UJIAN AKHIR SEMESTER Komunikasi Kesehatan
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Ko munikasi Kesehatan Dosen Pengampu : Dela Aristi, M.KM
Disusun Oleh : Mualimmatul Hidayah (11161010000063)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JANUARI 2017
Kesehatan Masyarakat, Budaya, dan Era Digital Indonesia sebagai negara demokratis terbesar ketiga di dunia, merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan budayanya. Keanekaragaman budaya yang hidup di Indonesia membentuk pribadi anak – anak – anak Indonesia sesuai dengan budaya yang diajarkan kepada mereka. Pembentukan kepribadian ini sangatlah penting untuk anak – anak – anak anak Indonesia, karena mereka kelak akan menjadi pemuda – pemuda penerus bangsa Indonesia. Apabila kita lihat dari kacamata dunia kesehatan masyarakat maka sebuah budaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menentukan apakah seseorang akan berperilaku sehat atau tidak. Budaya – budaya yang mengarahkan seseorang kepada perilaku tidak sehat dapat memperberat masalah kesehatan di Indonesia. Terdapat
masalah – masalah
kesehatan
di
Indonesia
yang
masih
1
memperihatinkan diantaranya yaitu (1) Diketahui bahwa Rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Jumlah rerata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 batang). Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai
proporsi terbesar (44,5%)
dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi perokok setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi. Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam Riskesdas (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013
1
Kementerian Kesehatan. Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian RI)-Hari
Tembakau Sedunia. 31 Mei 2014
2
(36,3%). (2) Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs ( Millenium Millenium Development Goals) Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh – sungguh – sungguh sungguh untuk mencapainya. Budaya yang mengarah pada perilaku – perilaku yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, melarang para ibu untuk melahirkan di pelayanan kesehatan, dan membiarkan mayat berada di dalam rumah untuk waktu yang cukup lama, merupakan tantangan tersendiri bagi para ahli tenaga kesehatan masyarakat, karena sebagai tenaga ahli kesehatan masyarakat sudah menjadi kewajiban untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup sehat meskipun itu bertentangan dengan budaya yang telah mendarah daging di kehidupannya. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan ketika mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup sehat adalah komunikasi. Begitu banyak program di Indonesia untuk mecegah dan menanggulangi berbagai macam permasalahan
kesehatan,
lantas
perlu
dipertanyakan
mengapa
permasalahan
kesehatan di Indonesia masih tetap tinggi. Hal dasar yang dapat menyebabkan kurangnya efektifitas dari program tersebut adalah masalah komunikasi, baik komunikasi antar pemangku kebijakan, tenaga kesahatan dan masyarakat, atupun komunikasi lainnya. Bila kita lihat sekilas maka masalah ini hanya angin lewat,
2
Kementerian Kesehatan. Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian RI)-
Mother’s Day, Situasi Kesehatan Ibu. 22 Desember 2014
namun bila kita duduk sejenak dan memikirkan dampak yang mungkin ditimbulkan dari masalah ini, maka kita akan sadar betapa pentingnya masalah komunikasi ini. Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus. Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Contoh situasi yang dapat digambarkan yaitu, apabila terdapat sebuah program untuk mencegah dan menanggulangi suatu masalah kesehatan yang pelaksanaannya bergantung pada kebijakan pemerintah daerah. Hal yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat agar pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan tersebut adalah dengan melakukan salah satu strategi komunikasi kesehatan, yaitu advokasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat terhadap pemerintah daerah tersebut. Apabila advokasi tercapai dan kebijakan untuk melaksanakan program itu dikeluarkan, maka itu tidak menjadi masalah. Namun bagaimana bila yang terjadi adalah kebalikannya?. Advokasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat tidak tercapai, maka kebijakan pelaksanaan program tidak dikeluarkan, maka dugaan terburuk yang terjadi adalah prevalensi dari masalah kesehatan tersebut naik. Namun seperti yang telah dipaparkan, bahwa masalah komunikasi kesehatan tidak hanya terjadi antar pemangku kebijakan ataupun antar tenaga kesehatan, namun juga pada tenaga kesehatan dan masyarakat. Di era serba digital in i terdapat berbagai
macam perkembangan teknologi. Masyarakat Indonesia pun seiring berjalannya waktu ikut menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi ini. 3
Paperless merupakan Paperless merupakan salah satu trend era digital dimana penggunaan kertas
menjadi lebih sedikit. Kita tidak harus mencetak foto maupun dokumen yang dibutuhkan pada kertas, melainkan dalam bentuk digital. Penyimpanan secara digital lebih aman daripada menyimpan bermacam dokumen dalam bentuk kertas. Digitalisasi dokumen berbentuk kertas menjadi file elektronik menjadi lebih lebih mudah dalam berbagi salah satunya e-book. Dengan e-book kita tidak lagi harus menyimpan buku-buku yang tebal secara fisik dan membutuhkan tempat yang luas. Dengan file digital
juga dokumen menjadi jelas lebih ringkas yang setiap saat dapat dibuka
melalui komputer dan ponsel. Hal ini dapat dipandang sebagai suatu potensi yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan masyarakat untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat.
Tenaga
kesehatan
masyarakat dapat
mengedukasi
masyarakat menggunakan e-book dan aplikasi yang berisi materi mengenai perilaku hidup sehat serta materi kesehatan lainnya, pengedukasian seperti ini akan lebih menghemat waktu dan biaya baik dari masyarakat maupun tenaga kesehatan masyarakat itu sendiri.
3
Setiawan, Wawan. Era Digital dan Tantangannya. Seminar Nasional Pendidikan
2017. Hal.2