ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S DENGAN REMATIK DI JORONG BATANG PALUPUH KECAMATAN PALUPUH TAHUN 2018
KARYA ILMIAH AKHIR NERS SIKLUS KIAN
Oleh: WITARI RAHMADANI, S.Kep
(1614901190)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTANAN PROGRAM STUDI NRES STIKes FORT DE KOCK BUKITTINGGI TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. S Dengan Rematik di Jorong Batang Palupuh Kecematan Palupuh Tahun 2018”, yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi. Salawat beriring salam juga penulis aturkan untuk Nabi Muhammad SAW. Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada yang terhormat Ibu Yenni, M.Kep, Ns., Sp.Kep.Kom sebagai Pembimbing Akademik, kepada ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S.Pd Ns. M.Kes dan ibu Ns. Cory Febrina, S.Kep, M.Kes selaku dewan penguji Karya Ilmiah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Ibu Nurhayati, S.ST, M.Biomed selaku ketua STIKes Fort De Kock Bukittinggi. 2. Ibu Ns. Wenny Lazdia, S. Kep, M.A.N selaku ketua Program Studi Pofesi Ners STIKes Fort De Kock Bukittinggi.
3. Staf Dosen STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bekal dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan. 4. Kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi, semangat serta doa dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. 5. Rekan – rekan mahasiswa/i Program Studi Profesi Ners angkatan 2016 yang telah mencurahkan perhatian, kekompakan dan kerja sama untuk kesuksesan bersama Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya, penulis telah berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, namun apabila terjadi kesalahan atau kekurangan penulis mengharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dimasa yang akan datang dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bukittinggi, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PERYATAAN PENGUJI KATA PENGANTAR ...............................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
iii v vi
BAB I A. B. C.
1 5 6
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................. Tujuan Penulisan .......................................................................... Manfaat Penulisan ........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep keluarga............................................................................ 1. Pengertian keluarga .................................................................. 2. Tipe tipe keluarga ...................................................................... 3. Struktur keluarga ........................................................................ 4. Fungsi keluarga ......................................................................... 5. Tugas kesehatan keluarga .......................................................... 6. Tahap dan tugas perkembangan keluarga ................................... 7. Masalah kesehatan berdasarkan tahap perkembangan keluarga. B. Konsep Lansia ............................................................................... 1. Pengertian lansia ......................................................................... 2. Batasan lansia ............................................................................. 3. Perubahan perubahan pada lansia .............................................. C. Konsep Rematik ............................................................................ 1. Definisi ....................................................................................... 2. Etiologi ..................................................................................... 3. Manifestasi klinis ........................................................................ 4. Patofisiologi ............................................................................... 5. Pemeriksaan penunjang .............................................................. 6. Pencegahan rematik .................................................................... 7. Perawatan rematik ...................................................................... D. Konsep asuhan keperawatan Keluarga ...................................... 1. Pengkajian ................................................................................... 2. Diagnose ...................................................................................... 3. Intervensi ..................................................................................... 4. Implementasi ............................................................................... 5. Evaluasi ....................................................................................... BAB III Tinjauan Kasus A. Pengkajian ...................................................................................... B. Analisa Data .................................................................................... C. Skoring ........................................................................................... D. Intervensi Keperawatan ................................................................... E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................... BAB IV TELAAH JURNAL
8 8 8 11 15 16 18 20 23 23 24 25 26 26 26 28 29 30 31 32 34 34 43 47 47 48
50 58 60 62 66
A. Perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat dan pemberian kompres jahe terhdap penurunan nyeri sendi pada lansia di unit rehabilitasi sosisal Wening Wardono Ungaran ............................................................. 72
B. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel ......... 73 C. Efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat ......... 74 D. Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud................................... 74 BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian ...................................................................................... B. Diagnosa Keperawatan ................................................................. . C. Intervensi Keperawatan ................................................................... D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................... E. Evaluasi ...........................................................................................
77 80 81 84 86
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... B. Saran ...............................................................................................
88 90
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 3.1
Komposisi keluarga……………………………..
50
Tabel 3.2
Analisa Data….……………………….................
58
Tabel 3.3
Skoring Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S...............................
60
Tabel 3.4
Skoring Resiko Jatuh Pada Ny. S...............................
61
Tabel 3.5
Intervensi kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S................................. Intervensi resiko jatuh pada Ny. S............................
62
Tabel 3.6 Tabel 3.7
64 Implesmentasi kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S..................................................... 66 Implesmentasi resiko jatuh pada Ny. S.......................
Table 3.8
69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Persetujuan
Lampiran 2
: Lembar Konsul
Lampiran 3
: Mind Mapping
Lampiran 4
: Pre Planning
Lampiran 5
: Jurnal
Lampiran 6
: SOP
Lampiran 7
: SAP
Lampiran 8
: Leaflet
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu kesehatan terdapat 7 tahap perkembangan keluarga, salah satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan lansia yang dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi (Friedman, 2010). Tahap terakhir dalam siklus kehidupan keluarga menurut Duvall (19 85) adalah keluarga lansia pensiunan (disebut juga anggota keluarga lansia atau pensiun sampai kematian kedua pasangan). Dimana dalam tahap ini ada lansia yang memilih tinggal sendiri daripada tinggal dengan anak-anaknya, namun ada juga lansia yang tetap tinggal dengan anaknya sampai akhir hayatnya (Friedman, 2010). Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang komplek terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengidentifikasikan peningkatan taraf kesehatan warga Negara, namun disisi lain menimbulkan masalah- masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasilitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi
1
2
kemampuan
fungsional
dalam
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
sehingga
menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental (Healthy People, 2007). Penuaan merupakan proses yang terjadi didalam kehidupan. Proses menua merupakan keadaan sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran berkurang, gigi ompong, dan konsisi tubuh lainnya mengalami kemunduran (Padila, 2013). Menua bukanlah penyakit, tetapi merupakan proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Permasalahan-permassalahan yang biasanya dialami usia lanjut meliputi ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan misalnya arthritis 44%, hipertensi 39%, kesepian
karena merasa tidak dibutuhkan dan
permasalahan yang banyak dikeluhkan oleh lansia adalah kemunduran mobilitas akibat nyeri rematik (Padila, 2013). Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian tampak pula pada semua sistem musculoskeletal (otot dan tulang) dan jaringan lain (jaringan ikat, jaringan lunak). Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami
3
perkembangan
dalam
bentuk
perubahan-perubahan
yang
mengarah
pada
perubahan yang negatif. Kemunduran kemampuan fisik ini diakibatkan dengan adanya berbagai macam penyakit yang mulai menyerang termasuk salah satunya adalah nyeri sendi (Mujjahidullah, 2012 dalam Ridwan , 2016). Penyakit rematik merupakan penyakit selain menyerang sendi juga dapat menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, defenisi rematik adalah penyakit menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang sekitar sendi (Nadliroh, 2014). Rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh ( Hidayat, 2006 ). Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang banyak di derita oleh kaum lanjut usia ( usia 50 tahun keatas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin, 2008). Rematik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya ( Adelia, 2011 ). Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebanyakan angka kejadian rematik terjdi pada kelompok masyarakat lansia ( lanjut usia ) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif (FKUI/RSCM, 2009). Menurut World Health Or ganisation (WHO) (2016) 335 juta penduduk di dunia yang mengalami Rematik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
4
menunjukkan prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis Nakes di Indonesia 11,9 % dan berdasar diagnosis gejala 24,7%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis nakes, gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%). Dan prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara yang didiagnosis nakes meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%) (Riskesdas, 2013). Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit rematik ini sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun. Prevalensi yang terserang rematik lebih tinggi wanita karena wanita memiliki hormon esterogen yang merangsang autoimun, sehingga semakin tinggi hormone tersebut semakin tinggi pula wanita terkena rematik (Fajriah, 2009). Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderita atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari (Nadliroh, 2014). Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu adanya dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari – hari (Fridman, 2010).
5
Selain dukungan keluarga upaya pelayanan kesehatan lansia di masyarakat ikut berperan serta dalam menangani kesehatan para lansia. Puskesmas dan posyandu merupakan layanan yang bertanggung jawab dalam mencapai kesehatan lansia.Didalam pelaksanaan posyandu lansia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif atau rehabitatif. Pelayanan kesehatan kesehatan kelompok lansia meliputi pemeriksaan fisik, mental dan emosional (Notoadmodjo, 2007). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Jorong Batang Palupuh pada Ny. S. Dimana didapatkan data Ny.S
mengeluh nyeri pada kaki dan tangan,
merasakan nyeri pada saat pagi hari serta saat terkena air dingin. Keluarga ada membawa Ny. S berobat ke puskesmas jika kaki sudah merasa nyeri, keluarga ada merawat Ny. S dengan baik saat sakit, dan keluarga kurang menyesuaikan tata letak benda di dalam rumah Ny. S. Dan saat penulis kaji keluarga Ny. S mengatakan tidak terlalu mengetahui tentang penyakit rematik serta tidak begitu paham tentang penanganan yang tapat terhadap kondisi penyakitnya. Hal ini terkait dengan 5 tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Dari latar belakang itulah, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. S dengan gangguan sistem muskuloskeletal : rematik di Jorong Batang Palupuh Kec. Palupuh Tahun 2018.
6
B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dan pasien dengan rematik di Jorong Batang Palupuh Kec. Palupuh Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep keluarga dan konsep rematik b. Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit rematik c. Mampu menganalisa jurnal terkait rematik d. Mampu menganalisa asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan teori dan jurnal terkait. C. Manfaat 1. Bagi pasien dan keluarga
Paien dan keluarga mendapat asuhan keperawatan yang proofesional yang diberikan oleh pemberi asuhan terhadap kasus rematik. 2. Bagi pelayanan keperawatan keperawatan
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional pada pasien rematik. 3. Bagi institusi pendidikan
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi dan
referensi kepustakaan untuk menambah
ilmu pengetahuan
mengenai masalah sistem muskuloskeletal khususnya asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit rematik.
7
4. Bagi penulis
Dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga yang profesional langsung kepada pasien dengan rematik.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Keluarga 1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang berdekatan (Fridman, 2010). Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004)
mengemukakan
bahwa
keluarga
adalah
sekumpulan
orang
yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan
mempertahankan
budaya
yang
umum,
meningkatkan
perkembangan fisik, mental, ment al, emosional dan sosial setiap seti ap anggota. Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan mencipt akan serta mempertahankan mempertahanka n budaya.
2. Tipe-tipe keluarga
a. Menurut Maclin (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu : 1) Keluarga Tradisional a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anakanak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
8
9
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri. e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja. f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis. 2) Keluarga Non Tradisional a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya). b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak. c) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah. d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama. b. Menurut Allender dan Spradley (2001) 1) Keluarga Tradisional a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat. b) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.
10
c) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d) Single parent , yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. e) Single adult , yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja. f) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. 2) Keluarga Non Tradisional a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah. c) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga. c. Menurut Friedman (2010), pembagian tipe keluarga yaitu : 1) Keluarga inti (terkait dengan pernikahan) adalah keluarga yang menikah, peran sebagai orang tua, atau kelahiran terdiri atas suami, istri dan anakanak mereka (anak kandung, adopsi atau keduanya). 2) Keluarga
orientasi
(keluarga
didalamnya seseorang dilahirkan.
besar)
adalah
unit
keluarga
yang
11
3) Extended Family (keluarga besar ) adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti. 3. Struktur keluarga
Dalam Setiadi (2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, diantarannya adalah : a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. Menurut Friedman (2010), struktur keluarga terdiri atas : a. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
12
bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender , chanel-media, message, environtment , dan reciever . Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah: 1) Karakteristik pengirim yang berfungsi, yaitu yakin ketika menyampaikan pendapat, jelas dan berkualitas, meminta feedback , mene-rima feedback. 2) Pengirim yang tidak berfungsi a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif) b) Ekspresi yang tidak jelas (contoh : marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya) c) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan e) Komunikasi yang tidak sesuai. 3) Karakteristik penerima yang berfungsi a) Mendengar b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengala-man) c) Memvalidasi 4) Penerima yang tidak berfungsi a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar b) Diskualifikasi c) Offensive (menyerang bersifat negatif) d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi) e) Kurang memvalidasi.
13
5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira b) Komunikasi terbuka dan jujur c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya. 6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu) b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi c) Kurang empati d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu f) Komunikasi tertutup g) Bersifat negatif h) Mengembangkan gosip b. Struktur Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari individu untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain ke arah positif. Ada beberapa macam tipe stuktur kekuatan, yaitu : 1) Legitimate power (power) 2) Referent power (ditiru) 3) Reward power (hadiah) 4) Coercive power (paksa) 5) Affective power 6) Expert power (keahlian)
14
c. Struktur Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak. 1) Peran ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2) Peran ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung, salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. 3) Peran anak : melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. d. Struktur Norma dan Nilai Nilai adalah suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar masyarakat keluarga.
15
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah antara lain : a. Fungsi Afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga. b. Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak. c. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. d. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
16
e. Fungsi Biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. f. Fungsi Psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman/memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. g. Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa
mendidik
anak
sesuai
dengan
tingkatan
perkembangannya. 5. Tugas kesehatan keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
keluarga
dalam
menghadapi
masalah
kesehatan.
Menurut
Friedman (2010) Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/penyebab masalah. Lima tugas keluarga yang dimaksud, yaitu : a. Keluarga mampu mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
17
b. Keluarga mampu mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
18
6. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman (2010) ada 8, yaitu : a. Tahap I : Keluarga pemula Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun membang un perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana. b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan. c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
19
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun) Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah. e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah. f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir terak hir yang meninggalkan rumah) Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakitsakitan dari suami dan istri.
20
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan
pensiun.
Tugas
perkembangannya
adalah
menyediakan
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arah
dengan
lansia
dan
anak-anak,
memperoleh
hubungna
perkawinan yang kokoh. h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan
perkawinan,
yang
menyesuaikan
menurun, diri
terhadap
mempertahankan kehilangan
hubungan
pasangan
dan
mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
7. Masalah kesehatan berdasarkan tahap perkembangan keluarga
Menurut friedman (2010) masalah kesehatan yang muncul berdasarkan tahap perkembangan keluarga yaitu : a. Tahap I : Keluarga pemula 1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan 2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana 3) Penyuluhan dan konseling prenatal 4) Komunikasi
21
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) 1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga 2) Perawatan bayi yang baik 3) Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini 4) Imunisasi 5) Konseling perkembangan anak 6) Keluarga berencana 7) Interaksi keluarga c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) 1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar 2) Keracuanan 3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain lain yang terjadi selama usia sekolah d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun) 1) Tantangan kesehatan pada anak (misalnya penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara) 2) Kesehatan gigi 3) Penganiayaan dan pengabaian anak 4) Penyalahgunaan zat 5) Penyakit menular 6) Penyakit kronik 7) Masalah perilaku
22
8) Praktek kesehatan yang baik (tidur, nutrisis, olahraga) e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun) 1) Kecelakaan (ex : mengemudi) 2) Cidera akibat olahragaa 3) Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan 4) Keluarga berencana 5) Kehamilan yang tidak dikehendaki 6) Pendidikan dan konseling seks 7) Hubungan orang tua dan remaja f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah) 1) Masa komunikasi dewasa muda-orang tua 2) Transisi peran suami istri 3) Memberikan perawatan (bagi orang tua lanjut usia) 4) Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas, tekanan darah tinggi 5) Masalah menopause 6) Efek yang berkaitan dengan gaya hidup g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) 1) Praktik kesehatan (tidur, nutrisi, olahraga) 2) Hubungan pernikahan 3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang tua lanjut usia
23
4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia 1) Disabilitas fungsional meningkat 2) Gangguan mobilitas 3) Penyakit kronik 4) Kekuatan dan fungsi fisik menghilang 5) Layanan perawatan dalam jangka panjang 6) Memberikan asuhan 7) Kerentanan psikologis
B. Konsep Lansia 1.
Pengertian Lansia
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun social (Nurgroho, 2000). Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya seharihari dan menerima nafkah dari orang lain (Nurgroho, 2000). Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
24
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Bayu, 2015). 2.
Batasan Lansia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan usia. Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab secara memuaskan (Padila, 2013). Menurut WHO lansia meliputi : a.
Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.
Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c.
Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d.
Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun
Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yakni: a. Early old age (usia age (usia 60-70 tahun) b. Advanced old age (usia 70 tahun keatas) Menurut Burnside ,ada empat tahap lanjut usia, yakni : a.
Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia (usia 70-79 tahun) c.
Old-old (usia (usia 80-89 tahun)
d.
Very old-old (usia (usia 90 tahun ke atas)
Kalau pembagian umur dari beberapa ahli tersebut ditelaah, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Namun, di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejateraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Padila, 2013).
25
3.
Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Nugroho (dalam Fajriah, 2009), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah : a. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem pendengaran, system penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem
pencernaan,
system
endokrin,
sistem
integument,
dan
muskuloskeletal. b. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada memori (kenangan) dimana kenangan jangka panjang lebih dominan dibandingkan kenangan jangka pendek. Intelegensi akan menurun dengan bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan seperti perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan serta perubahan daya imajinasi. imajinasi . c. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami berbagai kehilangan
yaitu kehilangan
finansial, kehilangan status,
kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan , merasakan atau sadar akan kematian ( sense sense of awareness of mortality), mortality), kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan. Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan mengalami perubahan kognitif, kognitif , afektif, dan psikomotor (Fajriah, (Fajriah , 2013).
26
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual terutama pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek serta terjadi perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi afektif. Sedangkan penurunan psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan lansia menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta melakukan suatu tindakan (Fajriah, 2013).
C. Konsep Rematik 1.
Pengertian Pengertian Rematik
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul dan tulang tulan g punggung (Nudliroh, (Nudliroh , 2014). Rematik merupakan penyakit yang menyerang anggota gerak, yaitu sendi, otot, tulang, dan jaringan di sekitar sendi. Keluhan yang sering muncul adalah nyri, kaku, bengkak, sampai keterbatasan gerak tubuh. Nyeri pada sendi rematik hamper sama pada saat keseleo. Namun pada rematik disertai peradangan pada sendi dan kulit terlihat memerah akibat munculnya peradangan (Harlinawati, 2006). Rematik merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Nudliroh, 2014). 2.
Etiologi
Penyebab rematik sangat bervariasi. Diduga penyebab utamanya karena gangguan autoimuns, yaitu system kekebalan tubuh menyerang jaringan
27
persendian. Akibatnya, tulang rawan disekitar sendi menipis. Sebagai gantinya, muncul tulang baru. Di saat tubuh bergerak, tulang-tulang di persendian bersinggungan. Kejadian inilah yang memicu rasa sakit dan nyeri yang tak tertahankan (Harlinawati, 2006). Selain itu rematik juga bisa disebabkan oleh kurang menkonsumsi protein, buah-buahan segar, sayuran (wartel, bayam), kurang mimum susu, sering minum teh, kopi, sering makan sayur malinjo. Sehingga berdampak terjadinya pengeroposan pada tulang dan sendi (Utomo, 2005). Berikut penyebab dari rematik (Brunner & Suddarth, 2002) : a. Faktor keturunan Menurut para ilmuwan, faktor genetika juga memiliki peran penting dalam menyebabkan kondisi ini, seperti yang sering kita tahu bahwa rematik
dikenal
sebagai
penyakit
keturunan.
Disamping
itu,
ketidakseimbangan hormon juga dapat menyebabkan rematik. Jika kandung empedu tidak berfungsi seperti yang diharapkan, maka seseorang dapat mengalami rematik. b. Pengaruh
hormone
seks
(
kekurangan
hormone
estrogen
setelah
menopause memperburuk masa tulang yag sudah berkurang karena usia) c. Infeksi di bagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni jamur dan virus. d. Radikal
bebas
akan
merangsang
keluarnya
prostaglandin
yang
menimbulkan nyeri, radang, dan bengkak. Radikal bebas yang timbul karena pencemaran dan bahan kimia dalam makanan menjdi racun yang
28
menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, memperburuk kerusakan jaringan dan menimbulkan gejala rematik. e. Faktor umur Seiring dengan pertambahan usia, cairan dalam sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi kaku dan mulai sakit jika digerakan. 3.
