PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH DINAS KESEHATAN UPT. PUSKESMAS BATUNYALA
Jalan Raya Praya – Praya – Mujur Mujur Km. 05 Batunyala Praya Tengah ============================================================== KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) PROGRAM GIZI
I.
Pendahuluan Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Upaya Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan status gizi balita
menunjukkan
hasil
yang
menggembirakan,
hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita gizi kurang berhasil diturunkandari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010 dan prevalensi balita pendek turundari 36,8% tahun 2007 menjadi 35,6% tahun 2010. Hasil tersebut secara nasional telah mendekati pencapaian target prevalensi gizi kurang yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) (MDGs ) yaitu 15,5% pada tahun 2015. Untuk mendukung pencapaian MDGs, MDGs, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2010-2014, yang memua tindikator luaran yang harus dicapai dan kebijakan serta strategi yang harus dilaksanakan.
II.
Latar Belakang Dalam RencanaAksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu : (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita ditimbang berat badannya; (3) bayiusia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium; (5) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat mendapat 90 tablet Fe; (7) k abupaten/kota abupaten/kota melaksanakan melaksanakan surveilans surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan ( buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) untuk untuk daerah bencana. bencana. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dimana dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Desentralisasi upaya Kesehatan memberi wewenang kepada kabupaten dan kota untuk menentukan sendiri prioritas pembangunan Kesehatan daerahnya sesuai dengan kemampuan, kondisi dan kemampuan setempat. Dalam upaya mendukung pembangunan Kesehatan, sistem informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai dasar penyusunan kebijakan, strategi maupun perencanaan, sehingga pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan mampu mengatasi masalah Kesehatan yang dihadapi.
Maka perlu dilakukan kegiatan program gizi, sehingga tercapai VISI dan MISI Puskesmas Batunyala, yang dituangkan dalam tata nilai Puskesmas Batunyala yaitu memberikan pelayanan yang ramah dan sopan kepada pelanggan, melaksanakan tugas sebagai satu kesatuan yang utuh, dengan tidak membeda-bedakan masyarakat, serta melakukan semua pekerjaan dengan senang hati sehingga dapat menyelesaikan semua tugas yang dipercayakan.
III.
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus A. Tujuan Umum Menjamin ketahanan pangan ditingkat keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi untuk mewujudkan status gizi yang optimal dan perubahan perilaku gizi yang lebih baik.
B. Tujuan Khusus 1) Meningkatkan ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas 2) Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga 3) Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi dengan menurunkan prevalensi kurang gizi dan gizi lebih 4) Meningkatkan kemandirian keluarga dengan cara berperilaku sadar gizi
IV.
Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan A. UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat) Kegiatan : 1.
Pemantauan pertumbuhan di posyandu
2.
Pekan penimbangan februari, mei, agustus, november a. Pengolahan data pecan penimbangan (verifikasi) b. Pemantauan pecan penimbangan
3.
Bulan vitamin A februari dan agustus a. Pendataan sasaran b. Distribusi c. Pengolahan data distribusi d. Sweeping pendistribusian
4.
Pemantauan tingkat konsumsi garam beryodium di SD
5.
Kadarzi a. Pendataan sasaran kadarzi oleh kader b. Pengolahan data kadarzi oleh petugas
B. UPGI (Usaha Perbaikan Gizi Institusi) Kegiatan : 1. Pengambilan sampel pemeriksaan Hb remaja putri 2. Pengolahan data status gizi dan Hb remaja putri 3. Penyuluhan tentang gizi seimbang di SD
C. SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) Kegiatan : 1. Audit kasus gizi buruk 2. Pengolahan data distribusi MP ASI 3. Monitoring dan evaluasi distribusi MP ASI 4. Pemantauan status gizi balita kasus gizi buruk/kurang oleh petugas 5. PMT penyuluhan 6. PMT pemulihan 7. Rujukan kasus gizi buruk 8. Kelas gizi
V.
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Sasaran A.
