan dapat dilakukan dengan memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm (Kartadisastra, 1997). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Chloris gayana.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
diperoleh ciri-ciri Chloris gayana adalah daunnya kasar, tipis, serta ujungnya melengkung. Chloris gayana memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga raceme, dan tipe daun. Chloris gayana berasal dari Afrika dengan nama lokal rumput rhodes.
Gambar 4. Chloris gayana Chloris gayana memiliki ciri-ciri berumur panjang, membentuk rumpun, tumbuh tegak ke atas, memiliki ketahanan yang tinggi dan mudah beradaptasi. Chloris gayana mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan 600 hingga 1200 mm, selain itu rumput ini tahan terhadap kekeringan. Chloris gayana berasal dari Afrika dan sering disebut dengan rumput rhodes (Osman et al., 2014). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
S etari a
lampung ens is .
Berdasarkan
praktikum
yang
telah
dilakukan, diperoleh ciri-ciri Setaria lampungensis adalah pada daun yang tua terdapat warna ungu, memiliki batang yang kaku dan daun kecil, serta bentuk daunnya kecil memanjang. Setaria lampungensis memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga spike, dan tipe daun helaian. Setaria lampungensis berasal dari daerah Afrika dengan nama lokal rumput setaria.
Gambar 5. Setaria lampungensis Setaria lampungensis memiliki umur yang panjang, tumbuh tegak mencapai ketinggian 2 meter, dan membentuk rumpun. Kandungan protein kasar 9,5% dan serat kasar 31,7%. Setaria lampungensis berasal dari
daerah
Afrika
dengan
nama
lokal
rumput
setaria.
Setaria
lampungensis ini mampu tumbuh pada struktur tanah ringan, sedang, dan berat dengan suhu rendah hingga tinggi (Kustantinah et al., 2006). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Digitaria decumbens. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Digitaria decumbens adalah pada bagian tengah daun terdapat garis putih, daun berwarna hijau dan kaku berbentuk memanjang kecil,
serta
perakaran
kuat. Digitaria
decumbens memiliki
tipe
pertumbuhan semi erect , tipe bunga panicle, dan tipe daun helaian. Digitaria decumbens berasal dari daerah Afrika dan biasa disebut dengan rumput pangola.
Gambar 6. Digitaria decumbens Digitaria decumbens memiliki ciri-ciri berakar panjang, tumbuh secara menjalar, tinggi rumput 0,6 sampai 1,2 meter, daun kecil dengan garis putih dibagian tengah dan mengandung gula yang tinggi. Digitaria decumbens tahan terhadap genangan dan kekeringan, namun tumbuh secara optimal ketika di tanah yang lembab. Digitaria decumbens juga peka terhadap embun beku, tetapi mampu bergenerasi setelah temperatur meningkat lagi. Digitaria decumbens merupakan rumput yang berasal dari Afrika yang memiliki nama lokal rumput pangola (Runiyati, 2001). Hasil pengamatan kurang sesuai dengan literatur, dimana hasil pengamatan meunjukkan tipe pertumbuhan Digitaria decumbens adalah semi erect , sementara literatur menyebutkan Digitaria decumbens tumbuh secara menjalar (decumben atau procumben).
A ndropog on
g ayanus .
Berdasarkan
praktikum
yang
telah
dilakukan, diperoleh ciri-ciri Andropogon gayanus yaitu tulang daun putih, daunnya pipih, panjang, kasar, dan ujungnya lancip. Andropogon gayanus memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga raceme, dan tipe daun helaian. Andropogon gayanus berasal dari Afrika dan memiliki sebutan rumput gumba.
Gambar 7. Andropogon gayanus Andropogon gayanus memiliki ciri-ciri tumbuh tegak dan tinggi mencapai 4 meter, tumbuh baik pada tanah asam dan tidak subur, berumur panjang, daunnya lembut, dan berbulu halus, dengan tungkai biji yang sangat panjang. Andropogon gayanus berasal dari daerah Afrika dan biasa disebut dengan nama rumput gamba. Habitat tumbuh Andropogon gayanus adalah di daerah yang bercuaca panas. Berdasarkan habitatnya maka Andropogon gayanus memiliki keunggulan dapat tumbuh ketika kekeringan dan dapat tumbuh tinggi sehingga produktivitasnya pun tinggi (Paggasa, 2008). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya kesesuaian dengan literatur, hanya saja hasil pengamatan menunjukkan ciri Andropogon gayanus adalah daunnya kasar, sementara literatur menyebutkan
ciri Andropogon
gayanus
adalah
daunnya
lembut.
