1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam dengan mengunakan alat mikroskop.
Untuk daerah Gorontalo sendiri, belum terlalu banyak bahkan hampir tidak ada literatur mengenai studi mikrofosil. Oleh karena itu, praktikum yang dilaksanakan ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum mengenai kondisi geologi,kandungan fosil, serta mikrofosil pada batuan yang ada di lokasi praktikum.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi dan kandungan fosil serta mikrofosil pada batuan di lokasi praktikum.
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
Dapat memberikan gambaran umum kepada mahasiswa mengenai kondisi geologi yang ada pada lokasi praktikum.
Dapat memberikun gambaran umum bagaimana kondisi fosil yang dijumpai pada batuan yang ada di lokasi praktikum.
Dapat memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai studi Mikropaleontologi.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1. Geomorfologi
Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lengan utara Sulawesi. Secara fisiografis, yaitu pembagian zona bentang alam yang merupakan representasi batuan dan struktur geologinya, Gorontalo dapat dibedakan ke dalam empat zona fisiografis utama, yaitu Zona Pegunungan Utara Telongkabila-Boliohuto, Zona Dataran Interior Paguyaman-Limboto, Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato (Van Bemelen,1949, dalam Brahmantyo, 2010).
Gambar 2.1 Peta Fisiografi Sulawesi (Bemmelen 1949)
Zona Pegunungan Utara Telongkabila-Boliohuto umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan gunung api berumur Miosen – Pliosen (kira-kira 23 juta hingga 2 juta tahun yang lalu). Umumnya terdiri dari batuan beku intermedier hingga asam, yaitu batuan-batuan intrusif berupa diorit, granodiorit, dan beberapa granit. Batuan lainnya merupakan batuan sedimenter bersumber dari gunung api terdiri dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.
Zona kedua merupakan cekungan di tengah-tengah Provinsi Gorontalo, yaitu Dataran Interior Paguyaman-Limboto. Dataran yang cukup luas yang terbentang dari Lombongo sebelah timur Kota Gorontalo, menerus ke Gorontalo, Danau Limboto, hingga Paguyaman, dan Botulantio di sebelah barat, merupakan pembagi yang jelas antara pegunungan utara dan selatan. Dataran ini merupakan cekungan yang diduga dikontrol oleh struktur patahan normal seperti dapat diamati di sebelah utara Pohuwato di Pegunungan Dapi-Utilemba, atau di utara Taludaa di Gunung Ali, Bone.
Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan sedimenter gunung api berumur sangat tua di Gorontalo, yaitu Eosen – Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi diorit, granodiorit, dan granit berumur Pliosen. Batuan gunung api tua umumnya terdiri dari lava basalt, lava andesit, breksi, batu pasir dan batu lanau, beberapa mengandung batu gamping yang termetamorfosis. Seperti halnya di utara, asosiasi batuan-batuan tersebut juga membawa pada kandungan mineral logam emas yang ditambang secara manual oleh rakyat, seperti di Bone Pantai, Tilamuta, dan Gunung Pani, Marisa.
Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato. Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis Wallacea, burung maleo.
Dari zona fisiografis di atas, maka daerah yang menjadi lokasi praktikum berada pada zona Limboto untuk stasiun 1 dan zona Pegunungan Selatan untuk stasiun 2.
2.2. Stratigrafi
Geologi daerah penelitian secara regional dapat dibagi ke dalam 3 kelompok batuan secara umum, yaitu kelompok batuan sedimen (endapan), kelompok batuan vulkanik (gunung api), dan kelompok batuan terobosan (intrusi). Kelompok batuan sedimen terdiri dari Batugamping Klastika, Endapan Danau, dan Batugamping Terumbu. Batugamping Klastika (TQl) terdiri dari kalkarenit, kalsirudit, dan batugamping koral, batuan ini menyebar pada daerah Limboto Barat dan sekitarnya, Endapan Danau (Qpl) terdiri dari batulempung kelabu, setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit, batupasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai dibeberapa tempat, satuan ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor mencapai 94m (Trail, 1974). Batugamping Terumbu (Ql) batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik dengan komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai didaerah pantai selatan dan setempat di dekat Panong, daerah pantai utara. Kelompok batuan vulkanik (gunungapi) terdiri dari Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv) yang mempunyai litologi terdiri dari aglomerat, tufa, lava yang bersifat intermedit sampai basa berumur Pliosen Atas hingga Plistosen. Kelompok batuan terobosan (intrusi) yakni Diorit Bone (Tmb) yang mempunyai litologi seperti diorit kuarsa, diorit, granodiorit, granit. Diorit kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa, dengan keragaman diorit, granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai didaerah S. Bone. Satuan ini menerobos Batuan Gunungapi Bilungala maupun Formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.
