KOMUNIKASI PADA LANSIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia,atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran.(Kozier dan Erb,1995) Komunikasi dengan lansia harus di perhatikan Faktor fisik,psikologi ketrampilan komunikasi yang tepat. dalam komunikasi terhadap lansia dibutuhkan ketrampilan, dikarenakan lansia mengalami berbagai penurunan diantaranya adalah mengalami penurunan fungsi pendengaran. Aspek hukum dan etika tentang lanjut usia merupakan gambaran sampai berapa jaauh perhatian Negara terhadap para lanjut usia.baru sejak tahun 1965 di Indonesia diletakkan landasan hukum yaitu undang-undang No 4 tahun 1965 tentang bantuan bagi orang jompo, apabila dibandingkan dengan Negara maju, dinegara berkembang perhatian kepada lanjut usia belum begitu besar.di Australia misalnya telah di undangkan Aged Person Home Act (1954), Home Nursing Subsidy Act(1985).di amerika serikat di undangkan Sosial Security Act (Title III,Medicaid (Title VII), Sosial Serfise Blok Plan (Title XX). Di inggris diundangkan National Asistance Act,section 47 (1948) dan telah di tetapkan standaristasi pelayanan di rumah sakit serta di masyarakat,juga telah ditentukan ratio tempat tidur per lanjut usia dao continuing care. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu untuk melakukan komunikasi pada lansia. 2. Tujuan khusus a) Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dengan lansia b) Mahasiswa mampu memahami prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia c) Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang landasan hukum di Indonesia. C. Metode penulisan Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis dalam penulisan mekalah ini adalah metode narasi dengan memaparkan tentang komunikasi pada lansia. D. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN Yaitu terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN TEORITIS Yaitu yang berisi tentang komunukasi dengan lansia, prinsip etika pelayanan kesehatan peda lansia dan landasan hukum di Indonesia. BAB III : PENUTUP Yang terdiri dari kesimpulam dan rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA.
BAB II KOMUNIKASI PADA LANSIA A. Komunikasi Dengan Lansia Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat. a. Ketrampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik. a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita. b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih. c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita. b. Tekhnik komunikasi dengan lansia a) Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.. Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini? Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat. b) Teknik nonverbal komunikasi 1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan. 2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata. 3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya. 4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat. 5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan. c) Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia. 1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan. 2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal. 3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan. 4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam. 5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif. 6) Secara periodic mengklarifikasi pesan. 7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi. 8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview. 10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal. c. Lingkungan wawancara. a) Posisi duduk berhadapan b) Jaga privasi. c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam d) Kurangi keramaian dan berisik e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin. Mood dan Privasi (1) Dapat mempengaruhi kualitas komunikasi : berikan perhatian pada mood masing-masing. (2) Buat pertimbangan dan kurangi emosi (3) Aspek lingkungan : (4) Gangguan : akan mempengaruhi konsentrasi. (5) Mengurangi bising dan gangguan lingkungan (6) Berikan lingkungan yang nyaman. (7) Khususnya penting ketika topik personal rahasia di bicarakan. (8) Pertahankan privacy untuk memberikan keamanan. (9) Waktu yang adekuat dapat memfasilitasi untuk menjelaskan dalam berkomunikasi, jadi waktu yang disediakan sesuai d. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya. Gangguan sensoris dalam pendengarannya. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes. Hambatan pada orang yang mewawancarai : tidak sensitive, tidak mampu menjadi pendengar yang baik, menggunakan symbol-simbol yang menggangu. Berperilaku yang menghakimi (prejudice) misal “orang sudah tua tidak bisa mikir lagi, jadi tidak perlu diberi informasi.
Tidak memanggil dengan nama dan lain-lain. e. Aspek-aspek yang harus diperhatikan (1) Membina hubungan saling percaya (2) Menjadi pendengar yangbaik dan penuh perhatian. (3) Selalu menciptakan iklim dan sikap berkomunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang. (4) Menatap mata selama berkomunikasi. (5) Tidak tergesa-gesa dan memaksakan kehendak kepada mereka. B. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Ada Lansia Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah • Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar pengertian yang mendalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia. • Yang harus dan “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan. • Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas. • Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan. C. Landasan Hukum Di Indonesia Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang langsung mengenai lanjut usia atau yang tidak langsung terkait dengan kesejahteraan lanjut usia telah diterbitkan sejak 1965. beberapa diantaranya adalah : 1. Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo. 2. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Undang-undang ini berisi tentang : 1. Hak, kewajiban, tugas, dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan. 2. Upaya pemberdayaan. 3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia ptensial dan tidak potensial. 4. Pelayanan terhadap lanjut usia. 5. Perlindungan sosial. 6. Bantuan sosial 7. Koordinasi.