Perbedaan tersebut dapat terjadi karena penilaian tersebut bergantung pada pendapat masing-masing pengamat.
B rachiaria bri zantha. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Brachiaria brizantha adalah daunnya paling kasar dibandingkan jenis Brachiaria lainnya, dan ujung daunnya runcing. Brachiaria brizantha memiliki tipe pertumbuhan decumben, tipe bunga raceme, dan tipe daun helaian. Brachiaria brizantha berasal dari Afrika dan memiliki nama lokal rumput signal. Rumput ini sangat cocok ditanam di daerah tropis dan subtropis.
Gambar 8. Brachiaria brizantha Brachiaria brizantha memiliki ciri-ciri berupa tumbuh rendah, membentuk rhizoma, dan tanaman tahunan berstolon dengan daun berbulu sedang dan berwarna hijau terang. Ukuran dari daun sekitar lebar 7 sampai 20 cm dan panjang 5 sampai 25 cm. Daun yang tumbuh berasal dari stolon yang merambat dan terdapat akar yang tumbuh di setiap ruasnya. Brachiaria brizantha berasal dari daerah Afrika sehingga cocok dengan daerah tropis yang lembab dan subtropis. Nama lokal dari Brachiaria
brizantha
adalah
rumput
signal
(Miles,
1997).
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ada ketidaksesuaian dengan literatur. Ketidaksesuaian tersebut terdapat pada tipe pertumbuhan Brachiaria brizantha, dimana hasil pengamatan menunjukkan tipe pertumbuhan Brachiaria brizantha adalah decumben, sedangkan pada literatur lebih mengarah pada procumben.
Brachiaria decumbens. Berdasarkan pengamatan saat praktikum diperoleh hasil bahwa Brachiaria decumbens sering dikenal atau memiliki nama lokal rumput BD. Brachiaria decumbens memiliki tipe tumbuh semi erect , tipe bunga raceme, dan tipe daun helaian. Rumput BD memiliki ciriciri spesifik daunnya panjang lancip dan lebih halus.
Gambar 9. Brachiaria decumbens Rumput BD berasal dari Afrika Timur. Berfungsi sebagai rumput penggembalaan dan rumput potongan. Tumbuh pada ketinggian 1200 sampai 1750 mdpl, dengan curah hujan 1500 mm per tahun. Rumput BD sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen dan mampu tumbuh di lereng terjal. Rumput BD merupakan rumput yang tumbuh dengan tinggi 30 sampai 150 cm memiliki daun berbentuk lanset-pisau berukuran 8 sampai 10 mm. Rumput BD memiliki batang yang tegak timbul dari basis stoloniferous panjang dan akar turun dari node yang lebih rendah menghasilkan padang rumput padat. Bunga bertipe raceme 2 sampai 5 cm dengan panjang spikelets 4 mm (Franklin, 1998). Pemanenan pertama pada umur 60 hari setelah penanaman dengan interval panen 40 hari pada musim hujan dan 50 sampai 60 hari pada musim kemarau. Produksi berat segar mencapai 80 sampai 150 ton per hektar per tahun dengan kandungan protein 8 sampai 10%. Rumput BD adalah rumput yang berharga untuk pengendalian erosi, karena mencakup tanah baik, tahan penggembalaan berat dan menetapkan pada tanah tandus dan berbatu. Hal ini penting karena produktivitas tinggi dalam penggunaan intensif (Prawiradiputra, 2012). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur
Brachiaria
ruziziensis.
Berdasarkan
praktikum
yang
telah
dilakukan, diperoleh ciri-ciri Brachiaria ruziziensis adalah daunnya paling halus jika dibandingkan dengan jenis Brachiaria yang lainnya, daun lebar dan banyak bulu halus. Brachiaria ruziziensis memiliki tipe pertumbuhan
procumben, tipe bunga raceme, dan tipe daun helaian. Brachiaria ruziziensis berasal dari daerah Afrika dengan nama lokal rumput ruzi. Habitat agar produktivitasnya optimal adalah di dataran rendah.
