BAB
I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Provinsi DKI Jakarta sebagai kota megapolitan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 10, 2 juta jiwa. Dalam kondisi tersebut, kebutuhan air bersih penduduk DKI Jakarta juga tinggi, maka dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut diperlukan sistem penyediaan air minum yang memadai kapasitasnya.
Dalam segi pemenuhan kebutuhan air bersih, masih terdapat penduduk Provinsi DKI Jakarta yang melakukan ekstraksi dan memanfaatkan sumber air tanah. Hal ini dikarenakan kapasitas pengelolaan air bersih yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi pelayanan air bersih untuk seluruh penduduk DKI Jakarta.
Permasalahan yang dihadapi oleh penyelenggara pengelolaan air bersih DKI Jakarta sangatlah kompleks, mulai dari terbatasnya ketersediaan dan suplai air baku, peningkatan kebutuhan ( demand ), ), cakupan
layanan
yang
masih
relatif
rendah,
tingginya
angka
kehilangan air, masih rendahnya standar pelayanan, dan sampai adanya tuntutan terhadap kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah dalam (deep groundwater ) mengharapkan solusi yang bisa dengan segera diwujudkan.
Inventarisasi terhadap potensi air baku yang tersedia di wilayah DKI Jakarta serta kajian terhadap alternatif teknologi pengolahannya merupakan upaya guna memberi kontribusi dalam peningkatan pelayanan air minum di DKI Jakarta. Dengan mengetahui potensi air baku yang tersedia, maka dapat ditentukan pola pengembangan
1
pelayanan air minum di DKI Jakarta dan mengurangi ketergantungan DKI Jakarta terhadap wilayah sekitar dalam hal pemenuhan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta.
Kondisi wilayah DKI Jakarta yang dilalui oleh 13 sungai dan memiliki beberapa situ merupakan peluang dan potensi untuk mengembangkan pelayanan air bersih untuk warga DKI Jakarta. Namun saat ini kondisi aliran sungai dan situ-situ yang ada masih harus dikaji dari segi kualitas dan kuantitasnya untuk mengetahui kelayakan dari sungai-sungai dan situ tersebut jika dijadikan sumber air baku untuk air bersih warga DKI Jakarta.
Kajian yang akan dilakukan di beberapa sumber air yang ada wilayah DKI Jakarta yaitu, Kali Cengkareng, Kali Cipinang, Mookervart, Danau Setia Budi, Kali Jati Kramat, Kali Angke,Kali Krukut, Kali Baru Timur, Kali Grogol, Kali Sunter, Kali Ciliwung dan Kali Pasanggrahan. Dengan mendapatkan hasil dari kajian beberapa sumber air tersebut dapat dijadikan rekomendasi untuk pengelolaan air bersih di DKI Jakarta seperti apa kedepannya. 1.2 Maksud dan Tujuan a). Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi sumber
air baku di “boundary” DKI Jakarta, beserta potensi pemanfaatannya dengan menggunakan teknologi yang tepat.
b). Tujuan
Dengan dilakukannya inventarisasi Potensi Sumber Air Baku di wilayah DKI Jakarta, dapat mengurangi ketergantungan Provinsi DKI Jakarta terhadap air baku dari luar DKI Jakarta dan pengembangan
2
SPAM dengan memanfaatkan sumber air baku “internal” tersebut menjadi kemudahan dalam pelaksanaan pelayanan air bersih. 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah : -
Menggali informasi mengenai sumber air permukaan di wilayah DKI Jakarta, dengan melihat kuantitas dan kualitas airnya pada musim hujan maupun kemarau.
-
Studi alternatif teknologi pengolahan air, untuk mengolah air baku di wilayah DKI Jakarta
-
Melakukan
survey
lapangan
dalam
rangka
inventarisasi
ketersediaan lahan PAM JAYA guna tata letak instalasi pengolahan air. -
Menyusun
laporan
akhir
kajian
yang
mencakup:
Alternatif
Teknologi, Debit Air Baku, dan pemanfaatan lahan yang tersedia.
3
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Kondisi Fisik Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah ± 650 km2. Secara geografis wilayah DKI Jakarta terl etak antara 106 22’ 42″
BT sampai 106 58’ 18″ BT dan -5 19’ 12″ LS sampai -6 23’ 54″ LS. Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi dalam 6 wilayah kota yang setingkat dengan Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada langsung di bawah Derah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari 44 kecamatan dan 267 Kelurahan. Pembagian wilayah tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini Tabel 1. Pebagian wilayah Pemerintah Daerah DKI Jakarta
No . 1
Wilayah
Jumlah Kecamatan
Jumlah Juml ah Kelurahan
Jakarta Utara
5
29
2
Jakarta Pusat
7
41
3
Jakarta Timur
7
58
4
Jakarta Selatan
6
61
5
Jakarta Barat
5
47
6
Kepulauan Seribu
14
31
44
267
Jumlah Sumber : BPS 2011
4
Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m samapi 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta antara lain : S. Grogol, S. Krukut, S. Angke, S Pesanggrahan dan S. Sunter. Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent setebal ± 50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke Barat pada Jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapiasan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m – 25 m. Makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m – 15 m.
5
Gambar 1. Kondisi Geologis Jakarta dan Sekitarnya
Wilayah DKI Jakarta termasuk tipe iklim c dan D menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27 C dengan kelembaban antara 80 % sampai 90 % . Temperatur tahunan maksimum 32 C dan minimum 22 C. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.