Menifestasi Klinis
Menurut Junaidi, gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi (Nudliroh, 2014). Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain (Nudliroh, 2014): a. Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain. Dan dapat terjadi pengeroposan tulang. b. Hambatan gerakan sendi
29
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. c. Kaku pagi hari Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur. d. Krepitasi Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. e. Pembesaran sendi (deformitas) Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar. f. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien rematik pada pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia). g. Otot-otot yang menjadi kaku, lemah, atau nyeri; keadaan ini terjadi sekunder karena keterbatasan mobilitas. 4.
Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
30
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain, terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk tulang
rawan
pannus.
Pannus
tersebut
akan
menghancurkan
dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi (Suryati, 2017). 5.
Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil
31
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/degenerasi tulang pada sendi. d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk- produk pembuangan degeneratif ), elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ). e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. f. Pemeriksaan Aspiration)
cairan atau
sendi
atroskopi;
melalui cairan
biopsi,
FNA
( Fine
Needle
sendi
terlihat
keruh
karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal. g. Kriteria
diagnostik
Artritis
Reumatoid
adalah
terdapat
poli-
arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. (Suryati, 2017)
32
6.
Pencegahan Rematik
Dampak dari rematik dapat mengancam jiwa penderita atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari (Nudliroh, 2014). Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut, melakukan peregangan sendi, istirahat yang cukup, memakai kaos kaki jika mau tidur (Utomo, 2005). Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur. Penderita rematik juga mengkonsumsi susu dan telur ayam kampung setengah matang (Utomo, 2005). Sehingga penderita rematik harus menghidari mengkonsumsi minuman dan makanan seperti: alkohol, teh, kopi, sayur kangkung, rebung , durian, makanan kaleng (misalnya sarden) (Utomo, 2005). 7.
Perawatan Rematik
Perawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi adalah (Nudliroh, 2014(:
33
a. Terapi panas dingin Untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada rematik dapat digunakan cara dan adalah sebagai berikut: 1) Berendam dalam bak mandi dengan air hangat, terutama untuk merendam bagian yang nyeri. 2)
Kompres panas: caranya rendam handuk dalam air panas, kemudian letakkan pada sendi yang sakit.
3)
Pemanasan
kering,
misalnya
dengan
menggunakan
lampu
pemanas dan lain-lain. Pada prinsipnya cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk meningkatkan aliran darah ke daerah sendi yang terserang. Dengan demikian proses radang dapat dikurangi sehingga fungsi sendi dapat maksimal. Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal bagian yang terkena rematik sehingga mengurangi nyeri, peradangan, serta kaku atau kejang otot. Cara terapi dingin adalah dengan menggunakan kantong dingin, semprotan dingin, atau minyak yang mendinginkan kulit dan sendi. b.
Olahraga dan istirahat Penderita
rematik
mau
tidak
mau
harus
menyeimbangkan
kehidupannya antara istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri atau pegal, pasien harus beristirahat. Namun harus diingat, istirahat tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi. Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
34
1) Range of motion exercises: merupakan latihan fisik yang membantu menjaga pergerakkan normal sendi, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas dan menghilangkan kekakuan sendi. 2)
Strengthening exercises: untuk memelihara atau meningkatkan kekakuan otot.
3) Aerobic atau endurance exercises: untuk meningkatkan kesehatan pembuluh darah jantung (kardiovaskuler), membantu menjaga berat badan ideal dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh. c.
Mobilisasi dan relaksasi Mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki kekakuan pada sendi yang terserang rematik. membantu
mengurangi
nyeri
dengan
Relaksasi progesif
melakukan
gerakan
yang
melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progesif, gerakan yang dilakukan adalah pada satu saat mengencangkan kumpulan otot tertentu, kemudian secara perlahan melemaskannya atau merelaksasikannya. d.
Herbal British Journal of Clinical Pharmacology melaporkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa 82% pasien rematik mengalami peredaran nyeri dan pembengkakan dengan menggunakan obat-obatan yang berasal dari herbal. Bahan herbal yang membantu melawan nyeri rematik adalah sebagai berikut: 1)
Jahe dan kunyit: keduanya merupakan bahan anti inflamasi yang sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan bengkak sendi.
35
2)
Biji seledri dan daun lidah buaya yang membantu mengurangi nyeri sendi.
D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Rematik 1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode : a. Wawancara keluarga b. Observasi fasilitas rumah c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe) d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, biopsy dan sebagainya. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah : a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1) Nama kepala keluarga (KK) 2) Alamat dan telepon 3) Pekerjaan kepala keluarga 4) Pendidikan kepala keluarga 5) Komposisi keluarga 6) Tipe keluarga Menjelasakan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalahmasalah yang terjadi dengan jenis tipe tersebut. 7) Suku bangsa
36
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait kesehatan. 8) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. 9) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. 10) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi namun dengan menonton televisi dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga ditentukan dari anak tertua dari keluarga ini. Contoh : Keluarga bapak A mempunyai dua orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
37
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengnai riwayat kesehatan pada keluarag inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian biasanya digunakan terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat kesehatan sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengakjian lingkungan 1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank , jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. 2) Karateristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. 3) Mobilitas geografis keluarga
38
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan masyarakat. 5) Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. d. Struktur Keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga. 2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 3) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 4) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
39
e. Fungsi Keluarga 1) Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga
dan
bagaimana
keluarga
mengembangkan
sikap
saling
menghargai. 2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. 3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan
perawatan
kesehatan
dapat
dilihat
dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah:
40
a) Untuk
mengetahui
kemampuan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah. b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji adalah: 1)
Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2)
Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
3)
Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di alami
4)
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
5)
Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan
6)
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7)
Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8)
Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya) 1)
Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang di butuhkan
41
2)
Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang di perlukan untuk perawatan
3)
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)
4)
Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah: 1)
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang dimiliki
2)
Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat pemeliharaan lingkungan
3)
Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene sanitasi
4)
Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah: 1)
Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan
2)
Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat di peroleh dari fasilitas kesehatan
3)
Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
4)
Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik terhadap petuga kesehatan
42
5)
Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: a) Berapa juamlah anak b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlsh anggota keluarga 5) Fungsi Ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga f. Stress dan Koping keluarga 1) Stresor Jangka pendek dan panjang a) stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan 2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi /stressor 3) Strategi koping yang di gunakan
43
Strategi
koping
apa
yang
digunakan
keluarga
bila
menghadapi
permasalahan 4) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan bila menghadapi permasalahan g. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik. h. Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Tahap Diagnosa
a. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari: 1) Diagnosa
Keperawatan
Keluarga
Aktual
(terjadi
defisit/gangguan
kesehatan) Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh: a) Gangguan nutrisi
44
Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan nutrisi. b) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak ( rematik). c) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami. 2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat. Sebagai contoh: a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi. b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga Bapak Y
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
melakukan
stimulasi terhadap balita. c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y) keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak 3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa
45
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi. Sebagai contoh: a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga Bapak K. b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi keluarga Bapak X. c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga Bapak I. b. Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (menurut Ballon dan Maglaya, 1978). No. 1.
2.
3.
4.
Kriteria
Skor
Bobot
Sifat Masalah Skala: Aktual (Tidak/Kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan Sejahtera
3 2 1
1
Kemungkinan Masalah Skala: Mudah Sebagian Tidak dapat
2 1 0
2
Potensial Masalah untuk Dicegah Skala: Tinggi Cukup Rendah
3 2 1
1
2 1 0
1
Menonjolnya Masalah Skala: Masalah berat harus segera ditangani Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan
Skoring:
46
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria. 2) Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot. Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas: Kriteria 1: Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. Kriteria 2: Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut: a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga. c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat. Kriteria 3: Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah: a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah .
47
b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada c) Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat dalam memperbaiki masalah. d) Adanya kelompok “high risk ” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. Kriteria 4: Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga. Batasan karakteristik berdasarkan diagnosa Nanda 2015 adalah : 1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan Batasan karakteristik : 1) Mengekspresikan
4) Mengekspresikan keinginan
untuk melakukan penanganan terhadap faktor resiko 2) Mengekspresikan
memenuhi
keinginan
terhadap gejala
status
imunisasi/vaksinasi 5) Mengekspresikan
untuk melakukan penanganan
3) Mengekspresikan
untuk
keinginan
keinginan
untuk menangani penyakit 6) Mengekspresikan
keinginan
untuk memenuhi kebutuhan. keinginan
untuk melakukan regimen yang diprogramkan 2. Resiko jatuh Batasan karakteristiknya yaitu :
5) Usia ≥65 tahun
1) Penggunaan alat bantu
6) Kurang pencahayaan
2) Prosthesis ekstremitas bawah
7) Penurunan kekuatan ekstermitas
3) Riwayat jatuh 4) Tinggal sendiri
bawah 8) Artritis
48
3. Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. 4.
Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini: a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: 4) Memberikan informasi 5) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan 6) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara: 1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga 3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara: 1) Mendemonstrasikan cara perawatan
49
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah 3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan d. Membantu
keluarga
untuk
menemukan
cara
bagaimana
membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara: 1) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga 2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara: 1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada 2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. 5. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatn, rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kesalahan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaanm dan implementasi tindakan (Ignataficius dan Bayne, 1994 dalam Effendi dan Makhfudli, 2009). Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dilkasanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evalusi terdiri dari dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien baik kognitif, afektif, psikomotor, dan perubahan tubuh serta gejalanya dan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan
(Efendi
dan
Makhfudli,
2009)
BAB III LAPORAN KASUS A. Pengkajian 1. Data keluarga
Nama kepala keluarga
: Tn. N (Alm)
Alamat rumah
: Jorong Batang Palupuh
Agama
: Islam
Bahasa sehari hari
: Minang
Alat tranportasi
: Motor
No
Nam a
1.
Tn. N
2.
Tabel 3.1 Komposisi Keluarga Umu J Suk Pendidi Peker r K u kan jaan
TTV
-
-
L K
SD
-
Ny. S
Hub dgn kk Suam i (Alm ) Istri
70
PR
SD
IRT
3.
An. S
Cucu
18
L K
SMA
4.
An. F
Cucu
11
L K
SD
Lanjutan No Nama
1. Ny.F
2. An. S
Penampilan umum
Status kesehatan
Alat bant u -
TD Tong :140/90 kat mmHg N :87 x/i P : 19 x/i Pelaja TD : r 110/70 mmHg N : 90 x/i P : 18 x/i Pelaja r
Riwayat penyakit
Penampilan umum Ny.F rematik baik dan bersih. mengeluhkan nyeri pada kaki dan tangan Rapi, bersih Tidak ada Tidak ada
Analisis kesehatan individu
3. An. F
Rapi, bersih
keluhan Tidak ada Tidak ada keluhan
2. Data Penunjang keluarga a. Rumah dan sanitasi lingkungan
1) Kondisi rumah Tipe rumah Ny. S adalah semi permanen dan milik sendiri. Rumah keluarga Ny. S terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Lantai rumah menggunakan semen. 2) Ventilasi dan pencahayaan Ventilasi dan pencahayaan rumah Ny. S cukup baik. 3) Saluran buang limbah Tempat pembuangan saluran buang limbah ke septi tank. 4) Sumber air bersih Sumber air bersih Ny. S bersih dan tidak berbau. 5) Jamban memenuhui syarat. Jamban Ny. S ada memenuhui syarat. 6) Tempat sampah Pembuangan sampah Ny. S ada di tong sampah dan sampah di buang ke TPA oleh cucu Ny. S. b. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di Rumah tangga.
a. Menggunakan air bersih untuk makan dan minum Ny. S ada menggunakam air bersih untuk makan dan minum untuk kehidupan sehari hari. b. Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri.
Ny. S ada menggunakan air bersih untuk kebersihan diri. Sumber air Ny. S berasal dari mata air. c. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ny. S ada mencuci tangan dengan air bersih tetapi jarang menggunakan sabun. d. Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya. Ny. S membuang sampah di di tong sampah dan sampah di buang ke TPA oleh cucu Ny. S. e.
Menjaga lingkungan rumah tampak bersih. Ny. S ada menjaga kebersihan rumah nya akan tetapi semenjak kaki dan tangan sering sakit Ny. S
jarang untuk membersihakan rumah seperti
menyapu rumah dan dibantu oleh cucu Ny. S. f.
Mengkonsumsi lauk pauk. Ny.S ada mengkonsumsi lauk pauk .
g. Menggunakan jamban sehat Ny. S ada menggunakan jamban sehat. h. Memberantas jentik dirumah seklai seminggu Ny.S jarang untuk memberantas jentik nyamuk di rumah tapi dilakukan oleh cucu Ny. S i.
Makan buah sayur dan buah setiap hari Ny. S kadang ada mengkonsumsi sayur dan buah tetapi tidak rutin untuk mengkonsusmsi sayur dan buah.
j.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Ny.S adalah seorang ibu rumah tangga dan sudah tidak bekerja lagi karena keterbatasan gerak.
k. Tidak merokok di dalam rumah. Tidak ada yang merokok di dalm rumah Ny.S. 3.
Kemampuan
keluarga
melakukan
tugas
pemeliharaan
kesehatan
anggota.
a. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada perhatian dari anak saat Ny. S sakit, saat ini Ny. S tinggal dengan cucu di rumah karena semua anak anaknya sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. b. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarga: Anak Ny. S mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. S. Anak Ny.S mengetahui Ny.S sekarang mengeluhkan nyeri pada kaki dan tangannya. c. Apakah keluarga mengatahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarga: Saat di lakukan pengkajian pada anak dan cucu Ny. S, kurang mengetahui penyebab dari sakit kaki dan tangan yang di alami oleh Ny. S. d. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang dialami Ny. S.
e. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya jika tidak diobati: Keluarga ada mengatahui akibat masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. S. f.
Pada siapa keluarga bisa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga: Keluarga Ny. S bisa dapat informasi masalah kesehatan dari tetangga dan tenaga kesehatan.
g. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Perlu ditangani dan perlu berobat ke pelayanan kesehatan. h. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : Keluarga aktif dalam melakukan upaya peningkatan kesehatan Ny. S. i.
Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga: Keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan pada Ny. S
j.
Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Keluarga dapat melakukan perawatan pada Ny. S.
k. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Keluarga ada melakukan pencegahan masalah kesehatan pada Ny.S dengan cara mengobati Ny. S
l.
Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga: Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Ny. S agar mendukung kesehatan Ny. S.
m. Apakah
keluarga
mampu
menggali
dan
memanfaatkan
sumber
dimasyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya: Ny. S ada memanfaatkan sumber kesehatan di masyrakat seperti pemeriksaan kesehatan ke Pustu terdekat. 4. Data pengkajian Individu yang sakit.
Nama individu yang sakit
: Ny. S
Sumber dana kesehatan
: Anak Ny. S
Dianosa medik
: Rematik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: 15 E4 M5 V6
Tanda tanda vital
: Tekanan darah : 140/90 mmHg Pernafasan
: 19 x/i
Nadi
: 89 x/i
Suhu
: 36,7 C
Sirkulasi/cairan
Tidak edema , tidak ada asites, tidak ada tanda tanda perdarahan, tidak ada tanda tanda anemia (seperti pucat, konjungtiva anemis dan akral pucat) akral teraba hangat, pengisian kapiler < 2 detik.
Perkemihan
Ny. S BAK 6-7 x/ hari, pasien mengatakan tidak ada nyeri pada saat BAK, dan BAB 1 x/hari. Ny. S mandiri saat BAK dan BAB. Pernafasan
Ny. S tidak ada secret dan sianosis, bentuk thorak simtris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas. Pencernaan
Saat pengkajian pasien tidak ada merasa mual, ingin muntah. Tidak ada kesulitan dalam menelan dan minum, tidak ada distensi abdomen, tidak ada masa pada abdomen. Ny. S biasanya makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedang. Muskuloskeletal
Tonus otot baik, ada kontraktur pada tangan, nyeri pada kedua kaki saat banyak beraktivitas, rentang gerak atas Ny. S terbatas , rentang gerak bawah Ny. S terbatas karena nyeri di kaki. Ny. S dapat berjalan dengan mandiri dan memakai alat bantu tongkat. Neuro Sensori
a. Fungsi penglihatan. Pandangan mulai kabur, Ny. S menggunakan alat bantu yaitu kaca mata. b. Fungsi pendengaran Pendengaran Ny. S masih baik atau masih bisa mendengar dengan jelas. c. Fungsi perasa Ny. S masih mempunyai indra perasa yang baik.
d. Fungsi perabaan. Ny. S merasakan kesemutan pada tangan. e. Fungsi penciuman Ny. S masih mempunyai indra penciuman yang baik. Tidur dan istirahat
Ny. S mengatakan ia terkadang merasa susah untuk tidur malam, Ny. sada tidur siang kurang lebih 1 jam. Mental
Ny. S mengatakan cemas dengan keadaannya, karena nyeri pada kaki dan tangan yang di rasakan membuat Ny. S susah utuk banyak melakukan aktivitas karena Ny.S hanya tinggal dengan cucu dirumah. Komunikasi dan budaya
Ny. S interaksi dengan tetangga baik dan tidak ada hambatan dalam komunikasi. Ny. S tidak ada lagi melakukan kegiatan sosial yang ada di masyarakat. Kebersihan diri
Kebersihan diri Ny. S baik, kerena Ny. S sangat memperhatikan tentang kebersihan dirinya .Ny.S mandi 1 kali dalam sehari. Perawatan dri sehari hari
Ny. S dapat melakukan perawatan diri secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
B. Analisa Data Tabel 3.2 Analisa data No
Data
Masalah
1.
Ds : Kesiapan meningkatkan 1. Anak Ny. S mengatakan kaki dan tangan manajemen kesehatan Ny. S terasa nyeri pada bagian sendi saat banyak beraktivitas. 2. Ny. S mengatakan ia ingin untuk melakukan penanganan terhadap faktor resiko penyakit rematik 3. Ny. S mengatakan ingin meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan perawatan kesehatan yang ditetapkan 4. Keluarga mengatakan semua aktivitas rumah dilakukan oleh cucu dan dibantu anak Ny. S 5. Keluarga mengatakan kurang mengerti tentang rematik, penyebab dan tanda dan gejala. 6. Keluarga mengatakan ingin menangani penyakit Ny. S 7. Keluarga mengatakan ingin melakukan pengobatan tradisional untuk Ny. S Do: 1. Keluarga kurang mampu melakukan perawatan pada Ny. S 2. Keluarga kurang mengerti dengan rematik, penyebab dan tanda dan gejala. 3. Keluarga sudah mampu menyiapkan lingkungan yang baik seperi lantai licin, penerangan yang kurang. 4. Keluarga antusias untuk melakukan pengobatan tradisonal untuk Ny. S 5. Ny. S tampak antusias untuk melaksankan pengobatan yang ditetapkan. 6. Keluarga Ny. S ingin meningkatkan perawatan untuk Ny. S
2
Ds : Resiko jatuh 1. Ny. S mengatakan ia tinggal dengan cucu
nya di rumah sedangkan anaknya tinggal di samping rumah Ny. S. 2. Ny. S mengatakan pernah jatuh dihalaman rumahnya. 3. Keluarga dan Ny. S mengatakan berjalan menggunakan tongkat 4. Keluarga mengatakan Ny. S dibantu oleh cucu dan anaknya melakukan pekerjaan rumah. 5. Keluarga mengatakan penurunan kekuatan pada kaki Ny. S Do : 1. Ny. S tinggal dengan cucu dan anaknya tinggal di samping rumah Ny. S 2. Usia Ny. S yang sudah 70 tahun 3. Ny. S menggunakan tongkat saat berjalan 4. Pekerjaan sehari-hari Ny. S dibantu oleh cucu dan anak Ny. S 5. Gaya berjalan Ny. S yang lambat dan berhati-hati.
