LAPORAN PRAKTIKUM SPPK
HYDRANT II
(SISTEM HYDRANT)
NAMA : LUFFY ARVIONITA
KELAS : K3 - 4A
NRP : 6512040026
AUTOMATIC FIRE EXTINGUISHER LABORATORY
SAFETY ENGINEERING STUDY PROGRAM
SURABAYA STATE SHIPBUILDING POLYTECHNIC
SURABAYA
2013/2014
PRAKTEK
HYDRANT SYSTEM
I. TUJUAN
I.1 TIU
Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran.
I.2 TIK
Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian Hydrant System
dan dapat memadamkan kebakaran dengan Hydrant System.
II. DASAR TEORI
2.1 Pengertian Hydrant System
Hydrant system adalah suatu system yang dioperasikan secara manual
oleh operator (manusia). Media pemadamnya menggunakan air. Disepanjang
instalasi pemipaan mengandung air bertekanan sampai pada titik Hydrant
Valve, Hose reel, Hydrant Pillar atau perangkat lainnya.
Sistem instalasi hydrant dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Sistem instalasi hydrant kering ialah suatu sistem hydrant yang pipa-
pipanya tidak berisi air, dan akan berisi air manakala hydrant
tersebutdigunakan.
2) Sistem instalasi hydrant basah ialah suatu sistem hydrant tang pipa-
pipanya selalu berisi air.
2.2 Komponen-komponen Hydrant System
1) Hydrant pilar
Hydrant pillar dua
Hydrant pillar satu
Hydrant pilar ialah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan
pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan
oleh mobil Pemadam Kebakaran untuk mengambil air jika kekurangan dalam
tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses
mobil Pemadam Kebakaran.
2) Hydrant Box
Outdoor hydrant
Indoor Hydrant
Hydrant box ialah adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang
menggunakan pasokan air dan dipasang di dalam bangunan atau gedung. Hydrant
box biasanya dipasang menempel di dinding dan menggunakan pipa tegak (stand
pipe) untuk menghubungkan dengan pipa dalam tanah khusus kebakaran
3) Siamese Connection
Siamese connection ialah merupakan masukan (inlet) bercabang dua yang
berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem hydrant apabila
pompa kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam resevoir telah habis.
4) Nozzle
Nozzle ialah suatu alat penyemprot yang terletak pada bagian ujung
darislang yang digunakan untuk pengaturan pengeluaran air
5) Selang Hydrant
Slang hydrant ialah alat yang digunakan untuk mengalirkan air yang
bersifat flexible.
6) Hose Rell
Hose Reel ialah slang yang digunakan untuk mengalirkan air yang pada
bagian ujungnya selalu terpasang nozzle secara tetap dihubungkan secara
permanen dengan sumber air bertekanan
2.3 Klasifikasi Hydrant System
a. Berdasarkan letaknya dan jenisnya, hydrant system dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Hydrant Gedung
Hydrant gedung atau biasa disebut dengan hydrant box adalah suatu
sistem pencegah kebakaran yang menggunakan pasokan air dan dipasang
di dalam bangunan atau gedung. Hydrant box biasanya dipasang
menempel di dinding dan menggunakan pipa tegak (stand pipe) untuk
menghubungkan dengan pipa dalam tanah khusus kebakaran.
2. Hydrant Halaman
Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar, adalah
suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan
dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh
mobil PMK untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil.
Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil
PMK.
b. Berdasarkan besar ukuran pipa hydrant yang dipakai, hydrant system
dibedakan menjadi :
Hydrant kelas I adalah suatu hydrant yang menggunakanukuran slang 6,25
cm (2,5 inch).
Gambar Hydrant Kelas I
Hydrant kelas II adalah suatu hydrant yang menggunakanukuran slang
3,75 cm (1,5 inch)
Gambar Hydrant Kelas II
Hydrant kelas III adalah suatu hydrant yang menggunakanukuran sistem
gabungan kelas I dan kelas II
Gambar Hydrant Kelas III
Tabel 2.1 Peletakan hydrant berdasarkan luas lantai klasifikasi
bangunan dan jumlah lantai bangunan
Sumber : Depnaker
2.4 Perencanaan Sistem Hydrant
Untuk merencanakan instalasi hydrant kebakaran harus diperhatikan beberapa
faktor yang menentukan, antara lain :
Tabel 2.2 Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah lantai
Sumber : depnaker
2.5 Klasifikasi Bahaya Hunian
A. Bahaya Kebakaran Ringan ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadikebakaran melepaskan
panas rendah sehingga menjalarnya apilambat.
