LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH
OLEH
KELOMPOK III
Silvana Herman 1311111030
Thre Bintang Fernandes 1411111005
Reyhan Alfarabby Pratama 1411111013
Monica Guspa 1411111022
Maulana Yuda Anantama 1411111025
Haimiccita Ratna 1411111028
Intan Pertiwi 1411112007
Anggie Yulia Sari 1411112008
Viona Yoelandhari 1411112013
Rival Lidra 1411112019
Juli Arifiansyah Sinambela 1411112030
Rahmad Revi 1411112032
ASISTEN LAPANGAN
Uswatun Hasanah 1311111023
ASISTEN PENANGGUNGJAWAB
Muhammad Zulfikar Iqbal 37/LWRE/2015
KOORDINATOR ASISTEN
Jendrivaldi 36/LWRE/2015
LAND AND WATER RESOURCES ENGINEERING LABORATORY
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH
LAND AND WATER RESOURCES ENGINEERING LABORATORY
Menyetujui / Mengesahkan
Padang, April 2016
ASISTEN LAPANGAN
Uswatun Hasanah
1311111023
ASISTEN PENANGGUNGJAWAB
Muhammad Zulfikar Iqbal
37/LWRE/2015
KOORDINATOR ASISTEN
Jendrivaldi
36/LWRE/2015
KEPALA LABOR LWRE
Dr. Ir. Eri Gas Ekaputra, MS.
NIP. 196212051993021001
LEMBAR ASISTENSI AKHIR
Laporan ini telah diperiksa oleh semua asisten Land and Water
Resources Engineering Laboratory.
ASISTEN LAPANGAN
"No "Nama "No. BP "Tanda Tangan "
"1. "Reza Muhammad Zamhur "1311111010 " "
"2. "Uswatun Hasanah "1311111023 " "
"3. "Candra Isrami Amry "1311111033 " "
"4. "Asra Fitra Hasan "1311112002 " "
"5. "Dea Evantri "1311112009 " "
"6. "Rafles Nugroho "1311112019 " "
ASISTEN PENANGGUNGJAWAB
"No "Nama "No. BP "Tanda Tangan "
"1. "Muhammad Zulfikar "37/LWRE/2015" "
" "Iqbal " " "
"2. "Yelvi Yusna "38/LWRE/2015" "
"3. "Ahmad Habibi "39/LWRE/2015" "
"4. "Doki Wardiman "40/LWRE/2015" "
"5. "Angria Resti "41/LWRE/2015" "
Padang, April 2016
Koordinator Asisten
Jendrivaldi
36/LWRE/2015
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur senantiasa kami perbaharui kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya
kepada kami sebagai penulis, khususnya dalam penyelesaian Laporan Akhir
Praktikum Ilmu Ukur Wilayah yang telah kami jalani di Land And Water
Resources Engineering Laboratory selama satu semester ini.
Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh saat
melaksanakan praktikum di lapangan. Dengan selesaainya laporan akhir
praktikum ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam menyelesaikan penulisan baik berupa moril maupun materi.
Ucapan terima kasih terutama kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Ilmu
Ukur Wilayah. Selanjutnya kepada asisten yang telah berkenan membimbing
kami selama praktikum dan teman-teman serta rekan kelompok.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan ini,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menjadi
acuan perbaikan kami kedepan dan memiliki manfaat bagi pembaca.
Padang, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ASISTENSI AKHIR
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 2
1.3 MANFAAT 3
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM 4
2.1 ALAT UKUR SEDERHANA 4
2.1.1 Latar Belakang 4
2.1.2 Tujuan 4
2.1.3 Manfaat 4
2.1.4 Tinjauan Pustaka 5
2.1.5 Metode Praktikum 11
2.1.6 Hasil dan Pembahasan 12
2.1.7 Kesimpulan dan Saran 14
2.2 POLIGON 15
2.2.1 Latar Belakang 15
2.2.2 Tujuan 15
2.2.3 Manfaat 15
2.2.4 Tinjauan Pustaka 16
2.2.5 Metode Praktikum 21
2.2.6 Hasil dan Pembahasan 22
2.2.7 Kesimpulan dan Saran 24
2.3 GLOBAL POSITIONING SYSTEM 25
2.3.1 Latar Belakang 25
2.3.2 Tujuan 25
2.3.3 Manfaat 25
2.3.4 Tinjauan Pustaka 26
2.3.5 Metode Praktikum 31
2.3.6 Hasil dan Pembahasan 32
2.3.7 Kesimpulan dan Saran 35
2.4 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 36
2.4.1 Latar Belakang 36
2.4.2 Tujuan 37
2.4.3 Manfaat 37
2.4.4 Tinjauan Pustaka 38
2.4.5 Metoda Praktikum 42
2.4.6 Hasil dan Pembahasan 44
2.4.7 Kesimpulan dan Saran 46
2.5. DETAIL SITUASI 47
2.5.1 Latar Belakang 47
2.5.2 Tujuan 47
2.5.3 Manfaat 47
2.5.4 Tinjauan Pustaka 48
2.5.5 Metoda Praktikum 53
2.5.6 Hasil dan Pembahasan 55
2.5.7 Kesimpulan dan Saran 57
2.6 SPOT HEIGHT 58
2.6.1 Latar Belakang 58
2.6.2 Tujuan 58
2.6.3 Manfaat 58
2.6.4 Tinjauan Pustaka 59
2.6.5 Metode Praktikum 66
2.6.6 Hasil dan Pembahasan 67
2.6.7 Kesimpulan dan Saran 69
BAB III PENUTUP 70
3.1. Kesimpulan 70
3.2. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA
FLOWCHART
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Meteran 8
Gambar 2. Kompas 10
Gambar 3. Mistar 10
Gambar 4. Poligon Terbuka 18
Gambar 5. Poligon Tertutup 19
Gambar 6. Macam-Macam Poligon 19
Gambar 7. Theodolite 20
Gambar 8. GPS 29
Gambar 9. Peta Administratif Indonesia 43
Gambar 10. Peta Digitasi Masjid dan Mushala 44
Gambar 11. Peta Detail Situasi 52
Gambar 12. Spot Height 63
Gambar 13. Kontur 64
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jarak dari pengukuran kompas dan meteran 12
Tabel 2. Data Koordinat Poligon 22
Tabel 3. Data Marking 32
Tabel 4. Perhitungan Detail Situasi 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara beriklim tropis, dimana negara Indonesia
mata pencaharian utamanya dari sektor pertanian. Namun, dengan keadaan
pertanian yang masih konvensional membuat Indonesia masih mengimpor produk
pertanian dari negara luar. Keadaan ini seharusnya memberikan motivasi
untuk membuat perubahan besar dalam pertanian Indonesia. Untuk membantu
memajukan pertanian di Indonesia, sehingga diperlukan Ilmu Ukur Wilayah
untuk menentukan dimana lokasi pertanian yang baik dan apa saja tanaman
yang cocok untuk ditanam pada suatu wilayah pertanian yang ada di
Indonesia.
Sebagai negara agraris seharusnya pertanian di Indonesia menjadi sektor
industri bukan sebagai bahan pangan semata. Dengan pengetahuan masyarakat
yang masih kurang mengerti akan pentingnya teknologi dirasa perlu untuk
menerapkan teknologi dalam menuju misi pertanian berkelanjutan (Agriculture
Suistenable). Misalnya saja, dengan sedikit sentuhan teknologi (GIS)
masyarakat dapat menentukan tanaman apa yang cocok ditanam di ketinggian
yang didapat dan keadaan wilayah tersebut. Dengan demikian pertanian
berkelanjutan yang diinginkan bisa tercapai.
Untuk memenuhi pertanian berkelanjutan, Ilmu Ukur Wilayah memberikan
solusi akan permasalahan pertanian Indonesia yang masih konvensional. Ilmu
ukur wilayah merupakan mata kuliah wajib pada semester 4 di jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas. Mata kuliah
ini merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang permukaan bumi secara
detail yang dibuat ke dalam permukaan yang datar atau biasa disebut dengan
pemetaan.
Sebagai sarjana lulusan Teknik Pertanian hendaknya dapat mengetahui
potensial suatu lahan pertanian yang nantinya akan ditanam dengan produk
pertanian, dan dapat memilih keadaan lahan yang sesuai dengan tanaman yang
akan ditanam nantinya, serta dapat membuat peta situasi dari lahan
pertanian, dan sebagai sarjana lulusan Teknik Pertanian hendaknya mampu
melihat suatu kondisi lahan yang dapat dibuat menjadi lapangan pekerjaan
yang bermanfaat banyak bagi penduduk Indonesia yang kebanyakan bermata
pencaharian sebagai seorang petani. Sarjana lulusan Teknik Pertanian pun
harus mampu menaikan derajat seorang petani yang kebanyakan dianggap biasa
saja dimata khalayak ramai.
1.2 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Wilayah adalah
agar praktikan mengetahui serta memahami dengan baik pelaksanaan sebagai
berikut :
1. Mengetahui jarak dan sudut dari setiap patok yang dipasang pada
praktikum objek Alat Ukur Sederhana.
2. Melatih keterampilan praktikan menggunakan alat ukur sederhana saat di
lapangan.
3. Pengukuran azimuth dan pengolahan data pada praktikum objek Alat Ukur
Sederhana.
4. Pengukuran, pembuatan poligon, dan pengolahan data pada praktikum
Poligon
5. Mengetahui elevasi dengan GPS dan registrasi peta pada GIS pada
praktikum GIS dan GPS.
6. Mentahui cara trancking, marking, dan area.
7. Dapat melakukan pendigitasian peta pada praktikum GIS dan GPS.
8. Pengukuran, pembuatan detail situasi, dan pengolahan data pada
praktikum Detail Situasi.
9. Mengetahui perbedaan kontur dan Spot Height pada praktikum Spot
Height.
10. Pemindahan keadaan permukaan bumi yang tidak beraturan dan yang
melengkung ke bidang peta (bidang datar).
11. Melatih praktikan untuk membuat poligon, detail situasi, dan spot
height
12. Melatih praktikan membuat kontur dari data yang diperoleh di lapangan.
13. Melatih praktikan dalam melakukan pekerjaan survey lapangan baik dalam
kondisi apapun.
14. Melatih teamwork praktikan di lapangan untuk bekal di dunia kerjan
nantinya.
1.3 MANFAAT
Manfaat dari praktium Ilmu Ukur Wilayah antara lain :
1. Mahasiswa dapat berlatih melakukan pekerjaan-pekerjaan survey, supaya
teori atau materi yang didapat pada saat perkuliahan dapat diterapkan
pada praktikum / dilapangan.