C. Skoring Tabel 3.3 Skoring Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S
Kriteria Sifat masalah 3 : aktual 2 : resiko 1 : sejahtera Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2 : mudah 1 : sebagian 0 : tidak dapat
Skor
Bobot
Hasil
Pembenaran
3
1
1/3x1=1/3
Keluarga menyatakan ingin melakukan penanganan terhadap faktor resiko
2
2
2/2x2=2
Kelurarga memahami penyakit
kurang penyebab
Potensial masalah untuk dicegah 3 : tinggi 2 : cukup 1 : rendah Menonjolnya masalah 2 : berat, segera ditangani 1 : ada masalah, tidak perlu ditangani 0 : masalah tidak perlu dirasakan Total
3
1
3/3x1=1
Keluarga mengatakan penyakit rematik sudah lama, sehingga susah diobati
2
1
2/2x1=1
Keluarga mengatakan ingin menangani penyakitnya
4 1/3
Tabel 3.4 Skoring Resiko Jatuh Pada Ny. S
Kriteria
Skor
Bobot
Hasil
Pembenaran
Sifat masalah 3 : aktual 2 : resiko 1 : sejahtera Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2 : mudah 1 : sebagian 0 : tidak dapat Potensial masalah untuk dicegah 3 : tinggi 2 : cukup 1 : rendah Menonjolnya masalah 2 : berat, segera ditangani 1 : ada masalah, tidak perlu ditangani
2
1
2/3x1=2/3
Keluarga mengatakan Ny. S menggunakan tongkat
1
2
1/2x2=1
Keluarga terkadang Ny. S
3
1
3/3x1=1
Keluarga mengatakan akan merawat Ny. S
1
1
1/2x1=1/2
Keluarga mengatakan memodifikasi lingkungan.
mengatakan cemas dengan
0 : masalah tidak perlu dirasakan Total
2 5/6
D. Intervensi keperawatan Tabel 3.5 Intervensi Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kesiapan Meningkatkan
NOC
NIC
1. Keluarga mampu mengenal masalah
1. Keluarga mampu mengenal masalah
a. (2605) pengetahuan tentang penyakit
Manajemen Kesehatan Pada
a. (5602) Pengajaran : proses penyakit
b. (1700) kepercayaan mengenai kesehatan Ny. S 2.
Keluarga
mampu
memutuskan
untuk
2. Keluarga mampu memutuskan untuk
merawat, meningkatkan kesehatan.
merawat, meningkatkan kesehatan.
a. (1602) perilaku meningkatkan kesehatan.
a.
(7040)
Dukungan
membuat
pemberian perawatan b. (1606) Berpartisipasi dalam memutuskan
b. (5602) pengajaran proses penyakit
perawatan kesehatan. 3. Keluarga
mampu
merawat
anggota
3. Keluarga mampu merawat anggota
keluarga untuk meningkatkan kesehatan.
keluarga
untuk
meningkatkan
kesehatan. a. (1844)
Penampilan
keluarga
dalam
memberikan perawatan langsung b. (2605)
partisipasi
keluarga
a. (5510) pendidikan kesehatan dalam
perawatan profisional 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
4.
Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan a. (2009) Status kenyamanan lingkungan. b. (2205)
kinerja
care
giver
a. (4350) Manajemen perilaku
secara
langsung
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan. a.(1806)Pengetahuan
Keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan. tentang
sumber a. (7400) Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan. b.(2605) Partisipsi keluarga dalam perawatan keluarga
5.
memberikan perawatan langsung b. (2605)
partisipasi
keluarga
a. (5510) pendidikan kesehatan dalam
perawatan profisional 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
4.
Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan a. (2009) Status kenyamanan lingkungan. b. (2205)
kinerja
care
giver
a. (4350) Manajemen perilaku
secara
langsung
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.
5.
Keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
a.(1806)Pengetahuan
tentang
sumber a. (7400) Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan. b.(2605) Partisipsi keluarga dalam perawatan keluarga
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Resiko Jatuh Pada Ny. S NO
3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Jatuh Pada Ny. S
NOC
NIC
1. Keluarga mampu mengenal masalah a.
1. Keluarga mampu mengenal masalah
(1803) Pengetahuan tentang penyakit
a.
(5510) Pendidikan Kesehatan
b. (1811) Pengetahuan tentang aktivitas yang disarankan b. Keluarga
mampu
memutuskan
untuk
merawat, meningkatkan kesehatan.
2. Keluarga untuk
mampu merawat,
memutuskan meningkatkan
kesehatan. a. (1606) Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan kesehatan.
a.
(5250)
Dukungan
membuat
keputusan
b. (1632) Perilaku patuh terhadap aktivitas yang disarankan
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk meningkatkan kesehatan.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga
untuk
meningkatkan
kesehatan. a.
(0206) Pergerakan sendi
a.
(0224)
Terapi
atau
latihan
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Resiko Jatuh Pada Ny. S NO
3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Jatuh Pada Ny. S
NOC
NIC
1. Keluarga mampu mengenal masalah a.
1. Keluarga mampu mengenal masalah
(1803) Pengetahuan tentang penyakit
a.
(5510) Pendidikan Kesehatan
b. (1811) Pengetahuan tentang aktivitas yang disarankan b. Keluarga
mampu
memutuskan
untuk
merawat, meningkatkan kesehatan.
2. Keluarga untuk
mampu
memutuskan
merawat,
meningkatkan
kesehatan. a. (1606) Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan kesehatan.
a.
(5250)
Dukungan
membuat
keputusan
b. (1632) Perilaku patuh terhadap aktivitas yang disarankan
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk meningkatkan kesehatan.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga
untuk
meningkatkan
kesehatan. a.
(0206) Pergerakan sendi
a.
b. (1828) Pengetahuan pencegahan jatuh 4.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
(0224)
Terapi
atau
latihan
mobilitas pergerakan (sendi) 4.Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan a. (1909) Perilaku pencegahan jatuh
a. (6490) pencegahan jatuh
b. (1934) Keamanan lingkungan perawatan kesehatan 5.
b.(6486)
kesehatan.
mampu
:
memanfaatkan
fasilitas kesehatan. tentang
sumber a. (7400) Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan. b.(2605) Partisipsi keluarga dalam perawatan keluarga
lingkungan
Keselamatan
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 5.Keluarga
a.(1806)Pengetahuan
Manajemen
b. (1828) Pengetahuan pencegahan jatuh 4.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
mobilitas pergerakan (sendi) 4.Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan a. (1909) Perilaku pencegahan jatuh
a. (6490) pencegahan jatuh
b. (1934) Keamanan lingkungan perawatan kesehatan 5.
b.(6486)
Manajemen
lingkungan
Keselamatan
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 5.Keluarga kesehatan.
mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
a.(1806)Pengetahuan
tentang
sumber a. (7400) Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan. b.(2605) Partisipsi keluarga dalam perawatan keluarga
E. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi
Tabel 3.7 Implementasi Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S NO 1
Hari/Tgl
Sabtu /10/02/2018
DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Kesiapan Meningkatkan 1. Keluarga mampu mengenal Manajemen Kesehatan masalah Pada Ny. S Pengajaran proses penyakit
a.Mengidentifikasi perubahan fisik pada pasien b.Menjelaskan
tanda
dan
gejala
penyakit rematik. c.
:
Menjelaskan proses penyakit
rematik. 2. Keluarga mampu memutuskan untuk meningkatkan kesehatan. Dukungan membuat keputusan
a.Membantu
keluarga
untu
mengklsifikasi nilai dan harapan
EVALUASI
S : Keluarga mengatakan sejauh ini mengerti dengan penjelasan yang di berikan. O : Keluarga tampak paham dengan penjelasan yang diberikan. A : Keluarga telah mampu untuk mengenal masalah dan memutuskan untuk meningkatkan kesehatan P : 1.Membantu keluarga untuk memutuskan merawat pasien
TTD
E. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi
Tabel 3.7 Implementasi Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S NO 1
Hari/Tgl
Sabtu /10/02/2018
DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Kesiapan Meningkatkan 1. Keluarga mampu mengenal Manajemen Kesehatan masalah Pada Ny. S Pengajaran proses penyakit
a.Mengidentifikasi perubahan fisik pada pasien b.Menjelaskan
tanda
dan
gejala
penyakit rematik. c.
Menjelaskan proses penyakit
rematik. 2. Keluarga mampu memutuskan untuk meningkatkan kesehatan.
EVALUASI
S : Keluarga mengatakan sejauh ini mengerti dengan penjelasan yang di berikan. O : Keluarga tampak paham dengan penjelasan yang diberikan. A : Keluarga telah mampu untuk mengenal masalah dan memutuskan untuk meningkatkan kesehatan P : 1.Membantu keluarga untuk memutuskan merawat pasien
Dukungan membuat keputusan
a.Membantu
keluarga
untu
mengklsifikasi nilai dan harapan
yang mungkin bisa di ubah dalam keluarga. b. Menjelaskan tujuan dari perawatn yang di berikan. c.
Memberikan
informasi
yang
sesuai dengan yang di butuhkan keluarga. 2
Minggu/11/02/2018
S : Keluarga mengatakan sejauh ini mengerti keluarga. dengan perawatan dari Dukungan pemberian perawatan. penyakit rematik pada a.Mengkaji pengetahuan tentang Ny. S O : Keluarga tampak paham perawatan di dalam keluarga. dengan penjelasan yang b. Mengajarkan cara perawatan diberikan. mengenai rematik (Perawatan A : Keluarga telah mampu untuk merawat anggota rematik pijat punggung) kelaurga yang sakit. P : Intervensi di hentikan 3.
Keluarga
merawat
anggota
4. Keluarga mampu memodifikasi
TTD
yang mungkin bisa di ubah dalam keluarga. b. Menjelaskan tujuan dari perawatn yang di berikan. c.
Memberikan
informasi
yang
sesuai dengan yang di butuhkan keluarga. 2
Minggu/11/02/2018
S : Keluarga mengatakan sejauh ini mengerti keluarga. dengan perawatan dari Dukungan pemberian perawatan. penyakit rematik pada a.Mengkaji pengetahuan tentang Ny. S O : Keluarga tampak paham perawatan di dalam keluarga. dengan penjelasan yang b. Mengajarkan cara perawatan diberikan. mengenai rematik (Perawatan A : Keluarga telah mampu untuk merawat anggota rematik pijat punggung) kelaurga yang sakit. P : Intervensi di hentikan 3.
Keluarga
merawat
anggota
4. Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan.
a. Menganjurkan kelaurga untuk menciptakan
lingkungan
yang
nyaman b. Menyampaikan sumber sumber informasi tentang penyakit dan perawatannya. 5.Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
Menginformasikan
kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas kesehatan manfaatkan
yang
dapat
di
lingkungan.
a. Menganjurkan kelaurga untuk menciptakan
lingkungan
yang
nyaman b. Menyampaikan sumber sumber informasi tentang penyakit dan perawatannya. 5.Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
Menginformasikan
kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas kesehatan
yang
dapat
di
manfaatkan
Tabel 3.8 Implementasi Resiko Jatuh Pada Ny. S NO
Hari/Tgl
1
Senin/12/02/ 2018
DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko jatuh
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1. Keluarga mampu mengenal
S : Keluarga mengatakan masih ingat dengan penjelasan penyakit rematik. O : Keluarga tampak bisa mempraktekkan cara kompres hangat A : Kelaurag telah mampu mengenal masalah, memutuskan dan merawat keluarga dengan cara kompres hagat. P : 1.Membantu keluarga memodifikasi lingkungan.
masalah. Pengacaran proses penyakit.
a. Mengevaluasi pengetahuan tentang penuaan. b. Menjelaskan komplikasi dari penyakit. c.
Mendiskusikan
gaya
hidup
perubahan
yang
mungkin
mencegah komplikasi.
2.
Keluarga
memutuskan
mampu untuk
TTD
Tabel 3.8 Implementasi Resiko Jatuh Pada Ny. S NO
Hari/Tgl
1
Senin/12/02/ 2018
DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko jatuh
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1. Keluarga mampu mengenal
S : Keluarga mengatakan masih ingat dengan penjelasan penyakit rematik. O : Keluarga tampak bisa mempraktekkan cara kompres hangat A : Kelaurag telah mampu mengenal masalah, memutuskan dan merawat keluarga dengan cara kompres hagat. P : 1.Membantu keluarga memodifikasi lingkungan.
masalah. Pengacaran proses penyakit.
a. Mengevaluasi pengetahuan tentang penuaan. b. Menjelaskan komplikasi dari penyakit. c.
Mendiskusikan
gaya
hidup
perubahan
yang
mungkin
mencegah komplikasi.
2.
Keluarga
mampu
memutuskan
untuk
meningkatkan kesehatan. Dukungan
membuat
keputusan
a.Membantu
keluarga
mengklasifikasi
untuk
nilai
dan
harapan yang mungkin bisa di ubah dalam keluarga. b.
Menjelaskan
tujuan
dari
perawatn yang di berikan. c. Memberikan informasi yang sesuai dengan yang di butuhkan keluarga. 3. Keluarga merawat anggota keluarga. Manajemen nyeri.
a. Melakukan pengkajian nyeri. b.Memberikan
informasi
mengenai nyeri c.Mengajarkan
teknik
TTD
meningkatkan kesehatan. Dukungan
membuat
keputusan
a.Membantu
keluarga
mengklasifikasi
untuk
nilai
dan
harapan yang mungkin bisa di ubah dalam keluarga. b.
Menjelaskan
tujuan
dari
perawatn yang di berikan. c. Memberikan informasi yang sesuai dengan yang di butuhkan keluarga. 3. Keluarga merawat anggota keluarga. Manajemen nyeri.
a. Melakukan pengkajian nyeri. b.Memberikan
informasi
mengenai nyeri c.Mengajarkan
nonfarmakologi.
teknik
(kompres
hangat, gengam jari). 2
selasa/13/02 /2018
S : Keluarga mengatakan Ny. S pernah jatuh di rumah. memodifikasi lingkungan. O : Keluarga tampak pham a. Mengkaji riwayat jatuh dengan penjelasan b.Memonitor gaya berjalan. bagaimana cara mencegah resiko jatuh. c. Mengajarkan anggota A : Keluarga telah mampu keluarga mengenai resiko jatuh. memodifikasi lingkungan dan 5. Keluarga mampu memanfatkan fasilitas kesehatan memanfaatkan fasilitas P : Intervensi di hentikan kesehatan 4.
Keluarga
Menginformasikan
mampu
kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas kesehatan manfaatkan
yang
dapat
di
nonfarmakologi.
(kompres
hangat, gengam jari). 2
selasa/13/02 /2018
S : Keluarga mengatakan Ny. S pernah jatuh di rumah. memodifikasi lingkungan. O : Keluarga tampak pham a. Mengkaji riwayat jatuh dengan penjelasan b.Memonitor gaya berjalan. bagaimana cara mencegah resiko jatuh. c. Mengajarkan anggota A : Keluarga telah mampu keluarga mengenai resiko jatuh. memodifikasi lingkungan dan 5. Keluarga mampu memanfatkan fasilitas kesehatan memanfaatkan fasilitas P : Intervensi di hentikan kesehatan 4.
Keluarga
Menginformasikan
mampu
kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas kesehatan manfaatkan
yang
dapat
di
BAB IV TELAAH JURNAL
Pada BAB ini penulis melakukan telaah 4 jurnal “Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri, Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. Kalimantan Selatan, efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat, Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud,” yang mana akan diuraikan dibawah ini : A. Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri
Penelitian yang dilakukan oleh Desi Natalia pada tahun 2016 di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri tentang “Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia” Dimana subjek penelitiannya adalah semua lansia yang mengalami nyeri sendi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 orang, teknik pengambilan sampel random sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistic paired test. Dari 44 respoden sebelum diberikan perlakuan terapi relaksasi genggam jari pada pasien rematik yang mengalami nyeri antara skala nyeri 4 sampai 8 dengan mean 5,7 Setelah diberikan perlakuan terapi relaksasi genggam jari pada pasien rematik mengalami penurunan jari antara skala 1 sampai 6 dengan mean 3,48. Hasil test statistik menunjukan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. 0,000 (P <
0,05), artinya “terapi relaksasi genggam jari sangat efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien rematik di 2016 di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri”. Pasien rematik sebelum diberikan terapi genggam jari semuanya mengalami nyeri, sedangkan setelah diberikan terapi genggam jari sebagian besar tidak mengalami nyeri, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terapi genngam jari berpengaruh terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri tahun 2016. B. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel
Penelitian yang dilakukan oleh Noorhidayah, dkk pada tahun 2012 tentang “Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel”. Dimana sample adalah pasien rematik sebanyak 26 responden, teknik pengambilan sampel total sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test. Dari 26 respoden sebelum diberikan perlakuan kompres panas pada pasien rematik dapat dilihat bahwa sebagian besar (57,69 %) lansia mengalami nyeri sedang, sedangkan sesudah diberikan perlakuan sebagian besar (57,69 %) lansia mengalami nyeri ringan. Selain itu, sebelum perlakuan terdapat (34,61 %) lansia dengan nyeri berat terkontrol, namun sesudah diberikan perlakuan, tidak ada lagi lansia dengan nyeri berat. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan terapi kompres panas, pasien lansia dengan nyeri rematik PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami nyeri ringan sebanyak 7,70 %, nyeri sedang sebanyak 57, 69 %, dan nyeri berat terkontrol sebanyak 34,
61 %. Sesudah diberikan terapi kompres kompres panas pada lansia dengan rematik yang mengalami nyeri ringan sebanyak 57,69 % dan nyeri sedang sebanyak 42,31 %. C. Efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat
Penelitian yang dilakukan oleh Pera Sihaan, dkk pada tahun
tentang
efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat. Sampel penelitian ini sebanyak 17 orang sesuai dengan kriteria penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan melakukan pijat punggung selama dua hari dapat memberikan perbedaan yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri rematik. Hal ini dapat disebabkan pijat punggung dapat memberikan pereda nyeri sementara yang efektif, dimana dapat menghasilkan pelepasan endorphin yang menghambat transmisi nyeri serta menstimulasi serabut saraf sensorik delta-A dan serabut delta-C yang kemudian melepaskan substansi P pada saraf aferen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian intervensi dengan pemberian pijat punggung selama dua hari selama 30 menit dapat menurunkan gejala rematik sedang. D. Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Penelitian yang dilakukan oleh Fera bawardi, Julia rottie, Reginus malara pada tahun 2016
di puskesmas Beo Kabupaten Talaud, Faktor faktor yang
berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik.
Dimana sunjek penelitiannya adalah Populasi dalam penelitian ini, yaitu 32 responden yang terdiagnosis rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Sampel yang pada penelitian ini diambil dalam 1 bulan terakhir yaitu, bulan
september 2016 dengan jumlah sampel yang akan digunakan
yaitu
sebanyak 32 responden pasien rematik. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana semua data yang menyangkut variabel penelitian dikumpul satu kali
pada
waktu
yang bersamaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% ( =0,05) menunjukan nilai p-Value 0,002, didapatkan hasil nilai p-Value lebih kecil dari yang bahwa terdapat hubungan
=0,05
yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Tetapi dalam penelitian ini juga terdapat pengetahuan yang tidak baik tapi tidak sering mengalami kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 3 responden (12,5%), begitupun sebaliknya ada responden yang tingkat pengetahuannya baik tetapi tetap sering mengalami kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 21 responden (87,5%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan
95%
( =0,05) menunjukan nilai p-Value 0,04, didapatkan hasil nilai p- Value lebih kecil dari
=0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat
hubungan pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan
rematik
di
Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Pekerjaan/aktivitas merupakan salah satu faktor
munculnya
penyakit
rematik
. berbagai
aktivitas
dengan
beban
pekerja dan daya tekanannya yang
dapat memperberat sendi dan pekerjaan
yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu yang lama, sering yang menjadi keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pada setiap penderita penyakit rematik.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan ( =0,05)
dengan 95%
menunjukan nilai p-Value 0,017, didapatkan hasil nilai p-Value
lebih kecil dari
=0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat
hubungan pola makan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Dalam penelitian ini terdapat responden yang memiliki pola makan yang tidak tetapi tidak sering mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 3 responden (33,3%), polah makan
begitupun sebaliknya ada juga responden yang memiliki
baik tetapi sering mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 23
responden sebanyak (79,3%). Adanya kebiasaan mengomsumsi makanan yaitu yang dapat memicu terjadinya kekambuhan rematik, karena makanan merupakan faktor penting
dalam memicu kekambuhan
penyakit rematik
seperti,
menghindari produk susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan tertentu lainnya.
BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian
Pengakjian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry, 2005). Pada saat dilakukan pengkajian, keluarga cukup kooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa. Pengkajian dilakukan selama 2 hari pada tanggal 8-9 Februari 2018. Pengkajian diawali dengan pengkajian keluarga secara keseluruhan dan selanjutnya pengkajian dikhususkan pada Ny. S dengan rematik. Dari hasil pengkajian terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala di teori dengan tanda dan gejala
pasien yang menderita rematik. Hal ini sesuai
dengan pengkajian penulis kepada pasien dimana pasien mengalami nyeri pada kaki dan tangan serta mengalami kesemutan pada pagi hari. Tidak ditemukan perbedaan yang spesifik antara teoritis dengan tinjauan kasus yang didapatkan. Secara teoritis pasien dengan rematik mengalami nyeri pada perut kaki dan tangan serta merasa kesemutan. Hal ini dirasakan saat pagi hari dan akan beraktivitas. Saat dilakukan pengkajian didapatkan data Ny. S sedang mengalami sakit pada kaki dan tangan. Ny. S dulu memiliki kebiasaan bekerja berat, olahraga tidak teratur, pola makan yang tidak teratur. Ny. S pernah dirawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu karena hipertensi dan lemah pada kedua kaki. Ny. S tampak meringis, Ny. S menggunakan tongkat, Ny. S jarang memeriksakan dirinya
kepelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian Bawarodi dkk yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan rematik diwilayah puskesmas beo kabupaten talaud tahun 2016 menyatakan bahwa kekambuhan penyakit reatik disebabkan oleh tingkat pengetahuan, pola makan yang tidak sehat, pekerjaan atau aktivitas yang terlalu berat. Berdasarkan penelitian Idris & Astarani 2016 yang berjudul Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri menjelaskan bahwa nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama. Penyakit pada sendi yang sering menyebabkan gejala nyeri adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia, terutama yang gemuk. Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan jaringan ikat sekitar sendi, ligament dan kartilago mengalami penurunan elastisitas karena terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi sehingga kehilangan fleksibilitasnya. Bila pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar, karena nyeri dapat menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat (Idris dan astarani, 2016). Pada lansia sistem muskuloskeletal akan mengalami beberapa perubahan seperti perubahan pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin), berkurangnya kemampuan kartilago untuk beregenerasi, kepadatan tulang berkurang, perubahan struktur otot, dan terjadi penurunan elastisitas sendi. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar dari lansia mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, yang menyebabkan nyeri sendi. Nyeri sendi adalah tanda atau gejala yang mengganggu
bagian persendian, nyeri sendi akan mengganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri sendi biasanya akan muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh, muncul pembengkakan, peradangan, kekakuan, dan pembatasan gerakan. Penyakit penyakit gangguan sistem muskuloskeletal yang menyebabkan nyeri sendi antara lain: Osteoatritis, Arthritis Gout, Arthritis Rheumatoid, Arthritis Infeksi (Anies, 2006). Ny. S mengatakan nyeri yang dirasakan sering muncul tapi Ny. S tidak mengetahui cara penanganan nyeri yang baik. Sehingga hal ini mengganggu aktivitas sehari hari Ny. S dalam jurnal Efektifitas pijat punggung terhadap intesitas nyeri remati sedang pada wanita lanjut usia di desa karyawangi kabupaten Bandung Barat menjelaskan Pijat punggung memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya akan merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi P pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai mekanisme pertahanan, serta pada pusat korteks saraf desenden melepaskan opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal (Sihaan, dkk, 2016) . Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir),
pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Judha, 2012). Selain tindakan pemberian therapi medis sangat dimungkinkan untuk menimbulkn efek samping.
Penatalaksanaan nonfarmakologis saat ini karena
tidak menimbulkan efek samping, dan dapat memandirikan penderita rematik untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri. B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien di masa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan Perry, 2005). Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga tau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jaawab melaksanakannya. Diagnosis keperawatna keluarga dianalisis dari pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dinama perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama- sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya kelurga (IPKKI, 2017). Dari hasil pengkajian yang telah peneliti kumpulkan, mulai pengkajian awal, pengelompokkan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan
diagnosa. Penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan keluarga dalam buku NANDA yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah yaitu : 1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S Penulis mengangkat diagnose tersebut brdasarkan analisa yang ditemukan saat pengkajian pada Ny. S dan berdasarkan batasan karakteristik yang ada pada buku NANDA yaitu keluarga antusias dalam melakukan pengbatan, mengekspresikan keinginan untuk menangani penyakit. 2. Resiko jatuh pada Ny. S Penulis mengangkat diagnose tersebut brdasarkan analisa yang ditemukan saat pengkajian pada Ny. S dan berdasarkan batasan karakteristik yang ada pada buku NANDA yaitu usia pasien sudah 70 tahun, ada riawat jatuh, penurunan kekuatan ekstremitas atas, pasien menggunakan tongkat. Dengan diangkatnya diagnosa keperawatan diatas, diharapkan semua masalah keperawatan keluarga dapat teratasi. Penulis juga merencanakan pemberian penyuluhan dan modifikasi lingkungan yang akan meningkatkan pengetahuan pasien. C. Intervensi Keperawatan
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan (Potter dan Perry, 2005).
Selama perencanaan dibuat proiritas pemecahan masalah terhadap intervensi kepada keluarga Ny. S, penulis juga melibatkan bidan desa. Hasil yang diharapkan dirimusakan berdasarkan, NOC, dan NIC dengan sasaran spesifik masing-masing diagnosa dan perencanaan tujuan, dengan membuat implementasi berdasarkan intervensi. Diagnosa pertama yang penulis angkat yaitu Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
keluarga pada Ny S. Dalam pemecahan
masalah ini, penulis berfokus pada diagnosa ini karena keluarga antusias dalam melakukan pengobatan untuk Ny. S. penulis melakukan intervensi modifikasi dari jurnal terapi Sihaan yang berjudul efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di desa karyawangi kabupaten Bandung Barat menjelaskan Pijat punggung memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya akan merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi P pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai mekanisme pertahanan, serta pada pusat korteks saraf desenden melepaskan opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal. Diagnosa kedua yaitu resiko jatuh pada Ny. S. diagnosa ini diangkat karena keadaan Ny. S yang menggunakan tongkat, Ny. S pernah jatuh dan usia Ny. S sudah 70 tahun. Intervensi yang di jalankan pada diagnosa ini adalah melibatkan keluarga dalam perawtan Ny. S, yang di modifikasi dari jurnal yang berjudul
Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. Kalimantan Selatan menjelasakan bahwa tindakan
kompres
panas
dilakukan
untuk
melancarkan
sirkulasi
darah,
menghilangkan rasa nyeri, memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres panas merupakan tindakan untuk memberikan rasa hangat pda klien. Menurut brunner dan suddarth 2001, kompres panas digunakan untuk mengurangi nyeri, serta pemberian kompres panas juga berperan untuk pelunakan jaringan fibrsa, membuat otot lebih rileks, dan mempelancar pasokan aliran darah dengan meningkatkan vasodilatasi. Pemberian kompres panas pada lansia dengan penyakit rematik dapat memperbaiki peredaran darah dengan proses vasodilatasi pembuluh darah, sehingga menambah asupan oksigen dan nutrisi yang menuju ke jaringan tubuh. Akibat positif yang ditimbulkan adalah mengurangi inflamasi, menurunkan kekakuan dan nyeri otot, serta mempercepat penyembuhan jaringan lunak (14), sehingga pemberian kompres panas pada pasien lansia dengan nyeri rematik akan terjadi penurunan tingkat nyeri. Penurunan tingkat nyeri yang terjadi setelah diberikan terapi kompres panas sesuai dengan mekanisme Gate Control Theory oleh Melzack dan Wall (1965), yang menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Upaya menutup pertahanan tersebut terjadi saat dilakukan kompres panas yang dapat menghambat impuls nyeri yang akan disampaikan ke otak untuk dipersepsikan. Intervensi yang dilakukan selanjutnya adalah terspi genggang jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia berdasarkan jurnal Idris dan Astarani tahun 2016 menjelasakan bahwa Teknik relaksasi genggam jari merupakancara yang
mudah untuk mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Di sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energy menjadi lancar. Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk mencapai relaksasi. Dalam keadaan relaksasi secara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin, hormon ini merupakan analgesic alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang. D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005). Berdasarkan perencanaan keperawatan pasien melakukan beberapa aktivitas yang masing-masing diagnosa, penulis melakukan komunikasi disetiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan, konseling, serta tindakan penyelamatan jiwa seperti keadaan psikososial dan spiritual. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik, dimana penulis menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien nyaman saat dilakukan
tindakan. Asuhan keperawatan berupa tindakan dilakukan pada pasien dengan diagnosa sebagai berikut : 1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S Tindakan
keperawatan
yang
dilakukan
yaitu
dengan
teknik pijat
punggung pada Ny. S berhasil di lakukan dan menurunkan rasa nyeri pada kaki dan tangan Ny.S. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Sihaan dkk, bahwa pengaruh pijat punggung pada penderita rematik efektif untuk mengurangi nyeri pada daerah yang sakit. Penelitian lain nya juga menyatakan bahwa pijat pungging juga dapat mengurangi nyeri pada penderita rematik dan dapat merelaksasikan otot-otot. 2. Resiko jatuh pada Ny. S Tindakan
keperawatan
yang
dilakukan
yaitu dengan melakukan
pendidikan kesehatan tentang penuaan, pemberian perawatan teknik genggam jari dan kompres hangat pada Ny. S agar tidak terjadi kekakuan pada sendi, serta memodifikasi lingkungan senyaman mungkin untuk Ny.S. Intervensi berhasil di lakukan dan menurunkan rasa nyeri dan kekakuan otot pada Ny.S. Implementasi keperawatan mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan berpartisipasi didalam tahap pengobatan. Implementasi dilakukan untuk mengidentifikasi keluarga mengenal masalah kesehatan, bagaimana keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, mengali kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Perawat bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan aktivitas sehari hariyang mengatur pengobatan yang sesuai dengan gaya hidup. Implementasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan penjelasan tentang cara perawatan pada anggota keluarga yang mengalami sakit rematik. Perawat juga mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan hubungan antara proses penyakit dengan pengobatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan (Supatjitno,2003). Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry, 2005). Dalam menjalankan asuhan keperawatan semua diagnosa keperawatan berjalan dengan baik dan madalah keperawatan teratasi. 1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S Pada saat pengkajian didapatkan keluarga Ny. S ingin untuk melakukan penanganan terhadap faktor resiko, melakukan regiment yang diprogramkan Masalah ini teratasi, dimana pada kriteria hasil TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang proses penyakit. Pada TUK II kemampuan keluarga untuk memutuskan tindakan untuk merawat Ny. S. Pada TUK III keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk meningkatkan status kesehatan. Pada TUK IV dan V keluarga mampu memodifikasi lingkungan dan mau
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan berobat ke puskesmas dan keluarga mengatakan akan membawa Ny. S ke pelayanan kesehatan. 2. Resiko jatuh pada Ny. S Dimana pada kriteria hasil TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang melibatkan keluarg dalm proses pengobatan aplikasi dari jurnal yaitu kompres panas. Pada TUK II kemampuan keluarga untuk memutuskan tindakan untuk merawat Ny. Pada TUK III keluarga mampu mempraktekkan untuk merawat anggota keluarga untuk meningkatkan status kesehatan dalam perawatan kesehatan. Pada TUK IV dan V keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan memberikan materi pencegahan resiko jatuh pada lansia dan mau memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan berobat ke puskesmas dan keluarga mengatakan akan membawa Ny. S ke pelayanan kesehatan.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada khususnya Ny. S pada tanggal 8 s/d 14 Februari 2018, dapat disimpulkan : 1. Mengetahui konsep teoritis keluarga, lansia, rematik dan asuhan keperawatan keluarga dengan rematik.
Keluarga merupakan sumber daya penting dalam pemberian layanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga. Saat perawatan difokuskan kepada
keluarga,
efektifitas
perawatan
terbukti
meningkat
(Gillis
&
Davis,1993). Terdapat keterkaitan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya sehingga peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek pelayanan kesehatan individu anggota keluarganya. Tahap terakhir dalam siklus keluarga menurut Friedman (2010) adalah keluarga dengan usia lanjut, mulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, mempertahankan kontak dengan anak, cuc dan masyarakat. Lansia merupakan individu yang berusia lebih dari 60 tahun yang mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh. Rematoid
artritis
merupakan
suatu
penyakit
inflamasi
sistemik
yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Pasien dengan rematik mengalami keluhan seperti nyeri pada sendi, kaku pada sendi, rasa lelah dan lesu serta susah tidur dan susah beraktivitas. Gejala utama dari osteoarthritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena rematik terutama pada waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat, terdapat hambatan pergerakan pada sendi, krepitasi, pembesaransendi dan perubahan ga ya jalan. Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga. Tahap proses keperawatan keluarga meliputi beberapa tahap yaitu pengkajian, rumusan masalah, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Tujuan asuhan keperawatan keluarga mengacu kepada 5 tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, meningkatkan lingkungan
yang
dapat
meningkatkan
kesehatan
dan
keluarga
mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungannya. 2.
Mengetahui asuhan keperawatan kien dan keluarga dengan rematik
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan pada keluarga Ny. S didapatkan 2 diagnosa keperawatan yaitu : kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S, resiko jatuh pada Ny. S. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul, disusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan NANDA, NIC dan Noc disesuaikan dengan 5 tugas kesehatan keluarga sebagai tujuan dengan mencantumkan kode NANDA, NIC dan NOC disetiap intervensi. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien dan keluarga. Implementasi melibatkan klien beserta keluarganya.
Sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang telah ditemukan pada keluarga Tn.D maka diadapatkan 3 diagnosa yaitu: 1.
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S
2.
Resiko jatuh pada Ny. S
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5 (lima) hari pada Ny. S mengalami perbaikan dengan kompres hangat, pijat punggung, dan teknik genggam jari untuk mengurangi nyeri, namun belum mencobakan obat tradisional yang telah diajarkan. 3.
Analisa
kesenjangan
jurnal
dan
hasil
asuhan
keperawatan
terkit dengan penyakit rematik
Jurnal yang diimplementasikan dari tanggal 10 Juli s/d 14 Februari 2018 kepada Ny. S untuk diagnosa ada 3 implementasi jurnal, kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S yaitu pijat punggung untuk mengurangi nyeri, sedangkan diagnose resiko jatuh pada Ny. S yaitu dengan dengan kompres hangat dan teknik genggam jari. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari pada Ny. S, pada hari empat dan ketiga sampai kelima, Ny. R memperlihatkan adanya pengurangan rasa nyeri dengan kompres hangat, pijat punggung dan teknik genngam jari untuk mengurangikaku sendi. B.
Saran
1. Bagi Institusi Stikes Fort De Kock Bukittinggi Sebagai bahan masukan kepada STIKes Fort De Kock yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam memberikan konsep asuhan keperawatan keluarga tentang rematik secara teori dan praktek serta
dengan adanya siklus elektif pihak kampus dapat membuat program pembelajaran yang terfokus terkait peminatan. 2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan acuan kepada tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan rematik yang agar lebih profesional serta dapat melakukan pembaharuan terhadap tindakan keperawatan sesuai dengan jurnal keperawatan. 3. Bagi Mahasiswa
Bisa mengaplikasikan ilmu dilapangan sesuai dengan keadaan nyata sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta : PT Alex Media Komputindo Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.Jakarta : EGC. Bawarodi, dkk. 2016. Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Bayu, Dimas. 2015. Proposal Askep Gerontik Resiko Jatuh (Anisa). Fajriah.2009.Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Penyakit Rematoid arthritis. Friedman, M. M. 2010. Keperawatan Keluarga teori dan praktik . Jakarta : EGC Harlinawati, Yuni. 2006.Terapi Jus untuk Rematik dan Asam Urat .Depok : Puspa Swara. Idris & astarani. 2016. Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri Noohidayah.2016. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel Nanda Internsional. 2015.Diagnosa keperawatan: Defenisi dan klasifikasi 20152017 (10th ed), jakarta: EGC Nugroho, W. H. 2008. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik & Geriatrik . Jakarta : EGC. Nadliroh, Uyun. 2014. Gambaran penyakit rematik pada lansia. Padila. 2013. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperwatan : Konsep, proses dan praktik , volume 1. Jakarta :EGC Price, Sylvia A, dkk.( 2005). Patofisiologi “ Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ”, Edisi 6 Vol I. Jakarta: EGC Ridwan & rumijati. 2016. Faktor-faktor berhubungan dengan kejadian rematik pada lansia di puskesmas cicelengka kabupaten bandung Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Siahaan, dkk. 2016. Efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat Sudoyo, A. W. 2006. Buku Ajar Penyakit dalam Jilid II . Jakarta : EGC Smelzer, S.C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 8 . Jakarta : EGC Utomo, Proyogo. 2005. Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan Modern.Cetakan ke-2.Jakarta : Rineka Cipta.
PRE PLANNING I
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Kamis, 8 februari 2018
A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan keperawatan komunitas dimana keluarga merupakan bagian dari sasaran pelayanan kesehatan agar dapat dilakukan asuhan keperawatan keluarga. Sangat perlu dipahmi masalah kesehatan dalam keluarga yang dapat diidentifikasi. Melalui proses pengkajian yang sistematis terhadap keluarga sehingga didaptkan masalah keperawatan dan dapat diatasi melalui tindakan keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga. Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien dan merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah keperawatan apa saja yang ditentukan. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, pengalaman, observasi, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian ini meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain : data umum, riwayat kesehatan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga. Seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup yang ditandai dengan banyaknya lanjut usia (lansia) yang hidup di tahun 2013 sebanyak 9,99 % dari 22.277.700 jiwa penduduk Indonesia dan diperkirakannya umur harapan hidup
tersebut akan meningkat pada tahun 2020 bagi kelompok umur 65 – 70 tahun menjadi 11,09 % dari 29.120.000 jiwa penduduk Indonesia. Sesuai dengan program pemerintah yang menetapkan umur harapan hidup yaitu 65 tahun diharapkan lansia dapat tetap mempertahankan kesehatannya agar tetap produktif dalam kehidupannya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan pertama selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu membina hubungan saling percaya dengan mahasiswa serta dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. 2. Tujuan Khusus
Setelah 1x30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : a. Memberikan informasi tentang data umum keluarga b. Memberikan informasi tentang riwayat dan tahapan perkembangan keluarga c. Memberikan informasi tentang data lingkungan d. Memberikan informasi tentang struktur keluarga e. Memberikan informasi tentang fungsi keluarga C. Rencana Kegiatan
1. Topik
: interaksi dan pengkajian
2. Metode
: wawancara, observasi
3. Media dan alat
: format pengkajian dan alat tulis
4. Waktu dan tempat
: pukul 13.00 di ruang tamu keluarga Ny. S
5. Setting tempat
Keterangan :
:
perawat Ny. S Anak Ny. S
D. Sasaran dan target
1. Sasaran
: keluarga Tn. N
2. Target
: Ny. S
E. Strategi pelaksanaan No Waktu
1.