B. Bahaya Kebakaran Sedang kelompok I, ialah jenis hunian yangmempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5meter dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedangsehingga menjalar api sedang.
C. Bahaya Kebakaran Sedang kelompok II, ialah jenis hunian yangmempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4meter dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedangsehingga menjalarnya api sedang.
D. Bahaya Kebakaran Sedang kelompok III, ialah jenis hunian yangmempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabilaterjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnyaapi cepat.
E. Bahaya Kebakaran Berat ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadikebakaran melepaskan
panas tinggi, seperti tempat penyimpanancairan yang mudah terbakar,
serat atau bahan lain yang apabilaterbakar apinya akan ceat menjadi
besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat.
2.6 Sistem Penyediaan Air
2.6.1 Jaringan Kota
Pada setiap gedung yang direncanakan, sistem penyediaan airnya berasal
dari jaringan kota yang kemudian ditampung pada GroundTank. Sambungan pada
sistem jaringan kota dapat diterima kembaliapabila kapasitas dan tekanannya
mencukupi. Kapasitas dan tekanansistem jaringan kota dapat diketahui dengan
mengadakan pengukuranlangsung pada jaringan distribusi ditempat
penyambungan yangdilaksanakan, dan ukuran pipa distribusi sekurang–
kurangnya harussama dengan pipa tegak yang berfungsi sebagai shaft pipa.
Berikut iniadalah ketentuan untuk sistem Pemadam Kebakaran :
a. Sesuai dengan peraturan NFPA ( National Fire ProtectionAssociation )
dan Menteri Pekerjaan Umum bahwa untuk setiaplantai yang memiliki
sprinkler 14 – 45 buah pada gedung dengan jenis kebakaran ringan harus
memiliki debit air ( Q ) sekurang – kurangnya 0,001 m3/s ( untuk satu
Sprinkler Head ).
b. Sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 887 Tahun1981 tentang
Persyaratan dan Standar debit Aliran Hydrant Boxuntuk gedung dengan
jenis kebakaran ringan harus memiliki debit aliran ( Q ) sekurang–
kurangnya 0,006 m3/s ( untuk satuhydrant box pada tiap lantai ).
c. Sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 887 Tahun1981 tentang
Persyaratan dan Standar debit Aliran Hydrant Boxuntuk gedung dengan
jenis kebakaran ringan harus memilikidebit aliran ( Q ) sekurang –
kurangnya 0,019 m3/s ( untuk satuhydrant pillar pada satu halaman
gedung ).
2.6.2 Tangki Gravitasi
Tangki Gravitasi diletakan pada ketinggian tertentu dan
direncanakandengan baik dan dapat diterima sebagai sistem penyediaan air
Kapasitas dan letak ketinggian tangki harus memberikan aliran dantekanan
yang cukup.
Gambar 2.1 Tangki Gravitasi
Tangki Gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, hydrant kebakaran
dan sistem sprinkler otomatis harus :
Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa sehingga dapatmenyalurkan
air dalam kuantitas dan ketentuan yang cukup untuk sistem tersebut.
Mempunyai lubang aliran keluaran untuk keluaran rumah tangga pada
ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaanminimum
untuk memadamkan kebakaran dapat direncanakan.
Mempunyai lubang aliran keluaran untuk kebakaran padaketinggian
tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaanminimum yang diperlukan
untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.
Gambar 2.2 Sambungan pipa yang melayani keperluan rumah tangga,
kran kebakaran, springkler otomatis pada tangki gravitasi
2.6.3 Tangki Bertekanan
Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan suatu cara yangdibenarkan
agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. Sistemtersebut dilengkapi
dengan alat tanda bahaya yang memberikan peralatan apabila tekanan atau
permukaan tinggi air dalam tangkiturun melalui batas yang ditentukan.Tangki
bertekanan harus selalu berisi air 2/3 penuh dan diberi tekanan udara
sedikitnya 49 N/cm2, kecuali ditentukan lain oleh pejabat yang berwenang.
Apabila dasar tangki bertekanan terletak sedemikian rupadi bawah sistem
sprinkler yang tertinggi, maka tekanan udara yangharus diberikan minimum 49
N/cm2 ditambah 3 X tekanan yangdisebabkan oleh berat air pada perpipaan
sistem sprinkler di atas tangki.