2. Dapat memahami materi yang menyangkut Ilmu Ukur Wilayah seperti cara
penggunaan alat-alat ukur sederhana, pembuatan poligon,spot height dan
peta detail situasi.
3. Dapat mengerti dan memahami cara penggunaan alat ukur sederhana
seperti kompas dan theodolite.
4. Dapat melakukan pendigitasian peta pada ArcGIS.
5. Dapat mengetahui cara menggambar poligon, peta detail situasi serta
spotheight.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1 ALAT UKUR SEDERHANA
2.1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari pengukuran sangat penting dan berguna.
Dimana banyak hal dan kegiatan yang dapat kita lakukan dengan cara
pengukuran. Pengukuran biasanya berfungsi untuk membantu kita dalam
menentukan satuan dari suatu luasan ataupun panjang bahkan apapun yang
dapat dilakukan pengukuran, dimana teori pengukuran dapat mendapatkan hasil
dari apa yang dilakukan pengukuran misalnya sudut, tinggi, luas, dll.
Alat yang biasa digunakan untuk pengukuran tergantung pada apa yang
kita ukur, misalnya dalam pengukuran suatu luasan biasanya secara sederhana
dilakukan dengan alat ukur panjang, yaitu meteran. Beberapa contoh alat
ukur sederhana diantaranya, meteran, kompas, jangka sorong, mistar,
mikrometer sekrup, dll.
2.1.2 Tujuan
1. Memperkenalkan fungsi dan cara kerja alat ukur sederhana.
2. Membandingkan hasil dari perolehan data alat ukur sederhana dengan alat
ukur sifat ruang.
2.1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami cara penggunaan alat ukur sederhana dan
mengaplikasikannya dalam pengukuran.
2. Mahasiswa mengetahui macam-macam alat ukur sederhana fungsi serta cara
penggunaan alat yang digunakan.
3. Mahasiswa mampu membedakan alat ukur yang digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap suatu benda.
4. Dapat mengetahui tingkat akurasi dan presisi alat ukur.
5 Tinjauan Pustaka
Alat ukur sederhana merupakan alat yang digunakan untuk pengukuran
daerah atau lahan dengan luas yang lebih kecil. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang sejenis yang ditetapkan
sebagai satuan.
Dalam hal ini digunakan alat ukur sederhana yang mana merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mengukur suatu daerah, benda, ataupun lahan dalam
skala kecil.
Pengukuran merupakan suatu aktivitas dan atau tindakan membandingkan
suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran
lain yang sudah diketahui nilainya,misalnya dengan besaran standart.
Fungsi pengukuran diantaranya adalah:
1. Dapat mengetahui atau mengukur jarak suatu wilayah.
2. Sebagai rekorder temperatur dan rekorder tekanan.
3. Sebagai pengendali temperatur pada pemanas air, dll.
Yang perlu diperhatikan dalam pengukuran adalah:
1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan
standart yang telah ditentukan.
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan.
Metode Pengukuran
Dalam pengukuran dapat dilakukan dengan dua metode:
a. Metode pengukuran langsung
Pengukuran dikatakan langsung bila alat ukurnya atau pembandingnya
standart,yaitu suatu pengukuran yang mempunyai nilai standart, misalnya
ukuran panjang dan berat.
b. Metode pengukuran tidak langsung
Pengukuran dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu
yang telah dikalibrasikan terhadap besaran standart, misalnya transmitter.
Karena sulinya untuk mendapatkan alat ukur standart,sedangkan besaran yang
akan diukur banyak sekali macamnya, maka teknologi telah menghasilkan
banyak cara untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung.Berdasarkan pada
peranan dalam fungsinya dapat dibedakan:
a. Alat ukur penunjuk : misalnya ammeter, voltmeter, termometer dan lain-
lain.
b. Alat ukur perekan / rekorder : misalnya rekorder temperatur, rekoreder
tekanan.
c. Alat ukur pengendali : misalnya pengendali temperatur (thermostat) pada
pemanas air, setrika listrik.
Faktor yang mempengaruhi alat ukur:
Banyakhal yang mempengaruhi kualitas kerja dari alat ukur.Dan tentunya
faktor-faktor ini mempengaruhi kualitas hasil pengukuran. Faktor yang
dimaksud tersebut berasal dari lingkungan terhadap alat ukur dan sebaliknya
adalah terdiri dari faktor:
a. Temperatur
Faktor ini dapat menyebabkan berubahnya sifat fisis dari bagiana-bagian
alat ukur.
b. Kelembaban
Kelembapan adalah ukuran dari banyaknya uap air di udara.Persoalan ini
sering terjadi pada alat ukur perekam (rekorder). Juga pada alat ukur
elektrolik dapat rusak atau berubah karakteristiknya karena kelembapan.
c. Percepatan
Bila daerah dimana alat ukur berada mengalami getaran atau gerakan maka
tidak mungkin pengukuran dengan baik.
d. Media korosif
e. Radiasi nuklir
f. Media explosif
Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem
pengendalian.Akurasi atau (ketelitian) adalah ketepatan alat ukur dalam
memberikan hasil pengukuran.
Ada beberapa cara menyatakan akurasi:
1. Dalam variabel pengukuran
2. Dalam persentase span
3. Dalam persentase skala maksimum
4. Dalam persentase pembacaan
Presisi adalah kemampuan sistem pengukuran untuk menampilkan ulang
output yang sama pada pengukuran berulang singkat.
Akurasi vs Presisi
1. Akurasi rendah, presisi rendah
2. Akurasi rendah, presisi tinggi
3. Akurasi tinggi, presisi tinggi
Macam-macam alat ukur sederhana seperti meteran, kompas, jangka sorong,
abney level dll. Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran tanah secara
garis besar dikelompokkan sebagai berikut:
1. Alat ukur sifat ruang (theodolite)
Untuk mengukur sudut; sudut horizontal dan sudut vertikal.
2. Alat ukur sifat datar (waterpass)
Untuk mengukur jarak; jarak horizontal dan jarak vertikal.
Theodolite dan waterpass adalah alat yang terdiri dari teropong sebagai
bagian yang utamanya. Pada theodolite teropongnya dapat diputar secara
horizontal (sumbu vertikal sebagai sumbu putarnya) dan secara vertikal
(sumbu horizontal sebagai sumbu putar). Pada waterpass teropongnya hanya
dapat/bisa diputar secara horizontal (sumbu vertikal sebagai sumbu putar).
Sudut di lapangan diukur dengan alat yang telah dirancang kontruksinya
sedemikian rupa sesuai dengan ketelitiannya disebut theodlite. Sedangkan
jarak antara satu titik ke titik lainnya diukur dengan pita ukur atau EDM.
Secara umum ada tiga bagian utama yaitu:
a. Bagian bawah yang tidak dapat bergerak + statip
b. Bagian atas yang dapat bergerak secara horizontal
c. Bagian teropong yang dapat berputar secara horizontal dan vertikal
Theodolite terdiri atas berbagai merek dan banyak macamnya, secara umum
mempunyai bagian yang sama. Perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya
terdapat pada tingkat ketelitian dan cara pengoperasiannya.
Meteran disebut juga dengan pita ukur, akan tetapi pada dasarnya kedua
alat ini mempunyai perbedaan yaitu panjangnya. Untuk mengukur jarak yang
sangat panjang, biasanya menggunakan meteran yang terbuat dari fiber,
tetapi ada juga yang menggunakan pita ukur, semua ini tergantung kondisi
alam atau lahan yang diukur.
Meteran merupakan alat untuk mengukur jarak atau panjang yang memiliki
skala terkecil dalam pengukurannya yaitu 1mm. Meteran yang terbuat dari
fiber mempunyai kelemahan dalam pengukuran yang dilakukan pada jarak yang
sangat panjang. Pada bagian ini biasanya bagian tengah tidak tegang dan
solusinya adalah melakukan pemotongan pengukuran yang berguna mendapatkan
hasil yang akurat. Cara menggunakan meteran dimulai dari penentuan skala
meteran yang dipakai, selanjutnya tentukan titik acuan sebagai titik awal.
Gambar 1. Meteran
Sumber : Elikrismawati.blogspot.com
Kompas merupakan alat untuk penunjuk arah dan karena sifat magnetnya
jarumnya selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud
disini buka utara yang sebenarnya, tetapi utara magnetis).
Macam-macam kompas antara lain:
1. Kompas bidik
a. Kompas bidik lensa atau kaca
b. Kompas bidik prisma
2. Kompas silva
Hal-hal yang mempengaruhi kerja kompas.
Prinsip kerja kompas adalah berdasarkan medan magnet.Maka kompas sangat
rentan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan magnetis.Oleh karena itu
dalam penggunaan kompas kita harus menjauhkan dari benda-benda yang
mengandung lgam seperti jam tangan, paku, dan lain-lain.
Secara fisik kompas terdiri atas :
a. Cover atau penutup
Penutup kompas yang melindungi dial. Berisi kawat bidik (penglihatan
depan) dan dua slot yang bercahaya di tempat gelap, bagian atasnya memiliki
lubang bidik depan yang kadangkala digunakan bersama-sama lubang bidik
belakang.
b Base atau dasar
Merupakan tubuh kompas yang berisi bagian-bagian berikut:
1. Dial (floating dial) dipasang pada poros sehingga dapat berputar bebas
ketika kompas berada pada posisi datar. Tercetak angka penunjuk derajat
serta titik bercahaya dengan panah dan huruf E dan W. Jarum atau panah
selalu menunjuk ke utara magnetik dan bagian-bagian lainnya di timur
(E) 90 ° dan barat (W) 270 °. Ada dua skala; skala luar menunjukkan mil
dan skala dalam (biasanya merah) menunjukkan derajat.
2. Penutup dial (Encasing the floating dial) adalah kaca yang berisi garis
indeks (fixed indeks line) berwarna hitam dengan posisi tetap.
3. Cincin bingkai (bezel ring) berupa roda bergigi yang berisi 120 klik
ketika diputar sepenuhnya; setiap klik sama dengan 3°, terhubung dengan
kaca cincin bingkai dengan garis bercahaya pendek yang digunakan dalam
hubungannya dengan panah utara selama navigasi.
4. Thumb loop adalah tempat ibu jari saat menggunakan kompas.
c Lensa atau lensa
Lensa digunakan untuk membaca angka-angka derajat yang berfungsi
sebagai kaca pembesar dan terdapat pula lubang bidik belakang digunakan
bersama dengan bagian depan untuk peninjauan pada objek.
