BAB I PENDAHULUAN
1. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Kornea adalah jaringan avaskuler yang transparan berukuran 11 – 12 mm pada sisi horizontal dan 10 – 11 mm pada sisi vertikal. Indeks refraksinya adal adalah ah 1,! 1,!". ". Korn Kornea ea sela selalu lu dila dilapi pisi si oleh oleh air air mata. mata. #ada #ada bagi bagian an peri perife fer r merupakan tempat masuknya $ahaya se$ara oblik. % &iameter rata'rata kurvatura pada pusat kornea adalah !,( mm )",! – *,% mm+. Kornea Kornea memiliki kontribusi kontribusi !% dari seluruh seluruh kekuatan dioptri dioptri mata atau %,2- dioptri dari total -(,"0 dioptri. Kornea merupakan sumber utama astigmatisme pada sistem optik. #ermukaan posterior kornea lebih melengkung di permukaan anterior, bagian tengah kornea lebih tipis berukuran 0,- mm dibandingkan bagian perifer yang berukuran berukuran 1,0 mm. Kelengkung Kelengkungan an kornea kornea merupaka merupakan n salah salah satu penyebab penyebab kesa kesala laha han n refr refrak aksi si,, seba sebaga gaim iman ana a kita kita keta ketahu huii terd terdap apat at tipe tipe dari dari myop myopia ia kurvature, hipermetropia kurvature dan astigmatisme.2 Keratomet Keratometri ri adalah adalah suatu tehnik pemeriksa pemeriksaan an refraksi refraksi obyektif obyektif untuk untuk mengukur kelengkungan kornea. #rinsip dari teknik tersebut melihat refleksi bayangan pada permukaan depan kornea. #emeriksa #emeriksaan an dengan dengan alat tersebut tersebut selain selain digunakan digunakan untuk mengukur mengukur kelengku kelengkungan ngan kornea kornea sebelum sebelum pemasanga pemasangan n lensa, lensa, juga untuk mengetahu mengetahuii adanya astigmat ireguler seperti pada keratokonus atau trauma pada kornea.
1
ntuk mengetahui kekuatan kornea dalam dioptri dengan menggunakan keratometri, maka lebih dahulu diukur radius kelengkungan permukaan kornea depan yang kemudian dikonversikan. #engukuran keratometri mempunyai arti yang sama pentingnya dengan panjang aksial, karena kesalahan dalam perhitungan kekuatan lensa dapat juga diakibatkan pengukuran keratometri yang tidak tepat. Kesalahan pengukuran 1 dioptri akan menimbulkan kesalahan refraksi 1 dioptri setelah operasi. /leh karena itu penting bagi kita, seorang oftalmolog memahami penggunaan keratometri sebagai salah satu alat pemeriksaan penunjang pada ilmu kesehatan mata.
2. Tujuan ujuan penulisan tinjauan pustaka ini untuk mengetahui salah satu tehnik pemeriksaan refraksi obyektif untuk mengukur kelengkungan kornea dengan menggunakan keratometri.
BAB II KORNEA
2
II.1. Morfolog Kornea. Kornea merupakan salah satu tempat leat sinar dalam perjalanannya menuju retina. ntuk memenuhi fungsi tersebut, jaringan kornea harus transparan, memiliki kurvatura yang sesuai serta inde refraksi yang tepat agar $ahaya yang datang dari arah tak terhingga dapat jatuh tepat diretina. 3umlah sinar yang dibelokkan pada permukaan optik tergantung pada 2 faktor yaitu kurvatura permukaan optik dan perbedaan densitas 2 media yang dileati oleh sinar tersebut. Kekuatan pembiasan total ( total refraction power ) mata emetrop kurang lebih "0 &. Kekuatan pembiasan permukaan anterior kornea sebesar %(,( & dan kekuatan pembiasan permukaan posterior )berupa menis$us $on$av+ adalah minus -,( & sehingga kekuatan pembiasan total kornea sebesar %,0 & atau !0 dari seluruh kekuatan refraksi mata. Kurvatura kornea berubah sesuai umur. #ada masa bayi lebih sferis dan berubah menjadi astigmatism ith the rule selama masa kanak'kanak dan deasa muda, kemudian kembali lebih sferis pada usia pertengahan dan menjadi astigmatism against the rule pada usia tua )senile+. Ketebalan kornea bertamabah dengan bertambahnya usia. 4ata'rata ketebalan normal pada usia antara 2-'"- tahun adalah 0,-"- mm. Karena permukaan posterior kornea lebih melengkung )$urve+ dari pada permukaan anterior, kornea sentral lebih tipis )ketebalan 5
0,- mm + dari pada kornea
perifer )ketebalan 5 1mm +. Ketebalan terutama ditentukan oleh derajat hidrasi kornea dan ketebalan kornea terbesar adalah setelah mata tertutup beberapa
3
lama, seperti saat bangun tidur. 6aat mata terbuka dan terpapar oleh pengeringan dari udara, ketebalannya akan berkurang. nsur'unsur penyusun kornea terdiri dari tipe sel yang berbeda )epitel, keratosit dan endotel +, matriks ekstraseluler yang terbentuk dari kolagen dan glikosaminoglikan. nsur'unsur tersebut mendasari morfologi dan fisiologi kornea yang tebagi menjadi7 II.1.1. 8pitel kornea dan membrana basalis. #ermukaan kornea ditutupi oleh -'! lapis epitel s9uamos tak berkeratin ) non keratinized + dan merupakan lapisan sel s9uamos yang susunannya paling teratur dibanding epitel s9uamos yang lain di seluruh tubuh. :apisan basalnya ) basal layer + tersusun oleh 1 lapis sel kolumner yang bertanggung jaab atas kelangsungan aktivitas mitosis. &i baahnya terdapat membrana basalis yaitu lapisan tipis setebal 10'12 ; dan terdiri dari lapisan filamen'filamen yang padat.