Gambar 2.3 Tangki Bertekanan
2.6.4 Sambungan pemadam kebakaran
Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yangmemungkinkan
petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam sistem springkler, ukuran
pipa minimum adalah 100 m.Pipa berukuran 80 mm dapat digunakan, apabila
dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 80 mm juga. Sambungan pemadam
kebakaranharus ditempatkan pada bagian sistem springkler di dekat katup
balik.
2.5. Persyaratan kapasitas aliran dan tekanan.
2.5.1.Bahaya kebakaran ringan.
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225liter/menit
dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yangekivalen dengan
perbedaan tinggi antara katup kendali denganspringkler tertinggi. Tekanan
diukur pada katup kendali.
2.5.2.Bahaya kebakaran sedang
a. Bahaya kebakaran sedang kelompok I.Penyediaan air harus mampu
mengalirkan air dengan kapasitas375 liter/menit dan bertekanan 1,0
kg/cm2 atau kapasitas 540liter/menit dan bertekanan 0,7 kg/cm2
ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara
katup kendalidengan springkler tertinggi. Tekanan diukur pada
katupkendali.
b. Bahaya kebakaran sedang kelompok II.Penyediaan air harus mampu
mengalirkan air dengan kapasitas725 liter/menit dan bertekanan 1,4
kg/cm2 atau kapasitas 1000liter/menit dan bertekanan 1,0 kg/cm2
ditambah tekanan yangekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup
kendali denganspringkler tertinggi. Tekanan diukur pada katup kendali.
c. Bahaya kebakaran sedang kelompok III.Penyediaan air harus mampu
mengalirkan air dengan kapasitas1100 liter/menit dan bertekanan 1,7
kg/cm2 atau kapasitas1350 liter/menit dan bertekanan 1,4 kg/cm2
ditambah tekananyang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup
kendalidengan springkler tertinggi. Tekanan diukur pada katupkendali.
2.6 Sistem Pompa Otomatis
Pompa kebakaran harus ditempatkan sedemikian rupa, sehinggamudah
dicapai di dalam gedung atau ditempatkan di dalam bangunantahan api di luar
gedung. Pompa kebakaran tidak boleh digunakanuntuk keperluan lain di luar
keperluan kebakaran. (Dianjurkan pemasangan pompa kebakaran terpisah untuk
keperluaninstalasi slang kebakaran).
a) Kondisi pipa hisap pompa kebakaran.Pipa hisap pompa sentrifugal
dianggap dalam keadaan tekanan positip, apabila dipasang pada
kedalaman kurang dari 2 meter diukur dari muka air terendah dalam
tangki; dalam keadaannormal muka air harus selalu berada diatas poros
pompa. Panjang pipa hisap tidak boleh lebih dari 30 meter, dengan
catatan bahwa belokan diperhitungkan sebagai pipa dengan panjang 3
meter.Pemasangan pipa harus selalu diusahakan menanjak terus sampaike
pompa, kecuali pada pemasangan pompa di bawah tekanan positip.
b) Pompa dipasang dengan pipa hisap dalam keadaan tekanan positip.Keadaan
yang perlu diperhatikan apabila pompa dipasang pada pipa hisap dalam
keadaan tekanan positip dan berukuran minimum
Tabel 2.3 Ukuran minimum pipa hisap
Sistem bahaya kebakaran berat harus mempunyai pipa hisapsedemikian
rupa, sehingga kecepatan dalam pipa tidak lebih dari1,8 m/detik,
apabila pompa bekerja pada kapasitas penuh.Apabila dipasang lebih dari
satu pompa, maka pipa hisap bolehdihubungkan satu sama lain, asalkan
selalu diusahakan pemasangan katup penutup pada setiap bagian pipa
hisap, baik yang disambungkan pada setiap pompa maupun
yangdisambungkan pada tangki hisap.
c) Pompa dipasang dengan pipa hisap dalam keadaan tekanan negatip.Apabila
pompa dipasang dalam keadaan tekanan negatip, perludiperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1. Ukuran pipa hisap harus sesuai dengan tabel dibawah.
2. Untuk sistem bahaya kebakaran berat ukuran pipa hisapsedemikian
rupa, sehingga kecepatan air dalam pipa tidak lebih dari 1,5
m/detik, apabila pompa bekerja pada kapasitas penuh.
3. Jarak tegak antara muka air terendah dan poros pompa tidak
boleh lebih dari 3,7 m.
4. Pada bagian pipa hisap yang terendah harus dilengkapi
dengankatup ujung.
