PENGARUH PEMBERIAN NEBULIZER VENTOLIN TERHADAP PENINGKATAN PENINGKATAN SPO 2 PADA PASIEN ASMA DI IGD RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN ( influence of nebulizer ventolin prevent to spo2 improvement on asma patients in the hospital of dungus madiun ) Yuni Ika Windari ! " T#a$#a Bin%r%2 & Su'i Anra)ni * ! Ma$a+i+,a STIK)+ Sur-a Mira Hu+ada K)diri 2 D%+)n Ak.)r S%)d%n% Madiun * D%+)n STIK)+ Sur-a Mira Hu+ada K)diri ABSTRAK Pasien dengan asama tentunya akan berdampak pada penurunan SpO2 di karenakan penyempitan saluran nafas, sehingga perlu tindakan yang tepat salah satunya terapi nebuliser. Terapi medis nabuliser yaitu ventolin, dimana bersifat bronchospasme. Tujuan penelitian untuk Menganalisa pengaruh pemberian nebuli nebulier er ventol ventolin in terhad terhadap ap pening peningkat katan an SPO2 SPO2 pada pada pasien pasien !sma !sma di "nstala "nstalasi si #a$at %arurat &umah Sakit Paru %ungus Madiun Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekaan one group group pretes pretest-po t-postt sttest est design design.. Pene Peneli liti tian an ini ini dila dilaku kuka kan n deng dengan an cara cara memb memberi erika kan n pretest, populasi dalam penelitian ini adalah Pasien asma yang berkunjung di "#% &S Paru %ungus Madiun dengan sampling purposive dan didapatkan sampel '( responden. )ariabel independennya nebulier ventolin dan dependenn dependennya ya peningkata peningkatan n SpO2. %alam penelitian ini menggunakan uji statistic wilcoxon test dengan dengan * + (,( -asi -asill pene peneli liti tian an menu menunj njuk ukan an bah$ bah$aa sebe sebelu lum m dila dilaku kuka kan n nebu nebuli liser ser ( ( /0 /0 respond responden en respond responden1 en1 mengal mengalami ami hipoks hipoksia ia dengan dengan nilai nilai SpO2 SpO2 antara antara (34. (34. Setelah Setelah dilakukan dilakukan tindakan tindakan 5ebulier 5ebulier sebagian besar /67,61 nilai SpO2 antara 30(( /normal1 yaitu 2' responden. -asil uji statistic wilcoxon signed ranks test didapatkan didapatkan 8 value /(,(((1 9 * /(,(1 sehingga ada pengaruh pemberian nebulier ventolin terhadap peningkatan SPO2 pada pasien !sma !sma di "nstalasi #a$at %arurat &umah Sakit Paru %ungus Madiun. !danya pengaruh, hal ini dapat dikarena sifat nebuliser yang mengubah cairan menjad menjadii uap dan partik partikel3p el3part artike ikell kecil kecil serta serta sifat sifat ventol ventolin in yang yang merupa merupakan kan bronchospame sehingga dapat melonggarkan saluran pernafasan dan meningkatkan SpO2 Kaa Kaa kun' kun'ii
/ S.O2 S.O200 Tinda indaka kan n N)1u N)1ui i3) 3)rr0 A+4a A+4a
ABSTRACT
Patients with asama will of course have an impact on the decrease of spO2 in due to airway narrowing, proper action required of one nebuliser therapy. eterinary medical nabuliser therapy, wherein with bronchospasm. Ob!ective of the study "o analy#e the effect of ventilin nebuli#er on $PO2 increase in asthma patients at %mergency &nstallation of 'ungus (adiun 'ungus )ospital "his research used pre experimental research method with one pretest-posttest design group. "his research is done by giving pretest, population in this research is Patient of asthma who visited at &*' +$ 'ungus (adiun with purposive sample and sample result respondents. "he independent variables of the ventolin nebuli#er and their dependent increase $pO2. &n this study using statistical test wilcoxon with / .0 "he results showed that 01 30 respondents4 experienced hypoxia with $pO2 values between 5-56. 7fter the action 8ebuli#er most 9:.914 of $pO2 between 50-31 normal4 of 2 respondents. ;ilcoxon statistic test results in the test rank obtained < value .4 = ,04 so that there is influence of ventilin nebuli#er to increase $PO2 in 7sthma patient at %mergency &nstallation of 'ungus (adiun >ung )ospital. "he presence of this influence can be due to the nature of the nebuli#er which converts the liquid into vapor and small particles and the nature of the ventolin which is the bronchospame so as to loosen the respiratory tract and increase $pO2.