Gambar 10. Brachiaria ruziziensis Ciri-ciri dari Brachiaria ruziziensis adalah memiliki tekstur tanaman relatif lembut dengan ukuran batang dan daun yang tidak terlalu besar. Brachiaria ruziziensis memiliki ketahan pada renggutan dan injakan. Tumbuhnya menjalar dengan adanya pertumbuhan akar di setiap ruasnya sehingga dapat dengan cepat tumbuh merapat dan menutup tanah. Kandungan dari Brachiaria ruziziensis adalah bahan kering 18% sampai 20%, air 80% sampai 82%, bahan organik 89% sampai 90%, abu 9% sampai 10%, protein kasar 8% sampai 14%, NDF 50% samapai 61%, ADF 35% sampai 40%, dan energi 40464 kkal per kg BK. Brachiaria ruziziensis berasal dari Afrika dan memiliki nama lokal rumput ruzi (Hutasoit et al., 2008). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Euclaena mexicana. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Euclaena mexicana adalah daunnya lebar, sedikit berbulu, dan halus, tulang daun putih, serta terdapat gradasi warna pada daun
yaitu
hijau
dan
kuning.
Euclaena mexicana memiliki
tipe
pertumbuhan erect , tipe bunga spike, dan tipe daun helaian. Produktivitas dari rumput ini cukup tinggi dengan kelas rumput unggulan. Euclaena mexicana berasal dari Mexico dan memiliki nama lokal rumput mexico.
Gambar 11. Euclaena mexicana Euclaena mexicana memiliki ciri-ciri berupa daun kaku, annual , dan morfologinya seperti rumput jagung. Euclaena mexicana mampu tumbuh di daerah yang lembab dengan curah hujan sekitar 1000 mm per tahun. Produktivitas dari rumput ini cukup tinggi yaitu sekitar 15 ton per hektar sekali panen atau 120 ton per hektar per tahun. Optimalitas produktivitas terjadi ketika di daerah tropik yang basah atau sub tropik yang tanahnya berair, namun produktivitasnya akan turun ketika kering atau kurang subur. Euclaena mexicana berasal dari Amerika Tengah dan Mexico sehingga sering disebut dengan rumput mexico (Reksohadiprodjo, 1998). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Pennisetum purpureum CV. Mott. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Pennisetum purpureum CV. Mott adalah daun tegak dan ujungnya runcing. Pennisetum purpureum CV. Mott memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga spike, dan tipe daun helaian. Pennisetum purpureum berasal dari Afrika tropik dan biasanya disebut dengan rumput gajah di Indonesia, namun Pennisetum purpureum CV. Mott yang ada di kebun koleksi Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan UGM merupakan hasil dari pemuliaan sehingga disebut dengan rumput odot.
Gambar 12. Pennisetum purpureum CV. Mott Pennisetum purpureum CV. Mott memiliki daun berbentuk pita, pangkal daun lebar dan ujungnya lancip, tepi daunnya kasar dengan bunga berupa tandan tegak (Suharni, 2004). Pennisetum purpureum CV. Mott tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kuat serta menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Rata-rata tinggi Pennisetum purpureum CV. Mott pada interval pemotongan 7 sampai 8 minggu adalah 79 cm. Pennisetum purpureum CV. Mott merupakan jenis rumput unggul dengan produktivitas dan nilai nutrisi yang cukup tinggi, serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia terutama untuk ternak kambing. Tanaman pakan ini dapat tumbuh di berbagai tempat, toleran terhadap naungan, serta memerlukan tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Sirait et al., 2015). Hasil pengamatan terdapat ketidaksesuaian
dengan
literatur.
Hasil
pengamatan
menunjukkan
Pennisetum purpureum CV. Mott memiliki tipe pertumbuhan erect , sedangkan literatur menyebutkan Pennisetum purpureum CV. Mott tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kuat.
Irian grass . Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Irian grass adalah daun terkulai, dan tulang daunnya menonjol serta berwarna putih. Irian grass memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga panicle, dan tipe daun helaian. Irian grass berasal dari Sudan dengan nama lokal rumput sudan.
Gambar 13. Irian grass Irian grass memiliki ciri-ciri daunnya lebat, terdapat garis putih di tengah daun, dan tumbuh lebat. Irian grass memiliki batang yang kecil sehingga biasa digunakan sebagai hay . Rumput ini mampu tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang bervariasi. Tumbuh pada ketinggian 1 sampai 1500 diatas permukaan laut. Irian grass berasal dari daerah Sudan dan memiliki nama lokal rumput sudan (Utomo, 2012). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Panicum maximum. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Panicum maximum adalah tulang daun tidak menonjol serta daunnya terkulai. Panicum maximum memiliki tipe pertumbuhan semi erect , tipe bunga panicle, dan tipe daun helaian. Panicum maximum berasal dari Afrika dan memiliki nama lokal rumput benggala. Habitat rumput ini berada di daerah tropis dan subtropis.