6
Tabel 2. Hasil Pengamatan Cuaca Oleh BMKG
Data Iklim September - Oktober 2011 St. BMKG Prop DKI Temperatur
No
Pos Hujan
Hujan
Rata2
Maks
Min
Kelembaban Udara (%)
Jumlah (MM)
Hari Hujan (Hari)
1
St. Klimatologi Pondok Betung
28.6
34.4
24.8
73
50
7
2
St. Meteorologi Cengkareng
28
33
24
70
121
10
3
St. Maritim Tanjung Priok
29.2
32.8
26.3
71
58
10
Sumber : BMKG 2012
Secara geografis Jakarta merupakan dataran rendah, karena 40 persen wilayahnya berada di bawah muka air laut pasang. Secara hidro-geologis Jakarta berada pada cekungan artoris. Terdapat 13 sungai besar dan kecil yang mengaliri Kota kawasan
Gunung
Gede-Pangrango,
Jakarta,
Jawa
Barat,
berhulu
d
yaitu: Kali
Mookevart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Cipinang , Kali Sunter, Kali Buaran, Buaran, Kali Kramat Jati, dan Kali Cakung. Cakung.
Ditinjau dari segi geomorfologi, wilayah DKI Jakarta terdiri atas dua satuan morfologi, mor fologi,
yaitu morfologi morf ologi dataran da taran pantai
di
bagian utara uta ra dan morfologi kipas gunung api Bogor Bogo r di bagian selatan. sehingga
Daerah selatan se latan mempunyai mem punyai elevasi el evasi yang lebih leb ih tinggi, ting gi, pada
kondisi
alamiah
7
daerah
ini
berfungsi
sebagai
daerah
resapan
(recharge)
sedangkan
daerah
utara
sebagai daerah luahan (discharge).
Gambar 2. Formasi Aliran Sungai Di DKI Jakarta
8
berfungsi
2.2 Kondisi Kependudukan
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rumah Tangga
N o
Kabupat en/ Kota
Rata
Rumah
Penduduk
Tangga
Pendud
Sex LakiLaki
Perempu an
Jumlah
Kepadat
rata
uk per
Rasio
Jumlah
Rumah
%
tangga 10,711 KEPUL AUAN SERIBU 1,043,67 2 JAKAR 5 TA SELATA N 1,372,30 JAKAR 3 0 TA TIMUR 453,591 4 JAKAR TA PUSAT 1,164,44 5 JAKAR 6 TA BARAT 824,480 6 JAKAR TA UTARA TOTAL PROVINSI 4,869,20 3 DKI JAKARTA TOTAL PROVINSI 4,870,93 DKI 8 JAKARTA + DIPLOMAT Sumber : BPS 2011
1
an Pendud uk per km2
10,371
21,082
103.28
4,870
0.19
4.33
2,423.47
1,018,557
2,062,23 2
102.47
532,887
21.24
3.87
14,554.35
1,321,596
2,693,89 6
103.84
690,608
27.53
3.90
14,304.25
445,924
899,515
101.72
234,980
9.37
3.83
18,688.72
1,117,499
2,281,94 5
104.20
608,342
24.25
3.75
17,663.17
821,179
1,645,65 9
100.40
437,182
17.43
3.76
11,963.62
4,735,126
9,604,32 9
102.83
2,508,86 9
100.00
3.83
14,694.55
4,736,849
9,607,78 7
-
-
9
-
-
-
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi a). Waktu
Jadwal
pelaksanaan
kegiatan
dilakukan
September 2012 dan berakhir pada kegiatan
dilakukan
pada
saat
pada
pertengahan
awal Desember 2012. Waktu
musim
kemarau
dan
musim
penghujan.Penentuan waktu tersebut sudah dikondisikan dengan musim, pada waktu tersebut adalah periode dimana musim kemarau dan penghujan ada atau masa pancaroba. Kegiatan ditentukan waktunya berdasarkan langkah-langkah yang dikerjakan, mulai dari studi pustaka untuk mengumpulkan informasi awal dari data-data sekunder dan melakukan kajian pustaka, survey lapangan dengan mengumpulkan data lapangan dengan melakukan pengujian dan pengukuran secara secara langsung, pengolahan data untuk menarik informasi dari data yang telah dikumpulkan dan kegiatan analisis dan sintesis untuk menjelaskan hasil temuan lapangan dan memberikan rekomendasi-rekomendasi. Berikut adalah jadwal perencanaan kegiatan selama 3 bulan dan kegiatan pengambilan sampel di lapangan. Tabel 4. Jadwal Kegiatan
No
Kegiatan
1
Study Pustaka
2
Survey Lapangan
3
Pengolahan Data
4
Analisis dan Sintesis
Bualan/Tahun 2012 Sep
10
Okt
Nov
Des
Tabel 5. Jadwal Pengambilan Sampel di Tiap Titik
Titik ke
Waktu /Minggu ke 1
1
2
5
6
7
10
11
● ☼
●
☼
● ☼
● ☼
7 8
9
●
☼
6
8
● ☼
4 5
4
☼
2 3
3
☼
● ●
☼
9
●
10
☼
●
11
☼
●
12
☼
●
Keterangan :
☼ Kemarau ● Penghujan
b). Lokasi
Lokasi kegiatan kegiatan meliputi beberapa titik
yakni, Kali Cengkareng,
Kali Cipinang, Mookervart, Danau Setia Budi, Kali Jati Kramat, Kali Angke Kali Krukut, Kali Baru Timur, Kali Grogol dan Kali Sunter. Penentuan titik sampel dilakukan secara acak pada tiap aliran sungai dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara utuh mengenai kondisi sumber air baku.
11
Gambar 3. Lokasi titik sampel
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi mengenai beberapa titik sumber air baku yang ada di wilayah DKI Jakarta, dilakukan pengumpulan data dengan berbagai cara. Penentuan titik kajian didasarkan pada lokasi-lokasi yang memiliki potensi terhadap sumber air baku, dan lokasi-lokasi yang tepat untuk instalasi pengolahan serta melakukan peninjauan lokasi dari segi keterjangkauan dan kemudahan transportasi.