2.3. Struktur Geologi
Pulau Sulawesi dan sekitarnya, khususnya Sulawesi bagian utara merupakan salah satu margin aktif yang paling rumit dalam jangka waktu geologi, struktur dan juga tektonik. Wilayah ini merupakan pusat pertemuan tiga lempeng konvergen, karena interaksi tiga kerak bumi utama (lempeng) di masa Neogen (Simandjuntak, 1992). Konvergensi ini menimbulkan pengembangan semua jenis struktur di semua skala, termasuk subduksi dan zona tumbukan, sesar dan thrust. Saat ini sebagian besar struktur Neogen dan beberapa struktur pra-Neogen masih tetap aktif atau aktif kembali. Struktur utama termasuk Subduksi Sulawesi Utara (North Sulawesi Trench / Minahasa Trench), Sesar Gorontalo, Sulu Thrust, dan tumbukan ganda laut Maluku (Molluca sea collition) seperti ditampilkan dalam gambar berikut.
Zona Subduksi Sulawesi Utara
Subduksi Sulawesi Utara (North Sulawesi Trench) diinterpretasikan merupakan zona subduksi konvergen antara Laut Sulawesi dan Lengan Utara Sulawesi. Zona subduksi Sulawesi Utara termasuk kedalam sistim penunjaman yang relatif tua (dying subduction) yang robekannya berkembang ke arah timur sepanjang tepian utara Sulawesi. Penunjaman Sulawesi Utara menyusup dengan sudut kemiringan sekitar 14º dan benioff zone menunjam sampai kedalaman 170-180 km, dengan sudut kemiringan sekitar 45º. Magnitudo maksimum (Mmax) gempa bumi di zona Subduksi Sulawesi Utara mencapai 8,0 dengan periode ulang gempa bumi sekitar 234 tahun (Kertapati, 2006).
Sesar Gorontalo
Pada bagian utara Pulau Sulawesi, secara morfologi akan terlihat kenampakan empat segmen sesar (Hall and Wilson, 2000). Bagian tengah dari utara Pulau Sulawesi terbagi kedalam tiga block yang kecil. Pada bagian timur dari lengan utara Pulau Sulawesi diberi nama Block Manado, yang bebas dari pengaruh North Sula Block. Sehingga secara geologi jelas terlihat pemisahan yang diakibatkan adanya Sesar Gorontalo.
Merujuk pada Afandi dan Bachri (1997) Sesar mendatar terbesar adalah sesar Gorontalo yang berdasarkan analisa kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30o dapat dibeberapa tempat khususnya batuan gunung api Bilungala.
Gambar 2.2 Peta Tektonik Pulau Sulawesi (Hall and Wilson, 2000)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Lokasi,Waktu, dan Kesampaian Daerah
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Desember 2016 pukul 07.00 pagi. Lokasi pertama praktikum berada di Desa Pentadio Barat, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Daerah tersebut berjarak sekitar 8 Km dari Kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo dan ditempuh dengan kendaraan roda dua. Kemudian dilanjutkan menuju lokasi kedua berada di Desa Tanjung Keramat, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo. Lokasi tersebut berjarak sekitar 11 Km dari kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo dan ditempuh dengan kendaraan roda dua.
Metode Praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan metode observasi dengan pengamatan secara langsung dilapangan dengan cermat pada daerah praktikum.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja lapangan ini meliputi tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap laporan data.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang diperlukan yaitu meliputi studi literatur tentang geologi regional daerah penelitian, dan pemahaman mengenai Mikropaleontologi daerah penelitian. Persiapan selanjutnya mengenai administrasi menyangkut penyediaan dana untuk keperluan praktikum baik transportasi maupun konsumsi. Dan yang terakhir adalah penyediaan alat dan bahan yang diperlukan guna dilapangan seperti palu,larutan hcl,kompas,GPS dll.
Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data praktikum diawali dengan penentuan lokasi yang akan diteliti atau setiap stasiun yang ditentukan, melakukan pengamatan dan pencatatan tentang litologi dan unsur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian, kemudian deskripsi serta pengambilan sampel setiap titik (stasiun).
Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dibuat dan diolah berdasarkan data yang diperoleh dilapangan kemudian membuat sketsa data dilapangan sebagai gambaran keadaan dilapangan.
Tahap Laporan Data
Tahap laporan data ini meliputi pembuatan laporan akhir hasil praktikum, hingga pengumpulan laporan dan presentasi.
TAHAP PERSIAPANSTUDI LITERATURPENGURUSAN ADMINISTRASIPENYIAPAN ALAT DAN BAHANTAHAP PENGAMBILAN DATAPENENTUAN LOKASI/ STASIUNOBSERVASI DAN PENCATATAN UNSUR-UNSUR GEOLOGIPENGAMBILAN DATATAHAP PENGOLAHAN DATATAHAP PELAPORANLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
TAHAP PERSIAPAN
STUDI LITERATUR
PENGURUSAN ADMINISTRASI
PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN
TAHAP PENGAMBILAN DATA
PENENTUAN LOKASI/ STASIUN
OBSERVASI DAN PENCATATAN UNSUR-UNSUR GEOLOGI
PENGAMBILAN DATA
TAHAP PENGOLAHAN DATA
TAHAP PELAPORAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
Gambar 3.1 Diagram alir tahapan penelitian
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
Palu Geologi
Palu digunakan untuk mengambil sampel.
Gb.3.2. Palu Geologi
Gb.3.2. Palu Geologi
GPS (Global Positioning System)
GPS Oregon tipe 550 digunakan untuk menentukan titik koordinat yang menjadi lokasi (stasiun) pengambilan data.
Gb 3.3. GPS
Gb 3.3. GPS
Kamera
Digunakan untuk mengambil foto-foto di lapangan.
Gb 3.4. Kamera
Gb 3.4. Kamera
Alat tulis
Digunakan untuk mencatat data-data yang di dapatkan di lapangan.
Gb 3.5 Alat Tulis
Gb 3.5 Alat Tulis
Kompas Geologi tipe Brunton
Digunakan untuk membaca arah dan mengukur dip/slope.
Gb3.6. Kompas Geologi
Gb3.6. Kompas Geologi
3.1.2. Bahan
Batu baterai
Sebagai sumber listrik GPS.
Gb 3.7Batu Baterai
Gb 3.7Batu Baterai
HCl
Digunakan untuk menguji senyawa karbonat yang ada dalam batuan.
Gb. 3.8 Larutan HCL
Gb. 3.8 Larutan HCL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Observasi Lapangan
4.1.1. Stasiun 1
Waktu : Sabtu, 10 Desember 2016 / 09.00 Wita
Cuaca : Cerah
Tempat : Sekitar Kampus UMG, Desa Pentadio Barat, Kec. Telaga Biru, Kab. Gorontalo
Koordinat : N 00o37'09.0" / E 123o00'56.6"
N 00o29'30.7" / E 123o02'51.2"
Elevasi : 23 mdpl
Pembahasan :Terdapat singkapan batuan sedimen dalam kondisi lapuk. Terdapat perlapisan dengan litologi batu pasir halus, tuf,dan batugamping, batas perlapisan tegas, kontak selaras, terdapat shear fracture dengan kedudukan N 1540E/ 200 SW, singkapan bagian atas sudah didominasi oleh batuan karbonat bioklastik,. Batu pasir halus berwarna abu-abu,berbutir seragam,ukuran butir find sand, porositas baik,sortasi baik, kompak, merupakan batu pasir arkose. Tuf berwarna kuning kecokelatan, semen silika, sortasi baik, porositas baik, bentuk butir seragam, kompak, ukuran butir low very find sand. Batugamping mempunyai fragmen fosil moluska, semen karbonatan, berwarna putih keabu-abuan, sortasi baik, bentuk butir seragam, kemas terbuka, porositas baik, kompak, merupakan kalsirudit.
Gambar 4.1. Foto singkapan (diambil dengan arah U – S) (a) Tuff, (b) batu pasir, dan (c) Kalsirudit.