5. Tiap pompa harus mempunyai pipa hisap yang terpisah.
6. Tiap pompa harus mempunyai perlengkapan air pemancing otomatis
Tabel 2.4 Ukuran minimum pipa hisap
d) Air pemancing pompa.
Apabila diperlukan pemancingan otomatis, harus dijamin bahwa pompa
selalu dalam keadaan siap dan terisi air pemancing.Air pemancing
harus diambil dari tangki yang dipasang padasuatu ketinggian,
pengisian tangki air pemancing harus bekerjaotomatis. Tiap pompa harus
dilengkapi dengan tangki air pemancing tersendiri dengan pipa
penghubung tersendiri. Ukuran pipa dan kapasitas tangki air pemancing
pompa ditunjukkanseperti tercantum pada tabel dibawah.
Tabel 2.5 Ukuran pipa dan kapas tas tangki air pemancing pompa
2.7 Sistem Pipa Tegak dan Slang
Sistem pipa tegak dan slang untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung dibagi pada tiga kelas, yaitu:
Sistem kelas I .
Sistem harus menyediakan sambungan slang ukuran 63,5 mm(2½ inci) untuk
pasokan air yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan mereka
yang terlatih.
Sistem kelas II
Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1½ inci)untuk
memasok air yang digunakan terutama oleh penghuni bangunan atau oleh
petugas pemadam kebakaran selama tindakanawal.
Sistem kelas III
Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1½ inci)untuk
memasok air yang digunakan oleh penghuni bangunan dansambungan slang
ukuran 63,5 mm (2½ inci) untuk memasok air dengan volume lebih besar
untuk digunakan oleh petugas pemadam kebakaran atau mereka yang
terlatih.Untuk sistem hydrant di gedung perkantoran dikatgorikan
dalamsistem kelas I karena bahaya kemungkinan terjadinya kebakarandi
kanor termasuk rendah karena pemicu kebakaran rendah dansistem
proteksi di kantor yang cukup baik.Alat pengatur tekanan, alat
pembatas tekanan, bangunan gedung,katup control, katup control
tekanan, katup slang, pipa cabang, pipa tegak, pipa tegak basah, pipa
tegak kering, pipa utama,sambungan slang, tekanan-tekanan,
1. Pipa dan tabung : 6 inch à 150 mm2.
2. Pipa tegak harus dilas
3. Gantungan untuk menahan 5x berat pipa + air + 114kg padamasing-
masing titik penahanan
4. Penahan ekspansi digunakkan pada posisi vertical harusdipasang
selang seling dengan gantungan-gantungan yangdihubungkan
langsung ke bagian struktur
Setiap kotak slang 40 mm ( 1½ inci) yang disediakan dengan slang40 mm
( 1½ inci ) harus dipasang dengan rak yang terdaftar ataufasilitas
penyimpanan lain yang disetujui. Setiap kotak slang 40 mm ( 1½ inci ) harus
dipasang dengan gulungan aliran menerus yangterdaftar.Sistem harus
menyediakan sambungan slang ukuran 63,5 mm(2½ inci) untuk pasokan air yang
digunakan oleh petugas pemadamkebakaran dan mereka yang terlatih.
Letak Sambungan Slang pada Sistem Kelas 1.
Dilengkapi dengan sambungan untuk slang dengan ukuran 65 mm pada :
1. Pada setiap bordes diantara 2 lantai pada setiap tanggakebakaran yang
dipersyaratkan. Terdapat beberapa pengecualian, : Sambungan slang
diizinkan untuk diletakan pada lantai bangunan di dalam tangga
kebakaran, atas persetujuan instansi yang berwenang.
2. Pada setiap sisi dinding yang berdekatan dengan bukaan jalankeluar
horizontal.
3. Di setiap jalur jalan keluarpada pintu masuk dari daerah bangunan
menuju ke jalan terusan.
4. Di bangunan mal yang tertutup, pada pintu masuk setiap jalur jalan
keluar atau koridor jalan keluar dan pintu pintu masuk untuk umum
menuju ke mal.
5. Pada lantai tangga kebakaran yang teratas dengan tangga yangdapat
mencapai atap dan bila tangga tidak dapat mencapaiatap, maka sambungan
slang tambahan 65 mm harus disediakan pada pipa tegak yang tyerjauh
untuk memenuhi keperluan pengujian.
6. Apabila bagian lantai atau tingkat terjauh yang tidak dilinfungi oleh
springkler yang jaraknya dari jalan keluar yangdiisyaratkan melampaui
45,7 m atau bagian lantai yang terjauhdan dilindungi oleh sprinkler
yang jarak tempuhnya melebihi61 ma dari jarak yang ditentukan.