12
Beberapa jenis data yang diperlukan antara lain adalah data kualitas dan kuantitas air dan beberapa jenis data lainnya yang memiliki relevansi terhadap kajian yang dilakukan. Berikut adalah beberapa data dan teknik pengambilan serta teknik mengolah data. Tabel 6. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data
Teknik
Teknik
Pengambilan
Mengolah Data
Data
Kualitas
Turbidity/tingkat
air
kekeruhan
Kuantitas
Survey, sampling
Uji Laboratorium
Organic
Survey, sampling
Uji Laboratorium
Debit
Survey, sampling
Pengukuran
air Cuaca
terestrial Curah hujan
Sekunder, BMKG
Deskriptif
Intensitas hujan
Sekunder BMKG
Deskriptif
Sosial
Kependudukan
Studi pustaka
Deskriptif
dan
Pelanggan air
Studi pustaka
Deskriptif
Studi pustaka
Deskriptif
pelayanan minum potensial dan eksisting Tingkat konsumsi air minum
Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat dua jenis data utama dalam kajian ini yakni, kualitas dan kuantitas air, sedangkan data curah hujan dan intensitas hujan hanya sebagai pelengkap data. Untuk data kualitas air teknik pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampel-sampel air pada beberapa titik yang sudah ditentukan dan selanjutnya sampel-sampel tersebut di bawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian untuk mendapatkan beberapa indikator yang diperlukan.
13
Sedangkan untuk mendapatkan data kuantitas air, yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran terestrial atau pengukuran lapangan. Cara yang digunakan adalah dengan mengukur lebar badan sungai, kedalaman sungai atau ketinggian permukaan sungai, dan kecepatan aliran sungai. Dan hasil dari pengukuran tersebut ditujukan untuk mengetahui berapa debit atau volume air yang ada. Pengambilan sampel dibagi menjadi dua sesi yaitu, sesi pertama saat musim kemarau atau saat tidak terjadi hujan dalam jangka waktu yang lama, dan sesi kedua pada saat musim penghujan. Kegiatan mengumpulkan data terkait dengan kependudukan dilakukan dengan cara studi pustaka dari sumber-sumber yang sudah ada, seperti BPS, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, PDAM dan sumber-sumber lain yang memiliki kualifikasi terhadap informasi dan data yang diperlukan
3.3 Teknik Analisis Data
Untuk
memperoleh
informasi
dan
makna
dari
data
yang
dikumpulkan ,maka dilakukan analisis data yang berdasarkan dari temuan di lapangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan menjelaskan data-data hasil olahan untuk diketahui informasi berdasarkan informasi yang dibutuhkan dalam kajian ini. 1. Cengkareng Drain
Pengukuran debit Sungai Cengkareng Drain dilakukan di pintu air cengkareng
Drain
dengan
mengetahui
kedalaman
sungai
dan
kecepatan aliran sungai Kecepatan Aliran : 0,2, 0,3,-0,3 m/dt, Lebar sungai 50 m, merata dialiri air pada bukaan bukaan pintu air dengan lebar 6,5 m kedalaman air 2-4 m. Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 4 m dan kecepatan maksimum 0,3 m/dtk sebesar 60m 3/detik.
14
Debit minimum dari kali cengkareng Drain terjadi pada saat kondisi aliran dengan
kecepatan
0,2 m/detik dan aliran berada pada
kedalaman 2m, debit yang dihasdilkan sebesar 20 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 4 m 3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 12 m 3/detik. 2. Sungai Cipinang
Pengukuran debit Sungai Cipinang dilakukan di aliran sungai Cipinang jalan Basuki Rahmat dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran : 0,2-0,36 m/dt, Lebar 5 m, Kedalaman : 0,5 – 0,7 m Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 0,7m dan kecepatan maksimum 0,36 m/dtk sebesar 1,26m 3/detik. Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,2 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,5 m, debit yang dihasdilkan sebesar 0,5 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
0,1
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,252 m 3/detik.
3. Sungai Makoovart
Debit Sungai Makoovart dilakukan di aliran sungai Makoovart dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran : Lebar sungai 25 m, teraliri 14 m , kedalaman 1-2 m, Kecepatan : 0,05-0,1 m/dt. Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 2 m dan kecepatan maksimum 0,1 m/dtk sebesar 2,8 m 3/detik.
15
Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,05 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 2 m, debit yang dihasilkan sebesar 0,7 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
0,14
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,56 m 3/detik.
4. Sungai Angke
Pengukuran debit Sungai Angke dilakukan di aliran sungai Angke dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran :0,52-0,7 m/dtk, lebar sungai : 19 m, yang dialiri air 5 m, kedalaman : 0,5-0,9 m. Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 0,9 m dan kecepatan maksimum 0,7 m/dtk sebesar 3,15 m 3/detik. Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,52 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,5 m, debit yang dihasilkan sebesar 1,3 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
0,14
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,56 m 3/detik.
5. Sungai Krukut
Pengukuran debit Sungai Krukut dilakukan di aliran sungai Krukut dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran : Lebar Sungai 16 m terukur ada airnya di antara ambotmen jembatan lebar 7 m, kedalaman 0,5 – 1 m dan antara 2 abotmen jembatan lebar 4 m Kedalaman 1-1,5 m. Kecepatan aliran : 1, 0,36 – 1,7 m/dt.
16
Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 1,5 m dan kecepatan maksimum 1,7 m/dtk sebesar 10,2 m 3/detik. Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,36 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 1 m, debit yang dihasilkan sebesar 1,44 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
0,288
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 2,04 m 3/detik.
6. Sungai Kali Baru Timur
Pengukuran debit Sungai Kali Baru Timur dilakukan di aliran sungai Kali Baru Timur dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran Lebar
6 m, kedalaman air 0,8 m
kecepatan 0,72-0,88 m/dt. Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 0,8 m dan kecepatan maksimum 0,88 sebesar 4,22 m3/detik. Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,72 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,8 m, debit yang dihasilkan sebesar 3,45 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
0,69
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,84 m 3/detik.