4.1.2. Stasiun 2
Waktu : Sabtu, 10 Desember 2016 / 09.00 Wita
Cuaca : Cerah
Tempat : Pantai Tanjung Keramat, Kec. Hulonthalangi, Kota Gorontalo
Koordinat : N 00o29'30.7" / E 123o02'51.2"
Pembahasan : Terdapat singkapan batuan sedimen berupa batugamping. Warna singkapan putih segar, dengan warna lapuk keabuan. Terdapat dua satuan, dimana satuan pertama mempunyai ciri warna putih, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk butir menyudut, matriks berupa pasir kasar sampai medium, dengan fragmen berupa terumbu kecil dan gastropoda. Nama batuan ini adalah kalkarenit (Harsolumakso,2015). Untuk satuan kedua mempunyai ciri berwarna putih untuk keadaan segar, dan hitam keabuan untuk kondisi lapuk, sortasi buruk, bentuk butir menyudut, kemas terbuka, fragmen berupa terumbu karang, matriks berupa pasir kasar, dan semen merupakan karbonat, nama batuannya adalah batugamping terumbu (Harsolumakso,2015). batuan ini diduga terendapakn secara insitu disekitar laut dankal hingga bibir pantai dilihat dari banyaknya banyaknya terumbu karang yang terendapkan, didaerah laut dangkal yang cukup kaya akan oksigen dan pengaruh matahari yang membantu dalam hal pembentkan terumbu – Autocthonous bufflestone (Embry dan Klovan, 1971) di daerah back reff).
ab
a
b
Gambar 4.2. Foto Singkapan di lapangan st. 2 (a) bt. Gamping terumbu (b) kalkarenit (Kamera foto singkapan menghadap ke utara-barat)
Hampir keseluruhan daerah penelitian menunjukan kemiringan lereng datar hingga curang sekali hal tersebut menjelaskan adanya penyingkapan batuan dilapangan seperti yang telah ditemukan, terjadinya proses denudasional yang cukup kuat, rawan terjadinya runtuhan batu dan jarangnya kerapatan vegetasi (Van Zuidam, 1985). Dataran pantai dan dataran teras terumbu dapat di temui di sepanjang pesisir pantai daerah Tanjung Kramat dan setempat di lokasi Rektorat baru Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Berdasarkan data pengamatan lapangan berbagai macam satuan yang mencirikan berbagai formasi regional oleh Apandi & Bachri, (1997), Bachri, dkk. (1993) dan Rudyawan, dkk (2014) seperti satuan Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv),Batugamping Klastika (TQl), Endapan Danau (Qpl),dan Batugamping Terumbu (Ql). Di daerah pembangunan Rektorat baru Universitas Muhammadiyah Gorontalo terdapat satuan batupasir yang merupakan satuan dari formasi Qpl (Endapan Danau), satuan tuff yang masuk dalam formasi TQpv (Batuan Gunungapi Pinogu) ,dan satuan kasirudit yang masuk dalam formasi TQl (Batugamping Klastika). Untuk daerah Tanjung Keramat, satuan batugamping yang dijumpai masuk dalam satuan Batugamping Terumbu (Ql) (Apandi dan Bachri, 1997).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada lokasi penelitian yang pertama di dapati batu gamping bioklastik yaitu kalsirudit yang mengandung fragmen fosil kerang E. olivacea batu gamping ini berasosiasi dengan batu pasir, dan tuff. Pada lokasi yang ke dua didapati singkapan batu gamping terumbu allocantheous baffelston yang menandakan bahwa batu gamping ini terdapat pada back reef.
Satuan geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan denudasional di daerah Universitas Muhamadiyah Gorontalo, dan dataran pantai serta dataran teras terumbu di daerah Tanjung Keramat.
Adapun satuan batuan yang dijumpai di daerah praktikum yaitu berupa satuan tuff (TQpv), Kalsirudit (TQl), batu pasir (Qpl),serta kalkarenit dan batugamping terumbu (Ql).
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik sumbangsi dalam bentuk tenaga dan pemikiran, sehingga laporan akhir penelitian mikropaleontologi ini selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, T.,dan Bachri,S.1997. Peta Geologi Lembar Kota Mobagu,Sulawesi Skala 1:250000.Bandung: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi
Brahmantyo,B.2010. "Gorontalo, Totonu Yio", Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Gorontalo, Bakosurtanal 2009 on http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=318 diakses pada 14 Desember 2016.
Embry, A. F. and Klovan, J. E., 1971, A late Devonian reef tract on northeastern Banks Island Northwest Territories. Bulletin Canadian Petroleum Geologists, v. 19, p. 730-781.
Sopotan, F.Amstrong.2012.Strukur Geologi Sulawesi.Bandung:Perpustakaan Sains Kebumian ITB