Ukuran minimum pipa tegak.
Ukuran pipa tegak untuk sistem kelas I dan kelas III harus
berukuransekurang-kurangnya 100 mm (4 inci).
Syarat pipa tegak :
1. Dirancang secara hidraulik untuk mendapatkan laju aliran air pada
tekanan sisa 6,9 bar (100 psi) pada keluaran sambunganslang 65 mm (2½
inci) terjauh dihitung secara hidraulik, dan 4,5 bar (65 psi ) pada
ujung kotak hidran 40 mm (1½ inci) terjauhdihitung secara hidraulik.
2. Ukuran pipa dengan laju aliran yang disyaratkan pada tekanansisa 6,9
bar (100 psi) pada ujung slang terjauh dengan ukuran 65mm (2½ inci)
dan tekanan 4,5 bar (65 psi) pada ujung slangterjauh dengan ukuran 40
mm (1½ inci), dirancang sesuai sepertitertera pada tabel 7.7.b .
Perancangan yang menggunakan caraskedul pipa, harus dibatasi hanya
untuk pipa tegak basah dari bangunan yang tidak dikatagorikan sebagai
bangunan tinggi.
Tabel 2.6 Ukuran Pipa Tegak
Bilamana tekanan sisa pada keluaran ukuran 40 mm (1½ inci)
padasambungan slang yang tersedia untuk digunakan oleh penghunimelampaui
6,9 bar (100 psi), alat pengatur tekanan yang sudah diujiharus disediakan
untuk membatasi tekanan sisa dengan aliran yangdisyaratkan di butir 5.9,
pada tekanan 6,9 bar (100 psi).Bilamana tekanan statis pada sambungan slang
melampaui 12,1 bar (175 psi), alat pengatur tekanan yang sudah diuji harus
disediakanuntuk membatasi tekanan statis dan tekanan sisa, di ujung
sambunganslang 40 mm (1½ inci) yang tersedia untuk digunakan oleh penghuni,
bertekanan 6,9 bar ( 100 psi), dan bertekanan 12,1 bar (175 psi)
padasambungan slang lainnya.Sumber-sumber pasokan air yang diizinkan :
1. Suatu sistem pengairan umum yang tekanan dan laju alirannyamencukupi.
2. Pompa air otomatis yang dihubungkan dengan sumber air yangtelah
disetujui sesuai standar yang disyaratkan.
3. Pompa-pompa pemadam kebakaran manual yangdikombinasikan dengan tangki-
tangki bertekanan.
4. Tangki-tangki bertekanan yang dipasang sesuai dengan standar.
5. Pompa pemadam api manual yang dapat dioperasikan dengan peralatan
kendali jarak jauh (remote control devices) pada setiapkotak hidran.
6. Tangki-tangki gravitasi yang dipasang sesuai standar.
Laju Aliran Minimum Pada Sistem Kelas 1.
Laju aliran minimum dari pipa hidraulik terjauh harus sebesar550gpm. Laju
aliran pia tegak tambahan harus sebesar 250 gpm untuk setiap pipa tegak,
yang jumlahnya tidak melampaui 1250 gpm.Untuk Sistem Kombinasi pada
Bangunan yang dilengkapi denganSprinkler otomastis secara parsial , laju
aliran 150 gpm untuk tingkat hunian bahaya kebakaran ringan, atau 500 gpm
untuk tingkat huniandengan bahaya kebakaran sedang.Sambungan Mobil Pemadam
Kebakaran pada Sistem Kelas 1.Satu atau lebih sambungan harus disediakan
pada system 1 pipategak. Bangunan tinggi harus dilengkapi sekurang
kurangnya untuk setiap zona dengan dua atau lebih sambungan dengan mobil
pemadamkebakaran dengan tempat penyimpanan yang berjauhan.
2.8 Hydrant Gedung dan Hydrant
Halaman Hydrant Gedung
a) Diameter slang untuk hydrant gedung maximum 1.5"/40 mm.
b) Diameter pipa tegak harus memenuhi ketentuan :-
Untuk bangunan rendah diameter pipa tegak 2"/50 mm
Untuk bangunan tinggi kelas A, diameter pipa tegak 2,5"/65 mm
Untuk bangunan tinggi kelas B, diameter pipa tegak 4"/100 mm.
c) Tekanan maksimum pada titik terberat adalah 7 kg/cm2 dan pada titik
terlemah sebesar 4,5 kg/cm2.
d) Dilengkapi dengan katup pengeluaran (landing valve) berukuran 2,5".