7. Sungai Grogol
Pengukuran debit Sungaigrogol dilakukan di aliran sungai grogol dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran : 0,36 – 0,52 m/dt, Lebar Sungai 5 m, yang ada penampang basah : 3 m Kedalaman 0,5-0,7 m.
17
Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 0,7 m dan kecepatan maksimum 0,52 sebesar 1,82 m3/detik. Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,36 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,5 m, debit yang dihasilkan sebesar 0,54 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
0,11
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,364 m 3/detik.
8. Sungai Sunter
Pengukuran debit Sungai Sunterl dilakukan di aliran sungaiSunter dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Lebar sungai 11 m, yang teraliri air 5 m dengan kedalaman : 0,5-0,8 m dan aliran pada lebar 2 m kedalaman 0,6-0,7 m. Laju aliran 0,3 m/dt – 0,4 m/dt . Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada kedalaman maksimum 0,8 m dan kecepatan maksimum 0,4 sebesar 1,63 m3/detik. Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,3 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,6 m, debit yang dihasilkan sebesar 0,75 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,326 m 3/detik.
18
0,15
9. Sungai Pesanggrahan
Pengukuran debit Sungai Pesanggrahan dilakukan
dengan
mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Lebar sungai 8 m, dengan kecepatan aliran : 0,189-0,597m. Kedalaman aliran 0,93 m/dt –2,36,4 m/dt . Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum sebesar 6,142 m3/detik. Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,3 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,6 m, debit yang dihasilkan sebesar 0,75 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar
1,4
m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 6,142 m 3/detik.
10. Sungai Ciliwung
Pengukuran debit Sungai Ciliwung dilakukan dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Lebar sungai 8 m, dengan kecepatan aliran : 0,000-0,560m. Kedalaman aliran 1,40 m/dt
–3,85 m/dt . Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum sebesar 14,459 m3/detik. Kecepatan minimum pada kondisi sungai ini tidak mempengaruhi debit. Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan 0,000 m/detik dan dan aliran berada pada kedalaman 1,40 m, debit yang dihasilkan sebesar 0,000 m 3/detik. Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar dan pada saat debit maksimum sebesar 14,459 m 3/detik.
19
m 3/detik,
BAB IV HASIL PELAKSANAAN
4.1 Hasil Analisis a). Kuantitas Sumber Air Baku
Secara kuantitas sumber air baku dari hasil pengamatan di 10 sungai tersebut memiliki debit secara umum jika dilihat pada musim kemarau berkisar dibawah 5 m3/dt dan sebagian 50-10 m3/dt (2 buah sungai).
Tabel 7. Hasil Penghitungan Debit Minimum dan Maksimum
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
LEBAR
SUMBER AIR Cengkareng Drain Kali Cipinang Mookervart Danau Setia Budi Kali Jati Kramat Kali Angke Kali Krukut Kali Baru Timur Kali Grogol Kali Sunter Kali Ciliwung
V, Kecepatan MIN MAX
MIN
MAX
MIN
MAX
50
50
2
4
0,2
5 14
5 14
0,5 1
0,7 2
5 4 6 3 2 13,9
5 4 6 5 5 15,5
0,5 1 0,8 0,5 0,5 1,4 1,5
Kali Psanggrahan Sumber : Perhitungan
Menurut
DALAM
8
tabel
8
tersebut
Q(DEBIT)
QPOT. 1/5
MIN
MAX
MIN
MAX
0,3
20
60
4
12
0,2 0,05
0,36 0,1
0,5 0,7
1,26 2,8
0,1 0,14
0,252 0,56
0,9 1,5 0,8 0,7 0,8 3,85 3 ,85
0,52 0,36 0,72 0,36 0,3 0,19
0,7 1,7 0,88 0,52 0,4 0,56
1,3 1,44 3,45 0,54 0,75 12,9
3,15 10,2 4,224 1,82 1,63 14,5
0,26 0,288 0,69 0,11 0,15 2,6
0,63 2,04 0,84 0,364 0,326 2,9
2,36
0,3
0,6
4,11
6,142
0,822
1,23
berada
pada
debit
maksimal
tertinggi
Cengkareng Drain sedangkan untuk debit maksimal terkecil ada pada Kali Grogol. b). Kualitas Sumber Air Baku
Kualitas air yang diamati dapat digolongkan sebagai berikut :
20
Klasifikasi Air Baku dengan organic sedang, kekeruhan tinggi dan TDS yang tinggi
Klasifikasi Air Baku dengan organic sangat tinggi, kekeruhan sedang- tinggi dan TDS yang rendah
Klasifikasi Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan sedang- tinggi dan TDS yang rendah
Klasifikasi Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS yang rendah
Dengan demikian klasifikasi dari sungai tersebut dapat dilihat lebih rinci berdasarkan hasil dari kandungan sampel air yang didapat dan telah dilakukan uji laboratorium pada tabel berikut ini
Tabel 8. Klasifikasi Sungai Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Sumber Air
Kualitas Air
t d/ 3
i s ik
ia
a br
id m
n
D
O
T
A
I
B
ki
n o
n if s K
gr
m u
Kali Cengkareng
Klasifikasi 1
25.8
H
Kali Cipinang
Klasifikasi 2
119
217
3.8
Mookervat
Klasifikasi 3
41.2
69
Danau Setia Budi
Klasifikasi 3
32.8
Kali jati Kramat
Klasifikasi 3
Kali Angke
7.6
3 C
tyi
a al
O
O or
0.9
m l
n
i s C
t ar
itr S
S
N
N
T
T
ti
a ti D
te at
S
o T
o P
25.1
6.4
<0,01
1538
30
31 5
12
2.8
105
16
<0,01
563
220
192
0,252
0.8
0.7
40.6
13.8
<0,01
484
60
20 5
0,56
120
0.3
0.3
25.1
0.16
<0,01
462
88
15 8
28.3
307
4.4
8.0
21.7
0.07
<0,01
384
392
175
Klasifikasi 3
16.4
35
6.8
1.6
13
6.5
<0,01
357
46
128
0,63
Kali krukut
Klasifikasi 3
14.3
124
4.3
2.6
23.3
2.9
0.38
208
141
91.9
2,04
Kali Baru Timur
Klasifikasi 4
7.7
90
1.4
1.8 1.8
6.2
2.2
0.44
182
81
78.9
0,84
Kali Grogol
Klasifikasi 4
5.4
15
2.9
0.7
11.1
2.6
0.78
234
24
96.9
0,364
Kali Sunter
Klasifikasi 4
4.4
17
1.8
1.6
3.6
2
0.95
189
26
77.4
0,326
o
Organik rendah <10,sedang 10-20, Tinggi >20
o
Kekeruhan rendah <50 NTU sedang 50-200 tinggi >200 NTU
o
TDS rendah <300 sedang 300-500 tinggi >500
21
c). Permasalahan Sumber Air Bersih dan Potensi Sumber Air Bersih
Umumnya sumber air yang berpotensi menjadi sumber air baku untuk air bersih di Jakarta adalah air permukaan dan itu memiliki permasalahan yang secara umum hampir sama yaitu air permukaan dijadikan sebagai tempat buangan limbah sehingga berpengaruh langsung terhadap kualitas air tersebut. Dari
sepuluh
kandungan
yang
sumber
air
berbeda-beda
tersebut
mempunyai
sehingga
konsentrasi
diperlukan
beberapa
alternatif instalasi pengolahan yang berbeda yang memungkinkan untuk mengolah air dari sumber air tersebut.