Adapun fungsi utama dari kompas antara lain :
1. Untuk mencari arah utara megnetis
2. Untuk mengukur besarnya sudut kompas
3. Untuk mengukur besarnya sudut peta
4. Untuk menentukan letak macam-macam orientasi
Gambar 2. Kompas
Sumber: http://kompas wikipedia.com
Mistar adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk
menggambar garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang
lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki
dan segitiga siku-siku 30°-60°. Penggaris atau mistar terbuat dari plastik,
logam, berbentuk pita. Juga terdapat mistar yang dapat dilipat. Mistar ada
yang terbuat dari baja yang tahan karat yang disebut dengan mistar baja.
Gambar 3. Mistar
Sumber : http//windaastutiblog.com
6 Metode Praktikum
15 Alat dan Bahan
1. Meteran
2. Kompas
3. Jangka sorong
4. Abney level
1. Prosedur Kerja
1. Meteran
Cara menggunakan meteran tersebut dimulai dari penentuan skala meteran
yang dipakai,selanjutnya tentukan titik acuan sebagai titik awal. Setelah
itu tarik meteran ke titik yang akan dituju.
2. Kompas
Posisikan kompas dalam keadaan datar,setelah itu bidik sasaran yang
akan dituju, baca skala yang sejajar dengan garis bidik.
3. Jangka sorong
Buka kunci jangka lalu geser rahang atas dan masukkan objek yang akan
diukur kunci lagi.
4. Abney level
Ambil posisi memegang abney level dalam keadaan tegak lurus. Gagangnya
jangan sampai goyang.
7 Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum objek 1 yaitu:
Tabel 1. Jarak dari pengukuran kompas dan meteran
"Patok "Jarak (m) "Jarak (m) "Sudut "Sudut "
" " "menggunakan "sebelum "setelah "
" " "skala 1:400 "dikoreks"dikoreks"
" " " "i "i "
"A-B "46.35 "11.6 "5o "5o "
"B-C "64.23 "16.1 "234 o "234 o "
"C-D "68.51 "17.1 "239 o "239 o "
"D-E "63.63 "16 "169 o "170 o "
"E-F "60.25 "15.1 "69 o "70 o "
"F-A "79.44 "19.9 "29 o "29 o "
Sumber: Hasil Analisis Data Praktikum
2 Pembahasan
Pengambilan data pada kompas adalah dengan cara pembidikan dari patok
ke rambu ukur. Pembidikan yang dilakukan harus memperhitungan kedataran
dari alat ukur kompas karena apabila posisi kompas tidak rata maka sudut
yang di baca bisa salah besar atau pun kecil dari yang sebenarnya. Untuk
memperkecil kesalahan yang bisa saja terjadi, pengukuran atau pengambilan
data dengan kompas tidak hanya dilakukan satu kali akan tetapi dapat
dilakukan beberapa kali dengan praktikan yang berbeda. Kemudian
pengambilan data dengan menggunakan meteran. Dalam penggunaan meteran yang
harus di perhatikan yaitu lurus tidaknya meteran yang dipakai dimana jarak
yang diukur yaitu jarak antara patok satu dengan yang lainnya. Cara
pengambilan data yaitu ukur jarak antara patok yang ada dengan cara
merentangkan meteran dengan keadaan meteran yang tegang, tidak kendur
karena sangat berpengaruh pada jarak sebenarnya. Disini peluang terjadinya
kesalahan cukup besar tergantung pada ketelitian dari orang yang melakukan
pengambilan data.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan data kompas maupun meteran,
sudah kita ketahui prinsip kerja kompas adalah berdasarkan medan magnet.
Maka kompas sangat rentan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
magnetis. Oleh karena itu dalam penggunaan kompas kita harus menjauhkan
dari benda-benda yang mengandung logam seperti jam tangan, paku dll. Selain
itu kerusakan kinerja alat juga dapat mempengaruhi pengambilan data. Oleh
karena itu, pengambilan data dilapangan, kompas harus di jauhkan dari
bahan yang mempengaruhi medan magnet. Faktor lainnya yaitu penentuan arah
utara pada lokasi pengamatan yang menjadi titik acuan pada penggambaran,
pemakaian kompas yang kurang datar dan tidak tegak lurus dengan patok.
Sedangkan pada meteran faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan data
adalah salah satunya ketinggian suatu tempat dan banyak hal yang dapat
mengganggu proses pengukuran dengan meteran. Seperti kurang tegangnya
meteran yang digunakan untuk pengambilan data.
Alasan pada saat pembuatan poligon mengapa poligon tidak tertutup
karena adanya kemungkinan eror yang terjadi baik itu eror pengamatan maupun
eror alat yang terjadi. Karena kemungkinan eror itu dalam sebuah insrtumen
pasti ada. Untuk mengatasi poligon yang tidak tertutup ini maka di lakukan
koreksi terhadap sudut. Dalam pengubahan ini, hanya sudut yang dapat diubah
namun jarak tidak bisa di ubah,maka ada besaran koreksi sudut yaitu 5°
dimana data harus terlebih dahulu di comot atau diganti dengan data yang
ada.
2.1.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pengambilan data dengan menggunakan kompas dan meteran harus
memperhatikan cara penggunaan kompas dan meteran yang benar. Faktor yang
mempengaruhi pengambilan data kompas dan meteran yaitu medan magnet dan
kinerja serta penggunaan alat itu sendiri. Poligon yang tidak tertutup
dapat diatasi dengan mencari koreksi sudut 5° dengan melakukan pencomotan
data dengan data yang ada.
2 Saran
Adapun saran untuk praktikum tentang alat ukur sederhana selanjutnya
yaitu:
1. Pahami penggunaan alat ukur kompas dan meteran yang tepat terlebih
dahulu.
2. Sebelum melakukan pengambilan data menggunakan kompas sebaiknya
asesoris yang berhubungan dengan magnet di lepaskan terlebih dahulu.
3. Pahami kelemahan dari alat yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan
vatal di lapangan.
4. Lebih teliti dalam pengambilan data dengan kompas serta meteran.
10 POLIGON
11 Latar Belakang
Dalam pembuatan bentuk dan jarak suatu wilayah dilakukan
pengukuran antar patok, data yang di dapatkan dalam pengukuran jarak
tersebut kemudian dipindahkan ke dalam bentuk gambar dengan menghubungkan
antar patok yang satu dengan patok yang lainnya. Gambar ataupun hasil dari
penyambungan patok tersebut dinamakan polygon. Praktikum ini diberikan
pengetahuan mengenai polygon, cara pembuatan polygon, perhitungan, syarat
dan macam-macam polygon. Untuk membuat polygon dilakukan menggunakan alat
ukur theodolite.
Praktikum ilmu ukur wilayah, polygon sangat diperlukan karena
wilayah tersebut akan diketahui titik awal dan kemudian diukur jarak serta
sudut yang ditemui. Dengan demikian dari titik yang diukur dirangkai sesuai
dengan jarak yang ditemui.
Poligon umumnya digunakan dalam posisi horizontal, sama-sama
diketahui bahwa polygon merupakan salah satu cara menentukan posisi
horizontal dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan sehingga dari
hubungan titik tersebut akan membentuk suatu sudut .
12 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan titik ikat pengukuran di lapangan
2. Sebagai dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan teknis lainnya
13 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan dalam menentukan perhitungan ataupun ploting dalam suatu
pemetaan
2. Mahasiswa mengetahui fungsi theodolite dan macam-macam polygon
3. Mahasiswa diajarkan teliti dalam melakukan pengukuran
14 Tinjauan Pustaka
2 Pengertian Poligon
Poligon berasal kata poly dan gono, dimana poly berarti banyak dan gono
berarti sudut. Jadi polygon adalah suatu rangkaian sudut yang berjumlah
banyak atau rangkaian titik-titik secara berurutan yang saling berhubungan
membentuk suatu pola. Maksud dari pengukuran poligon adalah untuk
mendapatkan koordinat horizontal atau dengan perkataan lain untuk
merapatkan jaring kontrol geodesi. Sedangkan tujuannya adalah sebagai
kerangka dasar untuk kepeduan pemetaan atau untuk keperluan teknis latnnya,
seperti untuk keperluan I (adaster, pengembangan kota, ground control dan
lain-lain. Penentuan koordinat dengan cara ini membutuhkan :
a. Koordinat Awal
Apabila diinginkan system kooordinat terhadap suatu system tertentu
haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui dan bila dipakai
system koordinat lokal pilih salah satu titik, bila kemudian beri harga
koordinat tertentu.
b. Koordinat Akhir
Korodinat ini dibutuhkan untuk memenuhi syarat geometri hitungan
koordinat dan harus dipilih titik yang mempunyai system koordinat yang sama
dengan koordinat awal.
c. Azimuth Awal
Azimuth awal ini mutalak aharus diketahui hubungan dengan arah
orientasi dari system koordinat yang dihasilakan dan pengadaan datanya.
d. Data ukuran jarak dan sudut
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak anatar dua titik control perlu
diukur di lapangan.
2 Kegunaan polygon
Adapun kegunaan polygon antara lain:
a. Untuk membuat kerangka dasar
b. Pengukuran titik tetap
c. Pengukuran rencana jalan raya, kereta api, irigasi, daerah industry
dan pemukiman.
d. Sebagai dasar untuk tempat pelaksanaan ukuran lainnya.
e. Control sudut dan jarak
2 Syarat dan Ketentuan
Adapun syarat dan ketentuan polygon adalah sebagai berikut :
a. Jurusan/ titik awal, penentuan titik awal dalam pengukuran sudut dan
jarak.
b. Koordinat awal, tentukan letak koordinat awal untuk melakukan
pengukuran dengan theodolite
c. Semua sudut diukur, untuk sudut secara keseluruhan, tetapi sudutnya
tidak bleh terlalu lancip.
d. Semua jarak diukur, dimana jarak yang akan diukur antar patok tidak
terlalu jauh.