Hydrant Halaman
a) Hydrant halaman/hydrant pilar yang mempunyai 1 (satu atau 2 (dua)
kopling pengeluaran dengan diameter 2,5".
b) Tekanan maksimum pada titik terberat adalah 7 kn/cm2 dan
tekananmaksimal pada titik terlemah/terjauh ukuran 4,5 kg/cm2.
c) Diameter slang hydrant halaman 2,5"/65 mm.
d) Hydrant pilar harus dipasang pada jarak tidak kurang dari 6 (enam)
meter dari tepi bangunan.
e) Pada sistem hidrant halaman harus ada sambungan yang kembar
siam(siamese connection).
2.9 Teknik Penggunaan Media Pemadam Kebakaran
Media Pemadam Air
1. Pancaran Jet
Pancaran jet utuh (solid stream) adalah pancaran yang berasal
dari nozzle-nozzle yang dari masukan sampai moncongnya tidak
ada penghalang kecuali penyempitan diameter (play-pipe
nozzle).
Pancaran jet lurus (straight stream) adalah pancaran yang
berasal dari nozzle yang antara lubang masukan dengan
keluarannya terdapat penghalang, umumnya pancaran ini berasal
dari nozzle yang bisa diatur dari spray sampai dengan jet.
Gambar . Semprotan Jet
Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2013
Ciri dari semprotan jet :
Jumlah air besar.
Jangkauan semprotan jauh.
Untuk kebakaran kelas A, seperti pada pemadaman kebakaran, rumah,
hutan atau padang rumput dan lain-lain.
Untuk kebakaran kelas B, secara idak langsung untuk pendingin
tangki.
Pancaran utuh mempunyai jumlah air yang lebih banyak dibanding
dengan pancaran lurus.
2. Pancaran Tirai (Spray)
Jumlah air besar.
Jangkauan semprotan dekat/pendek.
Untuk kebakaran kelas A, (seperti untuk sprinkler).
Kelas B (untuk pendinginan wadahnya dan dilusi).
Juga dipakai sebagai perisai air untuk radiasi panas dari api
dalam usaha menutup kerangan, menutup bocoran maupun tugas-
tugas penyelamatan.
3. Pancaran Kabut (Fog)
Jumlah air relatif sedikit.
Jangkauan semprotan dekat/pendek.
Untuk kebakaran kelas A, B dan C (dengan teknik khusus), juga
bisa dipakai sebagai perisai air pecahan/pengurang radiasi
panas dari api walaupun tidak sebaik pancaran tirai.
Gambar. Pancaran Kabut (fog)
Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2013
2.10 Menguji hydrant
Standar AWWA mengharuskan hidran perunggu dinilai pada 150 psi (1.034
kPa), dan hidran ulet besi menjadi peringkat 250 psi (1.723 kPa). Setiap
hydrant diisi dengan air dan ditekan untuk dua kali tekanan pengenal untuk
memeriksa kebocoran.
2.11. Yang Harus diperhatikan dalam Hydrant System :
Perhitungan Hydraulic Calculation yaitu perhitungan untuk
menentukan kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam mensuplai air
sesuai dengan design yang ditentukan.
Supply air harus mencukupi (NFPA = 30 Menit, Indonesia = 90
Menit)
Pompa Hydrant harus mempunyai Jokey pump untuk menjaga tekanan
selalu ada dalam pipa, dan pompa utama memakai rangkaian automatis
bila tekanan turun, pompa utama akan jalan secara automatis
Back up engine pump, bila terjadi kebakaran dan listrik padam
2.12. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN MENGGUNAKAN HYDRANT
Hydrant digunakan pada saat :
Alat Pemadam Api Ringan sudah tidak bisa memadamkan api.
Aliran listrik sudah dimatikan/dipadamkan.
Jumlah personil sesuai dengan peralatan yang digunakan.
Keuntungan menggunakan Hydrant :
Mudah didapat dalam jumlah banyak.
Mudah diangkut dan dialirkan.
Daya serap terhadap panas besar.
Daya mengembang menjadi uap besar.
Kelemahan menggunakan Hydrant :
Tidak bisa untuk kebakaran listrik.
Untuk kebakaran minyak harus dengan cara spray dan teknik yang
benar.