Gambar 14. Panicum maximum Panicum maximum merupakan salah satu rumput unggulan alternatif dan baik untuk produktivitas sapi. Cir-ciri Panicum maximum
adalah daun berwarna hijau gelap, tinggi daun sekitar 150 cm, tekstur permukaan daun halus, tepi daun kasar, warna tepi daun putih, batang tidak berbulu dan berbuku halus, serta sifat tumbuhnya tegak. Rumput ini cocok ditumbuhkan di daerah tropis dan memiliki nama lokal rumput benggala (Fanindi dan Sutedi, 2014). Hasil pengataman terdapat ketidaksesuaian dengan literatur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Panicum maximum memiliki tipe pertumbuhan semi erect , sedangkan literatur menyebutkan bahwa sifat tumbuh Panicum maximum adalah tegak.
Vetiveria zizanoides. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Vetiveria zizanoides adalah daun tipis dan ramping, ujung daunnya terkulai seperti patah, dan akarnya mengandung minyak atsiri. Rumput ini biasa digunakan untuk sumber wangi-wangian. Vetiveria zizanoides memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga panicle, dan tipe daun helaian. Vetiveria zizanoides berasal dari India dan dikenal di Indonesia dengan sebutan akar wangi. Habitat dari Vetiveria zizanoides adalah di daerah tropis dan sub tropis.
Gambar 15. Vetiveria zizanoides Vetiveria zizanoides memiliki daya fiksasi aroma yang kuat sehingga biasa digunakan sebagai bahan pembuat minyak wangi. Ciri-ciri Vetiveria zizanoides adalah bagian akar mengandung minyak, sedangkan di batang dan daun tidak, akar halus dan berwarna kuning pucat atau abuabu sampai merah tua. Akar tersebut mengandung minyak atsiri yang kental dengan bau yang halus dan tahan lama. Pertumbuhan dari
Vetiveria zizanoides ini tegak ke atas, memiliki daun yang kaku, serta berbunga raceme (Mulyono et al., 2012). Hasil pengamatan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan literatur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Vetiveria zizanoides memiliki tipe bunga panicle, sedangkan literatur menyebutkan Vetiveria zizanoides berbunga raceme. Faktor utama yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
iklim
dan
tanah.
Pertumbuhan
tanaman
akan
ditentukan
berdasarkan iklimnya, ketika suhu rendah dengan kelembaban tinggi maka tanaman yang mampu tumbuh optimal adalah tanaman dengan habitat subtropis, sedangkan sebaliknya ketika suhu tinggi dengan kelembaban rendah maka tanaman yang mampu tumbuh optimal adalah tanaman dengan habitat tropis. Faktor lainnya berupa tanah, ketika kandungan tanah seperti nitrogen tinggi dengan kesuburan tinggi maka tanaman akan mampu tumbuh secara optimal, sedangkan pada tanah yang kering dengan kesuburan rendah maka tanaman akan sulit untuk tumbuh. Thalib (2016) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah iklim berupa cahaya, suhu dan kelembaban, serta tanah.
Tanaman legum Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh identifikasi tanaman legum tercantum pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Identifikasi tanaman legum
Kacang stylo Kacang kudzu Kacang aracis Tarum Jayanti Kaliandra
Tumbuh Erect Decumben Procumben Erect Erect Erect
Tipe Bunga Panicle Raceme Spike Raceme Spike Panicle
Daun Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu Bola
Putri malu Tayuman Gamal Desmodium
Erect Erect Erect Erect
Raceme Raceme Raceme Raceme
Bola Terompet Kupu-kupu Kupu-kupu
Nama latin
Nama lokal
Stylosanthes scabra Pueraria triloba Arachis glabrata Indigofera erecta Sesbania sesban Calliandra calothyrsus Mimosa invisa Bauhinia blakeana Gliricidia maculata Desmodium resonii
S tylos anthes s cabra. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Stylosanthes scabra adalah memiliki daun yang kecil, lancip, berwarna pucat, dan setiap tangkai terdapat 3 helai daun. Stylosanthes scabra memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga kupukupu, dan tipe daun trifoliate. Stylosanthes scabra memiliki nama lokal kacang stylo.