8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi. 9. Ketentuan peralihan. Permasalahan yang masih terdapat pada lanjut usia, bila ditinjau dari aspek hukum dan etika dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti berikut : 1. Produk hukum 2. Keterbatasan prasarana. 3. Keterbatasan sumber daya manusia. 4. Hubungan lanjut usia dengan keluarga. 5. Menurut mary Ann Chist, et al. (1993). Berbagai isu hukum dan etika yang sering terjadi pada hubungan lanjut usia dengan keluarganya adalah : a. pelecehan dan ditelantarkan. b. Tindak kejahatan. c. Pelayanan perlindungan. d. Kualitas dan isu etik a) Pelecehan dan ditelantarkan pelecehan dan ditelantarkan merupakan keadaan atau tindakan yang menempatkan seseorang dalam situasi kacau, baik mencakup status kesehatan, pelayanan kesehatan, pribadi, hak memutuskan, kepemilikan maupun pendapatannya. Penyebab pelecehan menurut International Institute on Ageing (INIA, united nations-malta, 1996) adalah : 1. Beban orang yang merawat lanjut usia tersebut sudah terlalu berat. 2. Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia atau keluarganya. 3. Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya. 4. Penyalahgunaan narkotika, alcohol dan zat adiktif lainnya. 5. Faktor lainnya yang terdapat di keluarga : a. Perlakuan salah terhadap lanjut usia b. Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat lanjut usia. c. Konflik lama diantara lanjut usia dengan keluarganya. d. Perilaku psikopat dari lanjut usia dan/atau keluarganya. e. Tidak adanya dukungan dari masyarakat. f. Keluarga mengalami kehilangan pekerjaan atau pemutus hubungan kerja. g. Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga. Gejala yang terlihat pada pelecehan dan ditelantarkan antara lain : 1. Gejala fisik berupa memar, patah tulang yang tidak jelas sebabnya, higiena yang jelek, malnutrisi dan adanya bukti melakukan pengobatan yang tidak benar. 2. Kelainan perilaku berupa rasa ketakutan yang berlebuhan menjadi penurut atau tergantung, menyalahkan diri, menolak bila akan disentuh orang yang melecehkan, memperlihatkan tanda bahwa miliknya akan diambil orang lain dan adanya kekurangan biaya transport, baiya berobat atau biaya memperbaiki rumahnya. 3. Adanya gejkala psikis seperti stress, cara mengatasi suatu persoalan secara tidak benar serta cara mengungkapkan rasa salah atau penyesalan yang tidak sesuai, baik dari lanjut usia itu sendiri maupun dari orang lain yang melecehkan. Jenis pelecehan dan ditelantarkan adalah : 1. Pelecehan fisik dan menelantarkan fisik. 2. Pelecehan psikis atau melalui tutur kata. 3. Pelanggaran hak.
4. Pengusiran. 5. Pelecehan dibidang materi atau keuangan. 6. Pelecehan seksual. Upaya pencegahan terhadap terjadinya ketelantaran pasif (passive neglect) dan ketelantaran aktif (active neglect) pada lanjut usia dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Terhadap ketelantaran pasif atau tak disengaja. a. Mendapatkan orang yang dipercaya untuk melakukan tindakan hukum atau melakukan transaksi keuangan. b. Mengusahakan bantuan hukum dari seorang pengacara. 2. Terhadap ketelantaran aktif atau tindak pelecehan a. Mengusahakan agar lanjut usia tidak terisolir. b. Anggota keluarga tetap dekat dan memperhatikan. b) Tindak kejahatan Lanjut usia umunya lebih takut terhadap tindak kejahatan bila dibandingkan dengan ketakutan terhadap penyakit dan pendapatan yang berkurang. Jenis tindak kejahatan adalah : 1. Penodongan 2. Pencurian dan perampokan. 3. Penjambretan. 4. Perkosaan. 5. Penipuan dalam pengobatan penyakit. 6. Penipuan oleh orang yang tidak dipercaya, pemborong, sales dan lain-lainnya. c) Pelayanan perlindungan Pelayanan perlindungan adalah pelayanan yang diberikan pada lanjut usia yang tidak mampu melindungi dirinya terhadap kerugian yang terjadi akibat mereka tidak dapat merawat diri mereka sendiri atau dalam melakukan kegiatan sehari –hari. Pelayanan perlindungan bertujuan memberikan perlindungan pada lanjut usia, agar kerugian yang terjadi ditekan seminimal mungkin. Pelayanan yang diberikan akan menimbukan keseimbangan diantara kebebasan dan keamanan.jenis pelayanan yang diberikan berupa pelayanan medik, sosial atau hukum. d) Persetujuan tertulis Persetujuan tertulis merupakan suatu persetujuan yang diberikan sebelum prosedur atau pengobatan di berikan kepada seorang usia lanjut atau penghuni panti. syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia memberikan persetujuan adalah ia masih kompeten dan telah mendapatkan informasi tentang manfaat dan resiko dari suatu prosedur atau pengobatan tertentu yang di berikan kepadanya. e) Kualitas dan kehidupan dan isu etika Berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang mempengaruhi kualitas kehidupan lanjut usia adalah: Kemajuan ilmu kedokteran dibidang diagnostic seperti Ct-Scan dan kateterisasi jantung, MRI, dan sebagainya Kemajuan dibidang pengobatan seperti transpalntasi organ, radiasi. Bertambahnya resiko pengobatan Biaya pengonatan yang meningkat. Manfaat pengobatan yang masih di ragukan. Database yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Isu etika muncul bila terjadi suatu pertentangan antara pendapat ilmiah atau ilmu kedokteran dengan pandangan etika atau perikemanusiaan mislanya : Untuk mengawali atau melanjutkan pengobatan terhadap lanjut usia yang skait berat. Mempertahankan atau melepas infuse atau tube feeding. Melakukan tindakan yang biayanya mahal. Euthanasia. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya : 1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. 2. Tehknik untuk wawancara. 3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi. 4. Mood dan privasi 5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan. B. Rekomendasi Berdasarkan urian diatas, penulis menganjurkan beberapa rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi dosen a) Untuk dosen Untuk pihak dosen penulis menyarankan agar dosen mampu melakukan bimbingan kepada mahasiswa-mahasiswi tentang teknik komunikasi pada lansia.