2.13. PERAWATAN HYDRANT
1) Kunci Hydrant (wrench), Nozzle, dan Selang (Hose) harus dirawat dan
disimpan dalam Hydrant Box.
2) Selang pemadam harus diperiksa secara visual minimal sekali dalam
sebulan.
3) Nozzle harus diperiksa untuk mengetahui apakah mudah dioperasikan,
retak atau korosi.
4) Selesai digunakan selang harus dikosongkan dan dikeringkan sebelum
disimpan dalam box.
2.14. PETUNJUK PEMADAMAN MENGGUNAKAN HYDRANT
1. Menggelar Selang (Fire Hose)
Panggul selang dan lemparkan gulungan selang ke arah api.
Bila kurang panjang, tambah lagi dan sambungkan satu dengan yang
lainnya.
Sambungkan pangkal selang (sisi betina) dengan hydrant pillar.
2. Pegang Nozzle
Ambil posisi dengan benar (kuda-kuda), setelah siap beri kode agar
air segera dialirkan.
Tangan kiri pegang ujung Nozzle, tangan kanan pada pangkal Nozzle
sambil dijepit dengan ketiak.
3. Mengalirkan air
Beri kode operator dengan tangan lurus ke atas.
Untuk menghentikan aliran air, tangan ditekuk dengan membuat gerakan
melipat sebatas siku berulang-ulang.
III. PERALATAN
Instalasi Hydrant Kebakaran
IV. RANGKAIAN PRAKTEK
V. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN HYDRANT SYSTEM
1. Langkah Persiapan
a. Setiap regu akan dipanggil oleh dosen/instruktur untuk tampil
dilapangan pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan
persiapan pemadaman kebakaran (beregu) dengan berbaris sesuai
aba-aba pada lampiran 1.
b. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur (lampiran 1)
maka kepala regu segera laporan sebagai berikut : "lapor,
regu….(dengan menyebutkan nama atau nomor regu), jumlah 6
orang dengan peralatan lengkap siap melaksanakan pemadaman
kebakaran.
c. Kemudian instruktur memberikan aba-aba "kerjakan".
d. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu
secara serempak mengulangi perintah instruktur "kerjakan" dan
langsung bertindak.
2. Langkah Pemadaman
a. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada lampiran 1.
b. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan
pembenahan peralatan.
c. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris
seperti semula dan kepala regu pasukan penanggulangan
kebakaran segera lapor sebagai berikut : "regu…(dengan
menyebut nama atau nomor regu) telah selesai memadamkan
kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan lengkap,
laporan selesai".
d. Instruktur memberikan aba-aba "bubarkan" dan kepala regu
menjawab
"bubarkan" diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur
dan selesai instruktur membalas maka regu pasukan pemadam
kebakaran bisa dibubarkan.
e. Khusus untuk komandan regu diberikan 1 ( satu ) kali tes
ketrampilan memadamkan kebakaran parit berisi minyak dengan 1
( satu ) APAR jenis Dry Chemical Powder Cartridge Type dan ini
termasuk penilaian.
LAMPIRAN
1. Aba-aba dalam Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran
Tabel 5.1. Aba - Aba Dalam Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran
"No. "Aba-aba "Aba-aba "Tindakan "
" "Peringatan "Pelaksanaan " "
"1 "Satu baris bersap"Kumpul "Semua berkumpul membentuk "
" " " "satu baris bersap. "
"2 "Siap "Gerak "Bersikap tegak (sikap "
" " " "sempurna). "
"3 "Setengah lengan, "Gerak "Dengan tangan kanan "
" "lencang kanan " "disikukan kekanan dan "
" " " "tengok ke kanan guna "
" " " "meluruskan barisan. "
"4 "Tegak "Gerak "Semua kembali bersikap "
" " " "siap. "
"5 "Hitung "Mulai "Berhitung dari nomor satu "
" " " "sampai habis. "
"6 "Kepada instruktur"Gerak "Semua anggota hormat. "
" "hormat " " "
Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2014
2. Pembagian Regu dan Tugas
Tabel 5.2. Pembagian regu dan tugas
"No."Jabatan "Tugas "
" " "Persiapan "Pemadaman "Pembenahan "
" " "Pemadaman "Kebakaran " "
"1 "Kepala regu"Membawa "Memimpin "Membawa/mengumpulkan "
" " "nozzle dan "regunya. "nozzle dan connection "
" " "connection "Mengecek "cabang. "
" " "cabang. "persiapan "Membantu membenahi "
" " " "pemadaman. "peralatan. "
" " " "Memerintahkan " "
" " " "membuka dan " "
" " " "menutup hydrant." "
"2 "Operator "Membawa "Memasang selang "Melepaskan selang dari "
" "pompa / "kunci "ke hydrant atau "hydrant atau pompa. "
" "hydrant "hydrant dan"pompa. "Mengumpulkan kunci "
" " "membuka "Membuka atau "hydrant dan menutup "
" " "tutup "menutup kerangan"kembali tutup hydrant. "