abang'$abang terminal nervus trigeminus yang tidak bermyelin juga berakhir di antara sel'sel basal. &ari lapisan sel basal ini akan terbentuk 2' lapisan intermediet yang terdiri dari sel'sel poligonal. Karena bentuk selnya
4
melebar ke lateral, tipis dan berbentuk seperti sayap, maka disebut sel sayap ) ing $ells+. 6el'sel epitel kornea superfisial kurang lebih terdiri dari 2 lapis, berbentuk sangat panjang dan tipis. #ermukaan apikalnya sangat irreguler oleh karena adanya mi$ropli$a dan mi$rovilli, tetapi permukaannya tetap halus oleh karena adanya tear film pre kornea. &i lapisan superfisial ini banyak terdapat jun$tional $omple yang disebut zonula o$luden atau tigt ju$tion. :apisan ini membentuk barier permeabilitas yang penting. ?eskipun sel'sel epitel satu sama lain dilekatkan oleh miltipel desmosom, sel'sel tersebut terus menerus mengalami migrasi dari permukaan basal ke arah tear film dan kemudian akan terlepas. II.1.2. :apisan =oman. :apisan =oman adalah suatu lapisan yang transparan tanpa struktur dengan ketebalan 5 12 ;. Kadang'kadang disebut membrana =oman, tetapi menurut ahli mikroskop elektron lebih tepat disebut disebut lapisan =oman oleh karena lapisan ini tersusun oleh serabut'serabut fibril yang tersebar se$ara random. =atas posteriornya menyatu dengan stroma kornea. :apisan =oman ini tidak dapat diganti sehingga bila terjadi $edera )injury+ akan menjadi keruh oleh karena jaringan parut. II.1.. 6ubstantia propia@stroma 6toma sentral mempunyai ketebalan 5 -00 ;, sedangkan stroma perifer 5 1.000 ; yang berati meliputi *0 dari seluruk ketebalan kornea pada manusia. 6troma tersusun oleh keratosit, bahan dasar )ground subtan$e+ dan
5
lamella kolagen. Keratosit mempunyai kemampuan fibroblastik yang berfungsi untuk sintesis dan sekresi kolagen dan bahan dasar pada masa perkembangan dan perbaikan )reparasi+. #ada keadaan normal, keratosit relatif sedikit, kurang lebih - dari berat kering kornea. 6elain keratosit, kadang'kadang lekosit #?A, sel'sel plasma dan makrofag juga terdapat di stroma. =ahan dasar terdiri dari mukoprotein dan glikoprotein. =ahan trersebut mengisi ruang'ruang yang tidak diisi oleh fibril'fibril dan sel'sel di stroma kornea. 6troma mengandung kurang lebih 200'2-0 lamella kolagen, tersusun memanjang sesuai diameter kornea. &iameter serabut kolagen yang seragam, kesejajaran diantara lapisan'lapisannya, jarak antara lamella yang hampr sama dan letak yang ortogonal berperan dalam menghasilkan kejernihan kornea. II.1.%. ?embrana &es$ement ?embrana &es$ement merupakan suatu membrana basalis dari endotel kornea. #ada saat lahir tebalnya 5'% ; kemudian selama kehidupan akan bertambah tebal menjadi 10'12; pada masa deasa. ?orfologi membran des$ement dapat memberikan $atatan@informasi kronologi adanya penyakit enditel yang berulang. II.1.-. 8ndotel kornea 8ndotel kornea merupakan lapisan kornea paling posterior, dengan permukaan apikal menghadap ke >/B dan permukaan basal berbatasan dengan membrana des$ement. 8ndotel kornea berupa 1 lembaran@lapisan )monolayer+ yang tersusun oleh 50,- juta sel heksagonal. =entik sel yang seragam dan jarak antar sel yang teratur )regular spa$ing+ pada aal
6
kehidupan akan berubah tidak seragam dan tidak teratur setelah usia deasa@ tua.