4.2
Alternatif Pengolahan Air
Dengan melihat hasil klasifikasi sungai tersebut Secara umum pengolahan air yang direkomendasikan disini sedapat mungkin adalah pengolahan
air
dengan
teknologi
menengah
sehingga
mudah
dioperasikan dengan luas lahan yang dibutuhkan tidak tinggi. Pengolahan berupa pengolahan dengan konsumsi energy 0,25 KWh/m3 dan bahan kimia yang sedikit <20 ppm dan untuk kapasitas <10 lpd dapat dipindah pindah. Rangkaian pengolahan air yang diusulkan disini adalah sebagai berikut:
a).Air Baku dengan organik sedang, kekeruhan tinggi dan TDS yang tinggi
Air baku jenis ini terdapat di Kali Cengkareng Cengkareng dengan kondisi kondisi sedikit tercemar interusi air laut. Kecepatan Aliran : 0,2 - 0,3 m/dt Pengolahan air yang sesuai untuk jenis air ini adalah pengolahan lengkap kemudian diikuti Karbon aktif dan Reverse Osmosis.
22
Dibawah ini adalah gambaran mengenai kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut
Tabel 9. Kriteria Perencanaan Operasional
No 1
Unit Operasi Aerasi
2
Pengolahan Lengkap Koagulasi
Kriteria Td=30 menit
Keterangan
Td<30 det G=10.000 1/dt
Flokulasi
Td +/-20 mnt G= 20-100 1/dt
Sedimentasi
Td +/- 45 menit Loading 4 m/jam
Filter
Rapid Sand Filter
Loading 10 m/jam Tebal 50 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Pressure Filter
Loading 20 m/jam Tebal 70 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Koagulan
PAC, Alum
Pre Klorinasi
Kaporit
3
Karbon Aktif
4
Reverse Osmosis
Td = 5-10 menit Granular Active carbon, 0.2-5 mm Brackish Water Membrane
23
PAC10-30 ppm Alum25-60 ppm
Adapun diagram dari dari pengolahan pengolahan air adalah sebagai berikut berikut :
Diagram 1.
b). Air Baku dengan organik sangat tinggi, kekeruhan sedangtinggi dan TDS yang rendah
Air baku jenis ini terdapat terdapat di Kali Cipinang dengan kondisi sedikit tercemar organik dari limbah perumahan. Pengolahan air yang sesuai untuk jenis air ini adalah: pengolahan aerasi pengolahan lengkap
saringan pasir lambat
activated sludge
Karbon aktif
Reverse Osmosis. Kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut :
24
Tabel 10. Kriteria Perencanaan Operasional
No 1 2
3
Kriteria
Unit Operasi Aerasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Clarifier tank Aeration Tank Pengolahan Lengkap Koagulasi Flokulasi Sedimentasi
Filter
Koagulan
5
Pre Klorinasi Saringan Pasir Lambat Karbon Aktif
6
Reverse Osmosis
4
25
Kterangan
Td=30 menit Eactivated Sludge Td=90 menit Td=8 jam
Motorized Aerator
Td<30 det G=10.000 1/dt Td +/-20 mnt G= 20-100 1/dt Td +/- 45 menit Loading 4 m/jam RapidSand Filter Loading10 m/jam Tebal 50 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Pressure Filter Loading20 m/jam Tebal 70 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 PAC, PAC10-30 ppm Alum Alum25-60 ppm Kaporit Loading = 0,3 m/jam Td = 5-10 menit Granular Active carbon, 0.2-5 mm Brackish Water Membrane
Diagram alir pada pengolahan air ini adalah sebagai berikut :
7
7
Karbon Aktif 7
7
7
Ø75mm
7
Ø75mm
PipasurfacewashØGIP100mmØ12,5mm-20cm
Ø10-20
IPAL
PipaunderdrainØGIP200mm
6Ø10
Ps.batukaliad. 1:4 UruganPasirt=5cm
Pengolahan Lengkap
6Ø10
Ø10-20
Ps.bat ukaliad.1: ukaliad.1:4 UruganPasirt=5cm
UruganPasi rt =5cm
Saringan Pasir Lambat Lambat
Reverse Osmosis
Aerasi
Diagram 2.
c). Air Baku dengan organik sedang-tinggi, kekeruhan sedangtinggi dan TDS yang rendah
Air baku jenis ini terdapat terdapat di
Mookervart
Danau Setia Budi
Kali Jati Kramat
Angke
Kali krukut, dengan kondisi sedikit tercemar air limbah. Pengolahan air yang sesuai untuk jenis air ini adalah aerasi pengolahan lengkap
Saringan Pasir Lambat Karbon aktif .