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat UPGK adalah gerakan sadar pangan dan gizi untuk meningkatkan status gizi
masyarakat melalui serangkaian kegiatan yang berguna untuk menanggulangi Kurang Energi Protein (KEP), GAKY, Anemia Gizi Besi dan Gangguan Akibat Kurang Vitamin A. UPGK dikembangkan dan dilaksanakan dengan peran serta masyarakat yang didukung oleh berbagai instansi yang terkait secara terkoordinasi antara lain : BAPPEDA, Dinas Pertanian, BKKBN, TP-PKK, dan BPM. Tujuan UPGK adalah untuk memacu upaya masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan gizinya melalui pemanfaatan aneka ragam pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga dan lingkungan masyarakat setempat. Sasarannya adalah seluruh anggota keluarga terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Kegiatan yang dilaksanakan berupa : 1. PenyuluhanGiziMasyarakat Penyuluhan
gizi
masyarakat
adalah
suatu
upaya
dalam
rangka
memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas guna meningkatkan pengetahuan gizi, menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung kebiasaan hidup sehat dengan makan makanan yang bermutu gizi seimbang. Tujuan dari penyuluhan gizi adalah : a. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perilaku gizi yang baik melalui pemasaran Tiga Belas Pesan Dasar Gizi dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan peningkatan gizi. c. Tercapainya konsumsi energi 2.150 kkal/orang/hari dan konsumsi protein 46,2 gram/orang/hari. Sasaran penyuluhan gizi adalah seluruh masyarakat terutama ibu hamil, ibu menyusui, orang tua balita, wanita usia subur, anak sekolah dan remaja.
Materi penyuluhan yang diberikan berupa : a. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi b. ASI Eklusif dan Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) c. Makanan Ibu hamil dan menyusui d. Pemasyarakatan Garam Beryodium e. Pemasyarakatan Bahan Makanan Sumber Vitamin A dan Zat Besi f.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
g. Penyebab dan tanda-tanda kelainan gizi. Tenaga penyuluh dilakukan oleh Tanaga Gizi Puskesmas Batunyala, Paramedis Puskesmas maupun oleh kader yang ada di masing-masing posyandu (58 posyandu) dengan kegiatan 1 kali/bulan/posyandu selain itu juga dilakukan pada kelas gizi maupun kelas ibu hamil. Media penyuluhan yang digunakan antara
lain : poster, lembar balik,
stiker, leaflet, spanduk dan radio spot. 2. Pelayanan Gizi di Posyandu Pelayanan gizi di posyandu berupa :
Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) Pemulihan kepada kasus gizi buruk dan kasus gizi kurang selama 30 s/d 90 hari makan anak, berupa susu, biskuit dan syrup vitamin.
Pemberian
PMT
Penyuluhan
untuk
balita
setiap
kali
kegiatan
posyandu
dilaksanakan.
3. Penanggulangan Anemia Gizi Besi Penanggulangan Anemia Gizi Besi adalah kegiatan menurunkan prevalensi Anemia Gizi Besi melalui upaya peningkatan konsumsi zat besi (tablet Fe) dan konsumsi bahan makanan sumber zat besi. Tujuannya adalah untuk menurunkan prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil. Sasarannya adalah semua ibu hamil yang ada di Kota Mataram. Dosis pemberian yaitu diberikan 1 tablet besi setiap hari minimal 90 tablet selama kehamilan sampai masa nifas. 4. Penanggulangan Akibat Kekurangan Vitamin A (GAKVA) Penanggulangan kekurangan Vitamin A adalah kegiatan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A melalui upaya meningkatkan konsumsi vitamin A melalui makanan sumber vitamin A dan suplementasi kapsul vitamin A. Tujuannyaa dalah :
Mencegah kekurangan vitamin A
Menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A pada balita
Meningkatkan status vitamin A ibu nifas.
Sasaran pemberian kapsul vitamin A : a. Bayi yaitu semua bayi berumur 6 – 11 bulan baik sehat atapun sakit dengan dosis 1 kapsul vitamin A 100.000 SI (biru) dan diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus. b. Anak balita yaitu semua anak balita yang berumur 1 – 5 tahun baik sehat ataupun sakit dengan dosis 1 kapsul vitamin A 200.000 SI (merah) tiap 6 bulan dan diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus. c. Ibu nifas yaitu semua ibu yang baru melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya mendapatkan vitamin A yang cukup melalui ASI . Dengan dosis 1 kapsul vitamin A 200.000 SI yang diberikan segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi paling lambat 1 x 24 jam. d. Kejadian tertentu Bayi dan balita yang menderita campak, pneumonia, diare dan gizi buruk segera diberikan kembali kapsul vitamin A sebanyak tambahan sesuai dosis yang dianjurkan Waktu pemberian serentak dilakukan pada bulan Februari dan Agustus sebagai bulan utama pemberian kapsul paling lambat 1 (satu) bulan berikutnya diupayakan untuk menjaring kelompok sasaran yang belum mendapat kapsul vitamin A yang dilaksanakanmelalui sweeping. 5. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita ( Data SKDN ) Data ini dikumpulkan setiap bulan di Posyandu sebagai vahan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan bayi dan anak balita. Dalam kegiatan ini digunakan KMS ataubuku KIA sebagai alat Bantu dalam memantau kesehatan balita. Selain itu data ini dapat digunakan sebagai alat pemantau kinerja di posyandu dan keadaan gizi masyarakat setiap bulan dengan menganalisa data tersebut menjadi indikator : JPL/ JP, D/S, D/K, K/S, N/D, dan BGM/D. Maksud masing-masing indikator adalah sebagai berikut: INDIKATOR
MAKSUD
JPL/JP (100 %)
Persentase Posyandu yang lapor atau melaksanakan kegiatan (buka) pada H Posyandu
D/S ( 80 % )
Partisipasi Masyarakat atau persentase sasaran (balita) yang dating pada hari H Posyandu
D/K ( 100 % )
Tingkat kelangsungan program atau persentase sasaran yang telah mengikuti program penimbangan yang punya KMS mengikuti kegiatan penimbangan bulanan
K/S ( 100 % )
Cakupan program atau persentase sasaran yang mengikuti program penimbangan di Posyandu ( punya KMS )
N/D’ ( D-O-B) ( 80 % )
Hasil penimbangan atau persentase sasaran yang berat badannya naik
BGM/D
Persentase Bawah Garis Merah atau kasus kurang gizi yang perlu diwaspadai
6. Keluarga Mandiri Sadar Gizi ( KADARZI ) Keluarga Mandiri Sadar Gizi ( Kadarzi ) adalah keluarga yang mampu mengenali masalah gizi dan mampu mencegah serta mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga. Tujuan dari pembinaan Kadarzi adalah agar setiap keluarga :
Menimbang balita ke posyandu secara berkala
Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang dan gizi lebih)
Mampu menerapkan susunan hidangan keluarga yang baik dan benar sesuai dengan PUGS
Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan bila terjadi kelainan gizi
Menghasilkan makanan melalui pemanfaatan pekarangan. Sasaran pembinaan kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas
dengan perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang mempunyai kelainan gizi, keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I. Indikator yang dipakai dalam terwujudnya keluarga sadar gizi adalah : 1. Menimbang berat badan secara teratur 2. Memberikan Air Susu Ibu ( ASI ) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan ( ASI eksklusif ). 3. Makan beraneka ragam. 4. Menggunakan garam beryodium. 5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran. Permasalahan yang dihadapi adalah masih banyak ibu-ibu yang tidak lulus ASI eksklusif karena sebagian besar memberikan ASI hanya sampai usia 4 bulan. Alasannya dengan diberikan ASI saja bayinya masih lapar sehingga ibu-ibu memberikan makanan tambahan berupa bubur atau buah pisang yang dilembekkan. Masih banyak KK yang tidak menggunakan garam beryodium dengan alasan rasa garam yodium pahit dan tidak dapat dibeli dengan harga eceran. Dari beberapa permasalahan diatas maka penyuluhan dan konseling perlu lebih ditingkatkan oleh petugas dan kader dalam memasyarakatkan penggunaan garam beryodium dan ASI Eksklusif. 7. Pekan Penimbangan Pekan
penimbangan
dimaksudkan
untuk
melakukan
penjaringan
(screening/deteksi dini ) kasus balita gizi buruk yang ada di Puskesmas Batunyala sehingga kasus lebih cepat dan tepat mendapat penanganan. Kegiatannya berupa penimbangan berat badan terhadap seluruh balita yang ada di posyandu di wilayah Puskesmas Batunyala selama sepekan. Selanjutnya dari hasil tersebut diketahui jumlah balita gizi buruk berdasarkan indikator BB/U, kemudian dilakukan verifikasi data balita gizi buruk dengan indikator BB/TB. Pekan penimbangan di Kabupaten Lombok Tengah dilakukan selama 4 kali setahun yaitu setiap bulan Februari, Mei, Agustus dan November. Hasil pekan penimbangan di Kabupaten Lombok Tengah seperti terlihat pada tabel berikut.