Keyords! Sp"2 # Action $ebulizer# Asthma
%&$'A(* A$
!sma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi kronik saluran nafas, di mana pada kelainan ini berperan berbagai sel inflamasi antara lain sel mast dan eosinafil. Pada individu yang sensitif, inflamasi kronik ini akan menimbulkan gejala akibat dari obstruksi saluran nafas yang menyeluruh dengan derajat berbeda dan dapat membaik secara spontan atau pengobatan. Pada pasien asma yang mengalami hipoksia dapat atau tanpa disertai hipoksemia /Manjoer, 2(001. -ipoksemia sendiri merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri
/PaO21 atau saturasi O2 arteri /SaO21 di ba$ah normal 9. Pengobatan untuk suatu serangan asma sampai saat ini yang sering digunakan 23 agonis kerja pendek cara inhalasi dan sub3kutan. %i negara maju pemberian secara inhalasi telah laim digunakan. 5-:;" / 8ational &nstitute of )ealth 8ational )eart and ?lood &nstitute1 merekomendasi kan penanganan asma dalam serangan dengan cara inhalasi /nebulier1 dan 23agonis kerja pendek.
memperkirakan 2' juta penduduk dunia adalah penyandang asma dan diperkirakan akan terus bertambah sekitar 44(.((( orang setiap tahun. Peningkatan prevelensi asma pada masa depan akan lebih tinggi bila tidak dicegah dengan baik. !sma termasuk kedalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di indonesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei >esehatan &umah Tangga /S>&T1 di berbagai propinsi di "ndonesia menunjukkan asma menduduki urutan ke3 dari 0( penyebab kesakitan /morbiditas1 bersama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada S>&T, asma, bronkitis kronik dan emfisema
sebagai penyebab kematian ke34 di "ndonesia atau sebesar ,7 /Triono, 2((61. ;erdasarkan data Sistem "nformasi &umah Sakit /S"&S1 di "ndonesia didapatkan bah$a angka kematian akibat penyakit asma adalah sebanyak 7'.?4 orang /%epkes, 2(041. %i "ndonesia,lapora n riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh ;adan Penelitian dan Pengembangan >esehatan >ementrian >esehatan &" pada tahun 2(0' menunjukkan prevalensi asma pada tingkat nasional mencapai nilai 2,(. Provinsi yang mempunyai prevalensi asma tertinggi yaitu 5usa Tenggara Timur, Papua, 5usa Tenggara ;arat, @ Aa$a Timur. %i &umah Sakit Paru %ungus
Madiun sendiri pada tahun 2(07 sebanyak 2' dengan rataB3 rata perbulan mencapai 0322 pasien. Studi pendahuluan yang dilakukan di "#% &S Paru %ungus tanggal (? Aanuari 2(06 pada pasien dengan asma pada saat masuk nilai SpO2 9 setelah dilakukan tindakan nebulier naik '3. Terapi Pada kasus tersebut terapi nebuliser yang di gunakan adalah salbutamol inhaler yang sering dijumpai adalah merk ventolin. )entolin merupakan dosis tunggal hanya terdapat 0 macam obat yaitu salbutamol. Aenis obat ini disebut bronkodilator dan bekerja dengan melemaskan otot3otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit
sehingga udara dapat mengalir lebih lancar ke dalam paru3paru pasien dengan asma /Culies Dka$ati, 2(021. Tujuan utama dari pengobatan asma yaitu menghentikan serangan secara cepat. Entuk mencapai tujuan tersebut diberikan obat bersifat bronkodilator. Salah satu obat bronkodilator yaitu Salbutamol yang ada pada ventolin. %imana sifat obat tersebut menurunkan hiperaktivitas bronkus, sehingga aliran udara ke paru3 paru menjadi lancar dan meningkatkan saturasi O2 /&ina =idayanti, 2(001 Pada saat terjadi serangan asma organ3 organ dalam tubuh membutuhkan suplai oksigen yang cukup agar fungsinya lebih optimal dan efektif. Aika
saturasi oksigen rendah, berbagai masalah kesehatan dapat terjadi diantaranya terjadi hipoksemia. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply oksigen didalam tubuh adalah Oksigen saturasi /SpO21. !rena oksigen saturasi bisa menunjukkan apakah hemoglobin dapat mengikat oksigen atau tidak. Sehingga kekurangan oksigen yang beresiko pada kerusakan organ3organ penting didalam tubuh dan kematian dapat ditanggulangi /Sajidin, 2(01. %ampak dari penurunan oksigen menimbulkan hipoksia kronik dapat mengakibatkan eritropoisis. >ondisi ventilasi abnormal yang terdapat pada individu yang sangat obesitas
dapat menyebabkan hipoventilasi alveolar dan mengakibatkan gangguan saturasi arterial, eritrositosis, hiperkapnia serta somnolensia.Pe ngobatan untuk suatu serangan asma sampai saat ini yang sering digunakan 23 agonis kerja pendek cara inhalasiBnebuli er, jenis terapi inhalasi untuk pasien asma diantaranya adalah ('& (etered 'ose &nhalation4, 'P& 'ry Powder &nhalation4, dan &nhalasi nebuli#er. Penggunaan terapi inhalasi telah banyak digunakan tetapi ada beberapa kendala dalam penggunaannya /=ieshammer, 2((?1. 5ebulier digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut.
