KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN KARBONAT MENURUT PETTIJOHN (1975) Perbesaran total No. Urut
: 50x : 01
No. Peraga JenisBatuan
: A2 : Batuan Sedimen Non Karbonat
Kedudukan
: (x,y)=(55,14)
Kenampakan Mikroskopis
:
Warna absorbs
orange, warna
interferensi orange kecoklatan, tekstur klastik, bentuk butir subangular-angular, komposisi mineral Kuarsa,Orthoklas, Pori dan Mineral Opak. Deskripsi Mineral
:
Kuarsa (SiO2) Warna orange,pleokroisme tidak ada, bentuk euhedral-subhedral, indeks biasnmin
Ortoklas ( KaLSi3O8 ) Warna orange, pleokroisme tidak ada, bentukeuhedralsubhedral, indeks bias nmin>ncb, belahan satu arah, reliefsedang, kembaran tidak ada, sudut gelapan250-200∓ 290-2502=45° , jenis gelapan simetris. mineral 0,2 mm.
Pori Warnabiru, ukuran0,2 – ukuran0,2 – 0,3 0,3 mm.
Mine M ineral ral Op Opa ak Memiliki warna hitam, bentuk uehedral-subhedral, ukuran 0,05 - 0,1 m.
Persentase Mineral
:
Nama Mineral
I (%)
II (%)
III (%)
30
35
40
50
50
45
15
15
10
5 100
100
5 100
% rata-rata
Kuarsa Orthoklas Pory Mineral Opak Total NamaBatuan
:Arkosic Arenite (Pettijohn, 1975)
Keterangan
:
31,47 48,33 13,33 3,33 100
Pada kenampakan mikroskopis mineral ini memiliki warna pada nikol sejajar orange dan pada nikol silang yaitu abu-abu kehitaman, tekstur klastik kasar yaitu dimana materal-material dalam batuan ini tergolong kasar. Bentuk butir subangular-angular
yaitu
dimana
material-material
dalam
batuan
berbentuk
meruncing tanggung sampai meruncing, komposisi material pada batuan ini yaitu Kuarsa, Orthoklas, Pori dan Mineral Opak. Pada awalnya, batuan ini terbentuk dari organisme mati atau materialmaterial sedimen yang mengalami proses transportasi oleh agen-agen geologi yaitu air, angin, es dan garvitasi kedalam sebuah cekungan yang stabil. Dalam cekungan tersebut material-material sedimen terakumulasi, kemudian mengalami proses penyatuan (kompaksi), proses pembatuan (litifikasi) dan proses sementasi menjadi batuan sedimen. Akibat dari gaya-gaya endogen dan eksogen batuan ini tersingkap kepermukaan. Terdapatnya pori-pori akibat dari terperangkatnya gas dalam batuan pada proses kompaksi.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diinterpretasi bahwa batuan ini adalah Arkosic Arenite dengan mengacu pada klasifikasi batuan menurutPettijohn(1975). Arkosic
Arenite biasanya
berasosiasi
dengan
batu lempung
batu lanau dan biasanya digunakan dalam pencampuran bahan b angunan.
Perhitungan:
Massa dasar : 0 maka menggunakan klasifikasi dari gambar segitiga yang Rock fragmen : 0 Kuarsa Feldspar
: 32 : 48
RF + K + F : 80 Rock fragmen : 0 % Kuarsa
: 3280×100%=40%
Feldspar : 4880×100%=60% Klasifikasi batuan sedimen non karbonat menurut Pettijohn (1975)
dan
Perbesaran total No. Urut
: 50x : 02
No. Peraga Jenis Batuan
: 15/B5/BTM : Batuan Sedimen Non Karbonat
Kedudukan
: (x,y)=(54,14)
Kenampakan Mikroskopis
: Warna absorbsi orange, warna interferensi: abu-abu
kehitaman, tekstur klasik halus, bentuk butir rounded-subrounded, ukuran butir 0,8 – 1 mm. Deskripsi Mineral
:
Kuarsa (SiO2) Warna orange subhedral,
indeks
kehitaman, bias
pleokroisme tidak
nmin >ncb, belahan tidak
ada, ada,
bentuk
euhedral-
relief sedang, sudut
gelapan bergelombang, kembaran tidak ada, ukuran mineral 0,2 mm.
Radiolaria Warna putih kekuningan, bentuk subrounded-rounded, relief sedang, ukuran material 0,8 – 1 m, dan namaMaterial ini yaitu Radiolaria.
Semen Warnacoklat, warna interferensi coklat kehitaman. Persentase Mineral
:
Nama Mineral
I (%)
II (%)
III (%)
% rata-rata
Material
15
10
5
Semen
85
90
95
10 90 100
Total
100
100
100
NamaBatuan
: Rijang
Keterangan
:
Pada pengamatan mikroskopis mineral ini memiliki warna pada nikol sejajar orange dan pada nikol silang yaitu abu-abu kehitaman, tekstur klastik halus yaitu
dimana materal-material dalam batuan ini tergolong halus. Bentuk butir yaitu subrounded-rounded dimana material-material dalam batuan berbentuk membulat tanggung sampai membulat, ukuran mineral terkecil 0,08 mm dan ukuran mineral terbesar 0,1 mm. Rijang adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Batuan ini termasuk di dalam batuan pra tersier yang termasuk dalam kelompok batuan sedimen pelagos biogen yang terdiri dari rijang (chert) dan batugamping merah. Ada yang menyebutnya sebagai “batu api” karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Rijang merupakan batuan sedimen yang diendapkan di laut dalam (abyssal), yang berdasarkan kandungan fosil renik Radiolaria (Wakita,dkk 1996) menunjukan bahwa satuan ini berumur kapur atas, sedangkan batugamping merah adalah endapan plankton gampingan yang mungkin terkumpul pada bagian-bagian meninggi setempat-setempat. Kebanyakan perlapisan rijang tersusun oleh sisa organisme penghasil silika seperti diatom dan radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik yang terakumulasi pada dasar lautan yang dalam. Lumpur tersebut bersama-sama terkumpul dibawah zona-zona plangtonik radiolaria dan diatom saat hidup di permukaan air dengan suhu yang hangat. Saat organisme tersebut mati, cangkang mereka diendapkan perlahan di dasar laut dalam yang kemudian mengalami akumulasi yang masih saling lepas. Material-material tersebut diendapkan jauh dari busur daratan hingga area dasar samudra, saat suplai sedimen terrigenous rendah, dan pada bagian terdalam dari dataran abyssal terdapat batas ini dinamakan carbonate compensation depth (CCD), dimana akumulasi material-material calcareous tidak dapat terbentuk. Hal ini dikarenakan salah satu sifat air adalah air dingin akan mengikat lebih banyak CO2 dibandingkan air hangat.
