BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas adalah sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah atau LPG untuk memasak dan untuk penerangan.
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari bahan organik contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian sayuran, limbah industri tahu, ikan pindang dan brem juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi biogas.
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya maka instalasi biogas dapat dibuat dimanapun, artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga. Instalasi biogas dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yangmenengah sampai skala besar untuk kepentingan beberapa rumah secara bersama
Sejarah penemuan biogas diawali dari proses anaerobik yang tersebar di benua Eropa. Ilmuan Volta menemukan gas yang ada di rawa-rawa pada tahun 1770, kemudian avogadro mengidentifikasi tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Pastoer melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian Pastoer menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
Orang yang pertama mengkaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan adalah Alessandro Volta pada tahun 1776, kemudian pada tahun 1806, Willlam Henry dapat mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metan. Becham pada tahun 1868 salah satu murid Louis Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882 memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan metan.
Alat pencerna aerobik atau disebut digester pertamakali dibangun pada tahun 1900. Pada tahun 1950 pemakaian biogas di Eropa mulai ditinggalkan, karena BBM semakin murah dan mudah untuk memperolehnya. Demikian juga di Negara-negara berkembang. Namun, saat ini dengan semakin meningkatnya harga minyakdunia dan kekhawatiran akan habisnya cadangan minyak, maka hamper semua Negara kembali melakukan upaya pencarian sumber energi alternative dan salah satunya adalah biogas.
Di Indonesia, pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi / memangkas subsidi BBM. Dampak selanjutnya adalah masyarakat memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif. Penebangan hutan menjadi tidak terkontrol, sehingga mengancam kelestarian tanaman, mengakibatkan banjir dan tanah longsor, serta menipisnya cadangan air. Oleh karena itu dinas / instansi terkait perlu mendukung program pengembangan biogas di wilayahnya.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan dan pembuatan biogas dari limbah ternak dengan menggunakan reaktor fixed dome mini.
Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini adalah praktikan menjadi tahu bagaimana cara membuat reaktor fixed dome mini, serta mengetahiu cara pemanfaatan limbah ternak untuk di jadikan bahan alternatif untuk pembuatan biogas sehingga limbah ternak memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
BAB II
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat praktikum Pengolahan Limbah Ternak kali ini yang berjudul Pembuatan Biogas dilaksanakan pada dari hari Jum'at, tanggal 10 April 2015 pukul 15.00 WIB s/d selesai, yang bertempat di Laboratorium Gedung C Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun peralatan yang dipakai pada praktikum Pembuatan Biogas ini yaitu Botol aqua 2,5 liter 2 buah, botol aqua 250 ml 1 buah, selang diameter 4 mm sepanjang 2 meter, pipa logam diameter 5 mm sepanjang 50 cm, lem aibon 1 buah, kantong plastic isi 5 kg sebanyak 2 buah, karet ban sepeda/motor, penjepit jemuran kain, NaOH 0,01N 100 m, spuit 20 ml 1 buah, gunting, pisau karter.
3.3 Metoda
Adapun cara kerja pada Praktikum Pengelohan Limbah Ternak kali ini yang berjudul Pembuatan Biogas yaitu praktikan terlebih dahulu membolongkan tutup botol aqua kecil dan besar, lalu kemudian memakai lem aibon agar tidak lepas, lalu masukkan selang ke dalam lobang tutup botol aqua tersebut, sisi selang tersebut masukkan ke dalam plastik, plastik di tempet memakai karet ban, kemudian botol aqua kecil dan besar diisi dengan feses dan air perbandingan nya 1:1. Feses yang telah di encerkan di masukkan ke dalam botol dan ditutup rapat dan selang dijepit dengan penjepitan jemuran.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum Pengelolaan Limbah Ternak diperoleh hasil bahwa komposisi biogas yang digunakan adalah feses kambing dan air. Hal ini dikarenakan ketersediaan feses kambing yang terus ada yang berasal dari peternakan karena feses merupakan material organik yang bisa digunakan sebagai bahan pembuatan biogas. Menurut Willyan (2008), menyatakan bahwa biogas (gas bio) merupakan gas yang ditimbulkan jika bahan-bahan organik, seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah, direndam didalam air dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob. Proses terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar. Secara kimia, reaksi yang terjadi pada pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.
Pembuatan biogas dimulai dengan memasukkan bahan organik kedalam reaktor fixed dome mini , sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut dan menghasilkan gas yang disebut biogas. (Arija, 2007).
Hasil dari praktikum pembuatan biogas dengan pemanfaatan kotoran kambing sebagai bahan baku serta menggunakan reaktor fixed dome mini adalah sebagai berikut :
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2008) yang menyatakan bahwa biogas merupakan gas yang ditimbulkan jika bahan-bahan organik direndam dalam air dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob. Sedangkan menurut Simamora, et,al (2006) proses terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan oraganik yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar.
Kotoran kambing merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternative biosa. Kotoran kambing semakin menumpuk dengan semakin bertambahnya jumlah populasi kambing. Pengolahan kotoran kambing untuk dijadikan pupuk tanaman sudah banyak dibahas. Akan tetapi ada suatu kenginan untuk mencoba kotoran kambing ini dapat diproses terlebih dahulu menjadi biogas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga. Setelah pemanfaatan kotoran ini menjadi sumber energi, sisanya tetap dapat dimanfaatkan juga sebagai pupuk organik yang tetap memiliki kualitas sebagai penyubur tanah dan tanamn. Jadi ada dua keuntungan yang di peroleh dengan melakkan pengolahan menjad biogas ini.
Juerini, dkk, (2010) yang menyatakan bahwa pada umumnya peternakan kambing oleh warga umumnya untuk sebagai kambing pedaging. Dengan berkembang nya usaha ini juga menimbulkan beberapa masalah yaitu mengenai hasil samping dari peternakan yang berupa kotoran kambing. Kurangnya penanganan pada hasil sampingan ini mengakibatkan banyak nya pencemaran di sekitar lingkungan peternakan. Selain menggangu aktifitas di peternakan, hal ini juga berdampak pada aktivitas warga sekitar. Terutama pada kandungan gas metan (CH4) yang cukup tinggi dapat dipastikan akn mengakibatkan pencemaran udara yang cukup bahaya juga. (Aelita,2013).
Pemanfaatan limbah peternakan ( kotoran ternak ) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naik naik nya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar gas, apalagipemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas dengan fermentasi anaerob dan menggunakan bakteri methanogen dapat mendukung penerapan konsep zero waste, sehingga praktik pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat di capai. (Ariani,2011).
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang Pembuatan Biogas yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami kondisi anaerob. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metan (CH4) sebesar 50-70%, gas karbondioksida (CO2) sebesar 30-40%, hydrogen 5-10% dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit.
5.2 Saran
Untuk para praktikan yang mengikuti pratikum diharapkan kehatian dan ketelitiannya dalam bekerja, karena dengan kehati-hatian dan kedisiplinan maka pratikum akan berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan diharapkan pada para praktikan agar dapat meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya demi kelancaran dan suksesnya menjalani praktikum.
7