5ebulier sangat cocok digunakan untuk anak3 anak, usila dan mereka yang sedang mengalami serangan asma parah. %ua jenis nebulier berupa kompresor dan ultrasonic. Tidak ada kesulitan sama sekali dalam menggunakan nebulier, karena pasien cukup bernapas seperti biasa dan kabut obat akan terhirup masuk ke dalam paru3paru. Entuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas untuk mengobati bronkospasme akut, produksi mucus yang berlebihan, batuk dan sesak napas dan epiglottis >euntungan nebulier terapi adalah medikasi dapat diberikan langsung pada tempatBsasaran aksinya seperti paru3paru sehingga dosis
yang diberikan rendah. %osis yang rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik. Pengiriman obat melalui nebulier keparu3paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat daripada rute lainnya seperti F subkutanBoral. Edara yang dihirup melalui nebulier telah lembab, yang dapat membantu mengeluarkan sekresi bronkus. %engan melihat masalah diatas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian G!pakah ada pengaruh pemberian nebulier ventolin terhadap peningkatan SPO2 pada pasien !sma di "#% &umah Sakit Paru %ungus Madiun. BA(A$ 'A$ +&T"'&
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan one group pretest3 posttest design. Penelitian ini dilakukan dengan cara memeberikan pretest /pengamatan a$al 1 terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu dilakukan posttest /pengamatan akhir1 -idayat, 2(0( Populasinya adalah pasien asma yang berkunjung di "#% &S Paru %ungus pada bulan Maret 2(06 sebanyak '4 pasien, dengan samplenya adalah sebagian pasien asma yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di "#% &S Paru %ungus Madiun selama 0 bulan yaitu '( responden.
Penelitian ini menggunakan tehnik sampling purposive sampling . )ariabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu F variabel independen yaitu nebulier ventolin, dan variabel dependen yaitu peningkatan saturasi O2.
(AS,* Karak)ri+ik R)+.%nd)n Tabel 0
>arakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, :ama menderita !sma, dan kebiasaan merokok Karak)ri+ik
5
6
:aki3laki
0
(
Perempuan
0
(
2(3'( th
'
0(
'034( th
4
0','
403( th
0
(
H ( th
?
27,6
7)ni+ K)a4in
U+ia
La4a M)nd)ria +a4a 9 0 th
2
7,6
03 th
0(
'','
Karak)ri+ik 730( th H 0( th
5 Karak)ri+ik 8aria1) 0' Tabel 2
K)1ia+aan M)r%k%k karakteristik Tidak Pernah 2( SpO2 sebelum Ia 0( dan setelah dilakukan $umber @ hasil nebuliser analisa data %iketahui bah$a jenis Niai S.O2 kelamin laki laki 5ormal /3 dan 0((1 -ipoksia /(3 perempuan 41 dalam -ipoksia serius jumlah /?3?1 yang sama -ipoksia kritis /9 yaitu 0 ?1 Esia terbanyak Ha+i U#i penderita Sai+ik asma berdasarkan -asil Eji penelitian statistik adalah 403 pengaruh ( th pemberian -ampir 5ebuliser setengahny dengan a 4',' Peningkatan menderita SpO2 pada asma sejak penderita !sma 730( tahun dengan uji yaitu 0' statistik responden =ilcoJon dapat %iketahu di lihat pada dari '( tabel diba$ah responden ini bah$a sebagian Tabel ' Eji besar statistik 77,6 tidak $ilcoJon pernah merokok yaitu 2(
