LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN ALP (ALKALINE PHOSPATASE)
Oleh Kelompok VII Ni Wayan Desi Jumanti
(P07134012004) (P07134012004)
Ni Kadek Ratnayanti
(P07134012014) (P07134012014)
Carin Indhita Carolina
(P07134012024) (P07134012024)
I Made Dwi Sumarajaya Sumarajaya
(P07134012034) (P07134012034)
Ni Putu Rani Suramayanti
(P07134012044) (P071340120 44)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2014
Pemeriksaan ALP (Alkaline Phospatase) Hari, tanggal praktikum : Selasa, 4 Juni 2014
I.
Tujuan a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan alkaline phospatase (ALP) pada serum 2. Mahasiswa mampu memahami teknik/cara pemeriksaan alkaline phospatase (ALP) pada serum b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Untuk mengetahui pemeriksaan alkaline phospatase (ALP) 2. Untuk mengetahui kadar alkaline phospatase (ALP) dari serum yang diperiksa. II.
Metode
Metode fotometrik kinetic berdasarkan German Society of Clinical Chemistry (DGKC) III.
Prinsip
Alkaline
phospatase
mengkatalisa
dalam
media
alkali
yang
mentransfer
p-
nitrophenylphospate menjadi p-nitrofenol. Kenaikan p-nitrofenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktivitas alkali phospatase dalam sampel. IV.
Dasar Teori A. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga perut sebelahkanan atas, berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu
yang
dipersatukan
selaput
jaringan
ikat
(capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yang telah tua disebut histiosit (Wahyu, 2014). Hati manusia dewasa normal memiliki massa sekitar 1,4 Kg atau sekitar 2.5% dari massa tubuh. Letaknya berada di bagian teratas rongga abdominal, disebelah kanan, dibawah diagfragma dan menempati hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan sebagian epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada dibawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Permukaannya dilapisi pembuluh darah yang keluar masuk hati (Nur Hayati, 2013). Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bakteri serta obat-obatan. Zat warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan haemoglobinnya dilepas (Wahyu, 2014). Hati pada manusia memiliki fungsi yang banyak, lebih dari 500 fungsi hati. Beberapa fungsi hati yang penting antara lain menetralisir racun dalam tubuh sebagai organ yang mengontrol lemak, asam amino dan kadar gula dalam darah, memerangi infeksi, memproses makanan yang sudah selesai dicerna oleh usus halus, mengatur kerja empedu, menghasilkan enzim dan protein yang berguna untuk berbagai proses dalam tubuh seperti dalam proses pembekuan darah dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak. Fungsi hati biasanya tetap akan berfungsi dengan baik tanpa dipengaruhi faktor umur. Namun, beberapa "musuh" yang dapat merusak hati antara lain karena konsumsi alkohol yang berlebihan, perlemakan hati dan virus hepatitis yang menyerang hati. Pemeriksaan dini terhadap fungsi hati dapat menyelamatkan hati agar dapat tetap menjalankan fungsinya.
B. Pemeriksaan Fungsi Hati
Pemeriksaan uji fungsi hati merupakan salah satu pemeriksaan kimia klinik yang sering diminta oleh para dokter klinisi. Hal ini dikarenakan peran hati sebagai organ tubuh yang penting, dan penyakit yang mengenai hati atau berkaitan dengan perubahan fungsi hati cukup sering dijumpai. Fungsi hati yang merupakan organ pusat metabolisme banyak macamnya. Karena itu uji fungsi hati juga banyak jenisnya. Untuk menilai fungsi hati, mendeteksi adanya gangguan dan menegakkan diagnosisnya diperlukan pemahaman tentang
fungsi hati, jenis fungsi hai dan patofisiologi jenis-jenis penyakit hati. Umumnya pemeriksaan dilakukan dengan beberapa jenis uji fungsi hati sebagai suatu panel.
C. Pemeriksaan ALP (Alkaline Phosphatase)
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang (Siti B. Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu. 1989). Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan) (Sesuri, 2012). Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus. Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.
Jika gambaran klinis tisak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzimisoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine aminopeptidase (LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu (E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, 2008). Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat (mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
D. Nilai Rujukan
DEWASA : 42 – 136 U/L, ALP1 : 20 – 130 U/L, ALP2 : 20 – 120 U/L, Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa
ANAK-ANAK : Bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 U/L), Anak berusia lebih tua (13 – 18 th) : 50 – 230 U/L.