26
Kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut : Tabel 11.Kriteria Perencanaan Operasional
No Unit Operasi
Kriteria
1
Aerasi
Td=30 menit
2
Pengolahan Lengkap Koagulasi
Kterangan
Td<30 det G=10.000 1/dt
Flokulasi
Td +/-20 mnt G= 20-100 1/dt
Sedimentasi
Td +/- 45 menit Loading 4 m/jam
Filter
Rapid Sand Filter
Loading 10 m/jam Tebal 50 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Pressure Filter
Loading 20 m/jam Tebal 70 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Koagulan
PAC,
PAC10-30 ppm
Alum
Alum ppm
Pre Klorinasi 3
4
Saringan
Kaporit Pasir Loading
=
0,3
Lambat
m/jam
Karbon Aktif
Td = 5-10 menit Granular
Active
carbon, 0.2-5 mm
27
25-60
Diagram alir untuk pengolahan air ini adalah sebagai berikut :
Karbon Aktif mm
Ø75mm
mm
Ø75mm
Pipa surfacewa shØGIP100mmØ12,5mm-20cm Pipa underdrainØGIP200mm Ø10-20
6Ø10
6Ø10
Ps.batukaliad. 1:4 UruganPasirt=5cm
Pengolahan Lengkap
Ø10-20
Ps.batukaliad. 1:4 UruganPasi rt=5cm
UruganPasirt=5cm
Saringan Pasir Pasir Lambat Lambat
Aerasi
Diagram 3.
c). Air Baku dengan organik sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS yang rendah.
Air baku jenis ini terdapat terdapat di
Kali Baru Timur
Kali Grogol
Kali Sunter, dengan kondisi tercemar air limbah ringan,
Pengolahan
air
yang
sesuai
aerasi pengolahan lengkap
untuk
Karbon
28
aktif
jenis
air
ini
adalah
Kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Kriteria Perencanaan Operasional
No
Unit Operasi
Kriteria
1
Aerasi
Td=30 menit
2
Pengolahan Lengkap Koagulasi
Kterangan
Td<30 det G=10.000 1/dt
Flokulasi
Td +/-20 mnt G= 20-100 1/dt
Sedimentasi
Td +/- 45 menit Loading 4 m/jam
Filter
Rapid Sand Filter
Loading 10 m/jam Tebal 50 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Pressure Filter
Loading 20 m/jam Tebal 70 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5 Koagulan
PAC,
PAC10-30
Alum
ppm Alum ppm
3
Pre Klorinasi
Kaporit
Karbon Aktif
Td = 5-10 menit Granular
Active
carbon, 0.2-5 mm
29
25-60
Diagram alir pada pengolahan ini adalah sebagai berikut :
Ø75mm
Diagram 4.
30
Ø75mm
4.3 Zoning
Gambar. 4. Zoning pengolahan
31
4.4 Lokasi Titik Sampel
Lokasi Sampling Kali Sunter
Gambar Lokasi Sampling Kali Sunter GPS Garmin ( 06 o 19’ 28,4’’ S, 1060 55’ 15, 1’ E). Lebar sungai 11 m, yang teraliri air 5 m dengan kedalaman : 0,5-0,8 m dan aliran pada lebar 2 m kedalaman 0,6-0,7 m. Laju aliran 0,3 m/dt – 0,4 m/dt
Sungai Markovet GPS Garmin ( 06 o 09’ 35,4’’ S, 1060 41’ 30, 8’ E). Lebar sungai 25 m, teraliri 14 m , kedalaman 1-2 m, Kecepatan : 0,050,1 m/dt.
32
Titik Sampling Kali Baru Timur
Kali Baru Timur Lokasi sampling di Jalan Trikora GPS Garmin ( 06 o 18’ 08,4’’ S, 1060 52’ 04, 7’ E). Lebar 6 m, kedalaman air 0,8 m kecepatan 0,72-0,88 m/dt
Kali Cipinang Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06 o 18’ 27,4’’ S, 1060 52’ 37, 0’ E). Kecepatan : 0,2-0,36 m/dt. Lebar 5 m, Kedalaman : 0,5 – 0,7 m.
33
Sampling kali Krukut Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06 o 17’ 39,9’’ S, 1060 48’ 20, 0’ E). Kecepatan aliran : 1 , 0,36 – 1,7 m/dt Lebar Sungai 16 m terukur ada airnya di antara ambotmen jembatan lebar 7 m kedalaman 0,5 – 1 m : dan antara 2 abotmen jembatan lebar 4 m Kedalaman 1-1,5 m,
34
Lokasi Sampling Kali Grogol Kali grogol Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06 o 17’ 31,1’’ S, 1060 47’ 0,3, 1’ E). Kecepatan aliran : 0,36 – 0,52 m/dt Lebar Sungai 5 m, yang ada penampang basah : 3 m Kedalaman 0,5-0,7 m,
35
Gambar Lokasi Sampling Kali Angke Kali Angke Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06 o 10’ 34,9’’ S, 1060 43’ 41, 3’ E). Kecepatan Aliran : 0,52-0,7 m/dt Lebar sungai 19 m, yang dialiri air 5 m kedalaman : 0,5-0,9 m
36
Gambar : Cengkareng Drain Kali Cengkareng Drain Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06 o 09’ 13,4’’ S, 1060 44’ 54, 4’ E) di pintu air cengkareng Drain Kelurahan Cengkareng. Kecepatan Aliran : 0,2, 0,3,-0,3 m/dt Lebar sungai 50 m, merata dialiri air pada bukaan pintu air dengan lebar 6,5 m kedalaman air 2-4 m.