BAB III KERATOMETRI
7
III.1. !ejara" Kerato#etr Instrumen yang paling banyak digunakan untuk mengukur kelengkungan permukaan anterior kornea adalah keratometri, yang kadang'kadang disebut juga ophthalmometer. 6tudi akomodasi yang dilakukan 4amsden )1!*"+ merupakan aal pen$iptakan sebuah alat untuk mengukur perubahan kelengkungan kornea.
Instrumen
yang dipakai
adalah teleskop
memperbesar gambar $ermin yang dipantulkan dari
untuk
permukaan kornea.
6eperti keratometri modern, yang menggunakan perangkat ganda untuk memungkinkan pengukuran gambar bergerak. #ada tahun 1(*, Kohlraus$h berusaha
untuk mengukur kornea menggunakan teleskop dengan $ahaya
$ermin yang bisa disesuaikan. #ada tahun 1(-%,
kornea dapat
dihitung.
Instrumennya bisa memiliki
perangkat
penggandaan yang akan mengukur perbedaan ukuran gambar yang dihasilkan oleh
kornea
yang
memiliki
radius
kurvatura
yang
berbeda
dengan
menggunakan ukuran obyek dan jarak yang tetap. Btau, instrumen tersebut dapat menentukan permukaan radius kurvatura dengan memvariasikan ukuran
8
objek untuk men$apai ukuran gambar yang konstan dengan menggunakan perangkat ganda yang tetap.
menggunakan $ermin
yang ukurannya dapat disesuaikan. &engan hanya perubahan ke$il, alat ini masih digunakan sampai sekarang yang dikenal sebagai
ophthalmometer
Cambar 1. he
#ada tahun 1*2 =aus$h D :omb menambahkan beberapa fitur pada keratometri seperti disk 6$heiner untuk meningkatkan fokusE $ermin melingkar untuk memungkinkan penilaian kualitatif dari permukaan kornea, dan kapasitas pengukuran dua meridian kornea ortogonal pada aktu yang sama. Keratometri
9
=aus$h D :omb )Cambar 2+, sekarang diproduksi oleh 4ei$hert, memiliki dasar tetap dan tidak berubah sejak 1*2. Blat ini adalah yang paling umum digunakan untuk mengukur kelengkungan permukaan depan kornea sampai saat ini.
Cambar 2. he 4ei$hert keratometer
II.2 Prn$% Kerato#etr
&ata keratometri biasanya dinyatakan dalam dioptri, namun keratometri tidak benar'benar mengukur daya refraksi. 6ebaliknya, keratometri mengukur jari'jari kelengkungan sebagian ke$il dari pusat kornea. 4adius konversi untuk dioptri dapat memun$ulkan hasil yang berbeda, tergantung pada indeks bias yang digunakan dalam perhitungan. &L"at juga Ba' 2(). #ada dasarnya, keratometri merupakan alat yang diran$ang untuk mengukur ukuran gambar
10
yang dibentuk oleh pantulan permukaan $embung kornea. nsur utama alat ini adalah $ermin, sebuah teleskop untuk memperbesar gambar yang dipantulkan, dan dua buah prisma yang memungkinkan mengukur se$ara akurat ukuran gambar $ermin yang terus bergerak. Keratometri memiliki sebuah sistem penggandaan yang tetap dengan ukuran $ermin yang dapat disesuaikan atau ukuran $ermin tetap dengan sistem variabel yang ganda. 4umus #araksial untuk menghitung radius kornea didasarkan pada geometris optik yang diilustrasikan seperti pada gambar , dimana kornea dianggap sebagai $ermin $embung.