2.
4.
5 menit
20 menit
5 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
interaksi
Penutup
Kegiatan Penyuluh a. Mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan maksud dan tujuan
d. Kontrak bahasa dan waktu a. Menanyakan data umum setiap anggota keluarga b. Menanyakan riwayat dan tahap perkembangan keluarga c. Menanyakan dan mengamati data lingkungan sekitar rumah d. Menanyakan tentang data dan struktur keluarga e. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga a. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya b. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya c. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Memberikan jawaban
Memberikan jawaban Memberikan jawaban Memberikan jawaban Mendengarkan Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur a. Menyiapkan laporan pre-planning b. Keluarga Ny.S menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan c. Menyiapkan istrumen alat tulis 2. Evaluasi proses a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan d. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik 3. Evaluasi hasil a. Keluarga mampu membina hubungan saling percaya b. Keluarga mampu memberikan informasi yang benar secara terbuka c. Keluarga mampu memberikan informasi tentang data umum keluarga d. Keluarga mampu memberikan informasi tentang keadaan lingkungan e. Keluarga mampu memberikan informasi tentang riwayat dan tahap perkembangan keluarga f. Keluarga mampu memberikan informasi tentang struktur keluarga g. Keluarga mampu memberikan informasi tentang fungsi keluarga
PRE PLANNING II
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Jum’at, 9 Februari 2018
A. Latar Belakang
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah keperawatan apa saja yang ditemukan pada keluarga. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, pengamatan, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian ini meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga. Untuk mengetahui masalah keperawatan yang ada pada keluarga Tn. N maka diperlukan pengkajian lebih lanjut sebagai pedoman tindakan yang akan dilakukan pada keluarga. Berdasarkan hasil pengkajian yang pertama, keluarga Tn. N merupakan keluarga dengan usia lanjut,
sehingga perlu dikaji lebih dalam
mengenai fungsi stress, koping, aktivitas, status kesehatan pada anggota keluarga serta harapan keluarga.
B. Tujuan 3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan pertama selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu membina hubungan saling percaya dengan mahasiswa serta dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. 4. Tujuan Khusus
Setelah 1x30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : f. Memberikan informasi tentang fungsi stress keluarga Tn. N g. Memberikan informasi tentang koping yang digunakan keluarga Tn. N h. Memberikan informasi tentang status kesehatan anggota keluarga Tn. N i. Memberikan informasi tentang aktivitas dan rekreasi keluarga Tn. N C. Rencana Kegiatan
6. Topik
: interaksi dan pengkajian
7. Metode
: wawancara, observasi
8. Media dan alat
: format pengkajian dan alat tulis
9. Waktu dan tempat
: pukul 14.00 di ruang tamu keluarga Tn. N
10.
:
Setting tempat
Keterangan :
perawat Ny. S Anak Ny. S
D. Sasaran dan target
3. Sasaran
: keluarga Tn. A
4. Target
: Ny. S
E. Strategi pelaksanaan No Waktu
1.
2.
4.
F.
5 menit
20 menit
5 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
interaksi
Penutup
Kegiatan Penyuluh e. Mengucapkan salam f. Memperkenalkan diri g. Menjelaskan maksud dan tujuan
h. Kontrak bahasa dan waktu f. Menanyakan kendala atau masalah yangs sedang dihadapi oleh keluarga g. Menanyakan pengendalian diri dalam memecahkan masalah tersebut h. Menanyakan status kesehatan keluarga i. Menanyakan aktivitas dan rekreasi yang dilakukan keluarga j. Menanyakan harapan yang ingin dicapai oleh keluarga k. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga d. Memberikan kesempatan keluarga Tn A untuk bertanya e. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya f. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Memberikan jawaban
Memberikan jawaban Memberikan jawaban Memberikan jawaban Memberikan jawaban Memberikan jawaban Mendengarkan Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
Evaluasi
4. Evaluasi struktur d. Menyiapkan laporan pre-planning e. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan f. Menyiapkan istrumen alat tulis
5. Evaluasi proses e. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana f. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar g. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan h. Wawancara berjalan dengan lancar i. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan baik 6. Evaluasi hasil Didapatkan data pada keluarga Tn. N dengan anggota keluarga tentang data fungsi stress, koping, status kesehatan pada anggota keluarga, aktivitas yang dilakukan.
PRE PLANNING III
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Sabtu, 10 februari 2018
A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan keperawatan komunitas dimana keluarga merupakan bagian dari sasaran pelayanan kesehatan agar dapat dilakukan asuhan keperawatan keluarga. Sangat perlu dipahami masalah kesehatan dalam keluarga yang dapat diidentifikasi. Melalui proses pengkajian yang sistematis terhadap keluarga sehingga didaptkan masalah keperawatan dan dapat diatasi melalui tindakan keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga. Pelayanan kesehatan lanjut usia berbasis masyarakat yaitu pelayanan dari masyarakat untuk masyarakat, sehingga masyarakat sendiri diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan lanjut usia, tentu saja setelah diberintambahan pengetahuan secukupnya. Dimana peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yng berfokus pda tindakan yang dapt meningkatkan kesehatn pada semua anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehtan terdepan dalam meiningkatkan derajat jesehatn dikomonitas,salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi perawatn keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua itu perawat keluarga harus membrikan penegtahuan kepada keluarga tentang msalah kesehatan yang terjadi pada keluarga. Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan pengkajian pada Keluarga Ny. S, didapatkan Ny. S menderita rematik.Dan berdasarkan kontrak waktu yang di
sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan ketiga yaitu penyuluahn rematik (defenisi rematik dan penyebab rematik) B. Diagnosa Keperawatan.
1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S C. Implementasi tindakan keperawatan
a. Topik Menjelaskan tentang rematik yaitu pengertian rematik, tanda dan gejala rematik, penyebab rematik b. Metode Ceramah dan tanya jawab. c. Media Leaflet dan lembar balik d. Hari/ tanggal Sabtu/ 10 februari 2018 e. Tempat Di rumah Ny. S F. Sasaran Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S
D. Strategi pelaksanaan. No Waktu
1.
5 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
Kegiatan Penyuluh i. Mengucapkan salam j. Memperkenalkan diri k. Menjelaskan maksud dan tujuan
l. Kontrak bahasa dan waktu 2.
4.
20 menit
5 menit
interaksi
Penutup
l. Menjelaskan pengertian rematik m. Menjelaskan tanda dan gejala rematik. n. Menanyakan respon pasien o. Menjelaskan penyebab rematik p. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga g. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya h. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya i. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati
Mendengarkan Mendengarkan Memberikan jawaban Mendengarkan Mendengarkan Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
E. Kriteria evaluasi.
7. Evaluasi struktur g. Menyiapkan laporan pre-planning h. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan i. Menyiapkan istrumen alat tulis 8. Evaluasi proses j. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana k. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar l. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan m. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.
9. Evaluasi hasil Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.
PRE PLANNING IV
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Minggu 11 Februari 2018
A. Latar Belakang
Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada semua anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komonitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi perawat keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua itu perawat keluarga harus memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang maslah kesehatan yang terjadi pada keluarga. Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan penyuluahn rematik (defenisi rematik, tanda gejala dan penyebab rematik) pada Keluarga Ny. S Dan berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan ketiga yaitu tentang perawatan rematik. B. Diagnosa Keperawatan.
1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S C. Implementasi tindakan keperawatan
a. Topik Menjelaskan tentang rematik yaitu perawatan rematik.
b. Metode Ceramah dan tanya jawab. c. Media Leaflet dan lembar balik d. Hari/ tanggal Minggu/ 11 februari 2018 e. Tempat Di rumah Ny. S F. Sasaran Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S D. Strategi pelaksanaan. No Waktu
1.
2.
5 menit
20 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
interaksi
Kegiatan Penyuluh m. Mengucapkan salam n. Memperkenalkan diri o. Menjelaskan maksud dan tujuan
p. q. r. s. t.
Kontrak bahasa dan waktu Mengevaluasi pengertian rematik Menjelaskan perawatn rematik Menanyakan respon pasien Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Menjawab Mendengarkan
Memberikan jawaban Mendengarkan
4.
5 menit
Penutup
j. Memberikan kesempatan keluarga Ny. S untuk bertanya k. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya l. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
E. Kriteria evaluasi.
10.
Evaluasi struktur
j. Menyiapkan laporan pre-planning k. Keluarga Tn. S menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan l. Menyiapkan istrumen alat tulis 11.
Evaluasi proses
n. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana o. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar p. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan q. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar. 12.
Evaluasi hasil
Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.
PRE PLANNING V
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Senin, 12 Februari 2018
A. Latar Belakang
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada umumnya masyarakat belum mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab serta penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat. Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada semua anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi perawat keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua itu perawat keluarga harus memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang maslah kesehatan yang terjadi pada keluarga. Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan cara perawatan rematik pada Keluarga Ny. S. Dan berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan selajutnya yaitu pinjat punggung pada Ny. S
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S C. Implementasi tindakan keperawatan
a. Topik Menganjarkan cara pijat punggung b. Metode Praktek dan tanya jawab. c. Media Leaflet d. Hari/ tanggal Senin/ 12 februari 2018 e. Tempat Di rumah Ny. S F. Sasaran Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S D. Strategi pelaksanaan. No Waktu
1.
2.
4.
5 menit
20 menit
5 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
interaksi
Penutup
Kegiatan Penyuluh q. Mengucapkan salam r. Memperkenalkan diri s. Menjelaskan maksud dan tujuan
t. Kontrak bahasa dan waktu u. Mengevaluasi materi yang di berikan sebelumnya v. Menjelaskan perawatn rematik dan mempraktekkannya w. Menanyakan respon pasien x. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga m. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Menjawab Mendengarkan
Memberikan jawaban Mendengarkan Bertanya
n. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya o. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur a. Menyiapkan laporan pre-planning b. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan c. Menyiapkan istrumen alat tulis 2. Evaluasi proses a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar. 3. Evaluasi hasil Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.
PRE PLANNING VI
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Selasa , 13 Februari 2018
A. Latar Belakang
Penetapan usia 65 tahun keatas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupmya. Setiap lansia adalah unik, oleh kerena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter dan Perry, 2009). Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu adanyha dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari – hari (Fridman, 2010). Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan cara perawatan rematik dengan kompres jahe pada Keluarga Ny. S. Dan berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan selajutnya yaitu pencegahan resiko jatuh/ memodifikasi lingkungan.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko jatuh Ny. S C. Implementasi tindakan keperawatan
a. Topik Memodifikasi lingkungan dan pencegahan resiko jatuh pada pasien. b. Metode Ceramah dan tanya jawab. c. Media Leaflet dan lembar balik d. Hari/ tanggal Selasa / 13 Februari 2018 e. Tempat Di rumah Ny. S F. Sasaran Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S D. Strategi pelaksanaan. No Waktu
1.
2.
5 menit
20 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
Interaksi
Kegiatan Penyuluh u. Mengucapkan salam v. Memperkenalkan diri w. Menjelaskan maksud dan tujuan
x. Kontrak bahasa dan waktu y. Mengevaluasi materi yang di berikan sebelumnya z. Menjelaskan cara memodifikasi lingkungan aa. Menanyakan respon pasien bb. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Menjawab Mendengarkan
Memberikan jawaban Mendengarkan
4.
5 menit
Penutup
p. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya q. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya r. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur a. Menyiapkan laporan pre-planning b. Keluarga Tn. S menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan c. Menyiapkan instrumen alat tulis 2. Evaluasi proses a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar. 3. Evaluasi hasil Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.
PRE PLANNING VII
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Rabu , 14 Februari 2018
A. Latar Belakang
Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan, dibutuhkan peran aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan sebagai fokus keperawatan berupa promotif dan preventif. Masalah yang ada di masyarakat harus dapat dikenali oleh masyarakat itu sendiri yang selanjutnya proses pemecahan masalah yang ada, dilaksanakan pula oleh masyarakat itu sendiri melalui potensi sumber daya yang dimilkinya dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu adanyha dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari – hari (Fridman, 2010). Pada
pertemuan
sebelumnya
telah
mendiskusikan
cara
memodifikasi
lingkungan untuk mecegah resiko jatuh . Dan berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya dengan Ny.S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan selajutnya yaitu teknik genggam jari pada Ny. S
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko jatuh C. Implementasi tindakan keperawatan
a. Topik Mengajarkan cara teknik genggam jari b. Metode Ceramah dan tanya jawab. c. Media Leaflet dan lembar balik d. Hari/ tanggal Rabu / 14 Februari 2018 e. Tempat Di rumah Ny. S F. Sasaran Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S D. Strategi pelaksanaan. No Waktu
1.
2.
5 menit
20 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
interaksi
Kegiatan Penyuluh y. Mengucapkan salam z. Memperkenalkan diri å. Menjelaskan maksud dan tujuan
ä. Kontrak bahasa dan waktu cc. Mengevaluasi materi yang di berikan sebelumnya dd. Menjelaskan cara perawatan ROM ee. Menanyakan respon pasien ff. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Menjawab Mendengarkan
Memberikan jawaban Mendengarkan
4.
5 menit
Penutup
s. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya t. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya u. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur a. Menyiapkan laporan pre-planning b. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan c. Menyiapkan istrumen alat tulis 2. Evaluasi proses a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar. 3. Evaluasi hasil Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.
PRE PLANNING VIII
Nama Mahasiswa
: Witari Rahmadani
NIM
: 1614901190
Hari/Tanggal
: Rabu , 14 Februari 2018
B. Latar Belakang
Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan, dibutuhkan peran aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan sebagai fokus keperawatan berupa promotif dan preventif. Masalah yang ada di masyarakat harus dapat dikenali oleh masyarakat itu sendiri yang selanjutnya proses pemecahan masalah yang ada, dilaksanakan pula oleh masyarakat itu sendiri melalui potensi sumber daya yang dimilkinya dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu adanyha dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari – hari (Fridman, 2010). Pada
pertemuan
sebelumnya
telah
mendiskusikan
cara
memodifikasi
lingkungan untuk mecegah resiko jatuh . Dan berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya dengan Ny.S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan selajutnya yaitu kompres panas pada Ny. S
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko jatuh C. Implementasi tindakan keperawatan
a. Topik Mengajarkan cara kompres panas b. Metode Ceramah dan tanya jawab. c. Media Leaflet dan lembar balik d. Hari/ tanggal Rabu / 14 Februari 2018 e. Tempat Di rumah Ny. S F. Sasaran Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S D. Strategi pelaksanaan. No Waktu
1.
2.
5 menit
20 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
interaksi
Kegiatan Penyuluh cc.Mengucapkan salam dd. Memperkenalkan diri bb. Menjelaskan maksud dan tujuan
cc.Kontrak bahasa dan waktu gg. Mengevaluasi materi yang di berikan sebelumnya hh. Menjelaskan cara perawatan ROM ii. Menanyakan respon pasien jj. Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati
Menjawab Mendengarkan Memberikan jawaban Mendengarkan
4.
5 menit
Penutup
v. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya w. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya x. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur a. Menyiapkan laporan pre-planning b. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati kontrak waktu yang ditentukan c. Menyiapkan istrumen alat tulis 2. Evaluasi proses a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar. 3. Evaluasi hasil Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Tentang Rematik Pada Keluarga Ny. S di Jorong Batang Palupuh Kecematan Palupuh
Witari Rahmadani S.Kep 1614901190
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan
: Rematik
Sasaran
: Keluarga Ny. S
Hari/Tanggal
: Sabtu / 10 Februari 2018
A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik, salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian
penyakit
tersebut
akan
makin
meningkat
sejalan
dengan
meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. B. Tujuan 1.
Tujuan umum
Meningakatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga dalam memelihara kesehatannya agar tercapai lansia – lansia yang sehat dan sejahtera. 2.
Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan lansia memahami : 1)
Ibu dan bapak memahami tentang definisi rematik
2)
Ibu dan bapak memahami tentang penyebab dari rematik
3)
Ibu dan bapak memahami tanda dan gejela rematik
4)
Ibu dan bapak memahami akibat lanjut dari rematik
C. Tempat dan Waktu
Hari / tanggal
: Sabtu, 10 Februari 2018
Jam
: 14.00Wib - selesai
Tempat
: Di rumah keluarga Ny. S
D. Media dan peralatan
E.
F.
a)
Leaflet
b)
Lembar balik
Metode
a)
Ceramah
b)
Diskusi dan Tanya jawab
Kegiatan penyuluhan
No Waktu
1.
5 menit
Pokok Kegiatan Preinteraksi
Kegiatan Penyuluh a. Mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan maksud dan tujuan
d. Kontrak bahasa dan waktu 2.
4.
20 menit
5 menit
interaksi
Penutup
a. b. c. d. e.
Menjelaskan pengertian rematik Menjelaskan tanda dan gejala rematik. Menanyakan respon pasien Menjelaskan penyebab rematik Memberikan reinforcement positif terhadap partisipasi keluarga
a. Memberikan kesempatan keluarga Ny.F untuk bertanya b. Menjelaskan kontrak topik dan waktu untuk pertemuan selanjutnya c. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam
Audiens/ Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan Menyepakati Mendengarkan Mendengarkan
Memberikan jawaban Mendengarkan Mendengarkan Bertanya Mendengarkan dan menyetujui Menjawab salam
G. Kriteria Evaluasi :
1.
Evaluasi Struktur 1) Desain tempat dan waktu sesuai dengan rencana. 2) Media serta alat sesuai rencana.
2.
3.
Evaluasi Proses 1)
Audiens aktif mengikuti penyuluhan yang dilaksanakan.
2)
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
3)
Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaanya.
Evaluasi Hasil Setelah kegiatan penyuluhan audiens diharapkan mampu: 1) Menyebutkan pengertian rematik 2) Menyebutkan 3 dari 5 penyebab Rematik. 3) Menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala rematik.
Lampiran materi REMATIK
A. Defenisi
Rematik adalah adanya kelainan di sendi-sendi tulang dan mengakibatkan rasa nyeri serta kaku pada sendi-sendi, tulang dan jaringan ikat. Pada kondisi umum penyakit rematik tidak berbahaya, tapi sakit nyeri yang ditimbulkan akan sangat mengganggu (Iskandar, 2012). Arthritis Rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya
jaringan
persendian
sinovitis dan
erosive
juga
sistemik
sering
yang
melibatkan
terutama mengenai
organ
tubuh lainnya.
Penyakit rematik ini merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnis di dunia (Sudoyo, 2007). Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skeletal, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki dan wanita dengan segala usia, tetapi kelompok lansia lebih banyak terserang penyakit rematik. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada wanita yang sekitar 70% penderita rematik adalah wanita (Smelltzer, 2001). B. Etiologi
Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya,
dikarakteristikkan
oleh
kerusakan
dan
poliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas (Kushariyadi, 2010). Faktor infeksi sebagai penyebab Rheumatoid Arthritis timbul karena umumnya penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan kuat bahwa penyakit ini sangat mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang diduga sebagai penyebabnya adalah bakteri, mycoplasma, atau virus. Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan Rheumatoid Artritis,
antara lain : a. Usia diatas 40 tahun dan prevalensi pada wanita lebih tinggi. b. Kegemukan ddan penyakit metabolic c. Genetik. d. Cedera sendi dan berulang. e. Kepadatan tulang berkurang. f.
Beban sendi yang terlalu berat (olah raga atau kerja tertantu).
g. Kelainan pertumbuhan (kelainan sel-sel yang memmbentuk tulang rawan, seperti kolagen dan proteoglikan) (Sudoyo, 2007). C. Gambaran Klinis
Menurut Junaidi (2006), gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi
yang
terkena,
terutama
waktu
bergerak.