Gambar 16. Stylosanthes scabra Stylosanthes scabra memiliki ciri-ciri berupa pada akar terdapat bintil-bintil akar yang mengandung bakteri Rhizobium untuk proses fiksasi nitrogen. Ciri-ciri dari Stylosanthes scabra adalah bersifat perennial, tipe
pertumbuhan semi erect , batang sedikit berbulu, tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter, daun berwarna hijau berbentuk pedang atau elips yang ujungnya meruncing, panjang daun sekitar 1 hingga 6 cm, kelopak daun berbentuk dua gigi. Karangan bunga terdiri dari beberapa kumpulan bunga dengan warna kuning. Habitatnya di daerah-daerah tropik. Nama lokal dari Stylosanthes scabra adalah kacang stiluk (Anonim2, 2012). Hasil pengamatan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan literatur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan Stylosanthes scabra adalah
erect ,
sementara
literatur
menyebutkan
tipe
pertumbuhan
Stylosanthes scabra adalah semi erect.
Pueraria triloba. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Pueraria triloba adalah bunga berwarna ungu, daun lebar dan halus, serta berbentuk jari tiga dengan ujung yang runcing. Pueraria triloba memiliki tipe pertumbuhan decumben, tipe bunga kupu-kupu, dan tipe daun trifoliate. Pueraria triloba memiliki nama lokal yaitu kacang kudzu.
Gambar 17. Pueraria triloba Legum jenis Pueraria triloba memiliki batang yang berkayu, membelit,
merayap,
dan
memanjat.
Ruas-ruas
batang
yang
bersinggungan dengan tanah dapat mengeluarkan akar. Pueraria triloba memiliki akar dalam, daun lebar, dan berlobi tiga meruncing, kadang lobi daun tidak ada. Tipe bunganya kupu-kupu yang tersusun pada tangkai tanda bunga dan berwarna ungu sampai ungu kebiruan. Pueraria triloba memiliki nama lokal yaitu kacang kudzu (Reksohadiprodjo, 1998). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
A rachis g labrata. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Arachis glabrata adalah memiliki bunga berwarna orange, daunnya kecil-kecil dan ujungnya runcing. Arachis glabrata memiliki tipe pertumbuhan procumben, tipe bunga kupu-kupu, dan tipe daun paripinate. Arachis glabrata memiliki nama lokal yaitu kacang arachis.
Gambar 18. Arachis glabrata Arachis glabrata adalah salah satu legum dari keluarga Arachis. Ciri dari tanaman ini adalah perakaran yang kuat dan dalam, akar berkembang dengan banyak cabang, batang menjalar, di permukaan tanah, daun dan bunganya mirip dengan kacang tanah. Arachis glabrata dapat distek untuk perbanyakan vegetatif. Nama lokal Arachis glabrata adalah
kacang
arachis
(Sirait
et
al.,
2008).
Hasil
pengamatan
menunjukkan kesesuain dengan literatur.
Indigofera arecta. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Indigofera arecta adalah termasuk legum pohon berbatang tinggi, daunnya kecil, halus, dan berwarna hijau terang, serta bunganya berwarna merah. Indigofera arecta biasa digunakan sebagai pewarna untuk menghasilkan warna biru. Indigofera arecta memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga kupu-kupu, dan tipe daun imparipinate. Nama lokal dari Indigofera arecta adalah tarum.
Gambar 19. Indigofera arecta Indigofera arecta biasanya dimanfaatkan sebagai pewarna untuk menghasilkan warna biru. Tanaman ini berbentuk pohon dengan ukuran sedang. Pertumbuhannya tegak, jumlah cabang banyak, dan akar dapat menembus tanah cukup dalam. Ciri khas dari Indigofera arecta adalah daunnya berwarna hijau terang dan warna bunga ungu. Indigofera arecta dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian sampai 1200 m dari permukaan laut, pada tanah yang kurang subur, dan tahan terhadap musim kemarau panjang. Kandungan nutrien dari Indigofera arecta adalah protein kasar 23,20%, bahan organik 90,68%, NDF 36,72%, fosfor 0,83% , dan kalsium 1,23% (Anonim, 2011). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
S es bania s es ban. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Sesbania sesban adalah termasuk legum pohon yang tinggi, daunnya kecil-kecil dan berpasangan, anak daun memiliki garis memanjang dan memiliki ujung bulat serta tepi yang rata. Sesbania sesban memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga kupu-kupu, dan tipe daun paripinate. Sesbania sesban memiliki nama lokal, yaitu jayanti.