E. Masalah Klinis
Peningkatan Kadar : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis,
hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid (aktif), ulkus. Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid, beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat.
Penurunan Kadar : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C),
hipofosfatasia, anemia pernisiosa, isufisiensi plasenta. Pengaruh obat : oksalat, fluoride, propanolol (Inderal)
F. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Sampel hemolisis,
Pengaruh obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat ),
Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya,
Usia pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP),
Kehamilan
trimester
akhir
sampai
3
minggu
setelah
melahirkan
dapat
meningkatkan kadar ALP (Riswanto, 2009).
V.
Alat dan Bahan a. Alat :
- Tabung reaksi - Mikropipet 20 µl dan 500µl - Yellow tip dan blue tip - Kuvet - Spektrofotometer
b. Bahan
- Reagen 1 ALP FS - Reagen 2 ALP FS Dari reagen 1 dan reagen 2 dibuat monoreagen yaitu dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 (20 ml dan 5 ml) - Sampel serum
VI.
Cara Kerja
1. Semua alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. 2. Dipipet 1000µl monoreagen ALP FS, dimasukkan kedalam tabung reaksi. 3. Ditambahkan 20 µl sampel serum kedalam tabung reaksi tadi. 4. Stopwatch dihidupkan setelah sampel ditambahkan kedalam monoreagen.
5. Absorbansi larutan ini diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm. 6. Absorbansi dibaca pada menit ke-1, 2, dan 3. 7. Hasil data absorbansi sampel dicatat lalu dilakukan perhitungan kadar alkaline phospatase dari sampel serum yang diperiksa.
VII.
Interpretasi Hasil
DEWASA : 42 – 136 U/L, ALP1 : 20 – 130 U/L, ALP2 : 20 – 120 U/L, Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa
ANAK-ANAK : Bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 U/L), Anak berusia lebih tua (13 – 18 th) : 50 – 230 U/L.
VIII.
Hasil Pengamatan
Kode sampel serum : 1 Gambar
Keterangan
Pemipetan 1 ml monoreagen dengan pipet ukur ke dalam tabung serologi
Pemipetan 20 µl serum sampel dengan mikropipet. Lalu dihomogenkan dengan reagen dalam tabung serologi
Campuran reagen dan sampel. Campuran berwarna kekuningan
Pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm.
Hasil pengukuran absorbansi Waktu
Absorbansi
1 menit
0,337
2 menit
0,340
3 menit
0,347
Selisih menit 2 dan 1 = 0,340 - 0,337 = 0,003 Selisih menit 3 dan 2 = 0,347 – 0,340 = 0,007 Rata-rata = (0,003+0,007) / 2 = 0,005
Pengukuran kadar ALP sampel serum 1: ALP
= rata-rata pengukuran x factor pengali pada panjang gelombang 405 nm = 0,005 X 3433 = 17,165 µ/L
IX.
Pembahasan
Uji Fungsi hati merupakan salah satu pemeriksaan kimia klinik yang seringdiminta oleh para dokter klinisi. Hal ini dikarenakan peran ahti yang sebagi organ tubuh yang penting, dan penyakit yang mengenai hati atau berkaitan dengan perubahan fungsi hati cukup sering dijumpai. Fungsi hati yang merupakan organ pusat metabolism banyak macamnya. Karena itu uji fungsi hati juga banyak jenisnya. Untuk menilai fungsi hati, mendeteksi adanya gangguan dan menegakkan diagnosisnya diperlukan pemahaman tentang fungsi hati, jenis uji fungsi hati, dan patofisiologi jenis-jenis penyakit hati. Umumnya pemeriksaan dilakukan dengan beberapa jenis uji fungsi hati sebagai suatu panel. Salah satu pemeriksaan fungsi hati yang sering dilakukan adalah pemeriksaan ALP. Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang. Enzim ALP biasanya hadir dalam konsentrasi tinggi pada darah yang tumbuh dan empedu dan dalam konsentrasi rendah pada darah. Fosfatase alkali dilepaskan ke dalam darah dalam jumlah yang meningkat selama kerusakan sel-sel hati seperti pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik dan selama aktivitas normal seperti pertumbuhan tulang dan kehamilan. Tingkat abnormal rendah fosfatase alkali hadir dalam kondisi genetik dan hipotiroidisme. Zat ini diukur dalam tes darah rutin. Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal akibat pertumbuhan tulang. Pada Praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar
ALP
(alkaline phosphatase),
fdengan metode kolorimetri menggunakan alat spektrofotometer, berdasarkan prinsip yakni Alkali phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang mentransfer p-nitrophenylphospate menjadi p-nitrofenol. Kenaikan p-nitrofenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktifitas alkali phosphatase dalam sampel. Sampel yang digunakan adalah sampel serum dengan kode sampel 1. Hal yang petama yang harus dilakukan
adalah menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar karena sampel yang digunakan merupakan sampel yang infeksius. Disiapkan dua buah tabung, tabung pertama sebagai blanko yang berisi aquades. Tabung yang kedua sebagai tes yang berisi 1000 µl monoreagen ALP FS kemudia ditambah 20 µl sampel serum. Kemudian ditunggu selama 1 menit untuk membiarkan agar reaksi berlangsung optimal, setelah 1 menit dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 405 nm. Absorbansi diukur selama 1 menit, 2 menit dan 3 menit berikutnya. Pada praktikum kali ini diperoleh nilai absorbansi : Menit
Absorbansi Pada panjang gelombang 405 nm
1 menit
0,337
2 menit
0,340
3 menit
0,347
Setelah diperoleh nilai absorbansi dai menit ke 1 sampai ke 3, dilakukan perhitungan kadar ALP pada serum dengan menggunakan rumus : ALP
= hasil pengukuran x factor pengali pada pangjang gelombang 405 nm = 0,005 x 3433 = 17,165 µ /l Sesuai perhitungan diperoleh kadar ALP (alkali phosphate) pada sampel kode 1 yakni
17,165 µ/l. Nilai normal kadar ALP untuk orang dewasa adalah <170 µ /l. Dari hasil tersebut maka pasien sampel kode 1 memilki kadar ALP normal. Syarat bahan pemeriksaan :
-
Spesimen terbaik : Serum
-
Tidak berasal dari darah yang hemolis
-
Bila pemeriksaan akan ditunda serum disimpan 2˚ -8˚C
-
Penundaan pemeriksaan tdk boleh lebih dari 2 hari
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Sampel hemolisis, 2.
Pengaruh obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat),
3. Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya,
4. Usia pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP), meningkatnya kadar ALP terjadi karena pada usia muda tulang sedang mengalami proses petumbuhan sehingga kadar ALP meningkat. 5. Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan kadar ALP.
X.
Kesimpulan
1. ALP merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast 2. Kadar ALP sampel kode 1 adalah 17,165 µ /l yang termasuk dalam batas normal
XI.
Daftar Pustaka
D.N. Baron, alih bahasa : P. Andrianto, J. Gunawan. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik , Edisi 4. Jakarta : EGC E.N. Kosasih & A.S. Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik , Edisi 2. Tangerang : Karisma Publishing Group. Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik , Edisi 9. Jakarta :EGC Nur Hayati, 2013, Fungsi dan Pengertian Hati pada Manusia, online, http://nhinspiration.blogspot.com/2013/01/fungsi-dan-pengertian-hati-pada-manusia.html, 14 Juni 2014 Riswanto,
2009,
Fosfatase
Alkali,
online,
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/fosfatase-alkali.html, 14 Juni 2014 Sesuri,
2012,
Pemeriksaan
Fungsi
Hati,
http://sesuri.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-fungsi-hati_287.html,
online, 14
Juni
2014 Siti B. Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu. 1989. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9. Jakarta : EGC The Royal College of Pathologists of Australasia. 1990. Manual of Use and Interpretation of Pathology Tests. South Australia : Griffin Press Ltd., Netley Wahyu,
2014,
Pengertian
Hati,
http://www.scribd.com/doc/36497178/PENGERTIAN-HATI, 14 Juni 2014
online,
Denpasar, 18 Juni 2014 Praktikan
a.n Kelompok VII
Pengesahan Mengetahui, Pembimbing I
(D. G. D Dharma Santhi, S.Si.,Apt.,M.Si)
Pembimbing III
(Luh Putu Rinawati, A.Md.AK)
Pembimbing II
(Drs. A. A. N. Santa A.P)
Pembimbing IV
(Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md.AK)