Umumnya timbul secara
perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi. Tanda-tanda peradangan
pada sendi
tidak
menonjol
dan
timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain: a. Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. c. Kaku pagi hari Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur. d. Krepitasi Rasa gemeretak (kadang-kadang (kadan g-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. e. Pembesaran sendi (deformitas) Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar. f. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. p incang. Gangguan berjalan berjal an dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia). D. Patofisiologi.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada pad a sendi artikular kartilago kartila go dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian (Brunner dan Suddarth, 2003). E. Penatalaksanaan.
Hingga
sekarang sek arang
belum
ada
obat-obatan ob at-obatan
yang dapat menyembuhkan
penyakit rematik, kecuali penyakit rematik yang disebabkan oleh infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya, sedangkan proses penyakitnya tetap berlangsung. Beberapa terapi yang digunakan agar dapat meringankan penderitaan pasien adalah sebagai berikut: 1.
Terapi obat Pengobatan yang dilakukan terhadap penyakit rematik adalah untuk
mengatasi gejala nyeri dan peradangannya. peradangann ya. Pada beberapa kasus, pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses atau mengubah
perjalanan
penyakit,
disebut Disease Modifying Antirhematic Drugs (DMARDs) dan obat-obatan lain untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada rematik: 1) Golongan analgetik : golongan obat ini berfungsi mengatasi atau meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs) lainnya seperti ibuprofen dan asetaminofen. 2) Golongan kortikosteroid : obat kortikosteroid seperti prednisone, kotison, solumedrol, dan hidrokartison banyak
digunakan untuk mengobati
gejala rematik. Cara kerja kortikosteroid adalah dengan mengatasi inflamasi radang
dan
menekan
pada
rematik
kortikosteroid
adalah
sistem
berkurang.
kekebalan Efek Efek
pembengkakan,
tubuh sehingga reaksi
samping
jangka
pendek
menambah nafsu makan,
menambah berat badan dan emosi yang labil. Efek samping tersebut akan berhenti bila pemberian obat dihentikan. Efek samping jangka panjang dari penggunaan kortikosteroid diantaranya tanda goresan pada kulit ( strie), strie),
rambut
tumbuh berlebihan, tulang keropos (osteoporosis), (osteoporosis) ,
tekanan darah tinggi (hipertensi), kerusakan arteri pembuluh darah, peningkatan kadar gula darah, infeksi dan katarak. kat arak. Penghentian Penghent ian pemberian pemb erian obat ini harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh secara mendadak. 2.
Terapi Non-obat Tersedia bahan alami atau herbal dan beberapa suplemen yang dapat
digunakan untuk untu k melawan penyakit pen yakit rematik. Beberapa terapi t erapi non-obat yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Suplemen dan sayuran Obat-obat suplemen dan sayuran yang dapat dipergunakan bagi penderita rematik adalah sebagai berikut: jus sayuran: minum jus sayuran dapat membantu mengurangi gejala arthritis. 1) Vitamin C: menurut penelitian ahli fisiologi Dr. Robert Davis dari Pennsylvania membuktikan bahwa penyakit arthritis rematoid berkorelasi dengan kadar vitamin C rendah. Penggunaan dosis besar vitamin C (500-1000 (500 -1000 mg) sehari dapat menghilangkan men ghilangkan gejala arthritis.
Berikan
vitamin
C dalam
dosis
rendah
untuk
menghindari iritasi pada lambung dan supaya efek terapinya lebih lama. 2) Ikan dan minyak ikan: menurut Dr. Robert C. Atkins, penulis New Diet Revolution prinsip dasar terapi dari arthritis haruslah suplemen kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak omega-3 yang dapat menghilangkan nyeri dan pembengkakan pada semua jenis arthritis. Selain itu minyak ikan kod juga kaya akan vitamin D yang membantu membangun tulang, dan vitamin A membantu melawan peradangan. Satu sendok makan minyak ikan setiap hari merupakan dosis yang diperlukan untuk mendapatkan
manfaatnya.
Penelitian
lain
belum
lama
ini
melakukan penelitian selama 12 bulan tentang suplemen minyak ikan pada pasien artris rematoid, dan hasilnya menunjukkan 2-6 gram minyak omega-3 setiap hari (6 kapsul minyak ikan @ 1 gram) sehari, dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri sendi. Ikan kaya akan omega-3 adalah ikan salmon, tuna dan sarden (Misnadiarly, 2007). b. Herbal British Journal of Clinical Pharmacology melaporkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa 82% pasien arthritis mengalami peredaran nyeri dan pembengkakan dengan menggunakan obat-obatan yang berasal dari herbal. Bahan herbal yang membantu melawan nyeri arthritis adalah sebagai berikut: 1) Jahe dan kunyit: keduanya merupakan bahan antiinflamasi
yang sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan bengkak sendi. 2) Hot chili peppers dan cayenne pepper : berefek mengurangi peradangan
pada
arthritis,
mengurangi
pembengkakan,
dan
menghilangkan nyeri 3) Terapi panas dingin Untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada rematik dapat digunakan cara dan adalah sebagai berikut: a) Berendam dalam bak mandi dengan air hangat, terutama untuk merendam bagian yang nyeri. b) Kompres panas: caranya rendam handuk dalam air panas, kemudian letakkan pada sendi yang sakit. c) Pemanasan kering,
misalnya
dengan
menggunakan
lampu pemanas dan lain-lain. Pada prinsipnya cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk meningkatkan aliran darah ke daerah sendi yang terserang. Dengan demikian proses radang dapat dikurangi sehingga fungsi sendi dapat maksimal. Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal bagian yang terkena
rematik
sehingga
mengurangi
nyeri,
peradangan, serta kaku atau kejang otot. Cara terapi dingin adalah dengan menggunakan kantong dingin, semprotan dingin, atau minyak yang mendinginkan kulit dan sendi (Purwoastuti, 2009). 4) Olahraga dan istirahat Penderita rematik mau tidak mau harus menyeimbangkan
kehidupannya antara istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri atau pegal, pasien harus beristirahat. Namun harus diingat, istirahat tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi. Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai berikut: a) Range of motion exercises: merupakan latihan fisik yang membantu menjaga pergerakkan normal sendi, memelihara
atau
meningkatkan
fleksibilitas
dan
memelihara
atau
menghilangkan kekakuan sendi. b) Strengthening
exercises:
untuk
meningkatkan kekakuan otot. c) Aerobic
atau
endurance
meningkatkan kesehatan
exercises:
pembuluh
darah
untuk jantung
(kardiovaskuler), membantu menjaga berat badan ideal dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Junaidi, 2006). d) Mobilisasi dan relaksasi Mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki kekakuan pada sendi yang terserang rematik. Relaksasi progesif membantu mengurangi nyeri dengan melakukan gerakan yang melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progesif, gerakan yang dilakukan adalah pada satu saat mengencangkan kumpulan otot
tertentu, kemudian secara perlahan melemaskannya atau merelaksasikannya (Junaidi, 2006). e) Terapi rehabilitasi Ada beberapa terapi rehabilitasi yang dibutuhkan oleh penderita rematik adalah sebagai berikut : I.
Edukasi: pada edukasi ini pasien diberi informasi yang lengkap dan benar mengenai pengobatan dan perjalanan penyakit ke depan.
II.
Fisioterapi:
berbagai
aktivitas
latihan
yang
diperlukan untuk mendapatkan gerak sendi yang baik dan optimal, agar massa otot tetap dan stabil. III.
Okupasi: okupasi bertujuan untuk membantu pasien agar dapat melakukan tugas sehari-hari, yakni dengan memosisikan sendi secara baik sehingga
dapat
berfungsi
dengan
baik
dan
terhindar dari gerakan berlebihan yang dapat menimbulkan nyeri. 4) Diet:
diet
diutamakan
untuk
mengurangi
berat
badan
yang berlebihan, dianjurkan mencapai berat
badan
10-15%
di
bawah
ideal.
Kegemukan
memberikan beban tekanan pada sendi penopang berat tubuh (Purwoastuti, 2009).
SOP KOMPRES HANGAT
A. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. B. Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah 2. Menurunkan suhu tubuh 3. Mengurangi rasa sakit 4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien 5. Meransang peristaltik usus C. Indikasi
1. Klien yang kedinginan ( suhu tubuh yang rendah ) 2. Klien dengan perut kembung 3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian 4. Spasme otot 5. Adanya abses, hematoma D. Alat dan Bahan
1. Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan 2. Pengalas 3. Waslap 2 buah / tergantung kebutuhan E. Prosedur Tindakan
1. Dekat kan alat-alat ke dekat klien 2. Perhatikan privacy klien 3. Cuci tangan 4. Atur posisi klien yang nyaman 5. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan di kompres
6. Ambil waslap, celupkan dalam air hangat dan letakkan pada area yang akan di kompres 7. Lakukan kegiatan no.6 selama 15 - 30 menit dengan mengganti waslap setiap 5 menit 8. Lepaskan sarung tangan 9. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman 10. Bereskan semua alat untuk di susun kembali 11. Cuci tangan F.
Evaluasi
1. Respon klien 2. Alat kompres G. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan 2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
SOP TEKNIK GENGGAM JARI UNTUK MENGURANGI NYERI
A. Pengertian
Teknik
genggam
jari
adalah
sebuah
teknik
relaksasi sederhana yang
mudah di lakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan tangan dan aliran tubuh manusia. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri kita jika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Perry,2005). B. Manfaat
Untuk mengurangi nyeri dan dapat mengontrol diri ketika terjadi perasaan yang tidak nyaman atau stress. C. Tujuan
1. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas 2. Mengurangi perasaan panik,khawatir dan terancam 3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh 4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi 5. Melncarkan aliran dalam darah D. Metodologi 1. Persiapan pasien a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien b. Pasien dalam kondisi yang sadar c. Pasien tidak mengalami sesak dan nyeri berat 2. Langkah-langkah
a. Peganglah jari di muai dari ibu jari selama 2-3 menit, bisa menggunakan tangan mana saja b. Tarik nafas yang dalam dengan lembut c. Hembuskan nafas secara perlahan dan teratur d. Ketika menarik nafas, hiruplah bersama perasaan tenang, damai, dan berpikirlah untuk mendapatkan kesembuhan e. Ketika sambil
menghembuskan
napas,
melepaskan perasaan
hembuskanlah
dan
secara
masalah yang
perlahan
mengganggu
pikiran
dan
bayangkan
dari pikiran f.
Lakukan selama 5-10 menit.
emosi yang mengganggu tersebut keluar
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEK AMBUHAN PENYAKIT REMATIK DI WILAYAH PUSKESMAS BEO KABUPATE N TALAUD
Fera Bawar odi Julia R ottie Reginus Malar a Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email :
[email protected] Abstrak : Rheumatic is a chronic systemic inflammatory disease that attacks the joints, especially the s ynovial joints. Factors that can cause the occurrence of rheumatic recurrence is the level of knowledge, work / activity and diet.The Purpose of this research was to knowing the factors related to the recurrence of r heu matic diseases in Community Health Center Beo District Talaud. Design Research used cross sectional study which the data related to independent variable or risk and independent variable consequence collated i n the s ame time. Tehnique Sampling that is total sampling is 32 samples. Statistical Test Result Chi-Square test with confidence level of 95% (a = 0,05) and obtained p value 0,002 < 0,05 and 0,004 < 0,05 and p value 0,017 < 0,05. Conclussion there are correlation factors the level of knowledge, work / activity and eating patterns with the recurrence of rheumatic diseases in Community Health Center Beo District Talaud. Keywords: Level of Knowledge, Occupation/Activity, Diet, Rheumatic Rec urr e nce. Abstrak : Rematik adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang persendian terutama sendi sinovial. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan rematik adalah tingkat pengetahuan, pekerjaan / aktivitas dan pola makan. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Desain Penelitian ini menggunakan cross sectional yaitu dengan data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau akibat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Teknik Pengambilan Sampel mengguna kan sampling jenuh / total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Hasil Uji Statistik Chi-Square test dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05) dan diperoleh p value 0,002 < 0,05 dan 0,004 < 0,05 dan p value 0,017 < 0,05. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan/aktivitas dan pola makan dengan kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Kata Kunci: Rematik, Tingkat Pengetahuan, Pekerjaan/Aktivitas, Pola Mak an
1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
PE NDA HULUA
orang mempunyai aktivitas yang berlebih
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
PE NDA HULUA N Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Menurut World Health Or ganisation (WHO) (2016) 335 juta penduduk di dunia yang mengalami Rematik. Sedangkan prevalensi Rematik tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di Indonesia jumlah penderita Rematik pada tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012 prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak 45,59% dan pada tahun 2014 prevalensi Rematik di Sulawesi Utara sebanyak 24,7%. Rematik adalah suatu penyakit yang menyerang sendi, dan dapat menyerang siapa saja yang rentan terkena penyakit rematik. Oleh karena itu, perlu kiranya mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit ini merupakan penyakit persendian sehingga akan mengganggu aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari- hari. Rematik paling banyak ditemui dan biasanya dari faktor, genetik, jenis kelamin, infeksi, berat badan/obesitas, usia, selain ini faktor lain yang mempengaruhi terhadap penyakit Rematik adalah tingkat pengetahuan penyakit Rematik sendiri memang masih sangat kurang, baik pada masyarakat awam maupun kalangan medis (Mansjoer, 2011). Rematik merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas diseluruh dunia yang secara simetris mengalami peradangan sehingga akan terjadi pembengkakan, nyeri dan ahirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi dan akan mengganggu aktivitas/pekerjaan penderita (Junaidi, 2006). Rematik lebih sering terjadi pada 2
orang mempunyai aktivitas yang berlebih dalam menggunakan lutut seperti pedagang keliling, dan pekerja yang banyak jongkok karena terjadi penekanan yang berlebih pada lutut, umumnya semakin berat aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka pasien akan lebih sering mengalami Rematik terutama pada bagian sendi dan lebih sering terjadi pada pagi hari. Penyakit peradangan sendi biasanya
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei purin seperti kacang-kacangan maka dirasakan terutama pada sendi-sendi penderita akan merasakan nyeri pada
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor dirasakan terutama pada sendi-sendi bagian jari dan pergelangan tangan, lutut dan kaki, dan pada stadium lanjut penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya akan menurun (Sarwono, 2001). Oleh karena itu pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya kekambuhan. Di mana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai dengan mengadakan perubahan-perubahan kecil pada makanan yang kita pilih, juga mengurangi makanan dapat mempengaruhi kekambuhan Rematik seperti, produk kacang-kacangan seperti susu kacang, kacang buncis, organ dalam hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, dan jantung, makanan kaleng seperti, sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan santan kelapa, beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda dan produk olahan melinjho, minuman seperti alkohol dan sayur seperti kangkung dan bayam (Putri, 2012). Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 13 Oktober 2016 di Puskesmas Beo Kabupaten Talaud kepada 2 orang penderita Rematik yang berusia ± 34 tahun, 7 orang perempuan diantaranya sering mengalami ngilu/nyeri pada persendian tangan dan susa dalam melakukan aktivitas sehari- hari, 2 orang laki-laki mengatakan nyeri pada persendian kaki dan susah dalam melakukan aktivitas seperti jalan kaki, susah untuk berdiri akibat nyeri persendian, 1 orang diantaranya tidak mengetahui tanda dan gejala, serta cara mengatasi penyakit Rematik tersebut, 4 orang diantarannya memiliki berat badan lebih (obesitas), 4 diantaranya mengatakan keluhan kembali dirasakan saat melakukan aktivitas/pekerjaan yang berat, maka kakinya terasa nyeri pada persendian tulang sehingga penderita merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas, 3 orang diantaranya mengatakan jika sehabis 3 mengonsumsi makanan yang mengandung
1, Mei purin seperti kacang-kacangan maka penderita akan merasakan nyeri pada persendian tulang, dan penderita mengatakan ketika terjadi kekambuhan penderita hanya membeli obat-obatan di warung seperti, Bode, Asmefenamat dan tumbuhan tradisional lainya, peneliti juga telah melakukaan diskusi bersama salah satu tenaga kesehatan di
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Wilayah kerja Puskesmas Beo mengatakan
gangguan paru.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei gangguan paru. b. Tidak memiliki gangguan lain seperti, kejiwaan dan kognitif serta tidak bersedia menjadi responden.
Wilayah kerja Puskesmas Beo mengatakan terdapat 15 lansia yang sering mengalami kekambuhan rematik dari 20 lansia yang datang berobat ke Puskesmas tersebut. dan penderita rematik lebih banyak perempuan dari pada laki-laki, banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa tanda dan gejala serta tidak tau tentang penyakit rematik tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud tahun (2016). METODE PE NELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana semua data yang menyangkut variabel penelitian dikumpul satu kali pada waktu yang bersamaan.(Setiadi, 2013) penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Penelitian dilakukan pada bulan 20162017. Populasi dalam penelitian ini, yaitu 32 responden yang terdiagnosis rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Sampel yang pada penelitian ini diambil dalam 1 bulan terakhir yaitu, bulan september 2016 dengan jumlah sampel yang akan digunakan yaitu sebanyak 32 responden pasien rematik, dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a. Pasien yang sudah terdiagnosis penyakit rematik b. Bersedia menjadi responden. 2. Kriteria eksklusi a. Penderita rematik yang mempunyai komplikasi penyakit lain, seperti osteoporosis, gangguan jantung dan
4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei HASIL DAN
75,0 Total
32
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umu r n Umur %
30-50
7 21,9
55-70
25
1, Mei 75,0 Total
32
100 Sumber : Data primer (Diolah tahun 2017) Hasil analisis pada tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan pendidikan terakhir SMA-PT dengan jumlah 24 responden (75,0%) dan SD-SMP dengan jumlah 8 responden (25,0%).
78,1 Total
32
100 Sumber : Data primer (Diolah tahun 2017) Hasil analisis pada tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki umur 5570 tahun dengan jumlah 25 responden (78,1%) dan umur 30-55 tahun dengan jumlah 7 responden (21,9%). Tabel 2. Distribusi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
responden n
%
Perempuan
6 18,8
Laki-Laki
26 81,3
Total
32
100 Sumber : Data primer (Diolah tahun 2017) Hasil analisis pada tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin Laki-laki dengan jumlah 26 responden (81,3%) dan perempuan dengan jumlah 6 responden (18,8%). Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir n Pendidikan % Ter akh ir SD-SMP 8 25,0 SMA-PT 24
5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Tabel
4. Hubungan tingkat pengetahuan
Berdasarkan
tabel
6.
diatas
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Tabel 4. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kekambuhan rematik Kekambuhan Rematik Tin kat Pengetahuan Tidak Baik Baik Total
sering n % 6 75,0 2 25,0 8 100
er ng n 3 21 24
% 12,5 87,5 100
p
ota n 9 23 32
Berdasarkan tabel 6. diatas dengan hasil analisis hubungan pola makan dengan kekambuhan rematik menggunakan uji chi- square diperoleh p-Value 0,017. Hal ini berarti p-Value lebih kecil dari =0,05 maka dengan demikian dapat dikatakan Ha diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
% 28,1 71,9 100
0,002
Sumber : Data primer (Diolah tahun 2017) Berdasarkan tabel 4. diatas dengan hasil analisis hubungan tingkat pengetahauan dengan kekambuhan rematik menggunakan uji chi-square diperoleh pValue 0,002. Hal ini berarti p-Value lebih kecil dari =0,05 maka dengan demikian dapat dikatakan Ha diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskemas Beo Kabupaten Talaud .