Gambar 20. Sesbania sesban Sesbania sesban memiliki ciri-ciri tumbuh dengan tegak dan tingginya sekitar 1 hingga 7 meter. Sesbania sesban termasuk dalam sub famili Faboideae yang memiliki bunga berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Tipe daunnya paripinate dengan warna daun hijau terang. Bentuk daun memanjang dan ujuangnya bulat. Nama lokal dari Sesbania sesban adlah jayanti. Tanaman jayanti selain untuk pakan ternak juga dapat digunakan
sebagai
obat-obatan
(Orwa,
2009).
Hasil
pengamatan
menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Calliandra calothyrsus.
Berdasarkan
praktikum
yang
telah
dilakukan, diperoleh ciri-ciri Calliandra calothyrsus adalah daunnya kecil dan banyak, warna daun hijau muda, dan bunganya berwarna merah muda atau ungu. Calliandra calothyrsus memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga bola, dan tipe daun bipinate. Calliandra calothyrsus berasal dari Afrika dan memiliki nama lokal kaliandra. Habitatnya di daerah tropis, namun juga mampu tumbuh di daerah dengan tanah yang berkualitas rendah.
Gambar 21. Calliandra calothyrsus Calliandra calothyrsus merupakan legum semak. Daun Calliandra calothyrsus memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga baik untuk pakan, tetapi mengandung antikualitas berupa tanin. Calliandra calothyrsus mampu hidup di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi 1500 meter dari permukaan laut. Tipe pertumbuhannya tegak ke atas dengan bentuk daun bipinate. Calliandra calothyrsus berasal dari Afrika Tengah dan Mexico, nama lokalnya adalah kaliandra (Utomo, 2012). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Mimos a invis a. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Mimosa invisa adalah daunnya kecil dan jika dipegang akan menutup, terdapat duri di tangkainya, serta bunganya berwarna merah muda. Mimosa invisa memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga bola, dan tipe daun bipinate. Mimosa invisa memiliki nama lokal, yaitu putri malu.
Gambar 22. Mimosa invisa
Mimosa invisa termasuk dalam sub familia Mimosaceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri bersifat annual atau perennial , tumbuh tegak ke atas dengan tipe daun bipinate, batangnya memiliki duri, dan memiliki bunga bulat berwarna merah muda. Biasanya Mimosa invisa digunakan sebagai tanaman penutup tanah dan pupuk hijau. Nama lokal dari Mimosa invisa adalah
putri
malu
(Reksohadiprodjo,
1998).
Hasil
pengamatan
menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
B auhinia blakeana. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Bauhinia blakeana adalah memiliki daun yang lebar dan tangkai
daunnya
tidak
sejajar.
Bauhinia
blakeana
memiliki
tipe
pertumbuhan erect , tipe bunga terompet, dan tipe daun simple. Bauhinia blakeana memiliki nama lokal yaitu tayuman.
Gambar 23. Bauhinia blakeana Bauhinia
blakeana memiliki
daun
berbentuk
simple dan
pertumbuhannya tegak. Bauhinia blakeana yang telah dewasa dapat mencapai 17 kaki. Bentuk bunga Bauhinia blakeana adalah papilonaceae berwarna ungu. Bauhinia blakeana berasal dari Asia Selatan dan memiliki nama lokal tayuman. Biasanya tanaman tayuman dimanfaatkan sebagai obat antibakteri dan antidiare (Purbajanti, 2013). Hasil pengamatan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan literatur. Hasil pengamatan menunjukkan tipe bunga Bauhinia blakeana adalah caesalpiniaceae (terompet), sedangkan literatur menyatakan tipe bunga Bauhinia blakeana adalah papilonaceae (kupu-kupu).
G liricidia maculata. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ciri-ciri Gliricidia maculata adalah daunnya mengkilap, ujungnya runcing, serta agak lebar. Gliricidia maculata memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga kupu-kupu, dan tipe daun imparipinate. Gliricidia maculata memiliki nama lokal yaitu gamal.
Gambar 24. Gliricidia maculata Gliricidia maculata merupakan jenis tanaman legum yang memiliki tipe daun imparipinate, tipe bunga papilonaceae atau menyerupai kupukupu, serta tipe pertumbuhan erect atau tegak. Gliricidia maculata mengandung tanin dengan kadar yang cukup tinggi. Tanaman ini banyak ditemukan di Indonesia, memiliki nama lokal gamal atau gliricide (Reksohadiprodjo, 1998). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan literatur.
Desmodium dilakukan,
diperoleh
rensonii. ciri-ciri
Berdasarkan Desmodium
praktikum rensonii
yang
adalah
telah setelah
bereproduksi, tumbuhan ini daunnya akan terkulai dan memiliki tekstur yang kasar. Desmodium rensonii memiliki tipe pertumbuhan erect , tipe bunga kupu-kupu, dan tipe daun trifoliate. Desmodium rensonii memiliki nama lokal yaitu desmodium.