Cambar . #rinsip keratometri
#antulan $ahaya membentuk segitiga sama sisi dan mempunyai hubungan seperti pada rumus berikut7 hF@ h G f@
11
dimana, hH adalah ukuran gambar linear, h adalah ukuran obyek linier, f G jarak fokus $ermin $embung, dan G jarak dari $ermin ke titik fokus $ermin $embung. Karena jarak fokus f, dari pantulan permukaan yang spheri$al adalah sama dengan r @ 2, maka persamaan ditulis ulang sebagai berikut7 h F@h G 'r@ 2 dimana, r G jari'jari kelengkungan $ermin. 3arak dari $ermin terhadap fokus dari $ermin preri$hal konvek )+ tidak diketahui, tetapi medekati angka jarak dari $ermin ke gambar )d+. 3arak ini )d G !- mm untuk keratometer 4ei$hert+ ditetapkan dengan jarak fokus anterior dari keratometri. ntuk kurvatura kornea normal, menggunakan nilai d untuk penggantian nilai mempunyai kesalahan yang tidak lebih dari 0,- )0,0 mm+ pada nilai r. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mendekatkan ke arah gambar )d+ atau dengan menggunakan $ermin $ollimated. 4umus menjadi sebagai berikut7 hH@hG r@'2d &alam 4ei$hert dan keratometri yang sejenis, $ermin pemisah )h+ adalah tetap, dan yang diukur adalah ukuran gambar )h F+. 6ulit untuk mengukur langsung gambar yang dipantulkan, karena selalu bergerak sebagai hasil dari gerakan mata mikroskopik. ntuk mengatasi masalah ini, sebuah prisma yang dapat diatur dipasang untuk membentuk gambar kedua dari target. &engan kekuatan prisma yang dapat disesuaikan, maka didapatkan gambar kedua
yang
merupakan perpindahan dari gambar aslinya sampai kedua gambar tersebut hanya menyentuh )tangensial+, baik ke atas maupun ke baah atau dari sisi ke
12
sisi. 3arak antara kedua gambar dipindahkan untuk men$apai posisi sejajar )Cambar %+ dimana jarak ini sama dengan ukuran gambar asli )h F+.
Cambar. %
/leh karena itu, ukuran gambar ditentukan oleh coincidence doubling . Karena gerakan mata mempengaruhi hasil
gambar asli dan gambar kedua se$ara
bersamaan, doubling berfungsi menstabilkan gambar untuk pengukuran jari'jari )r+, kemudian dengan mudah dihitung melalui rumus
paraksial. Keratometri
4ei$hert diaali dengan $ermin ukuran tetap )h+ dan menggunakan variable doubling untuk mengukur gambar )h F+, tetapi pendekatan lain adalah dengan fixed doubling untuk ukuran gambar tetap )h F+ dan kemudian mengukur separasi dari $ermin )h+ yang memiliki ukuran yang dapat diatur. Ini adalah metode yang digunakan dalam
13
III.-. Pro$e+ur %e#akaan Kerato#etr III.(. ung$ +an Penggunaan Kerato#etr III./. Kele'"an +an kekurangan kerato#etr Keratometer dipakai klinis se$ara luas dan sangat berharga namun mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Bdapun kelebihan keratometri adalah7 1+ ?udah menggunakannya dengan perhitungan hasil yang tidak rumit 2+ ?empunyai akurasi yang memadai + ?embutuhkan aktu yang singkat dan kerja sama dengan pasien mudah. 6edangkan keterbatasan keratometri adalah7 1) Keratometer mengukur % titik pada permukaan kornea parasentral tanpa mengindahkan kornea bagian sentral dan perifer. 2) Keratometer menilai se$ara rata'rata dan simetris pada ti tik'titik pada permukaan kornea semimeridien 1(0 yang berlaanan. 3)
14
BAB I0 KE!IMPULAN Kornea mengalami perubahan yang dramatis baik pada ukuran maupun bentuknya dan terjadi selama tahun pertama kehidupan !iameter hori"ontal kornea pada in#ant rata$rata 9%8 mm &dengan kisaran 9$10%5 mm' (kuran )ertikal kornea sedikit lebih
15
besar% yaitu 10%4 mm *pabila diameter kornea kurang dari 9 mm atau lebih besar dari 11 mm% maka perlu di+urigai adanya suatu kelainan ,ada bayi premature% ukuran kornea lebih ke+il -usarella dan -orin menemukan bah.a rata$rata diameter kornea pada 37 bayi &usia kehamilan 34 minggu' adalah 8%2 / 0%5 mm !iameter kornea berhubungan dengan berat badan lahir bayi% yang dirumuskan 2 !iameter kornea 0%0015 berat &gram' 6%3 ,erubahan kornea terjadi pada tahun pertama kehidupan% yang meliputi pelebaran% pendataran% penipisan dan penigkatan transparansi elama tahun pertama tersebut% diameter hori"ontal kornea meningkat se+ara bertahap sampai 11 atau 12 mm Kornea juga menjadi lebih datar sehingga kekuatan dioptrinya turun dari 51%2 ! pada saat lahir menjadi 45%2 ! pada usia 6 bulan 1% 2
ambar 6 ,erbandingan ukuran kornea * ,ada mata bayi ,ada mata orang de.asa emua pemeriksaan dalam ukuran millimeter ,erubahan yang terjadi meliputi pelebaran% pendataran dan penipisan !iambil dari,ediatri+ ophthalmology and strabismus 1995 45$66
16
17