2 Tahapan pembuatan polygon
Adapun Tahapan pembuatan polygon antara lain :
a. Sipakan catatan, daftar pengukuran dan buat sketsa lokasi yang
dipetakan
b. Tentukan titik-titik kerangka polygon
c. Ukurlah sudut azimuth dan sudut yang telah diukur
d. Ukurlah jarak anatar titik ke titik lainnya
e. Lakukan hal tersebut ke titik berikutnya sampai selesai
2 Pengolahan data polygon
Adapun langkah-langkah pengolahan data polygon antara lain:
a. Perhiyungan sudut jurusan awal dan akhir
b. Perhitungan kesalahan penutup sudut
c. Perhitungan sudut yang dikoreksi
d. Perhitungan sudut jurusan masing-masing titik
e. Hitung azimuth sisi-sisi polygon
f. Hitung selisih absis dan ordinat
g. Perhitungan kesalahan linear jarak
h. Perhitungan jumlah panjang sisi polygon
i. Perhitungan koreksi absis dan ordinat
j. Perhitungan koordinat titik definitif
2 Macam-macam polygon
Adapun Macam-macam polygon antara lain:
a. Polygon terbuka
Polygon terbuka dilakukan pengukuran yang dimulai dari titik awal
tidak kembali ke titik awal tersebut. Polygon terbuka tidak memilki sudut
dalam. Polygon ini digunakan untuk jalur lalu lintas, saluran irigasi,
kabel listrik dan lainnya.
Gambar 4. Poligon terbuka
Sumber : http://geoexpose.blogspot.co.id
b. Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk
polygon segi banyak yang dimulai dari suatu titil awal dan diakhiri
pengukuran kembali ke titik semula sehingga akan membentuk segi banyak.
Polygon tertutup memberikan pengecakan pasa sudut- sudut dan jarak
tertentu. Polygon biasanya digunakan untuk pengukuaran titik lentur,
bangunan sipil berpusat, pemukiman, jembatan dan lainnya.
Gambar 5. Poligon tertutup
Sumber : http://geoexpose.blogspot.co.id
Selain itu, poligon juga terdiri bebrapa bentuk yang menyerupai bentuk
bidang datar yang setipa titik-titiknya terhubung satu sama lain. Poligon
ini berbentuk segilima, segienam, dan lainnya pengukuran sudut dan jarak
digunakan alat yang dinamakan theodolite.
Gambar 6. Macam-macam polygon
Sumber : http://geoexpose.blogspot.co.id
Theodolite adalah alat yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah,
pengukuran sudut yaitu sudut mendatar dan tegak. Sudut-sudut tersebut
berperan dalam penentuan jarak horizontal dan vertical. Teodolit digunakan
untuk mengukur sudut siku-siku pada perencanaan pondasi dan lainya.
Gambar 7. Theodolite
Sumber : https://noerhafidz.files.wordpress.com
15 Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Theodolite
2. Rambu ukur
3. Statif
4. Unting-unting
2. Prosedur Kerja
Tahap-tahap dalam pembuatan dan pengukuran poligon atau kerangka
dasar dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan titik target yang menjadi kerangka poligon.
2. Dirikan alat pada titik awal pengukuran dalam kedudukan benar dan
sempurna, pada titik awal sebaiknya alat diutarakan terlebih dahulu.
3. Putar alat searah jarum jam. Untuk setiap titik, pembidikan dilakukan
dua kali, terhadap titik sebelum dan titik berikutnya.
4. Tempatkan alat pada kedudukan biasa, bidik target pertama yang ditemui
dari arah utara searah jarum jam. Lakukan pembacaan benang diafragma
pada bagian atas, tengah dan bawahnya. Kemudian catat pembacaan skala
vertikal dan skala horizontal. Untuk pembacaan skala horizontal ini
sebaiknya vizier atau teropong diarahkan langsung ke patok atau titik
(rambu) terendah yang dapat dibidik.
5. Arahkan vizier atau teropong ketitik target berikutnya. Catat bacaan
benang diafragma dan bacaan skala vertikal serta skala horizontalnya.
6. Masih pada titik yang sama, ubah posisi alat dari posisi biasa ke
posisi luar biasa. Catat bacaan benang diafragma, skala vertikal dan
skala horizontalnya.
7. Arahkan kembali teropong ke target pertama tadi. Lakukan pembacaan
benang diafragma serta skala vertikal dan horizontalnya.
8. Untuk keperluan beda tinggi, ukur tinggi alat dari permukaan tanah.
9. Kemudian pindahkan alat ketitik selanjutnya. Lakukan hal yang sama dari
titik tersebut terhadap dua titik yang mengapitnya.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan menggunakan theodolit pada
saat praktikum poligon menghasilkan data berupa koordinat poligon yang
dihasilkan dari perhitungan menggunakan rumus 15 antara lain :
Tabel 2. Data Koordinat Poligon
" Patok "
"Koordinat Poligon "
"A "(0 ; 0) "
"B "(4,75 ; 46,16) "
"C "(-50,33 ; 9,14) "
"D "(-108,12 ; -27,57) "
"E "(-95,15 ; -90,01) "
"F "(-38,54 ; -69,60) "
Sumber: Hasil Analisa Data Praktikum
2. Pembahasan
Praktikum yang telah dilakukan menghasilakan data yang didapatkan dari
pembacaan benang-benang pada theodolite yang mempunyai ukuran tertentu.
Benang-benang tersebut adalah benang atas, benang tengah dan benang bawah.
Pembacaan ukuran-ukuran pada benang-benang tersebut dipengaruhi oleh
ketepatan pada saat pembidikan. Semakin tepat pembidikan dan penempatan
angka pada rambu ukur maka semakin akurat data yang akan dihasilkan.
Pembidikan ini menghasilkan data berupa sudut, benang atas, benang tengah
suatu wilayah. Pengukuran dilakukan pada sudut biasa dan luar biasa. Sudut
yang dihasilkan yaitu sudut vertikal dan horizontal, dengan sudut vertikal
digunakan untuk menentukan jarak dan elevasi. Setelah mendapatkan data
kemudian data tersebut diolah menggunakan rumus 15 yang akan menghasilkan
jarak, beda tinggi dan elevasi suatu wilayah yang diukur.
Setelah perhitungan data menggunakan rumus 15 selesai dilakukan, maka
hasil yang diperoleh yaitu total sudut rataan horizontal yang didapatkan
sebesar 719o57'25" dengan kesalahan penutup sudut sebesar -0o2'35" dan
torelansi sudut sebesar 0o3'40,45". Jika dibandingkan maka kesalahan
penutup sudut tidak lebih besar dari pada toleransi sudut yang telah
dihasilkan maka data yang sudah sesuai dengan kondisi di lapangan. Koreksi
tiap sudut didapatkan dengan cara membagikan kesalahan penutup sudut dengan
banyak sudut yang menghasilkan nilai sebesar 0o0'25,83". Koreksi tiap sudut
ini dapat berguna untuk mengkoreksi kemungkinan besar sudut tiap sudut.
Untuk rumus 15 yaitu toleransi jarak,dimana jarak yang kami peroleh adalah
0,1519621929 0,1961528299 . Jika nilai toleransi jarak tidak sesuai
dengan rumus 15 maka dilakukan pencomotan data sampai memenuhi syarat rumus
15 .
Pengambilan data dengan theodolite banyak dipengaruhi faktor-faktor,
dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi besar kecilnya kesalahan yang
dapat terjadi pada saat pengukuran dilakukan. Faktor-faktor tersebut
seperti faktor alam, dimana faktor tersebut adalah hujan, kecepatan angin,
suhu lingkungan dan lainnya. Faktor kedua adalah human error, dimana
kesalahan tersebut terjadi dikarenakan adanya kesalahan pembacaan pada
rambu ukur. Faktor ketiga adalah faktor alat, dimana pada saat digunakan
terjadi ketidaksentringan yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan data
yang akibatnya sangat fatal dan mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu pengukuran yang
dilakukan menggunakan theodolite dapat menghasilkan data berupa jarak,
sudut dan ketinggian dimana data yang dihasilkan harus diolah terlebih
dahulu, pengukuran menggunakan theodolite harus memperhatikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan sehingga data yang dihasilkan sesuai dengan
yang aslinya. Data yang telah diolah menggunakan rumus 15 akan menghasilkan
titik koordinat yang berguna untuk menggambarkan poligon pada bidang datar.
2. Saran
Adapun saran pada praktikum ini antara lain :
1. Praktikan terlebih dahulu mengerti mengenai materi yang akan
dipraktikumkan
2. Sebelum melakukan praktikum pahami cara pengambilan data dengan
menggunakan teodolit
3. Pembacaan dan pembidikan rambu ukur harus lebih fokus
4. Pastikan terlebih dahulu theodolite sudah centering
5. Segera laporkan ke asisten apabila terjadi kesulitan
19 GLOBAL POSITIONING SYSTEM
Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
berkembang pula alat-alat yang canggih yang dapt membantu manusia dalm
mengerti perkembangan yang terjadi di tengah kehidupan ini, sebagai manusia
modern di era yang serba canggih dan berteknologi ini kita harus mengikuti
perkembangan apa saja yang terjadi baik perkembangan di dalam negeri maupun
luar negeri, salah satunya adalah dengan, mengetahai teknologi canggih
yaitu GPS (global positioning system).
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini banyak sedikitnya
sangat berpengaruh pada Indonesia tentunya. Terutama GPS yang banyak
menarik perhatian masyarakat, karena dengan GPS banyak hal dapat diketahui
dengan mudah seperti di bidang pertanian, kehutanan, kalautan, dan bidang-
bidang lainnya yang berteknologi.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Memperkenalkan GPS kepada praktikan;
2. Untuk mengetahui besar elevasi pada patok utama.
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui cara penggunaan GPS dan mampu menggunakannya;
2. Mengetahui pengukuran besar elevasi pada patok utama;
3. Sebagai alat navigasi seperti kompas
4. Sebagai penunjang alat jalan
5. Dapat mengaplikasikan GPS
6. Mengetahui kegunaaan GPS dibidang teknik pertanian.
Tinjauan Pustaka
GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi yang
menggunakan satelit MEO (Medium Earth Orbit atau Middle Earth Orbit) yang
mengelilingi bumi sehingga penerima sinyal dipermukaan bumi dapat menangkap
sinyalnya. Satelit mengorbit pada ketinggian 12.000 mil diatas permukaan
bumi dan mampu mengelilingi bumi dua kali dalam 24 jam.
Sejarah GPS(Global Positioning System) dimulai dari awal tahun 1960-
an saat Departemen Pertahanan (Depran) Amerika Serikat, merasa perlu
memiliki sistem navigasi yang akurat, dapat berfungsi secara global, dalam
segala cuaca dan tersedia setiap saat. Berbagai pendekatan dan teknologi
diuji coba sampai akhirnya pada akhir tahun 1973 Depnas Amerika Serikat
menyetujui pelaksanaan uji coba satelit Naustar yang menjadi generasi
pertama disatelit GPS. Hingga tahun 1983, masa pemerintahan Ronald Reagen
mengizinkan penggunaan GPS untuk pegawai sipil setelah terjadi insiden
pesawat Korean Airlines, penerbangan 007 yang dianggap nyasar melintasi
perbatasan Uni Soviet. Sejak saat itu Uni Soviet GPS mulai disiapkan untuk
dipergunakan oleh kalangan sipil secara Internasional terutama untuk
kalangan penerbangan dan kelautan.