sebelum dilakukan C tindakan !symp. Sig. /23tailed1 nebulier a. ?ased on negative ranks. ventolin b. ;ilcoxon $igned +ankssetengahnya "est /(1 mempunyai -asil uji nilai SpO2 statistic antara (34 wilcoxon signed /hipoksia1 yaitu ranks test S)1)u4 0 responden. didapatkan 8 9 value /(,(((1 9 %imana 4 responden * /(,(1 maka /0','1 -o ditolak merupakan 0 sehingga -0 perokok. diterima dan "ritan3iritan kesimpulan ada berupa paparan pengaruh asap rokok pemberian merupakan nebulier salah satu ventolin pendetus terhadap terjadinya asma. peningkatan %imana rokok SPO2 pada diasosiasikan pasien !sma di dengan "nstalasi #a$at penurunan %arurat &umah fungsi paru Sakit Paru pada penderita %ungus asma, Madiun. meningkatkan derajat keparahan asma PEMBAHASA dan mengurangi N respontivitas terhadap Niai S.O2 pengobatan .ada .a+i)n asama dan a+4a +)1)u4 pengontrolan diakukan asma. ;angun indakan /2((?1 n)1ui3)r menjelaskan 8)n%in bah$a tar adalah substansi -asil hidrokarbon penelitian yang bersifat menunjukan lengket dan bah$a diketahui menempel pada SpO2 responden
paru3paru. "ar mengandung bahan3bahan karsinogen, at3 at tar ini dipindahkan ke dalam cabang3 cabang tenggorok dan paru3paru dengan perantaraan asap, dan sesudah itu tersimpan pada selaput lendir pembuluh3 pembuluh ini, yang disebabkan karena banyaknya rangsangan setempat. Selaput lendir ini mungkin menjadi lebih tebal pada perokok berat bila dibandingkan dengan orang bukan perokok. Menurut %eateuJ, dkk /2((1, balita dari ibu yang merokok mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi menderita kelainan seperti mengi dalam tahun pertama. Sedangkan menurut MuttaKin, 2((?, pasien asma
sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik atau kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal serta bau yang tajam. Sedangkan serangan asma sendiri, yaitu setelah mengalami inflamasi maka bila individu terpajan oleh pencetus /trigger 1 maka akan terjadi serangan asma /%epkes, &", 2((1. Niai S.O2 .ada .a+i)n a+4a +)1)u4 diakukan indakan n)1ui3)r 8)n%in -asil penelitian menunjukan bah$a SpO2 responden setelah dilakukan tindakan nebulier ventolin sebagian besar /67,61
mempunyai nilai SpO2 antara 30(( /normal1 yaitu 2' responden. %ata tabulasi silang dengan kebiasaan merokok menunjukan bah$a 0 responden /(1 nilai SpO2 normal setelah di lakukan tindakan nebulier. &i$ayat atopi merupakan salah satu resiko mayor dari asma, dan pada individu non atopik mempunyai resiko yang rendah dari timbulnya asma. Pasien dengan asma biasanya menderita penyakit penyakit atopik lainnya, yaitu rhinitis alergi, dan ditemukan pada ?( pasien asma dan dermatitis atopik /ecema1. !topik dapat timbul pada 4(3 ( populasi pada negara3 negara maju. Penelitian ini
menunjukkan beberapa orang dengan faktor genetik dan lingkungan menjadi predisposisi pada individu yang atopik. !lergen yang dapat memulai sensitisasi biasanya protein yang mempunyai aktivitas protease, dan allergen yang itu umumnya terdapat pada tungau debu rumah, bulu anjing dan kucing, kecoa, rumput, tepung sari, dan binatang pengerat /pada petugas laboratorium1. !topi biasanya ada hubungannya dengan genetik yaitu produksi dari antibody "gD spesifik, dengan banyak ri$ayat penyakit alergi pada pasien. Menurut 5adyah /2((1, setiap hisapan rokok akan merusak ribuan silia pada saluran napas, jumlah silia
yang rusak berbanding lurus dengan jumlah paparan asap rokok pada tiap hisapan. Partikulat dalam asap rokok mengendap dalam lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang, sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. >eadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia yang menimbulkan gejala batuk kronik dan ekspetorasi. Produk mukus yang berlebihan memudahkan timbulnya infeksi serta menghambat proses penyembuhan. >eadaan ini merupakan suatu lingkaran dengan akibat terjadinya hipersekesi.