Kekambuhan R ematik Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud, sebagian responden memiliki kekambuhan penyakit rematik yang lebih sering. Kekambuhan adalah kejadian berulang yang dialami oleh penderita melebihi satu kali dengan kualitas yang sering terjadi dan biasanya bersifat tidak menyenangkan. Setelah dilakukan diagnosa rematik dapat ditegakan bahwa pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah untuk pencegahan terulangnya rasa nyeri rematik (Putri, 2012). Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiadi (2004), bahwa dalam Kabupaten Talaud
Tabel 5. Hubungan pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan rematik Kekambuhan Rematik
Pekerjaan/ Aktivitas
Tidak sering n %
Sering n
%
p
Total n
% 0,004
Tidak Terganggu Terganggu Total
4
100
5
17,9
9
28,1
0 4
0 100
23 28
82,1 100
23 32
71,9 100
Tabel 6. Hubungan pola makan dengan kekambuhan rematik
Sumber : Data primer (Diolah tahun 2017) ) Berdasarkan tabel 5 diatas dengan hasil analisis hubungan pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan rematik menggunakan uji chi- square diperoleh p-Value 0,004. Hal ini berarti p-Value lebih kecil dari =0,05 maka dengan demikian dapat dikatakan Ha diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo 6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei mencegah kekambuhan, maka harus R e matik mencegah 1. Faktor
Tingkat
Pengetahuan
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor mencegah kekambuhan, maka harus mencegah kekambuhannya dengan pendidikan pada pasien mengenai penyakit rematik seperti, istirahat, dan latihan spesifik yang bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi, dan menjaga pola makan yang baik dengan mengurangi asupan purin yang tinggi.
Faktor-Faktor De ngan Kekambuhan Pola Makan
Tidak Baik Baik Total
Penyakit
Tidak sering
n 3 0 3
Berhubungan
Yang
1, Mei R e matik 1. Faktor Tingkat Pengetahuan Dengan Kekambuhan Penyakit Rematik Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% ( =0,05) menunjukan nilai p-Value 0,002, didapatkan hasil nilai p-Value lebih kecil dari =0,05 yang
% 100 0 100
Sering
n 6 23 29
% 20,7 79,3 100
Total
n 9 23 32
% 28,1 71,9 100
p
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Tetapi dalam penelitian ini juga terdapat
0,004
Sumber : Data primer (Diolah tahun 2017) )
pengetahuan yang tidak baik tapi tidak
7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei sering mengalami kekambuhan penyakit
tingkat kemaknaan
95%
( =0,05)
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei sering mengalami kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 3 responden (12,5%), begitupun sebaliknya ada responden yang tingkat pengetahuann ya baik tetapi tetap sering mengalami kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 21 responden (87,5%). Hasil penelitian ini didukung karena adanya faktor lain seperti sikap pasien yang cenderung lebih acuh tak acuh dengan penyakitnya karena terlalu sibuk bekerja. 2. Faktor pekerjaan/aktivitas Dengan Kekambuhan Penyakit Rematik Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% ( =0,05) menunjukan nilai p-Value 0,04, didapatkan hasil nilai p- Value lebih kecil dari =0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat hubungan pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Pekerjaan/aktivitas merupakan salah satu faktor munculnya penyakit rematik . berbagai aktivitas dengan beban pekerja dan daya tekanannya yang dapat memperberat sendi dan pekerjaan yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu yang lama, sering yang menjadi keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pada setiap penderita penyakit rematik (Putri, 2012) . 3. Faktor Pola Makan dengan Kekambuhan Penyakit Rematik Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada
tingkat kemaknaan 95% ( =0,05) menunjukan nilai p-Value 0,017, didapatkan hasil nilai p-Value lebih kecil dari =0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat hubungan pola makan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Dalam penelitian ini terdapat responden yang memiliki pola makan yang tidak tetapi tidak sering mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 3 responden (33,3%), begitupun sebaliknya ada juga responden yang memiliki polah makan baik tetapi sering
8
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Nuha Medika. Yogyakarta mengalami kekambuahn yaitu sebanyak
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor mengalami kekambuahn yaitu sebanyak 23 responden sebanyak (79,3%). Hal ini disebabkan karena adanya kebiasaan mengomsumsi makanan yaitu yang dapat memicu terjadinya kekambuhan rematik, karena makanan merupakan faktor penting dalam memicu kekambuhan penyakit rematik seperti, menghindari produk susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan tertentu lainnya (Smeitzer 2001).
1, Mei Nuha Medika. Yogyakarta Diagnosa Medis Nanda & Nic-Noc, Jilid 3, Yogyakarta : Edisi Refisi Cipta Nursing, (2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit. PT Indeks. Jakarta
SIMPULAN 1. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik, pekerjaan/aktivitas tidak terganggu, dan pola makan baik dengan kekambuhan penyakit rematik pada masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Beo Kabupaten Talaud 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud DAFTAR PUSTAK A Arfiyanti, F.N. (2009). Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Rematoid Arthritis Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Diakses dari http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_dig ita l/SKRIPSI.pdf. (11 Okt 2016) Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah. Jakarta : EGC Damayanti (2015) Arthritis Rheumatoid Dan Penatalaksanaan Keperawatan.
9
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Ervy,
fathra
(2014)
Hubungan
Rematik
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Ervy,
Rematik http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123 456789/24610/7/Cover.pdf . Natalia & Ermalynda (2014). Peran Keluarga Dalam Merawat Klien Rematik Di Rumah URL http://journal.wima.ac.id/index.php/ N E RS/article/view/684. Di akses 4 Januari 2014
fathra (2014) Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kualitas Hidup Pasien Rematik. Provinsi Riau http://jom.unri.acid/index.php/JOMP SI K/article/download/3433/3329. Di Akses 1 Januari 2016
Ester A, Bangun, (2015) Gambaran pengetahuan Dan Sikap Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rematik Di Kelurahan Binjai Kecamatan Joman. Dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23 456789/47913/7/Cover.pdf. Elizabeth (2002). Buku Saku Patofisiologi. Kedokteran EGC. Jakarta. Fajriyah, (2012) Tingkat Pengatahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Artritis Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia,di akses dar i http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file digital/SRIPSI.pdf FKUI. (2002). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Edisi Ketiga Handriani, (2004), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 2, (Edisi 8) (Vol 3) Jakarta : EGC Junaidi, (2006) Reumatik dan Asam Urat. BIP. Jakarta Marilynn, E.Doenges & Marry Frances, (2014). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC Mansjoer, A. ( 2011). Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 1 Edisi 3 Jakarta : EGC Notoadmodjo, S. (2012). Metode penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineke Nasution,(2011) Pola Aktivitas Pasien 1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Fundamental Keperawatan, Konsep, Nurarif,A.H.& Kusuma, H, (2015). Proses, dan Praktis. Edisi 4. Vol I.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei Fundamental Keperawatan, Konsep, Nurarif,A.H.& Kusuma, H, (2015). Proses, dan Praktis. Edisi 4. Vol I. Aplikasi Asuhan Keperawatan Jakarta : Buku Kedokteran EGC Berdasarkan NandaNicNoc.Darihttp://akperadihus Ridwan. (2011) Rumus dan Data Dalam ad Penelitian. Alfabeta. Jakarta : Rineke a.ac.id/perpustakaan/detailbooks.php Cipta ?id Susane, S. (2003) Buku Ajar book=4807&judul=JIL%201%20Apl K epe r awatan ika Medikal Bedah (Edisi 8). (Vol 3). si%20asuhan%20keperawatan%20N Jakarta AN : EGC DA%20NICNOC%20panduan%20p Suiraoka, (2012) Penyakit Degeneratif, eny Nuha usunan%20asuhan%20keperawatan Medika : Yogyakarta %20 profesional&koleksi=active. Diakses April 2016 CiptaNursing, (2011). Memahami bagai Ber Macam Penyakit. PT Indeks. Jakarta Ovedoff,
D. (2007). Kapita Selek ta Kedokteran. Jilid I Jakarta : Edisi Refisi
Purwoastuti, E. (2009) Waspadai Gangguan Rheumatoid Arthritis.Yogyakarta: PT. Gramedia Purnomo J, (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Tingk at Penyak it Rheumatoid Arthritis Dengan sik a p kekuarga Dalam Mengatasi kekambuhan Penyakit R heumatoid Arthritis Di Kelurahan Kecamatan K ar angasem LaweyanKota Sur ak ar ta, http://eprints.ums.ac.id/10414/1/J210 06 0078.pdf.Diakses 25 agustus 2016 Putri, M.I, (2012) Hubungan Aktivitas,Jenis Kelamin Dan Pola Diet Dengan Frekuensi Kekambuhan Ar tr itis Reumatoid di Puskesmas Nuasa Indah Bengk ulu,http://VI.stikesdehasen.ac.i d/d owlot.pht?file=memi% zoika%20puti,%20S.kep.docx. diakses tanggal 16 september 2016 Potter
&
Perry.
2005.
Buku
1
Ajar
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Sri, H. (2013) upaya menurunkan k eluhan
Terapi Kompres Panas
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Sri, H. (2013) upaya menurunkan k eluhan nyeri sendi lutut pada lansia http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index. php/stikes/article/download/18730/1852 4. Di akses 1 juli 2016 Smith, (2006) Penyakit Radang Sendi, Rineke Cipta. Jakarta Setiadi, 2012. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Graha Ilmu. Surabaya. Faktor-Faktor Syam, S. (2011) Yang Berhubungan Dengan K ej adian Rheumatoid Arthritis. Di Wilaya K er ja Puskesmas Mandiangin, di akses dar i http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id //index.php/JKS-3-2/article/view/109. (29 sep 2016)
Sarwono, N. (2001) Buku Ajar Ilmu Penyak it Dalam Jilid I (Edisi Ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Faktor-Faktor Yang Wiyono, (2011) Mempengaruhi Rheumatoid Ar thr itis. Jakarta : Rhinika Cipta.
Terapi Kompres Panas
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas
TERAPI KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI KLIEN LANSIA DENGAN NYERI REMATIK 1
2
Noorhidayah , Alfi Yasmina , Eka Santi
3
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Bagian Farmakologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 3 Bagian Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 2
ABSTRAK
Penyakit rematik merupakan istilah umum untuk inflamasi di daerah persendian, dan mengenai laki-laki maupun wanita dari segala usia. Gejala klinis yang sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi. Pemberian kompres panas dapat mengurangi nyeri rematik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia (lanjut usia) dengan nyeri rematik. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 orang sampel penderita rematik berjenis kelamin wanita, yang diambil secara total sampling . Penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres panas. Analisis dengan Wilcoxon Sign Rank test menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa secara bermakna terdapat pengaruh pemberian kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. Kata-kata kunci : kompres panas, nyeri, lanjut usia, rematik
AB STRAC T Rheumatic disease is a general term for inflammation in the joints, and affects men and women of all ages. The common clinical symptoms are pain, aching, stiffness, or swelling around the joint. Hot compress is able to reduce rheumatic pain. This study was aimed to determine the effect of hot compress treatment on the decrease of pain level in elderly patients with rheumatic pain. The number of samples used in this study were 26 female patients with rheumatic disease, taken with total sampling. This research used a pre-experimental design with one group pretest-posttest design. Data were collected by measuring the level of pain before and after hot compress was given. Analysis with Wilcoxon Sign Rank test showed that p = 0.000 (p < 0.05). It was concluded that there was a significant effect of hot compress administration on the decrease of pain level in elderly patients with rheumatic pain in PSTW Budi Sejahtera, South Kalimantan.
K eywords: elderly, hot compress, pain, rheumatic
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
PENDAHULUAN
Indonesia berada pada peringkat keempat untuk jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terbanyak setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah penduduk lansia menimbulkan masalah, terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (1). Salah satu penyakit yang sering diderita lansia adalah rematik atau gangguan sendi. Penyakit rematik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok penyakit (gabungan untuk lebih dari seratus penyakit) dengan manifestasi klinis berupa nyeri menahun pada sistem muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta pembengkakan jaringan sekitar sendi dan tendon (2). Penyakit rematik terutama mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon, dan persendian pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia (3). Yang paling banyak adalah osteoartritis (OA), artritis gout (pirai), artritis rematoid (AR), dan fibromyalgia. Gejala klinis yang sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi (4). Rematik dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh, seperti mudah lelah, gangguan tidur, dan kehilangan kemampuan bergerak (5). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng tahun 2008 dalam Purnomo, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3% (6), dan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru pada bulan Desember tahun 2011, didapatkan 128 orang menderita rematik (7). Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Maret 2012 didapatkan 65 orang menderita rematik (8). Terapi farmakologis yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan nyeri adalah analgesik, ada tiga jenis analgesik yaitu: 1) analgesik non opioid dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), 2) analgesik opioid, dan 3) obat tambahan (ajuvan) atau koanalgesik (9). Terapi non farmakologisnya bisa berupa mengatur posisi dengan tepat, relaksasi, distraksi, masase, dan stimulasi kulit berupa kompres (10). Terapi kompres merupakan salah satu terapi nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri. Kompres dapat dibedakan menjadi dua jenis tindakan, yaitu kompres panas dan
Terapi Kompres Panas kompres dingin (11). Tindakan kompres panas dilakukan untuk melancarkan sirkulasi darah, juga untuk menghilangkan rasa nyeri, merangsang peristaltik usus, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres panas dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan. Sementara itu, kompres dingin dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri akibat edema atau trauma, namun dapat mengakibatkan konstriksi pembuluh darah dan mengurangi arus darah lokal (12). Dengan demikian, pada kondisi nyeri sendi rematik, terapi kompres yang tepat untuk diberikan adalah terapi kompres panas. Penelitian tentang kompres panas untuk mengurangi nyeri sudah pernah dilakukan. Handoyo (2008) membuktikan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah terapi kompres panas pada pasien pasca bedah sesar dengan spinal anestesi (13). Sementara itu, Wahyuni dan Nurhidayat (2008) juga membuktikan bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri flebitis akibat pemasangan infus intravena setelah diberikan terapi kompres panas (14). Penelitian penggunaan kompres panas untuk penatalaksanaan nyeri sendi masih sangat kurang. Berdasarkan teori dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat n yeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra-eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia dengan penyakit rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel diambil secara total sampling . Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah informed consent , observasi, buli-buli panas, termos berisi air panas, lap kerja, termometer raksa laboratorium 150°C, dan sarung tangan.
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Variabel bebas penelitian ini adalah kompres panas, variabel terikat adalah tingkat nyeri pada pasien dengan rematik, variabel pengganggu adalah budaya, pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan pengalaman masa lalu. Prosedur dalam penelitian ini peneliti memilih subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yaitu berjenis kelamin wanita, lansia adalah penghuni tetap, mengalami nyeri akibat rematik, tidak mengkonsumsi analgetik 5 jam sebelum dilakukan penelitian untuk subyek yang menggunakan analgesik ibuprofen, tidak mengkonsumsi analgesik 2 hari sebelum dilakukan penelitian untuk subjek yang menggunakan analgesik piroksikam dan meloksikam, tidak ada gangguan jiwa, tidak ada komplikasi penyakit lain, dan bersedia untuk diteliti dan kriteria eksklusi yaitu adanya pembengkakan pada sendi saat penelitian dan nyeri yang bertambah pada saat diberikan terapi kompres panas. Memberikan penjelasan kepada subyek penelitian tentang prosedur penelitian, kemudian mereka diberi lembar persetujuan penelitian untuk ditandatangani atau dengan menggunakan cap jempol apabila subyek tidak bisa menulis. Data dikumpulkan dengan cara menilai skala nyeri pasien menggunakan skala intensitas nyeri deskriptif pada kelompok perlakuan, yaitu sebelum dilakukan tindakan pasien ditanya mengenai intensitas nyeri menggunakan skala intensitas nyeri VDS, kemudian dicatat dalam lembar observasi. Pengukuran derajat nyeri menggunakan skala intensitas nyeri VDS, yaitu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Terapi Kompres Panas ulang skala intensitas nyeri dengan pengukuran skala VDS segera sesudah dilakukan pemberian terapi kompres panas. Hasil pengukuran kemudian dicatat pada lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test , dengan tingkat signifikansi 5% untuk menguji perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres panas pada pasien rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan telah dilakukan, dan didapatkan sampel penelitian sebanyak 26 sampel. Sampel tersebut merupakan seluruh populasi lansia dengan penyakit rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan, dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti. Karakteristik Sampel Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah lansia wanita dengan nyeri rematik yang dideskripsikan berdasarkan rentang usia, suku, jenis pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Karakteristik sampel berdasarkan rentang usia Data demografi sampel lansia wanita dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan rentang usia ditunjukkan pada Gambar 2.
34,62% 65,38%
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri VDS yang Digunakan Saat Penelitian (9).
Kemudian peneliti melakukan teknik manajemen nyeri dengan terapi kompres panas pada kelompok perlakuan. Terapi kompres panas dilakukan selama 20 menit dengan menggunakan buli-buli panas, kemudian peneliti melakukan pengukuran
60-74 tahun 75-90 tahun
Gambar 2. Karakteristik Sampel Lansia Wanita dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Rentang Usia
Hasil penelitian pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas
Kalimantan Selatan seperti terlihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa rentang usia terbanyak berumur 60-74 tahun (65,38%). Usia termuda adalah 62 tahun dan usia tertua adalah 89 tahun. Karakteristik sampel berdasarkan suku Data demografi sampel lansia wanita dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan suku ditunjukkan pada Gambar 3.
30,77%
69,23%
Hasil penelitian pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan seperti terlihat pada Gambar 4 menunjukkan bahwa yang terbanyak mempunyai latar belakang jenis pekerjaan petani (50,0%), dan yang paling sedikit sebagai PNS (3,85%). Karakteristik sampel berdasarkan pendidikan terakhir Data demografi sampel lansia wanita dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan pendidikan terakhir ditunjukkan pada Gambar 5.
Banjar Jawa
Gambar 3. Karakteristik Sampel Lansia Wanita dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Jenis Suku
Hasil penelitian pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan seperti terlihat pada Gambar 3 menunjukkan bahwa yang terbanyak adalah suku Banjar yang berjumlah 18 orang (69,23%). Karakteristik sampel berdasarkan jenis pekerjaan Data demografi sampel lansia wanita dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan pada Gambar 4.
23,07% 50,00%
23,07%
IRT Wiraswasta PNS
3,85%
Petani
Gambar 4. Karakteristik Sampel Lansia Wanita dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Jenis Pekerjaan
3,85%
46,15%
Tidak Sekolah Madrasah
3,85%
42,31% SD SMP 3,85%
SGA Negeri
Gambar 5. Karakteristik Sampel Lansia Wanita dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Hasil penelitian pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan seperti terlihat pada Gambar 5 menunjukkan bahwa yang terbanyak mempunyai latar belakang pendidikan terakhir Sekolah Dasar (46,15%) dan paling sedikit mempunyai riwayat sekolah menengah pertama, madrasah dan SGA Negeri (masing-masing 3,85%). Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Kompres Panas Pada Pasien Lansia dengan Nyeri Rematik
Hasil penelitian tentang perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres panas pada pasien lansia dengan nyeri rematik ditunjukkan pada Tabel 1.
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas pasien pasca bedah Caesar dengan anestesi spinal di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (p = 0,0001) (13). Wahyuni dan
Tabel 1. Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Kompres Panas Pada Pasien Lansia dengan Nyeri Rematik
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Terkontrol 5. Nyeri Berat 1. 2. 3. 4.