Jenis – jenis GPS antara lain :
a. Berdasarkan kebutuhan pemakaiannya
1. GPS tracking system (GIS);
2. GPS geodetik;
3. GPS pemetaan;
4. GPS bluetooth.
b. Berdasarkan dari tingkat akurasi receiver GPS
Receiver GPS merupakan alat atau perangkat yang digunakan untuk
menerima dan menyimpan data yang dikirim oleh satelit GPS.
Berdasarkan dari tingkat akurasi receiver GPS dibagi menjadi 3 tipe
:
1. Receiver tipe navigasi (handheld receiver);
2. Receiver tipe pemetaan (mapping);
3. Receiver tipe geodetik.
Perangkat GPS menerima sinyal dari satelit dan kemudian melakukan
perhitungan sehingga pada tampilan umum dapat diketahui posisi dalam
lintang dan bujur, kecepatan dan waktu, disamping itu juga di informasikan
serpti jarak dan waktu posisi nyang di tampilkan merupakan sistem referensi
geodetik WGS-84 dan waktu merupakan referensi USN (U.S Naval observacy
time).
Prinsip kerja GPS adalah pengukuran jarak (range) antara GPS
receiver dengan satelit. Satelit juga memberikan informasi lokasi orbit
dimana saat itu satelit berada diatas permukaan bumi. GPS dapat bekerja
seperti ini, apabila kita mengetahui jarak tepat kita dari satelit di
angkasa, maka kita dapat mengasumsikan bahwa kita berada disuatu titik
disebuah permukaan dengan radius imaginer yang sama dengan radius satelit.
Apabila kita mengetahui dengan tepat jarak kita dari dua buah satelit maka
dapat diasumsikan bahwa kita berada disebuah titik di daerah perpotongan
antara dua satelit tersebut. Jarak diketahui dengan menghitung antara lama
waktu yang ditempuh oleh gelombang dengan kecepatan rambat gelombang. Oleh
karena itu GPS biasanya menggunakan jam atom sebagai panduan waktu dasar
waktunya.
Satelit GPS melingkari bumi dua kali sehari dalam orbit yang sangat
tepat dan mengirimkan sinyal informasi ke bumi. Penerima GPS menerima
informasi ini dan triangulasi yang digunakan untuk menghitung lokasi pasti
pengguna.Pada dasarnya, penerima GPS membandingkan waktu sinyal yang
ditransmisikan oleh satelit dengan waktu yang telah diterima. Perbedaan
Waktu akan memberitahu penerima GPS seberapa jauh satelit tersebut.
Sekarang, dengan pengukuran jarak dari satelit, receiver (GPS) dapat
menentukan posisi pengguna dan menampilkannya pada peta elektronik pada
unit GPS.
Secara umum ada tiga segmen dalam sistem GPS yaitu segmen sistem
kontrol, segmen satelit, dan segmen pengguna.
a. Segmen sistem kontrol
Secara umum segmen sisten control berfungsi mengontrol dan memantau
operasional satelit dan memastikan bahwa berfungsi sebagiamana mestinya.
Fungsi ini mencakup beberapa tugas :
1. Menjaga agar semua satelit masing-masing berada pada posisi orbit yang
seharusnya (station keeping);
2. Memantau dan menjaga kesehatan dari semua subsistem satelit;
3. Memantau panel matahari satelit, level daya baterai;
4. Menentukan dan menjaga waktu system GPS.
b. Segmen satelit
Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio angkasa, yang
diperlengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal
–sinyal gelombang. Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS
didekat permukaan bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi posisi,
kecepatan, maupun waktu.
Selain itu satelit GPS juga dilengkapi dengan peralatan untuk
mengontrol attitude satelit. Satelit-satelit GPS dapat dibagi atas beberapa
generasi yaitu ; blok I, blok II, blok IIA, blok IIR dan blok IIF. Hingga
april 1999 ada 8 satelit blok II, 18 satelit blok II A dan 1 satelit blok
II R yang operasional.
c. Segmen pengguna
Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS di manapun
berada. Dalam hal ini alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) diperlukan
untuk menerima dan memproses sinyal -sinyal dari satelit GPS untuk
digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan dan waktu. Komponen utama dari
suatu receiver GPS secara umum adalah antena dengan pre-amplifier, bagian
RF dengan pengidentifikasi sinyal dan pemproses sinyal, pemproses mikro
untuk pengontrolan receiver, data sampling dan pemproses data (solusi
navigasi), osilator presisi , catu daya, unit perintah dan tampilan, dan
memori serta perekam data.
Struktur sinyal GPS merupakan bagian gelombang mikro dari spektrum
gelombang elektromagnetik. Dari segi pemancaran sinyal, GPS disebut sebagai
sistem pasif, karena pada kenyataannya hanya satelit yang memancarkan
sinyal, sedangkan receiver GPS dipermukaan bumi berfungsi sebagai penerima
sinyal.
Gambar 8. GPS (Global Positioning System)
Sumber : www.google.com
Marking (waypoint) tujuannya adalah untuk mendapatkan koordinat
dari suatu titik pada saat melakukan survey. Sedangkan tracking merupakan
proses akuisi data dan titik koordinat secara otomatis berdasarkan yang
dilalui dan data tersebut disimpan pada kartu memori yang ada pada GPS.
Cara marking adalah dengan menekan tombol enter lama lalu muncul
tampilan pagemark waypoint, ini adalah teknik dasar dalam pemetaan data,
koordinat, tetapi jika berhenti secara langsung atau terus bergerak, maka
dapat menggunakan fasilitas mainoverboard, akan diperoleh capturing data
koordinat atau waypoint
Pada GPS cara tracking adalah:
1. main menu > tekan enter
2. pada icon track , pastikan log pada posisi ON
3. untuk mengatur setting track log , arahkan highlight ke setup > enter
4. untuk menghapus track log, arahkan highlight ke clear > enter
5. untuk menyimpan waypoint langsung secara default, arahkan highlight ke
OK > enter
6. jika ingin mengubah nama waypoint arahkan highlight ke kolom tersebut >
enter dan beri nama waypoint sesui keinginan.
Sinyal GPS terdiri atas:
1. Data Kode
Data Kode GPS terdiri atas 2 kode yakni C/A (coarse acquisition)
dan P (precision). Kedua kode tersebut terdiri atas kode biner yang berisi
angka 0 dan 1, yang sering disebut sebagai chips atau codes. Kode C/A
memiliki rate sebesar 1.023 MBps (million bits per second) sedangkan Kode P
10.23 MBps. Setiap satelit baru dapat mengulang kembali kode P setelah 37
minggu. Receiver GPS harus dapat membedakan transmisi kode P dari masing-
masing satelit. Caranya adalah dengan memberikan informasi minggu tertentu
kepada satu satelit tertentu. Sebagai contoh, jika kita menggunakan GPS dan
dilayar menampilkan SV14 (space vehicle 14) maka ini berarti satelit
tersebut mentransmisikan data kode P untuk minggu ke 14. Kode C/A memiliki
bit 10 kali lebih lambat dari kode P. Hal tersebut membuat proses
identifikasi kode C/A mudah. Oleh karena itu kode C/A dapat ditransmisikan
oleh masing-masing satelit dan informasi ini dapat diulang setiap 1
milidetik. Data inilah yg digunakan untuk menunjukkan posisi real-time pada
layar GPS.
2. Gelombang Pembawa
Sebuah gelombang dengan panjang gelombang tertentu dalam durasi 1
detik, disebut juga 1 cycle per detik, didefinisikan memiliki frekuensi 1
hertz (Hz) dalam sistem Sistem Satuan Internasional (SI). Frekuensi 1 Hz
dapat dianggap sebagai frekuensi yang rendah jika dibandingkan rentang
bunyi yang bisa didengar oleh manusia (25Hz-15.000Hz). Gelombang pembawa
sinyal GPS masing-masing adalah L1 dengan frekuensi 1575.42 MHz dan L2
dengan frekuensi 1227.60 MHz. Panjang gelombang masing-masing carrie wave
adalah 19 cm untuk L1 dan 24.4 cm untuk L2.
3. Pesan Navigasi
Pesan navigasi memiliki frekuensi 50 Hz dan dimodulasikan kedalam
gelombang pembawa seperti halnya kode C/A dan kode P. Pesan navigasi
terdiri atas 1500 bit terbagi atas lima subframes dengan masing masing
terdiri atas 10 kata (masing-masing 30 bit). Kelima subframes ini digunakan
untuk memberikan informasi-informasi penting kepada receiver.
24 Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. GPS garmin ;
2. GPS trimbel.
2. Prosedur Kerja
a. Pastikan Global Positioning System dalam keadaan baik untuk digunakan
dan penggunaanya berada di luar ruangan;
b. Hidupkan Global Positiong System dengan menekan tombol On/Off;
c. Biarkan Global Positioning System bekerja untuk mencari satelit (lihat
pada Display jumlah satelit yang dapat di tangkap);
d. Untuk menggunakannya dalam metode marking untuk menandai suara tempat
atau titik tertentu maka langsung dapat memilih tombol mark yang ada
pada Global Positioning System;
e. Masukkan nama titik tempat yang mau di marking;
f. Masukkan tanggal dan waktu pada saat itu;
g. Tekan tombol ok untuk memulai marking titik tersebut;
h. Apabila telah selesai ,data titik hasil marking dapat kita lihat dengan
menekan tombo find pada alat;
i. Lakukan pada titik berikutnya sesuai kebutuhan.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari objek ini yaitu :
Tabel 3. Data Marking Masjid dan Mushala
"No"Nama Masjid / Mushala "Elevasi "Koordinat "
" " "
" "Jarak "Jarak menggunakan "
" "(m) "skala 1:200 (cm) "
"A "(0;0) "(0,0) "
"B "(4,7562 ; 46,0054) "(0,0190 ; 0,1840) "
"C "(-50,3423 ; 8,9881) "(-0,2013 ; 0,0359) "
"D "(-108,1291 ; "(-0,4327 ; -0,1109) "
" "-27,7499) " "
"E "(-95,1361 ; "(-0,3805 ; -0,3600) "
" "-90,0235) " "
"F "(-38,5415 ; "(-0.3941 ; -0,2783) "
" "-69,5962) " "
Sumber : Hasil Analisa Data Praktikum
Pembahasan
Sebelum praktikum detail situasi kami melakukan pembuatan sketsa
manual. Sketsa ini untuk memudahkan titik mana saja yang akan ditembak
dalam detail situasi. Titik yang akan diukur di detail situasi ini yaitu
bangunan, parit, koridor, pohon, lampu taman serta bangunan lainnya yang
berjarak 100 m dari patok. Selain melakukan pengukuran dengan theodolite
kami juga melakukan pengambilan data dengan pengukuran manual, hal ini
dilakukan karena ada bagian yang tidak dapat terjangkau oleh theodolite.