" " "hydrant. "hydrant atau " "
" " " "fire pump. " "
"3 "Nozzleman "Membawa "Menggelar selang"Melepaskan nozzle. "
" " "selang 1,5 "1,5 m. "Mengosongan selang. "
" " "in. "Memasang nozzle."Menggulung selang. "
" " " "Melaksanakan " "
" " " "pemadaman. " "
"4 "Helper "Membawa "Menggelar selang"Melepaskan sambungan 2,5"
" " "selang 2,5 "2,5 m. "in. "
" " "in. "Menyambung "Mengosongan selang 2,5 "
" " " "selang dengan "in. "
" " " "selang "Menggulung selang 2,5 "
" " " "berkutnya. "in. "
"5 "Nozzleman "Membawa "Menggelar selang"Melepaskan nozzle. "
" " "selang 1,5 "1,5 in. "Mengosongan selang. "
" " "in. "Memasang nozzle."Menggulung selang. "
" " " "Melaksanakan " "
" " " "pemadaman. " "
"6 "Helper "Membawa "Menggelar selang"Melepas connection "
" " "selang 2,5 "2,5 in. "cabang. "
" " "in. "Menyambung "Mengosongan selang 2,5 "
" " " "selang 2,5 in "in. "
" " " "dan 1,5 in "Menggulung selang 2,5 "
" " " "dengan "in. "
" " " "connection " "
" " " "cabang. " "
" " " "Meneruskan " "
" " " "perintah kepala " "
" " " "regu. " "
Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Lukman.2013.Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran.Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran ( 1998 ), Petrokimia Gresik
Departemen Tenaga Kerja.1996.Training Material K3 Bidang
Penanggulangan Kebakaran.
SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan
Akses Lingkungan
NFPA 291 . Recommended Practice For Fire Flow Testing and Marking Of
Hydrants
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan siamese connection , nozzle , hose reel ,
hydrant pillar , hydrant box ?
2. Sebutkan macam-macam pompa yang digunakan dalam Instalasi Hydrant
System dan apa fungsi masing-masing ?
Jawaban
1) * Siamese Connection adalah merupakan masukan (inlet) bercabang dua
yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem
hydrant apabila pompa kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam
resevoir telah habis.
*Nozzle ialah suatu alat penyemprot yang terletak pada bagian ujung
darislang yang digunakan untuk pengaturan pengeluaran air.
*Hose Reel ialah slang yang digunakan untuk mengalirkan air yang pada
bagian ujungnya selalu terpasang nozzle secara tetap dihubungkan
secara permanen dengan sumber air bertekanan.
*Hydrant pilar ialah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan
pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya
digunakan oleh mobil Pemadam Kebakaran untuk mengambil air jika
kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di
sepanjang jalan akses mobil Pemadam Kebakaran.
*Hydrant box adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang menggunakan
pasokan air dan dipasang di dalam bangunan atau gedung. Hydrant box
biasanya dipasang menempel di dinding dan menggunakan pipa tegak
(stand pipe) untuk menghubungkan dengan pipa dalam tanah khusus
kebakaran.
2) *Pompa Jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis
didalam jaringan sistem hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil
sejumlah air didalam jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna
mengembalikan tekanan keposisi semula. Karenanya sekaligus pompa
jockey juga akan berfungsi untuk memantau kebocoran - kebocoran pada
jaringan sistem hydrant. Operasi kerja pompa jockey didisain untuk
hidup ( start ) secara otomatis pada saat salah satu katup pengeluaran
dibuka atau terjadi kebocoran pada jaringan dan akan berhenti bekerja
( stop ) secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup
*Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya
sistem hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal
pompa jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk
hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara
manual, melalui tombol reset pada panel pompa kebakaran.
*Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem
hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini
meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi "siaga
operasi". Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara
otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama terlampaui,
mengalami kerusakan atau pada saat sumber daya utama ( PLN ) padam.
Sama halnya dengan pompa utama, operasi kerja pompa cadangan didisain
untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop )
secara manual