37
Danau Setia Budi
Danau Setia Budi Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06 o 12’ 16,56 ’’ S, 1060 49’ 30, 65’ E) di inlet Danau Setia Budi Danau untuk menampung debit banjir di sekitar sudirman
38
BAB V REKOMENDASI
5.1
Biaya Investasi dan Operasional
5.1.1 Umum
Biaya Investasi pengolahan air disesuaikan dengan jenis pengolahan air yang diperlukan dan bangunan pendukung standard yang diperlukan Biaya investasi dirinci menurut kategori jenis pengolahan yang diperlukan. Sedangkan Biaya operasional meliputi biaya tenaga kerja, listrik, bahan kimia dan biaya pemeliharaan.
5.1.2 Air Baku dengan organik sedang, kekeruhan tinggi dan TDS yang tinggi (Ketegori I)
Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut:
Rangkaian Unit Aerasi
Rangkaian Unit Pengolahan lengkap+Karbon Aktif
Rangkaian Unit Reverse Osmosi
Reservoir
Bangunan Penunjang
Adapun biaya investasi dan biaya operasional operasional
yang dihitung
berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake, tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional pada intake seperti pada tabel 13 berikut ini.
39
Tabel 13. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sedang, kekeruhan tinggi dan TDS yang tinggi No 1 2 3 4 5 6
Unit Pengolahan
IPA 50 lpd Rp (juta) 600.00 4,500.00 18,000.00 1,300.00
Rangkaian Unit aerasi Rangkaian Unit Pengolahan Lengkap Rangkaian Unit Reverse Osmosis Reservoir 500 m3 Reservoir 1000 m3 Bangunan Penunjang + ME TOTAL Biaya inv per Lpd
1 2
3 4 5
Biaya O & M Biaya Operasional Pengolahan Aerasi Pengolahan Lengkap Bahan Kimia Listrik Personil Biaya RO Listrik Penggantian Komponen RO * Perbaikan dan Pemeliharaan ** Biaya OM per m 3 ( Rp/m3 ) Produksi Pada Operasi 24 jam ( M 3) Biaya OM per bulan
IPA 100 lpd Rp (juta) 800.00 5,500.00 23,000.00
1,800.00 26,200.00
2,100.00 2,300.00 33,700.00
524.00
337.00
Rp/m3 300.00
Rp/m3 300.00
400.00 450.00 500.00
400.00 450.00 400.00
4,500.00 3,000.00 1,000.00 10,150.00 129.600 1.315.440.000
4,500.00 3,000.00 1,000.00 10,050.00 259.200 2.630.880.000
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan Keterangan : * Penggantian Membran RO ** Antara lain Pemeliharaan dan Pengecetan IPA dan pompa
5.1.3
Air Baku dengan organic sangat tinggi, kekeruhan sedang- tinggi dan TDS yang rendah (Kategori II)
Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut:
Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah
Rangkaian Unit Pengolahan lengkap
Rangkaian Unit Saringan Pasir Lambat
Rangkaian Unit Karbon Aktif
40
Rangkaian Unit Reverse Osmosi
Reservoir
Bangunan Penunjang
Adapun biaya investasi dan biaya operasional operasional
yang dihitung
berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake, tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional pada intake seperti pada tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sangat tinggi, kekeruhan sedang- tinggi dan TDS yang rendah (Kategori II) No
Unit Pengolahan
IPA 50 lpd
IPA 100 lpd
Rp (juta)
Rp (juta)
1
Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah
7,500.00
13,500.00
2
Rangkaian Unit Pengolahan Lengkap
4,500.00
5,500.00
3
Rangkaian Unit Saringan Pasir Lambat
7,500.00
12,000.00
4
Rangkaian Unit Karbon Aktif
1,200.00
2,200.00
5
Rangkaian Unit Reverse Osmosis
18,000.00
23,000.00
6
Reservoir 500 m3
7
Reservoir 1000 m3
8
Bangunan Penunjang + ME
1,800.00
2,300.00
TOTAL
41,800.00
60,600.00
836.00
606.00
Rp/m3
Rp/m3
1,200.00
1,200.00
Bahan Kimia
400.00
400.00
Listrik
450.00
450.00
Personil
750.00
600.00
Listrik
4,500.00
4,500.00
4
Penggantian Komponen
3,000.00
3,000.00
5
Perbaikan dan Pemeliharaan
1,000.00
1,000.00
11,300.00 129.600
11,150.00
1.464.480.000
2.890.080.000
1,300.00 2,100.00
Biaya inv per m3 Biaya O & M Biaya Operasional 1
Rangkaian unit Pengolahan air Limbah
2
Pengolahan Lengkap dan SPL
3
Biaya RO
3
3
Biaya OM per m ( Rp/m ) 3
Produksi Pada Operasi 24 jam ( M ) Biaya OM per bulan
259.200
Keterangan :
* Penggantian komponen Karbon Aktiv +/- 9000 – 18.000 kg Carbon Aktiv ** Antara lain Pemeliharaan dan Pengecetan IPA dan pompa
41
5.1.4
Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS yang rendah
Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut: Rangkaian Unit Aerasi
Rangkaian Unit Pengolahan lengkap
Rangkaian Unit Pengolahan Saringan Pasir Lambat
Rangkaian Unit Karbon Aktif
Reservoir
Bangunan Penunjang
Adapun biaya investasi dan biaya operasional operasional
yang dihitung
berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake, tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional pada intake seperti pada tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sedang - tinggi, kekeruhan rendah dan TDS yang rendah No
Unit Pengolahan
IPA 50 lpd Rp (juta)
IPA 100 lpd Rp (juta)
600
800
1
Rangkaian Unit Pengolahan Aerasi
2
Rangkaian Unit Pengolahan lengkap
4,500
5,500
3
Rangkaian Unit Saringan Pasir Lambat
7,500
12,000
4
Rangkaian Unit Karbon Aktif
1,200
2,200
5
Reservoir 500 m3
1,300
6 7
Reservoir 1000 m3 Bangunan Penunjang + ME TOTAL
1,800 16,900.00
2,100 2,300 24,900.00
338.00
249.00
Biaya O & M Biaya Operasional
Rp/m3
Rp/m3
1
Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah
1,200
1,200
2
Pengolahan Lengkap dan SPL Listrik
400
400
Bahan Kimia
450
450
Personil
750
600
1,500
1,500
Biaya inv per Lpd
3
Penggantian Komponen
42
4
Perbaikan dan Pemeliharaan Biaya OM per m 3 ( Rp/m3 ) Produksi Pada Operasi 24 jam ( M 3) Biaya OM per bulan
1,000 5,300.00 129.600
1,000 5,150.00 359.200
686.880.000
1.849.880.000
Keterangan : * Penggantian komponen Karbon Aktiv +/- 9000 – 18.000 kg Carbon Aktiv ** Antara lain Pemeliharaan dan Pengecetan IPA dan pompa
5.1.5 Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan dan TDS yang rendah (Kategori IV)
Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut: Rangkaian Unit Aerasi
Rangkaian Unit Pengolahan lengkap
Rangkaian Unit Pengolahan Saringan Pasir Lambat
Rangkaian Unit Karbon Aktif
Reservoir
Bangunan Penunjang
Adapun biaya investasi dan biaya operasional yang dihitung dihitung berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake, tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional pada intake seperti pada tabel 16 berikut ini.
43
Tabel 16. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS yang rendah (Kategori IV)
No
Unit Pengolahan
IPA 50 lpd Rp (juta)
IPA 100 lpd Rp (juta)
600
800
1
Rangkaian Unit Pengolahan Aerasi
2
Rangkaian Unit Pengolahan lengkap
4,500
5,500
3
Rangkaian Unit Karbon Aktif
1,200
2,200
4
Reservoir 500 m3
1,300
5 6
Reservoir 1000 m3 Bangunan Penunjang + ME TOTAL
1,800 9,400.00
2,100 2,300 12,900.00
Biaya inv per Lpd
188.00
129.00
Biaya O & M Biaya Operasional
Rp/m3
Rp/m3
1,200
1,200
Listrik
400
400
Bahan Kimia
450
450
Personil
750
600
1,200 1,000 5,000.00 129.600 648.000.000
1,200 1,000 4,850.00 259.200 1.257.120.000
1
Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah
2
Pengolahan Lengkap dan SPL
3 4
Penggantian Perbaikan Biaya OM per m 3 ( Rp/m3 ) Produksi Pada Operasi 24 jam ( M 3) Biaya OM per bulan
44
BAB VI KESIMPULAN
6.1
Kesimpulan
Umumnya air baku disungai yang mengalir di Jakarta sudah tercemar oleh air limbah rumah tangga, hal ini mengakibatkan kadar organic/BOD tinggi dengan kekeruhan yang relative rendah terutama pada musim kemarau, Pada musim hujan diperkirakan terjadi pengenceran akibat air hujan dengan akibat kekeruhan meningkat.
6.2
Strategi pengolahan air pada kondisi
Kondisi terburuk I (Kali Cipinang) pengolahan air didahului dengan aerasi,activated sludge pengolahan lengkap saringan pasir lambatkarbon aktif Reverse Osmosis.
Kondisi terburuk II (Kali Cengkareng) yang payau pengolahan air didahului
dengan
aerasi,
pengolahan
lengkap karbon
aktif Reverse Osmosis.
Kondisi Sedang III ( Mookervat, Danau Setia Budi, Kali jati Kramat, Angke, Kali krukut) pengolahan pengolahan air didahului dengan aerasi, pengolahan lengkap saringan pasir lambat karbon aktif.
Kondisi Ringan IV (Kali Baru Timur,Kali Grogol,Kali Sunter) pengolahan air didahului dengan aerasi, pengolahan lengkap lambatkarbon aktif.
45
Tabel 17. Rincian Hasil Sampel
Sumber Air
KUALITAS AIR
Rekomendasi Pengolahan Pretreat t 3
ki a br
m n
D
A
I
B
n i o di
gr
Kali Cengkareng Kali Cipinang
m u
O
5.8 H 119 217
T
.6 .8
p
fi
a
m
g A
0.96 25.1 6.4 2.8
itr S
S
N
N
T
T
ti O
or
ar
l
n
105 16
ti
<0,01
D
i s
1538 30
<0,01 563
o T
315 12
Mookervat
1.2 69
.85 0.73 40.6 13.8 <0,01 484
220 192 0,252 60 205 0,56
Danau Setia Budi
2.8 120
.3
88
Kali jati Kramat
8.3 307
.45 8.08 21.7 0.07 <0,01 384
392 175 46
0.32 25.1 0.16 <0,01 462
16.4 35
.8
1.6 1.6
13
Kali krukut
14.3 124
.3
2.6
23.3 2.9
0.38
208
128 0,63 141 91.9 2,04
1.8
6.2
2.2
0.44
182
81
0.71 11.1 2.6
0.78
234
24
78.9 0,84 96.9 0,364
1.6
0.95
189
26
77.4 0,326
.7
90
1.4
Kali Grogol
.4
15
.9
Kali Sunter
.4
17
1.8
6.3
3.6
2
<0,01 357
P
o
n
i e s PI
A
o
L A
e
ar PI
A
br L P S
158
Kali Angke Kali Baru Timur
6.5
n
L et
ta S
k k
C
t
t a
3 C
ai
n
d/ O
yt
Post Treat
Pilot Plant
Sebagai dasar perencanaan untuk masing masing jenis sumber air perlu dilakukan uji coba di pilot plant selama 6 bulan antara musim kemarau dan hujan.
46
C
a R
O