Dalam pengambilan data, theodolite dipengaruhi oleh faktor lingkungan
di antaranya hujan, angin dan panas. Selain itu juga disebabkan oleh human
error seperti ketidaksengajaan menyentuh kaki statip dan kesalahan shooter
dalam pembacaan benang. Data yang didapatkan berupa sudut vertikal,
horizontal serta data benang atas, benang bawah, dan benang tengah. Semua
data yang didapatkan tersebut nantinya akan digunakan dalam pencarian
jarak, beda tinggi dan elevasi bangunan dari patok yang kita punya. Data
yang telah diolah tersebut digunakan untuk pembuatan peta detail situasi.
Hasil yang di dapatkan berupa titik dengan nilai yang berbeda-beda pada
setiap titik yang di bidik. Selain pembidikan dengan menggunakan theodolit,
untuk pengukuran jarak setiap bangunan yang ada juga menggunakan pita ukur.
Sehingga nantinya nilai yang diperoleh theodolit dengan nilai yang
diperoleh dengan menggunakan pita ukur (manual) dapat di bandingkan. Karena
setiap pembidikan, tidak semua titik yang bisa di bidik. Sehingga untuk
menggambarkan ke kertas milimeter kita membutuhkan data jarak manual dari
pengukuran yang menggunakan pita ukur tersebut.
Pada penggambaran detail dilakukan perhitungan jarak semua objek atau
benda menggunakan skala yang sudah ditentukan. Pada gambar detail situasi
terdapat simbol untuk menentukan setiap objek atau benda. Jarak objek yang
tidak tertembak oleh praktikum di ukur secara manual. Pada saat
penggambaran detail situasi kami menggunakan skala 1:200.
Kesimpulan dan Saran
1 Kesimpulan
Dari praktikum Detail Situasi yang kami lakukan selama 3 minggu ini
dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan praktikum detail situasi
diperlukan sketsa agar memudahkan titik pengamatan yang akan ditembak.
Pembuatan sebuah peta detail situasi membutuhkan semua data sudut dan jarak
dari bangunan yang ada disekitar radius 100 meter dari tiap patok. Data
yang digunakan tidak hanya data theodolite tetapi juga data dari manual
karena ada yang tidak bisa terbaca oleh thedolite. Data manual dilakukan
untuk titik-titik sudut yang terhalang oleh pohon dan gedung. Titik-titik
sudut yang didapat dari hasil pengukuran theodolite hampir sebanding dengan
titik-titik sudut yang didapat dari hasil pengukuran manual. Apalagi titik-
titik sudut di lokasi praktikum ini sangat banyak karena terdapat banyak
gedung.
2 Saran
Saran untuk praktikum kedepannya berjalan dengan lancar yaitu :
1. Praktikan harus terlebih dahulu mengetahui tentang teori pengambilan
data dilapangan.
2. Praktikan harus bisa memaksimalkan waktu praktikum agar praktikum
cepat selesai dan hasil yang didapatkan juga maksimal.
3. Perhatikan kondisi dari theodolite agar tidak terjadi error.
4. Jika terjadi terjadi kendala maka segera tanyakan kepada asisten yang
mendampingi.
27 SPOT HEIGHT
Latar Belakang
Pada pemetaan sebuah lokasi, bidang yang kita dapatkan tidak hanya
bidang datar, tetapi ada dalam bidang tinggi dan ada berupa kontur. Dalam
peta topografi dan peta-peta umum yang sering digunakan, penyajian relief
dari permukaan bumi sangatlah penting, karena dapat memberikan gambaran
yang lebih tepat tentang permukaan bumi tersebut.
Kontur dan beda tinggi dapat memberikan informasi secara relief
baik secara relatif ini diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis
kontur. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta
topografi, umum nya digunakan garis kontur (contour line). Oleh sebab itu,
maka diperlukan praktikum tentang spot height agar mendapatkan pengetahuan
yang lebih spesifik.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum spot height ini diantaranya:
1. Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan
atau pertamanan.
2. Untuk pembuatan garis kontur merupakan salah satu bagian penting pada
peta.
3. Untuk mengetahui cara pengambilan
kontur di lapangan
4. Untuk mengetahui tentang interpolasi
kontur dan kemiringan lereng.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum Spot Height ini
diantaranya:
1. Mampu membuat garis kontur pada peta.
2. Mampu memahami bentuk permukaan bumi dibidang datar.
3. Dapat mengetahui perbedaan cut and fill.
4. Dapat mengetahui beda tinggi dan elevasi dari lahan yang
diamati.
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Spot Height dan Garis Kontur serta Kegunaan nya
Spot height merupakan sebuah nilai ketinggian tunggal pada peta
topografi, baisanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk yang
menonjol diantara garis kontur. Titik tinggi merupakan titik pada permukaan
bumi yang mempunyai harga ketinggian diatas suatu datum tertentu. Menurut
Heywood (2002, p290) spot height adalah sebuah nilai ketiggian tunggal pada
peta topografi, biasanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk-bentuk
yang menonjol diantara garis kontur.
Titik tinggi merupakan titik pada permukaan bumi yang mempunyai
harga ketinggian diatas suatu datum tertentu. Datum yang umum digunakan
utnuk ketinggian ini adalah permukaan laut rata-rata.
Pengukuran sipat datar luas (spot height) dengan mengukur sebanayak
mungkin ketinggian titik-titik detail permukaan tanah. Kerapatan dan titik
detail yang akan diamati ketinggiannya, diatur sesuai dengan kebutuhan.
Makin rapat titik-titiknya akan dapat memberikan gambaran relief permukaan
tanah yang baik.
Gambar 12. Spot Height
Sumber : http://www.hmarston.co.uk/gps/gps_data2_appdx.
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik dengan
ketinggian tempata yang sama atau garis kontur adalah garis kontiniu diatas
peta dengan memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang
sama.
Menurut Meywood (2002, p283) kontur adalah sebuah garis pada peta
topografi yang menghubungkan titik-titik dari ketinggian yang sama dan
biasanya digunkan untuk mewakili bentuk dari permukaan bumi.
Gambar 12. Kontur
Sumber: http://geomonkey.wordpress.com/2011/02/25/membuat-
peta-kontur-dengan-er-mapper/
Nama lain dari garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan
garis horizontal. Kontur memberikan informasi relief, baik secara relatif
maupun secara absolute. Informasi relief secara relatif ini diperlihatkan
dengan menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal,
sedangkan untuk daerah yang landai dapat diperlihatkan dengan
memoerlihatkan garis-garis tersebut secara renggang.
Informasi relief secara absolute, diperlihatkan dengan cara
menuliskan nilai kontur yang merupakan ketinggian garis tersebut diatas
suatu bidang acuan tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang
permukaan laut rata-rata. Interval kontur ini sama dengan beda tinggi antar
kedua kontur. Interval sangat bergantung pada skala peta juga pada relief
permukaan.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-
garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Hal ini disebabkan karena peta pada umumnya dibuat dengan skala
tertentu, maka bentuk garis kontur juga akan mengalami pengecilan sesuai
dengan skala peta.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan
informsai slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau
melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan
galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap
ketinggian vertikal garis atau bangunan.
2. Pengertian Cut and Fill
Galian (cut) yaitu jumlah volume tanah yang dibuang pada
perencanaan sebuah areal yanga kan dibangun yang bertujuan untuk membantu
badan jalan bangunan yang baik dan rata.
Timbunan (fill) yaitu jumlah volume tanah yang ditimbun untuk
membentuk badan bangunan yang rata dan baik. Galian dan timbunan dapat
diper\oleh dari peta situasi dengan metode grid-grid (grading) yang
meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan melintang. Selisih tinggi
garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat perpotongan garis kontur
dan garis proyek. Tujuan dari perhitungan galian dan timbunan yaitu :
1. Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada tanah, sehingga
pekerjaan stabilitas tanah dasar dapat dikurangi. Waktu penyelesaian
proyek dapat dipercepat dan biaya pembangunan dapat seefisien mungkin.
2. Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang digunakan pada
pekerjaan galian dan timbunan dengan mempertimbangkan kemampuan daya
operasional dari alat tersebut. Sebelum memulai perhitungan galian dan
timbunan, pekerajaan diawali dengan pematokan (steak out) yang
bertujuan utnuk menandai wilayah mana yang terkena galian dan timbunan.
Setelah pekerjaan steak out selesai, pekerjaan galian dan timbunan
dapat dimulai dengan mengolah datanya yang diperoleh dari lapangan
untuk selanjutnya diolah. Ada tiga sistem utama yang dipakai :
a. Metode Tumpang/Irisan Melintang (Cros section Method)
Metode tumpang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume
pada proyek-proyek konstruksi yang memanjang, misalnya jalan raya, jalan
baja, dan saluran. Dalam prosedur ini, setelah sumbu diberi pancang, profil
tanah yang disebut penampang melintang dibuat tegak lurus pada sumbu,
biasanya dengan selang 50 atau 100 ft. Pembuatan penampang melintang
terdiri atas pengukuran elevasi-elevasi tanah dan jaraknya yang
bersanngkutan secara orthogonal kekiri dan kekanan sumbu.
1. Metode Potongan Melintang Rata-Rata
2. Metode Jarak Rata-Rata
3. Volume Prisma dan Piramid Kotak
4. Cara Ketinggian Sama
a. Metoda Luas Satuan/Lubang Galian Sumbang
Untuk mengetahui kualitas tanah, kerikil, batu atau material lain
yang digali atau yang ditimbunkan pada sebuah proyek konstruksi dapat
ditentukan dengan sipat datar lubang galian sumbang (borrow pit method)
3. Sifat-sifat dari Garis Kontur
Adapun berikut sifat-sifat kontur :
a. Garis kontur tidak boleh bercabang
b. Garis kontur tidak boleh bersinggungan.
c. Garis kontur terputus salah satunya jika melewati gedung.
d. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak ada yang
saling berpotongan.
e. Pada daerah yang curam, garis kontur lebih rapat.
f. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk suatu
garis.
g. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke
bagian yang lebih rendah.
h. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam membentuk huruf V yang
menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
i. Garis kontur pada punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan
kemiringan maksimumnya akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang
lebih tinggi.
j. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis kontur yang
menutup melingkar.
k. Garis kontur harus menutup dirinya sendiri.
l. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dihubungkan dan
dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
m. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
n. Garis kontur yang rapat menunjukkan keadaan permukaan tanah yang
terjal.
o. Garis kontur yang jarang menunjukkan landai.
p. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang
disajikan, jika datar maka interval garis konturnya tergantung pada
skala.
q. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3
garis kontur pada aderah berbukit setiap selisih 4 garis kontur,
sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.
r. Satu garis kontur mewakili ketinggian tertentu.
s. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.
t. Rangkaian garis kontur yang berbentuk U menandakan punggung gunung.
u. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V menandakan suatu lembah
atau jurang.
4. Perbedaan Spot Height dan Kontur
Kontur adalah garis-garis khayal yang menghubungkan titik dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinu di atas peta
dengan memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama.
Sedangkan spot height adalah sebuah nilai ketinggian tunggal pada
peta topografi, biasanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk yang
menonjol di antara garis kontur. Titik tinggi merupakan titim pada
permukaan bumi yang mempunyai harga ketinggian di atas permukaan suatu
datum.
5. Metode Perhitungan Spot Height
1. Cara Trigonometri
Penentuan beda tinggi dengan trigonometri adalah penentuan beda
tinggi secara tidak langsung, yaitu beda tinggi dari fungsi jarak mendatar
dan sudut vertikal antar dua titik yang diukur beda tinggi nya. Jarak
mendatar diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan pita ukur
secara elektronik EDM atau dengan cara lain.
Sedangkan sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat ukur dengan
menggunakan alat ukur theodolit. Setelah didapat jarak (D) dan sudut
vertikal (Z atau M) dari suatu titik lain nya dari pengukuran, maka dapat
dihitung beda tinggi antar dua titik.
Δh = D tan m + i-t
atau
Δh= D cotan Z + i –t
dimana:
D = Jarak mendatar
I = Tinggi alat
M = Sudut miring
T = Bacaan benang tengah
Z = Sudut zenith
Untuk pengukuran spot height dalam praktikum kali ini digunakan
metode Tachimetri dengan tahapan sebagai berikut:
1. Hitung jarak optis titik-titik grid dengan rumus:
D = 0,1 (ba-bb) sin²Z
dimana:
ba = benang atas
bb = benang bawah
2. Hitung beda tinggi Δh dengan rumus:
Δh =0,05 (ba-bb)sin2Z + ((i-bt)/1000))
dimana:
i = tinggi alat
bt = benang tengah
3. Hitung elevasi/ketinggian titi k dengan rumus:
H = H0 + Δh
dimana:
H0 = ketinggian titik dimana alat berada.
Catatan untuk pengukuran pulang pergi pada titik ikat, ketinggian
yang digunakan adalah ketinggian rata-rata.
2. Cara Barometris
Prinsip penentuan beda tinggi secara barometris adalah berdasarkan
perbedaan tekanan udara antara dua tempat. Maka tinggi permukaan tanah jika
makin tinggi maka tekanan udara makin berkurang.
Pengukuran tinggi dengan cara ini umumnya dilakukan untuk keperluan
studi awal atau pendahuluan, hasil pengukuran nya masih kasar (kurang
akurat). Alat yang dipakai adalah barometer dan termometer.
Titik A dan titik B ditentukan beda tinggi nya dengan cara
trigonometri. Prosedur perhitungan dan pengukuran sebagai berikut:
1. Tegakkan theodolit di A, ukur tinggi nya sumbu mendatar dari A,
misalkan t.
2. Tegakkan target di b, ukur tinggi nya target dari B.
3. Ukur sudut tegak m (sudut Dm dengan EDM)
4. Ukur sudut tegak m (sudut miring), sudut Z (sudut Zenith)
5. Dari besaran-besaran yang diukur, maka terdapat persamaan:
Hab = ( Tb + Tb' ) + BB' – Tb
Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum objek Spot Height yaitu :
1. Theodolite
2. Rambu ukur
3. Statif
4. Payung
5. Tali Rafia
6. Meteran
7. Patok
8. Waterpass
2. Metoda
1. Siapkan peralatan dan keperluan pengukuran.
2. Tentukan daerah yang akan diukur (orientasi medan).
3. Dirikan alat theodolite pada titik pertama yang telah diketahui
ketinggiannya, misal Titik A.
4. Centeringkan theodolite dengan bantuan nivo kotak dan nivo tabung serta
unting-unting.
5. Arahkan alat pada posisi rambu yang diletakkan pada jarak 10 m (misal
Titik J), nolkan skala sudut horizontal, kemudian kunci sudut
horizontal. Lakukan pemasangan patok pada setiap kelipatan jarak 1 m.
6. Putar alat sejauh 90o searah sudut horizontal. Kemudian lakukan
pembacaan benang (atas, bawah, tengah) pada setiap kelipatan jarak 1 m
sepanjang 10 m (10 kali pembacaan benang).
7. Pindahkan alat pada titik patok berikutnya (misal Titik B). Nol kan
alat pada titik ikat sebelumnya (misal Titik A). Kemudian alat diputar
sejauh 270o arah horizontal dan lakukan pembacaan benang (atas, bawah,
tengah) pada setiap kelipatan jarak 1 m sepanjang 10 m (10 kali
pembacaan benang).
8. Setelah pembacaan benang selesai, dengan cara yang sama pada point,
lakukan juga untuk titik patok berikutnya.
33 Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum objek Spot height yaitu bentuk
gambaran permukaan bumi yang bisa dilihat pada lampiran. Gambar ini berupa
garis-garis kontur yang didapat dari menyambung titik-titik yang sudah
dicari elevasinya yang sama. Pada gambar Spot height kelompok 3 (tiga)
menggunakan kenaikan kontur 0,02. Praktikum spot height ini dilakukan pada
di lokasi lahan peternakan dekat gedung farmasi lama. Ini dilakukan karena
di daerah tersebut sangat banyak kontur atau kemiringan lahan yang cocok
untuk didapatkan hasil kontur yang baik. Luasan lahan yang akan dibuat
garis-garis kontur nya ialah 10mx10m.
2. Pembahasan
Dari praktikum Spot Height, pertama kali ditentukan tempat yang
akan dibuat konturnya yaitu di lahan peternakan dekat gedung farmasi lama.
Ukuran lahan atau tempat yang akan digunakan yaitu dengan panjang dan lebar
10 meter dan jarak setiap patoknya 1 meter. Setelah semua patok terpasang
sesuai dengan jarak yang ditentukan pertama yang dilakukan yaitu menembak
dari A0 ke K0 menggunakan sudut vertical 90̊. Setelah itu baru dilakukan
penembakan dari patok A10 ke patok A1 yang masing-masing jaraknya 1 meter.
Hal yang sama dilakukan pada setiap patok hingga patok K. semua penembakan
menggunakan sudut vertikal 90º, kecuali pada patok K0 – A0 menggunakan
sudut 270̊.
Pada patok A diperoleh H0 dari GPS yang digunakan yaitu sebesar 275
mdpl. H0 ini digunakan untuk mengetahui keberadaan wilayah yang kita amati
dari permukaan laut. Untuk mengetahui H0 patok selanjutnya dengan
menjumlahkan beda tinggi dari setiap patoknya.
Pada proses penembakan sedikit mengalami kesulitan, karena medan
yang tidak datar sehingga proses penyentringan theodolite sedikit lama,
selain itu praktikan yang memegang rambu tidak lurus dan sering goyang.
Sehingga terkadang penembakan dilakukan pengulangan utnuk memperoleh jarak
yang sesuai.
Pada proses pembuatan gambar dibuatlah titik grid sesuai dengan
data yang diperoleh, kemudian masukkan nilai interpolasi pada titik 0
dinilai tertinggi kemudian tandai titik pada vertikal, horizontal dan
diagonal. Setelah itu hubungkan titik dicari atau elevasi yang sama
sehingga membentuk kontur.
Kenaikan kontur yang digunakan dalam Spot height kelompok III
adalah 0,02. Apabila garis kontur jarang berarti lokasi dipermukaan bumi
landai, dan jika garis kontur rapat berarti keadaan dipermukaan bumi
terjal. Untuk penggambaran dimulai dari penggabungan titik-titik yang
elevasinya telah dicari dengan ketinggian yang sama.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada praktikum Spot height kita bisa menggambarkan keadaan permukaan
bumi pada bidang datar. Dari gambar yang dibuat oleh kelompok III dapat
diambil kesimpulan terdapat dua garis Mayor yaitu pada titik 274 mdpl dan
275 mdpl. Dari gambar kontur yang telah dibuat, terdapat garis-garis kontur
yang rapat, menandakan bahwa lokasi tersebut terdapat terjal.
2. Saran
Adapaun saran untuk praktikum Spot Height yaitu :
1. Dibutuhkan keseriusan praktikan dalam melakukan praktikum ini.
2. Untuk praktikum Spot Height ini diperlukan ketelitian dari praktikan
supaya data yang diperoleh valid.
3. Untuk asisten hendaknya selalu dapat mendampingi praktikan ketika
praktikum berlangsung.
4. Untuk pembuatan gambar dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dari
praktikan.