Terkontrol Jumlah
Perlakuan Jumlah % 2 7,70 15 57,69 9 34,61 -
26
Perlakuan Jumlah % 15 57,69 11 42,31 -
-
100%
-
-
26
100%
Secara umum Tabel 1 menunjukkan adanya perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres panas pada lansia dengan nyeri rematik. Dapat dilihat bahwa sebagian besar (57,69%) lansia dengan penyakit rematik sebelum perlakuan mengalami nyeri sedang, sedangkan sesudah perlakuan sebagian besar (57,69%) lansia mengalami nyeri ringan. Selain itu, sebelum perlakuan terdapat (34,61%) lansia dengan nyeri berat terkontrol, namun sesudah diberikan perlakuan, tidak ada lagi lansia dengan nyeri berat. Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Panas terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada Pasien Lansia dengan Nyeri Rematik Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan perbandingan tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian terapi kompres panas, dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank test dengan tingkat signifikansi 5%. Berdasarkan analisis statistik dengan Wilcoxon Sign Rank test , didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah pemberian kompres panas pada
hasil penelitiannya pemberian kompres panas efektif terhadap penurunan nyeri flebitis akibat pemasangan infus intravena di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo (p = 0,000) (11). Hasil penelitian Istichomah (2007) juga membuktikan bahwa kompres panas efektif dalam menurunkan derajat Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman (11). Menurut Kusyanti (2004), kompres panas merupakan tindakan untuk memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya untuk tujuan terapeutik (12). Menurut Brunner dan Suddarth (2001), kompres panas digunakan untuk mengurangi nyeri, serta pemberian kompres panas juga berperan untuk pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, memberikan ketenangan pada klien, dan memperlancar pasokan aliran darah dengan meningkatkan vasodilatasi (15). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada lansia dengan penyakit rematik. Adanya cedera jaringan pada pasien lansia dengan penyakit rematik akan membebaskan berbagai jenis mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, histamin, dan lain-lain (16). Pemberian kompres panas pada lansia dengan penyakit rematik dapat memperbaiki peredaran darah dengan proses vasodilatasi pembuluh darah, sehingga menambah asupan oksigen dan nutrisi yang menuju ke jaringan tubuh. Akibat positif yang ditimbulkan adalah mengurangi inflamasi, menurunkan kekakuan dan nyeri otot, serta mempercepat penyembuhan jaringan lunak (14), sehingga pemberian kompres panas pada pasien lansia dengan nyeri rematik akan terjadi penurunan tingkat nyeri. Penurunan tingkat nyeri yang terjadi setelah diberikan terapi kompres panas sesuai dengan mekanisme Gate Control Theory oleh Melzack dan Wall (1965), yang menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Upaya menutup pertahanan tersebut terjadi saat dilakukan kompres panas yang dapat menghambat impuls nyeri yang akan
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 disampaikan ke otak untuk dipersepsikan (10). Dari pembahasan di atas dapat dinyatakan bahwa pemberian kompres panas pada pasien lansia dengan nyeri rematik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat nyeri pasien lansia dengan nyeri rematik. Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu adanya variabel-variabel pengganggu yang tidak dikendalikan dan tidak diteliti, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti pengalaman masa lalu, pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan budaya, serta tidak adanya kontrol dalam penelitian ini. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri rematik dengan melibatkan variabel-variabel yang mempengaruhi nyeri seperti pengalaman masa lalu, pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan budaya, serta diharapkan untuk menggunakan kontrol dalam penelitiannya.
Terapi Kompres Panas disarankan untuk menggunakan dalam penelitiannya. KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
PENUTUP
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebelum diberikan terapi kompres panas, pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami nyeri ringan sebanyak 7,70%, nyeri sedang sebanyak 57,69%, dan nyeri berat terkontrol sebanyak 34,61%. Sesudah diberikan terapi kompres panas, pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami nyeri ringan sebanyak 57,69%, dan nyeri sedang sebanyak 42,31%. Pemberian terapi kompres panas pada lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan berpengaruh secara bermakna terhadap penurunan tingkat nyeri (p = 0,000). Saran untuk penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri rematik dengan melibatkan variabel-variabel yang mempengaruhi nyeri seperti pengalaman masa lalu, pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan budaya, serta
kontrol
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Anita R. Hubungan senam lansia dengan rasa nyeri penderita artritis rheumatoid (rematik) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2011; (online) (http/www.linkpdf.com, diakses 10 Maret 2012). Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika, 2006. Purnomo J. Hubungan antara tingkat pengetahua tentang penyakit reumatik dengan sikap lansia dalam mengatasi kekambuhan penyakit reumatik di Posyandu Lansia Kalurahan Karangasem Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Skripsi. Solo: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2010; (online) (http/www.linkpdf.com, diakses 10 Maret 2012). Asif SM, A Asad, V Poonam, et al. Arthritis database: A composite web interface for anti-arthritic plants. Journal of Medicinal Plants Research 2011; 5(12): 2457-2461. Muchid A, F Umar, Chusun, dkk. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit artritis rematik. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Depkes RI, 2006. Theis KA, CG Helmick, JM Hootman. Arthritis burden and impact are greater among U.S. women than men: intervention opportunities 2007; 16(4): 441-451. Dinas Kesehatan Banjarbaru. Data 10 pasien terbanyak pada tahun 2011. Banjarbaru: Dinas Kesehatan, 2011. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Kalimantan Selatan. Data pasien rematik pada bulan Maret tahun 2012. Banjarbaru: PSTW Budi Sejahtera, 2012. Bakhriansyah M, A Biworo, A Yasmina. Farmakologi keperawatan PSIK program regular. Banjarbaru: Bagian Farmakologi FK Unlam, 2010.
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 10. Potter PA, AG Perry. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC, 2005. 11. Istichomah. Pengaruh teknik pemberian kompres terhadap perubahan skala nyeri pada klien kontusio di RSUD Sleman. Yogyakarta 2007; (online) (http/www.linkpdf.com, diakses 10 Maret 2012). 12. Kusyanti E. Keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar. Jakarta: EGC, 2004. 13. Handoyo D. Pengaruh pemberian kompres panas terhadap intensitas nyeri pasien pasca bedah sesar dengan spinal anesthesi di rumah sakit PKU muhammadiyah surakarta. Profesi 2008; 03.
Terapi Kompres Panas 14. Wahyuni NS, S Nurhidayat. Efektifitas pemberian kompres panas terhadap penurunan nyeri plebitis akibat pemasangan intravena line. Fenomena 2008; 5: 114-124. 15. Smeltzer SC, BG Bare. Buku ajar ilmu keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 3. Jakarta: EGC, 2001 16. Lelo A, DS Hidayat, J Sake. Penggunaan anti-inflamasi non-steroid yang rasional pada penanggulangan nyeri rematik. E-USU Repositor 2004; (online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/3478/1/ farmakologiaznan4.pdf), diakses 10 Maret 2012
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Panas
Terapi Kompres Panas Terapi Kompres
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas ARTIKEL PENELITIAN
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT EFFECTIVENESS OF MASSAGE INTENSITY OF PAIN RHEUMATIC BACK OFTEN IN ELDERLY WOMAN IN THE VILLAGE OF WEST BANDUNG REGENCY KARYAWANGI Pera Siahaan1, Nurhayati Siagian2, Yunus Elon3 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Rematik merupakan masalah persendian yang menimbulkan rasa nyeri baik wanita maupun laki-laki dan sering terjadi pada orang tua dibandingkan pada usia muda. Penanganan yang tepat untuk menangani rematik secara nonfarmakologis salah satunya adalah pijat punggung. Pijat punggung dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini disebabkan pijat punggung menghasilkan pelepasan endorphin serta menstimulasi serabut saraf sensorik delta – A dan serabut C sehingga menurunkan impuls nyeri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas pijat punggung terhadap intensitas skala nyeri sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan one group pretest-posttest designt. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 17 orang sesuai dengan kriteria penelitian. Tingkat nyeri rematik menggunakan Rheumatoid Arthritis Pain Scale (RAPS). Perolehan data nyeri rematik sebelum dan sesudah pemberian intervensi dihitung menggunakan rumus mean. Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik melaui uji-t sampel paired. Hasil uji statistik pada pijat punggung menunjukkan bahwa thitung (8,641) > ttabel (2,120) dengan taraf kepercayaan 95 % α = 0,05 yang berarti bahwa Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pemberian pijat punggung pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung Barat di tolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat penurunan yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri rematik pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Diskusi: Pemberian intervensi pijat punggung selama dua hari dapat menurunkan skala nyeri sedang rematik. Kata Kunci: Nyeri Rematik, Pijat Punggung A B S TR A C T Introduction:
Rheumatism is a joint problem that it was happen in both women and men also often going o n old man than at a young age. The best proper handling to handle rheumatism in nonfarmakologi in one exception is backing massage. Back massage can reduce pain this is because back massage produce to release of endorphin and stimulate sensory nerve fibers-A delta and fibers C thus reducing pain impulses. This study was conducted to know the effectiveness of back massage to scale the intensity of pain was in women aged in Karyawangi Village West Bandung. This study was an experimental study with one group pretest and postest design. Subjects of this study were 17 in accordance with the criteria. The level of rheumatism pain data before and after intervention administration was calculated using mean formula and continued with statistic test through paired test-t sample. The result of statistic test of back massage was showed that tcount (8,642) > ttable (2,120) with level of confidence 95 % α = 0,05 it mean that Ho there i s no significance different administration in back massage for elder women in Karyawangi Village West Bandung Rejected. The conclusion from the study there was decrease in scale a rheumatic pain in women aged in Karyawangi Village West Bandung. Discussion: The gived of intervention is backing massage can reduce pain often. Keywords: Rheumatic pain, Back Massage
JURNAL
SKOLASTIK KEPERAWATAN Vol. 3, No.1 Januari - Juni 2017 ISSN: 2443 – 0935 E-ISSN: 2443 - 1699
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas 53
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan suatu proses yang alami, yang akan dihadapi oleh setiap orang. Seseorang yang memasuki usia tua akan mengalami penurunan fungsi tubuh seperti: penurunan elastisitas kulit, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan semakin lambat, otot tubuh semakin melemah, kekuatan muskular mulai merosot seperti keluhan nyeri otot, kekakuan, hilang gerakan, dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pembengkakan yang mengakibatkankan terjadinya gangguan aktivitas seharihari (Nugroho & Wahyudi, 2012) .
rasa nyeri yang mengganggu terutama pada hambatan dalam bekerja maupun melaksanakan kegiatan sehari-hari sehingga dapat menimbulkan gangguan psikososial seperti kecemasan pada penderita dan keluarga (Nugroho & Wahyudi, 2012). Menurut American Rheumatology, penanganan rematik dapat meliputi
collage untuk
Penyakit rematik sering terjadi pada orang tua dibandingkan pada usia muda, dan dapat menyerang laki-laki maupun perempuan. Rematik sering tampak pada lansia karena salah satu faktor timbulnya rematik adalah usia, semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi resiko terjadinya rematik. Saat rematik timbul masyarakat lanjut usia biasanya pergi ke puskesmas dan apotik terdekat untuk membeli obat rematik untuk menghilangkan rasa nyeri (Martono & Darmajo, 2006). Menurut Dewa, Gede & Basudewa dalam Andi, Hasanuddin, dan Indar (2014) Penyakit rematik juga sering kita dengar, bahkan tidak asing bagi banyak orang, Namun pemahaman yang benar tentang rematik masih belum memuaskan. Penyakit rematik adalah penyakit yang menyerang anggota tubuh yang bergerak yaitu bagian tubuh yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain dengan perantaraan persendian, sehingga menimbulkan rasa nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
terapi farmakologi dan nonfarmakologi
puskesmas dan kemudian dokter memberi obat penghilang rasa nyeri.
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
terapi farmakologi dan nonfarmakologi dan tindakan operasi. Teknik nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita rematik diantaranya yaitu dengan pijat, kompres panas atau dingin, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan, teknik relaksasi dan istirahat. Tindakan nonfarmakologi juga dapat dikerjakan dirumah dan caranya sederhana. Selain itu tindakan nonfarmakologi juga dapat digunakan sebagai pertolongan pertama ketika nyeri menyerang (Anas, 2006) .
puskesmas dan kemudian dokter memberi obat penghilang rasa nyeri. Terapi farmakologi dapat membuat efek ketergantungan pada lansia dan dalam jangka waktu panjang dapat memperberat kerja ginjal. Sedangkan terapi pijat punggung tidak pernah dilakukan di rumah
Penelitian dari Kristanto dan Maliya (2013) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia. Pijat punggung memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya akan merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi P pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai mekanisme pertahanan, serta pada pusat korteks saraf desenden melepaskan opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal. Berdasarkan wawancara kepada pegawai puskesmas Parongpong untuk mengambil data, bahwa masyarakat di karyawangi ada wanita lanjut usia yang menderita rematik. Dan pegawai puskesmas mengatakan bahwa ketika lansia mengalami nyeri dan kekakuan sendi, lansia tersebut hanya pergi ke Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
karena takut dan tidak ada pengetahuan tentang pijat punggung. BAHAN METODE
DAN
Notoatmodjo (2012, hal. 87) menjelaskan bawa instrumen penelitian adalah alat- alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini instrument penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu alat penelitian dan bahan penelitian. Alat yang digunakan untuk mengukur skala nyeri pada subjek adalah lembaran skala nyeri rematik, alat tulis, stopwatch digital, lembaran catatan untuk mendokumentasikan hasil pengukuran skala nyeri responden dan bahan yang digunakan adalah baby oil. Pengukuran skala nyeri rematik sedang subjek penelitian dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum pemberian pijat punggung dan setelah 2 (dua) hari intervensi untuk melihat efek pemberian pijat punggung terhadap skala nyeri rematik sedang subjek penelitian.
9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 2 2 2 2 2 2 2 2
Dari tabel 1 memperlihatkan nilai ratarata tingkat skala nyeri rematik sebelum dilakukan pijat punggung pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Hasil statistik memperlihatkan hasil tingkat skala nyeri adalah 2 (dua), yang termasuk kategori Nyeri Sedang. Tabel 2 melampirkan hasil analisa skala nyeri rematik sedang sesudah pemberian pijat punggung.
Tabel 2. Skala nyeri rematik sedang sesudah intervensi Subjek (n) Skala Nyeri Sebelum 1 1 HASI 2 1 L 3 2 4 1 Hasil yang dianalisa dalam penelitian ini 5 1 adalah skala nyeri sedang sebelum dan sesudah pemberian pijat punggung. 6 1 7 1 Tabel 1 melampirkan hasil analisa skala 8 1 nyeri rematik sedang sebelum 9 1 pemberian pijat punggung. 10 1 11 1 Tabel 1.Hasil skala nyeri rematik sedang 12 1 Sebelum 13 2 Intervensi 14 1 15 1 Subjek (n) Skala Nyeri Sebelum 16 1 1 2 17 2 Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
2
2
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
2 3 4 5 6 7 8
2 2 2 2 2 2 2
Jurnal
Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Pada table 2 menunjukkan bahwa nilai skala nyeri rematik sesudah dilakukan pijat punggung pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kabupaten BandungBarat adalah 1,1765 yang termasuk dalam kategori Nyeri Ringan. PEMBAHASAN
saraf yang diterima oleh nosiseptor. Reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat mentransmisikan impuls atau pesan sensasi
Hasil penelitian menunjukkan bahawa dengan melakukan pijat punggung selama dua hari dapat memberikan perbedaan yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri rematik. Hal ini dapat disebabkan pijat punggung dapat memberikan peredaan nyeri sementara yang efektif, dimana dapat menghasilkan pelepasan endorphin yang menghambat transmisi nyeri serta menstimulasi serabut saraf sensorik delta-A dan serabut C yang kemudian melepaskan substansi P pada saraf aferen, dimana adanya mekanreseptor yaitu alat peraba pada kulit sebagai mekanisme pertahanan. Terdapat pada pusat korteks yang lebih tinggi diotak memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden tersebut akan melepaskan opiat endogen seperti hormon endorphin yang akan membuat seseorang merasa senang (Kozier, et al., 2010). Teori opiate endogenous, dimana reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal cord menentukan dimana sistem saraf pusat mengistirahatkan substansi morfin yang dinamakan endorphin dan enklephalin. Bila nyeri diterima opiate endogen ini dapat dirangsang pengeluarannya oleh stimulasi kulit melalui pijatan. Opiate reseptor ini berada pada ujung saraf sensori perifer (Sari, 2006). Teori pengendalian gerbang (gate control theory) mekanisme hambatan neural atau spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal nedula spinalis. Impuls Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
ke korteks sensorik. Jika hambatan
Baratawidjaja,
KG,,
Rengganis,
Iris.
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
ke korteks sensorik. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat melewatinya dan di transmisikan secara bebas (Cooper dan Fraser, 2009, hlm. 464).
Baratawidjaja, KG,, Rengganis, Iris. (2012). Imunologi Dasar Edisi 10. FKUI. Jakarta.
KESIMPULA N
Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Pemberian intervensi dengan pemberian pijat punggung selama 2 (dua) hari selama 30 menit/ hari dapat menurunkan skala nyeri rematik sedang. DAFTAR PUSTAKA
Agus, Ratih
Purwanto,
Erwan
dan
Dyah
Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, dan Masalahmasalh Sosial. Gaya Media Jogyakarta. Andi
Ahdaniar, Hasanuddin, H. Indar. (2014). yang ‘Faktor berhubungan dengan kejadian penyakit rematik pada lansia diwilayah puskesmas kassi-kassi kota makasar ’, Jurnal Ilmiah kesehatan diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014.
Alimul, & Aziz H. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Anas, & Tamsuri. (2006). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri, EGC, Jakarta. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Balaska, J. (2005). New Natural Pregnancy. Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun Jakarta: PT. Prima Medika Pustaka
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Corwin, & Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. EGC. Jakarta. Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Rematik. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Fraser, Diane, M & Cooper, M.A. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
Tugas Ibu. Diambil tanggal 15 maret 2016 dari http:// cyberwoman.cba.net.id Monsdragon. (2004). Pregnancy Information (Eflleurage dan Massage). http:// www. onsdragon.org/ pregnancy
Martono & Darmojo. (2006). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: Jakarta . Guyton & Hall. (2007). Fisiologis Kedokteran. Jakarta : EGC. Junaedi iskandar. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu popular. Kozier, Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik, Volume: 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta Lestari Indah, Nurhayati Yeti. Setiyado ari (2013). Terapi Kompres Jahe dan Massage Pada Osteoartritis di Panti Wreda Surakarta. Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Masfufah & ernie. (2013). Gambaran Pengetahuan Tentang Penyakit Rematik Pada Wanita Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Meiliasari & Mila. (2002). Menyusui Hanya Jurnal
Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
effleurage. Diunduh tanggal 15
3. EGC. Jakarta.
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
effleurage. Diunduh tanggal 15 maret 2016.
Notoadmojo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho & Wahyudi, H. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
3. EGC. Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia: Linppincott William & Wilkins.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Price, S. A, & Wilson, L. M,. (2006). ( Penerjemah: Pendit BU dkk.). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC. Ramadhan. 2009. Penyakit yang sering terjadi pada lansia. [Available] http://stikeskabmalang.wordpress. co m/2009/10/3/ (Diakses tangal 20 oktober 2015). Sari,
L.O.R.K., (2006). Pemanfaatab Obat Tradisional Dengan Pertimbangan dan Keamanannya. Universitas Jember. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 3.
Siregar, S., (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual dan Spss Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Sjamsuhidajat, R (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong Edisi Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA W ANITA LANJUT USIA DI DESAKARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA W ANITA LANJUT USIA DI DESAKARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Stromborg, M, Olsen, S. Instrument For Clinical Health- Care Research Third edition. Canada: Jones and Barflett Publishers International. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sunyoto, D. (2012). Statistika Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Suarjana, & I Nyoman. (2009). Artritis Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Interna Publishing. Jakarta. Tamsuri, (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta. Thomas Kristanto & Arina Maliya. (2011). Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Reumatik Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem. Trisnowijaya Bambang. (2012). Keterampilan Dasar Massage. Yogyakarta: Nuha Medika. Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun Sekolah Dalam
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA W ANITA LANJUT USIA DI DESAKARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Organisasi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta World Health Organization (2009). Rheumatoid Arthritis. www.who.Rheumatoid Arthritis.com . Diperoleh Tanggal 08 Oktober 2015 .
Jurnal
Diunduh:
Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun