PEMERINTAH KOTA SIBOLGA
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS AEK HABIL Jalan Merpati No. 58 Kecamatan Sibolga No. Telp. (0631) 23345
KERANGKA ACUAN KEGIATAN SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) I. PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
Polio merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang dapat dibasmi. Strategi untuk membasmi polio didasarkan atas pemikiran bahwa virus polio akan mati bila disingkirkan dari tubuh manusia dengan cara pemberian imunisasi. Strategi yang sama telah digunakan untuk membasmi penyakit cacar (smallpox) pada tahun 1977. Cacar adalah satu-satunya penyakit yang telah berhasil dibasmi. Berbagai upaya secara global sudah dilakukan sebagai upaya eradikasi polio ini. Sementara di Indonesia, pemerintah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi tambahan (PIN, Sub PIN, Mopping-up) pada anak balita, surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis), dan pengamanan virus polio di laboratorium (Laboratory Containtment). Di Indonesia sebagian besar kasus poliomielitis bersifat non-paralitik atau tidak disertai manifestasi klinis yang jelas. Sebagian kecil (1%) saja dari kasus poliomielitis yang menimbulkan kelumpuhan (Poliomielitis paralitik). Dalam surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomielitis yang mudah diidentifikasikan, yaitu poliomielitis paralitik. Ditemukannya kasus poliomielitis paralitik di wilayah kerja Puskesmas Aek Habil menunjukkan adanya penyebaran virus-polio liar di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus polio, maka pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomielitis. Penyakit-penyakit ini, yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomyelitis, disebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut sebagai Surveilans AFP (SAFP).
1.2
TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum Surveilans AFP secara umum bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi daerah risiko tinggi, untuk mendapatkan informasi tentang adanya transmisi VPL, VDPV, dan daerah dengan kinerja surveilans AFP yang tidak memenuhi standar/indikator. 2. Memantau kemajuan program eradikasi polio. Surveilans AFP memberikan informasi dan rekomendasi kepada para pengambil keputusan dalam rangka keberhasilan program ERAPO. 3. Membuktikan Indonesia bebas polio. Untuk menyatakan bahwa Indonesia bebas polio, harus dapat dibuktikan bahwa: Tidak ada lagi penyebaran virus-polio liar maupun Vaccine Derived Polio Virus (cVDPV) di Indonesia; Sistem surveilans terhadap polio mampu mendeteksi setiap kasus polio paralitik yang mungkin terjadi. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di wilayah kerja Puskesmas Aek Habil. 2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Aek Habil. 3. Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP sesegera mungkin setelah kelumpuhan. II. PELAKSANAAN 2.1 KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN a. Penemuan kasus AFP Surveilans AFP harus dapat menemukan semua kasus AFP dalam satu wilayah yang dipeerkirakan minimal 2 kasus AFP diantara 100.000 penduduk usia <15 tahun per tahun (Non Polio AFP rate minimal 2/100.000 per tahun) b. Pelacakan kasus AFP Petugas surveilans puskesmas harus memastikan bahwa apakah kasus yang dilaporkan benar-benar kasus AFP. Tim pelacak AFP terdiri dari petugas surveilans yang sudah terlatih dari kabupaten/kota, coordinator surveilans puskesmas, dokter puskesmas atau petugas surveilans provinsi. c. Pengambilan specimen kasus AFP
Specimen yang diperlukan dari penderita AFP adalah specimen tinja, namun tidak semua kasus AFP yang dilacak harus dikumpulkan specimen tinjanya. d. Kunjungan ulang 60 hari Pada kasus AFP dengan specimen yang tidak adekuat dan hasil pemeriksaan laboratorium negative, maka belum bisa dipastikan bahwa kasus tersebut bukan polio. Untuk itu diperlukan informasi penunjang secara klinis pada kunjungan ulang 60 hari. Pada kasus AFP dengan hasil virus polio vaksin positif, diperlukan KU 60 hari sebagai bahan pertimbangan kelompok kerja ahli dalam menentukan apakah ada hubungan antara kelumpuhan dengan virus polio vaksin yang ditemukan. e. Pelaporan pelaporan dari Puskesmas atas adanya kasus AFP ke Dinas Kesehatan Kota Sibolga dalam waktu 24 jam setelah kasus tersebut dikonfirmasikan secara klinis. 2.2 CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Kegiatan dilaksanakan disesuaikan dengan panduan dari buku pedoman Surveilans AFP 2.3 SASARAN Sasaran kegiatan surveilans AFP ini meliputi semua masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Aek Habil. 2.4 JADWAL Jadwal No
Kegiatan
Waktu pelaksanaan
Pelaksana
Tempat pelaksanaan
1
Penemuan Kasus AFP
Setiap ada kasus AFP
Petugas surveilans dan Dinas Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Aek Habil
Setiap ada kasus AFP
Petugas surveilans dan Dinas Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Aek Habil
Setiap ada kasus AFP
Petugas surveilans dan petugas laboratoriu m
Rumah Penderita
2
Pelacakan Kasus AFP
3
Pengambilan Specimen Kasus AFP
Kunjungan 4
ulang 60 hari
5
Pelaporan
Setiap ada kasus AFP
Petugas surveilans dan Dinas Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Aek Habil
Setiap bulan
Petugas surveilans
Dinas Kesehatan
2.5 EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dievaluasi dari kegiatan surveilans AFP ini adalah dalam proses pencarian kasus AFP harus selektif dan bukan mencari kasus polio. 2.7 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN a. Pencatatan penderita AFP ditulis pada format Surveilans AFP b. Pelaksana Evaluasi program adalah Koordinator program P2PL. c. Hal yang perlu dilaporkan meliputi: Jumlah penderita yang terdata, alamat penderita yang datang ke puseksmas untuk pengambilan specimen. d. Laporan program ini disampaikan dan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Sibolga bagian P2PL setiap ada KLB AFP. Sibolga, 2 Januari 2016 Mengetahui, Kepala Puskesmas Aek Habil
Penyusun,
dr.Ivonna Hasfika NIP. 19771001 200701 2 002
Ririn Sartika Dewi, S.Kep, Ns NIP. 19900709 201507 2 001