Di laut, terdapat satu batas yang jelas di mana kandungan CO2 di bawah lebih tinggi. Di bawah batas tersebut, kandungan CO2 sangat tinggi akibatnya organisme yang mengandung karbonat akan larut di CCD sehingga tidak akan mengendap karena tidak pernah sampai ke dasar laut. Proses pembentukan secara umum dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang menyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen, misalnya lubang yang digali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi silikat. Teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diinterpretasi bahwa batuan ini adalah Rijang . Batuan ini biasanya berasosiasi dengan endapan seperti
kapur
atau
gamping,adapun
kegunaanya
yaitu untuk
membuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak, dan lainnya.
Perbesaran total
: 50x
No. urut No. peraga
: 03 : STS 052A
JenisBatuan : BatuanSedimen Non Karbonat Kedudukan : X=53, Y=8 KenampakanMikroskopis : warna orange kehitaman, bentuk subroundedrounded, tekstur klasik, ukuran 0,4 – 12 komposisi mineral Plagioklas, Kuarsa, Rock Fragmen, Mineral Opak, dan Semen. Deskripsi Mineral:
Kuarsa (SiO2) Warna orange subhedral,
indeks
kehitaman,
bias
pleokroisme tidak
nmin >ncb, belahan tidak
ada,
ada,
bentuk
euhedral-
relief sedang, sudut
gelapan bergelombang, kembaran tidak ada, ukuran mineral 0,2 mm.
Bitownit ( (Na, Ca)(Al, Si)AlSi2O8 ) Warna orange, pleokroisme tidak ada, bentuk euhedral-subhedral, indeks bias nmin>ncb, belahan satu arah, relief: sedang, kembaran albit, sudut gelapan 330275+365-3302=45° jenis
gelapan simetris ,ukuran mineral 0,2 mm.
Rock F ragmen Warna hitam, bentuk rounded-subrounded.
Mineral Opak Warna hitam, bentuk euhedral, ukuran 0,1 mm.
Semen Warna kuning, warna interferensi coklat kehitaman. Persentase Mineral
:
Nama Mineral
I (%)
II (%)
III (%)
% rata-rata
Plagioklas
10
20
25
15
Kuarsa
20
65
50
45
Rock Fragmen
50
-
-
16,67
Mineral Opak Semen Total
20 100
5 20 100
5 20 100
3,3 20 100
NamaBatuan
: Lhitic Graywacke (Pettijohn, 1975)
Petrogenesa
:
Pada pengamatan mikroskopis, batuan ini memiliki warna pada nikol sejajar orange dan pada nikol silang yaitu abu-abu kehitaman, tekstur klastik kasar yaitu dimana materal-material dalam batuan ini tergolong kasar. Bentuk butir subangular-angular
yaitu
dimana
material-material
dalam
batuan
berbentuk
meruncing tanggung sampai meruncing, ukuran mineral terkecil 0,1 mm dan ukuran mineral terbesar 1 mm, komposisi material pada batuan iniPlagioklas, Kuarsa, Rock Fragmen, Mineral Opak, dan Semen. Pada awalnya, batuan ini terbentuk dari material-material sedimen yang mengalami proses transportasi oleh agen-agen geologi yaitu air, angin, es dan garvitasi kedalam sebuah cekungan yang stabil. Dalam cekungan tersebut materialmaterial sedimen terakumulasi, kemudian mengalami proses penyatuan (kompaksi), proses pembatuan (litifikasi) dan proses sementasi menjadi batuan sedimen. Akibat
dari gaya-gaya endogen dan eksogen batuan ini tersingkap kepermukaan. Adapun semen pada batuan ini berupa silika. Berdasarkan
pengamatan
yang
telah
dilakukan,
maka
dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini adalah Lhitic Graywacke dengan persentase kandungan materialnya yaitu kuarsa 45%, rock fragmen 17% dan plagioklas 15% serta massa dasar 20%. Penentuan jenis batuan ini berdasarkan klasifikasi batuan Sedimen menurut (Pettijohn (1975). Lhitic Graywacke biasanya berasosiasi dengan batu lempung dan batu lanau. Adapun kegunaanya adalah sebagai bahan umum untuk bangunan dan jalan.
Perhitungan:
Massa dasar : 20% berarti menggunakan klasifikasi gamba r segitiga yang kedua Kuarsa
: 45 %
Plagioklas
: 15%
Rock fragmen :17% K + F + RF
: 77 %
Kuarsa
: 4577×100%=58%
Feldspar
: 1577×100%=20%
Rock fragmen : 1777×100%=22% Klasifikasi batuan sedimen non karbonat menurut Pettijohn, 1975