Gambar 25. Desmodium rensonii Desmodium rensonii memiliki tipe tumbuh tegak dengan tipe daun trifoliate, dan memiliki sifat perennial. Biji dari Desmodium rensonii bervariasi, berwarna coklat hingga hijau. Biji Desmodium rensonii mampu berkembang dengan cepat tanpa dilakukannya skarifikasi. Bunganya berwarna ungu dengan tipe kupu-kupu. Kandungan protein kasarnya sekitar 20% hingga 22%, sehingga dapat digunakan sebagai sumber nitrogen yang cukup tinggi (Reksohadiprodjo, 1998). Hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian dengan lieraratur. Faktor utama yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
iklim
dan
tanah.
Pertumbuhan
tanaman
akan
ditentukan
berdasarkan iklimnya, ketika suhu rendah dengan kelembaban tinggi maka tanaman yang mampu tumbuh optimal adalah tanaman dengan habitat subtropis, sedangkan sebaliknya ketika suhu tinggi dengan kelembaban rendah maka tanaman yang mampu tumbuh optimal adalah tanaman dengan habitat tropis. Faktor lainnya berupa tanah, ketika kandungan tanah seperti nitrogen tinggi dengan kesuburan tinggi maka tanaman akan mampu tumbuh secara optimal, sedangkan pada tanah yang kering dengan kesuburan rendah maka tanaman akan sulit untuk tumbuh. Thalib (2016) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah iklim berupa cahaya, suhu dan kelembaban, serta tanah.
Tanaman C3 dan C4 Tanaman C3 merupakan tumbuhan dengan efisiensi fotosintesis yang rendah, pemanfaatan CO 2 hanya sebesar 50%. Hal tersebut terjadi karena enzim Rubisco mempunyai peran ganda yaitu untuk meningkatkan CO2 dan pengaktifan oksigenase dalam fotorespirasi. Hasil pertama dari fotosintesis tanaman C3 merupakan molekul yang mempunyai 3 atom karbon. Atom karbon tersebut adalah 3 PGA (Phospho Gliseric Acid). Tanaman C3 melakukan fiksasi CO 2 melalui siklus calvin. Contoh dari tanaman C3 adalah kedelai dan kacang tanah (Anonim 1, 2012). Tanaman C4 merupakan tanaman dengan proses fiksasi CO 2 yang dilakukan oleh enzim PEPC yang afinitas terhadap CO 2 lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, selain itu pada tanaman C4 tidak ada fotorespirasi yang terukur. Hasil dari fotosintesis tanaman C4 adalah molekul dengan 4 atom karbon, yaitu malat. Contoh tanaman C4 adalah jagung dan sorghum. CAM (Crasculacean Acid Metabolism), sama halnya dengan tanaman C4, pada tanaman CAM molekul pertama dari fotosintesis adalah malat. Tanaman CAM mempunyai keistimewaan, yaitu dapat dorman pada keadaan ekstrim tanpa merusak sel, dan akan tumbuh pada keadaan normal. Contoh dari tanaman CAM adalah kaktus dan Stone crop (Anonim1, 2012). Tanaman C3 dan C4 memiliki beberapa perbedaan. Tanaman C3 tidak mempunyai selubung pembuluh dan CO2 pada tanaman C3 difiksasi rubisco pada siklus calvin. Rubisco memiliki daya ikat lebih rendah, tidak mempunyai PEPC, adaptasi berupa panas dan lembab, fotorespirasi, dan laju fotosintesis lebih rendah. Berbeda dengan tanaman C3, tanaman C4 mempunyai kloroplas dalam selubung pembuluh, CO 2 difiksasi PEP membentuk asam berantai, C4 ditranslokasi di seludung pembuluh, PEPC daya ikatnya kuat, mempunyai Rubisco kurang lebih 10%, adaptasi berupa panas, kering, dan lembab, tidak ada fotorespirasi yang terukur, dan laju fotosintesis tinggi (Anonim1, 2012).