5. Diharapkan untuk tidak lebih banyak tidur daripada bekerja.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Wilayah yang telah dilaksanakan
oleh kelompok III mulai dari objek Alat Ukur Sederhana hingga objek Spot
Height dapat diambil kesimpulan yaitu, Pengukuran menggunakan Alat Ukur
Sederhana data yang diperoleh tidak selalu akurat, karena ada beberapa
faktor diantaranya alat yang kondisinya sudah tidak baik dan ketelitian
dari seorang pengukur.Penggambaran poligon bisa dilakukan setelah
didapatkan koordinat X dan Y. Koordinat ini diperoleh dari pengolahan data
pada rumus 15. Poligon yang didapatkan yaitu poligon tertutup sempurna. GIS
berguna untuk pembuatan kontur, pembuatan peta tanah, mengetahui pembukaan
lahan pertanian, serta lahan yang kurang baik untuk melakukan penanaman
tanaman dan bisa mengetahui kawasan yang efektif untuk pariwisata dan lain-
lain. Output yang dihasilkan yaitu berupa peta yang telah
teregistrasi.Pemetaan Detail Situasi dapat dilakukan dengan pengambilan
data setiap sudut dari bangunan yang ada maupun buatan alam, seperti
gedung, jalan, koridor, lampu jalan, pohon, plank, dan lainnya. Pada Spot
Height dapat diketahui bentuk permukaan bumi pada bidang datar. Jika garis
kontur rapat maka menunjukkan daerah yang terjal. Sedangkan jika garis
kontur jarang, menunjukkan bentuk permukaan bumi yang landai. Kesalahan
yang sering terjadi pada saat praktikum berlangsung diantaranya faktor alam
salah satunya angin yang bertiup kencang, sinar matahari yang terik dapat
mengganggu proses kerja theodolite, pohon yang menghalangi dan posisi
gedung yang menghalangi penembakan theodolit, kondisi alat yang kurang baik
dan kesalahan dari manusia (human error) seperti tidak telitinya pengukur
ketika melihat hasil pengukuran dari alat yang digunakan.
Saran
Demi kesempurnaan praktikum periode selanjutnya, disarankan agar :
1. Praktikan melakukan praktikum dengan keseriusan agar praktikum dapat
berjalan lancar.
2. Untuk penggunaan alat praktikum hendaknya praktikan berhati-hati, karena
alat yang digunakan sangat sensitif dan harganya cukup mahal.
3. Untuk pengambilan data diperlukan keseriusan, jika tidak hal ini bisa
berpengaruh terhadap hasil gambar yang akan dibuat.
4. Untuk penggambaran diperlukan ketelitian dan kesabaran, karena data yang
digunakan tidak selalu benar dan akurat
5. Untuk asisten, sebaik nya tidak untuk terlalu berlebihan dalam meyikapi
praktikan, karena praktikan pun tidak ada yang lengah menhadapi tugas
yang diberikan oleh asisten. Hanya saja praktikan butuh waktu yang
relevan untuk menyelesaikan semua nya. Praktikan juga baru belajar, jadi
sangat tidak mungkin ketika awal diajarkan, praktikan langsung bisa
menyelesaikan tugas dengan baik dan sempurna. Jika asisten menyikapi
praktikan dengan baik, pasti tidak timbul kesan yang buruk dari
praktikan untuk semua asisten.
6. Untuk praktikan, jangan pernah melalaikan waktu ketika praktikum di
lapangan maupun menyelesaikan tugas akhir pribadi dan kelompok. Karena
resiko nya akan sangat besar. Pertama, semua titik yang akan diambil di
lapangan tidak akan terambil semua sehingga akan menyebabkan praktikan
masuk ke ruang sidang.
7. Ada baiknya selama praktikum berlangsung, asisten mendampingi praktikan.
Sehingga tidak ada terjadi kesalahan yang sebenarnya tidak harus
terjadi.
8. Diharapkan disiplin waktu bagi praktikan, karena jika praktikum dimulai
tidak sesuai dengan wasktu yang telah ditentukan maka praktikum yang
berlangsung semakin lama dan jadwal pulang praktikum lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Ukur Tanah 2. Jurusan Teknik Sipil PEDC : Bandung
Anonim. 2011. Titik Tinggi. http://www.scribd.com/doc/101198473/13/Titik
Tinggi-Spot-Height(diakses pada tanggal 4 April 2016 pukul 19.27 WIB)
Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000.Sistem Informasi dan Geografis :
Bogor.
Basuki, Slamet. 2005. Ilmu Ukur Wilayah.Universitas Gadjah Mada Press :
Yogyakarta.
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah.Universitas Gadjah Mada Press :
Yogyakarta.
Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu Ukur Tanah. Angkasa : Bandung.
Cooper,W.D.1985. Instrumentasi Elektronik Dan Teknik Pengukuran. Erlangga :
Jakarta.
Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital dan Rekayasa Teknik Sipil
dengan Autocad Development. ITB : Bandung.
Darwis.Irwan.1995.Penuntun Paraktikum Ilmu Ukur Tanah.Faperta Universitas
Andalas : Padang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan. Depdikbud : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Standar Kompetensi Nasional Bidang
SURVEYING. Bagian Proyek Sistem Pengembangan : Jakarta.
Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. PT. Pradjna Paramita : Jakarta.
Gayo. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta : PT Pradjina
Paramita
Grup XIII 2008. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh
Gumilar, I. 2003. Penggunaan Computer Aided Design (CAD) pada Biro Arsitek.
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI : Bandung.
Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul Pelatihan SIG : Pemkab Malinau
Hasanudin, M. dan kawan-kawan. 2004. Survai dengan GPS. Pradnya Paramita :
Jakarta.
Hayati, S. 2003. Aplikasi Geographical Information System untuk Zonasi
Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Bandung. Lembaga Penelitian UPI
: Bandung.
Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering Survey. Teknik Geodesi FPTS ITB :
Bandung
Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering Survey. Teknik geodesi FPTS ITB :
Bandung.
Kasmat Yusus.2012. pengertian kontur dan kemiringan lereng.
http://kasmatyusufgeo10.blogspot.com/2012/11/pengertian-kontur-dan-
kemiringan-lereng.html (Diakses 4 April 2016 pukul 10:16 WIB)
Kusminingrum, N. dan G. Gunawan. 2003. Evaluasi dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Udara di Kota-Kota Besar di Indonesia. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.1 Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.
Lanalyawati. 2004. Pengkajian Pengelolaan Lingkungan Jalan di Kawasan Hutan
Lindung (Bedugul Bali). Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.2 Juli.
Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.
Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan Lingkungan Zona Buruk untuk Perumahan.
SPS IPB : Bogor.
Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical Information System untuk Zonasi
Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Sumedang. Jurusan Pendidikan
Teknik Bangunan FPTK UPI : Bandung.
Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi FTSP ITB : Bandung.
Mira, S. 1998. Poligon. Teknik Geodesi FPTS ITB : Bandung
Mira, S. 1998. Ukuran Tinggi Teliti. Teknik Geodesi FPTS ITB : Bandung
Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti. Teknik Geodesi FTSP ITB :
Bandung.
Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004. Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan
Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif. Jurnal Litbang Jalan Volume 21
No.1 Maret. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.
Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG Informatika : Bandung.
Pendidikan Teknik Bangunan. 2005. Struktur Kurikulum Program Studi
Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI : Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Purwaamijaya, I.M. 2005a. Analisis Kemampuan Lahan di Kecamatan- Kecamatan
yang Dilalui Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa Barat. Jurnal
Permukiman ISSN : 0215- 0778 Volume 21 No.3 Desember 2005.Departemen
Pekerjaan Umum : Badan Penelitian dan Pengembangan. Bandung.
Purwaamijaya, I.M. 2005b. Analisis Kemampuan Lahan sebagai Acuan
Penyimpangan Gejala Konversi Lahan Sawah Beririgasi Menjadi Lahan
Perumahan di Koridor Jalan Soekarno- Hatta Kota Bandung. Jurnal
Informasi Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 – 2005.
Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan Lingkungan yang Disebabkan oleh
Prasarana dan Sarana Jalan (Studi Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota
Bandung Jawa Barat). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah untuk Teknik Sipil. FPTK UPI :
Bandung.
Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi Geodesi (Proyeksi Peta). Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri A Pengukuran Tinggi. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C Pemetaan Topografi. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Sapiie S,Nishino O. 1979. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. Pradnya
Paramita : Jakarta.
Staf Ukur Tanah. 1982. Petunjuk Penggunaan Planimeter. Pusat Pengembangan
Penataran Guru
Sudaryatno. 2009. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
Supratman, A. 2002. Geometrik Jalan Raya. FPTK IKIP : Bandung
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992. Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK IKIP
: Bandung.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992. Pengukuran Horizontal. FPTK IKIP
: Bandung
Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul : Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK
IKIP : Bandung.
Teknologi. Bandung. Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan Raya. FPTK IKIP :
Bandung.
Warsito,S.1988. Teknik Ukur Dan Piranti Ukur. PT Elex Media Komputindo :
Jakarta.
Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius : Jakarta.
Wongsotjitro. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius : Yogyakarta.
Yefrican. 2010. Alat Ukur Dan Teknik Pengukuran.
https://dekop.files.wordpress.com (Diakses tanggal 10 Februari
2016,11.00 WIB).
Yefrican. 2011. Sistem Pengukuran Teknik.
http://yefrichan.files.wordpress.com (Diakses tanggal 10 Februari
2016,11.20 WIB).
Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002 untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia :
Jakarta.
FLOWCHART
SKEMA TAHAPAN PEKERJAAN PEMETAAN DETAIL SITUASI
DOKUMENTASI
Pengukuran manual dari patok A Pengukuran jarak
dari patok D-E ke patok F
menggunakan kompas
Pemasangan patok C
Pemasangan patok A
Pemasangan patok E
Pemasangan patok D
Pemasangan patok F
Pemasangan patok E
Pemasangan patok D Percobaan
menggunakan rambu ukur
Memperkuat patok D
Memperkuat patok A
Pengukuran jarak menggunakan kompos Pengukuran jarak manual patok A-F
Mencari titik koordinat menggunakan GPS Mencari titik koordinat
menggunakan GPS
Penentuan titik koordinat Mesjid Penentuan
titik koordinat Mesjid
Raya Durian Tarung
Penentuan titik koordinat Mesjid Penentuan titik
koordinat Mesjid
Penentuan titik koordinat masjid Penentuan titik koordinat
Mesjid Istighfar Pulau
Penentuan titik koordinat Mesjid Penentuan titik
koordinat masjid
Penentukan titik koordinat Mesjid Penegakkan
rambu ukur
Penembakan oleh shooter Proses
pengolahan data
Pengambilan data spot height Pencatatan data Spot Height
Pemegangan Rambu Ukur Penembakan rambu ukur oleh shooter
Foto di objek terakhir (Spot Height) terakhir bersama Asisten Lapangan dan
Asisten Penanggungjawab di lapangan
Foto di objek terakhir (Spot Height) kelompok 3 Ilmu Ukur Wilayah di
Lapangan
-----------------------
Persiapan dan orientasi lapangan
Pengukuran
Poligon
Spot height
GIS
Detail situasi
Pengambilan data
Pengolahan data
Informasi lengkap
Pembuatan laporan
Peta detail situasi
Penggambaran
Poligon
Penggambaran
Pengolahan data
Peta kontur