8. Distribusi MP-ASI Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status gizi baik pada bayi usia 6 – 11 bulan dan anak 12 – 24 bulan. Sasaran pemberian MP-ASI Biskuit adalah usia 12 – 24 bulan dari keluarga miskin di wilayah Puskesmas Batunyala. Jumlah MP-ASI yang diterima di Kota Mataram sebanyak ...... dus ..... bungkus biskuit. Dari ...... jumlah balita 12-24 bln yang ada yang mendapat MP-ASI di Puskesmas Batunyala sebanyak ..... balita. Jumlah MP-ASI yang diterima hanya memenuhi ......% dari keseluruhan jumlah balita gakin di Puskesmas Batunyala. Permasalahan yang dihadapiantaralain : jumlah MP-ASI yang diterima sangat terbatas hal ini menyebabkan kecemburuan di masyarakat terutama dari keluarga miskin karena yang diprioritaskan adalah keluarga miskin yang memiliki balita dengan berat badan di bawah garis merah. Hal ini telah ditindak lanjuti dengan melakukan pendekatan melalui aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. B. Penanggulangan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) 1. Pemantauan Garam Beryodium Masalah GAKY merupakan salah satu masalah gizi yang cukup serius. Kekurangan zat yodium dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan gangguan perkembangan
fisik
dan
keterbelaknagn
mental,
penurunan
kecerdasan
yang
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia ( SDM ). Dalam rangka upaya penanggulangan GAKY tersebut maka program yang digalakkan adalah melalui program jangka panjang yaitu distribusi garam beryodium dengan kadar 30 – 80 ppm untuk mencapai target Garam Beryodium Untuk Semua, maka pemasyarakatan konsumsi garam beryodium harus dilakukan secara berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya kasus kretin pada balita, menurunkan prevalensi Total Goiter Rate ( TGR ) dan iodisasi garam secara nasional melalui
iodisasi
semua
garam.
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
pemantauan
penggunaan garam beryodium untuk memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi
garam
beryodium
yang
memenuhi
syarat
di
masyarakat
sehingga
mendapatkan gambaran :
Konsumsi garam beryodium di tingkat desa dengan pengujian garam
Bentuk garam yang digunakan ditingkat masyarakat
Tempat pembelian garam yang digunakan di masyarakat
Ada/tidaknya merk dagang produsen garam yang dikonsumsi masyarakat.
Pengumpulan data dilaksanakan pada tiap-tiap desa/kelurahan dengan menilai 1 SD/MI secara acak sampel di desa/kelurahan yang bersangkutan, masing-masing SD/MI diambil 21 murid kelas 4 dan 5 dengan metode LQAS ( Lot Quality Assurance Sampling ). Murid diminta membawa garam yang biasa digunakan di rumah tangga sebanyak 2 sendok. Pemantauan dilakukan 2 kali setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.
C. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) 1. Pemantauan Status Gizi Pemantauan
status
Gizi
(PSG)
sebagai
salah
satu
komponen
Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi yang bertujuan untuk memberikan informasi status gizi balita secara berkala guna evaluasi perkembangan status gizi penduduk, penetapan kebijkan dan perencanaan jangka pendek. Hasil PSG ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah tentang situasi gizi, sehingga dapat dijadikan dasar perencanaan program gizi dan pprioritas pembinaan. Untuk tahun 2007 kegiatan ini dilakukan secara serentak di Kabupaten Lombok Tengah pada bulan September. Adapun jumlah sampel dalam kegiatan ini adalah sebanyak ........ balita umur 0 – 59 bulan, dengan cara penentuan
sampel
Sistem
“Kluster” dan unit kluster adalah kelurahan serta unit terkecil penilaian status gizi ad alah Kecamatan (bukan Puskesmas). Batasan status gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
INDEKS
BATASAN (Z-Score Standar WHO-NCHS)
ISTILAH
> + 2 SD
Gizi Lebih
-2 SD
BB/U
s/d + 2 SD
Gizi Baik
- 3 SD s/d – 2 SD
Gizi Kurang
< -3 SD
Gizi Buruk
< -2 SD
KEP ( Gizi Kurang dan Buruk )
2. Pelacakan (Survailence) Kasus Gizi Buruk Survailence gizi adalah mengamati atau memantau keadaan gizi secara terus menerus untuk pengambilan keputusan bagi upaya peningkatan dan pencegahan memburuknya keadaan gizi masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk di Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatannya berupa : a. Pelacakan kasus gizi buruk dilakukan oleh petugas kota dan petugas puskesmas. Kegiatan ini dilakukan bila ada petugas atau kader posyandu memberikan informasi pada sasaran penimbangan pada anak yang menderita gizi buruk (BGM) yang berat badan tidak naik 3 kali berturut turut.
VI.
Peran Lintas Program dan Lintas Sektor
No 1
Kegiatan Konsultasi gizi
Lintas Program -
Dokter Kesling Laboratorium KIA Dokter Perawat Sanitarian Dokter Promkes Sanitarian Dokter Promkes Bidan Sanitarian Dokter Bidan Sanitarian Promkes Sanitarian
2
Pemantauan pertumbuhan di posyandu
3
Rujukan kasus gizi buruk
4
Audit kasus gizi buruk
5
Kelas gizi
6
Pelayanan kasus gizi buruk
7
Pengolahan data distribusi MP-ASI
-
KIA
8
PMT pemulihan
-
KIA Dokter Sanitarian
9
PMT penyuluhan
-
Promkes KIA
10
Pengambilan sampel pemeriksaan Hb remaja putri
11
Penyuluhan tentang gizi seimbang di SD Bulan vitamin A
-
Promkes Lab UKS Promkes UKS Promkes ImunisasiKesling
12
13 14
Kadarzi Pekan penimbangan
-
Promkes Promkes Imunisasi Kesling
15
Pemantauan tingkat konsumsi garam beryodium
-
Promkes UKS
Lintas Sektor -
Kader Kepala lingkungan Kelurahan Kecamatan Kader Kepala lingkungan Kelurahan Kader Kepala lingkungan
-
Kader Kepala lingkungan
-
Kelurahan Tokoh masyarakat Tokoh agama PKK Kader Kepala lingkungan Kader Kepala lingkungan
-
Kader Kepala lingkungan Kelurahan Guru SMP Guru SMA
-
Guru SD
-
Sarana fasilitas kesehatan TK PAUD TPA Kader terlatih Kader Kepala lingkungan Kelurahan Kecamatan Guru kelas/guru olahraga SD
-
VII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan Semua kegiatan dilaksanakan oleh semua Petugas Gizi Puskesmas Batunyala.
VIII.
Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan Hasil kegiatan program gizi dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan format pelaporan yang telah ditentukan.
Mengetahui,
Batunyala,
2016
Kepala Puskesmas Batunyala
Koordinator Gizi
Saparudin, S. Kep NIP. 19671231 198903 1 138
Tuti Agustini NIP. 19770815 200312 2 010