Gambar 26. Contoh tanaman C3 (Glycine max) (Anonim1, 2012)
Gambar 27. Contoh tanaman C4 (Sorghum bicolor)
KESIMPULAN Berdasarkan praktikum acara identifikasi rumput dan legum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cara untuk membedakan rumput dan legum adalah dengan identifikasi. Rumput dan legum dapat di bedakan berdasarkan tipe pertumbuhan, tipe bunga, dan tipe daun. Faktor yang
mempengaruhi
adanya
perbedaan
adalah
cahaya,
suhu,
kelembaban, dan tanah. Tanaman C3 dan C4 memiliki perbedaan pada proses fotosintesis. Secara keseluruhan tanaman C4 lebih unggul dibandingkan C3.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tanaman Indigofera sp untuk Ternak Kambing. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Anonim1. 2012. Mekanisme Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Diakses pada “http://biogen.litbang.deptan.go.id“. Tanggal akses 4 Maret 2018. Anonim2. 2012. Tanaman Stylo (Stylosanthes guianensis) sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Dhery, A. 2011. Identifikasi karakteristik lahan tanaman gandaria di Ambon. Jurnal Budidaya Tanaman. 4(11): 80-88. Endress,
P. K. 2010. Disentangling confusions in inflorescence morphology: Patterns and diversity of reproductive shoot ramification in angiosperms. Journal of Systematics and Evolution. 48 (4): 225 –239.
Fanindi, A., dan E. Sutedi. 2014. Karakteristik morfologi rumput benggala (Panicum maximum CV. Gatton) yang ditanam menggunakan jenis benih berbeda. JITV. 19(1):1-8. Franklin, W. M. 1998. Forages. Echo Technical Note. USA. Hutasoit, R., J. Sirait, dan S. P. Ginting. 2008. Budidaya dan Pemanfaatan Brachiaria ruziziensis (Rumput Ruzi) sebagai Hijauan Pakan Kambing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Sumatera Utara. Idrus, F. H. I. T. 2014. Kajian tentang Tahan Genangan Terhadap Tanaman Sorghum (Sorghum bicolor L.). Doctoral Dissertation. Universitas Negeri Gorontalo. Irsyam, A. S. D., dan Priyanti. 2016. Suku Fabaceae di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta bagian I: tumbuhan polong berperawakan pohon. Al-Kauniyah Jurnal Biologi. 9(1):44-56. Jimenez-Saa, H. 2011. Revised nomenclature of compound leaves as an aid in field identification of tropical trees and other woody plants. Vulpia. 9:1 –11. Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kustantinah, A. Agus, B. Suhartanto, C. T. Noviandi, N. Umami, S. Padmowijoto, I. G. S. Budisatria, S. Nurtini, S. Bintara, B.
Guntoro, dan T. Hartatik. 2006. Pakan untuk Kambing. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mashau, A. C. 2010. National Herbarium (Pretoria). Diakses pada http://pza.sanbi.org/. Tanggal akses 12 Maret 2018. Mcllroy, R. J. 2000. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnyaparamita. Jakarta. Miles, J.W. 1997. Brachiaria: Biology, Agronomy and Improvement. Joint publication by CIAT, Cali, Colombia and Embrapa/CNPGC, Campo Grande, MS, Brazil. Mulyono, E., D. Sumangat, dan T. Hidayat. 2012. Peningkatan mutu dan efisiensi produksi minyak akar wangi melalui teknologi penyulingan dengan tekanan uap bertahap. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 8(1):35-47. Nulik, J., N. Dalgliesh, K. Cox, dan S. Gabb. 2013. Mengintegrasikan Legum Herba: Ke dalam Sistem Tanaman dan Ternak di Indonesia Bagian Timur. ACIAR. Canberra. Orwa. 2009. Sesbania sesban. Agroforestry Database. Afrika. Osman, A. A. M., A. A. H. A. Aziz, and F. S. H. Babiker. 2014. A comparative study between rhodes grass (Chloris gayana Kunth) with local grass forages. Universal Journal of Agricultural Research. 2(2):50-55. Paggasa, Y. 2008. Potensi Pengembangan Sapi Potong melalui Sistem Intergrasi Sawit-Ternak di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prawiradiputra, B. R., S. Endang., F. S. Achmad. 2012. Hijauan Pakan Ternak untuk Laham Sub-optimal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Purbajanti, E. D. 2013. Rumput dan Legum sebagai Hijauan Makanan Ternak. Graha Ilmu. Semarang. Reksohadiprodjo, S. 1998. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Runiyati. 2001. Pengaruh Pengapungan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Tropika pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sirait, J., A. Tarigan, dan K. Simanihuruk. 2015. Karakteristik morfologi rumput gajah kerdil (Pennisetum purpureum CV. Mott) pada jarak tanam berbeda di dua agroekosistem di Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 643:649.