;ila iritasi dan oksidasi disaluran napas terus berlangsung maka terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringa parut. Selain itu terjadi pula metaplasia dan penebalan lapisan skuamosa. -al ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversible. !lat nebuli#er dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus3menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. !erosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair dalam bentuk gas dengan tujuan untuk menghantarkan obat ke target organ dengan efek samping minimal dan dengan keamanan dan
efektifitas yang tinggi. Partikel aerosol yang dihasilkan nebuli#er berukuran antara 23 L, sehingga dapat langsung dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker. ;erbeda dengan alat M%" (etered 'ose &nhaler4 dan %P" 'ry Powder &nhaler4 dimana alat dan obat merupakan satu kesatuan. Menurut koier /2(0(1 Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak presentase oksigen yang mampu diba$a oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat non invasif yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang dipasang pada ujung jari, ibu jari, hidung, daun telinga atau dahi dan oksimetri nadi dapat
mendeteksi hipoksemia sebelum tanda dan gejala klinis muncul. Sedangkan faktor yang mempengaruhi saturasi O2 /SpO21 yaitu -emoglobin, Sirkulalsi dan !ktivitas. Menurut peneliti responden dengan ri$ayat merokok tidak terlalu banyak sehingga kembalinya kadar SpO2 ke nilai normal. >arena sirkulasi dalam tubuh yang cukup lancar. Seperti yang di ketahuai perokok aktif mempunyai resiko terjadinya penyumbayan pembuluh darah. Selain itu pasien yang datang di "#% merupakan pasien yang aktif atau kesadaran masih cukup baik sehingga di perkirakan kadar -b pun cukup bagus. Selain itu dengan melihat status pasien.
Sedangkan tabulasi silang dengan usia didapatkan hasil dari 2' responden /67,61 dengan nilai SpO2 3 0(( /normal1 00 responden /'7,61 diantaranya berusia 403( tahun. -al tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh "khsan /2((61, dengan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. -al ini sebagai hasil dari pengalaman dan kematangan ji$anya. Pada umur tersebut responden juga dapat berfikir jernih dalam menggunakan mekanisme koping dalam menghadapi masalah3 masalah baru hal ini sesuai dengan Stuart dan Sundeen /2(((1. -al ini sesuai dengan teori -urlock /2((01 semakin
cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan, seseorang akan lebih matang dalam berfikir.
Anai+a P)naru$ P)41)rian N)1ui3)r V)n%in T)r$ada. P)ninkaan S.O2 Pada .a+i)n A+4a -asil penelitian perbandingan SpO2 sebelum dilakukan pemberian nebulier ventolin didapatkan setengahnya /(1 yaitu 0 responden mengalami hipoksia dengan nilai SpO2 antara (34 dan setelah dilakukan pemberian nebulier ventolin menjadi sebagian besar /67,61 yaitu 2' responden mempunyai nilai SpO2 normal /3 0((1. -asil uji statistic
wilcoxon signed ranks test didapatkan 8 value /(,(((1 9 * /(,(1 maka -o ditolak sehingga -0 diterima dan kesimpulan ada pengaruh pemberian nebulier ventolin terhadap peningkatan SpO2 pada pasien !sma di "nstalasi #a$at %arurat &umah Sakit Paru %ungus Madiun. Menurut Sudoyo dkk /2((1 pengukuran saturasi oksigen dengan pulseoximetry /SpO21 perlu dilakukan pada seluruh pasien dengan asma untuk mengekslusi hipoksemia. Target pengobatan ditentukan agar SpO2 H 2 tetap terjaga. >ebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahanka n hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel /-idayat, 2((1. Aika saturasi oksigen dalam tubuh rendah /91 dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan diantaranya hipoksemia. -ipoksemia ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi napas ' JBmenit, nadi cepat dan dangkal, sianosis serta penurunan kesadaran /Perry @ Potter, 2((71. Peningkatan frekuensi napas saat serangan asma mengakibatkan peningkatan kerja otot3otot pernapasan sebagai bentuk mekanisme tubuh untuk tetap mempertahanka n ventilasi paru. Menurut Saiman dan Siegel /2(('1, menjaga tangan
tetap higienis sebelum menggunakan terapi inhalasi dengan nebuli#er adalah penting agar dapat mencegah penularan agen infeksius, mencuci tangan dengan alkohol menunjukkan keberhasilan yang lebih besar dalam pencegahannya dibandingkan jika hanya mencuci tangan dengan air biasa atau dengan sabun biasa /Schammel dan Dllingson, 2((61. Sedangkan menurut peneliti terdapat pengaruh tentang pemberian nebuler terhadap peningkatan SpO2 hal ini bisa dikarena teknik penggunaannya alat nebuliet, mencuci tangan sebelum memulai terapi dan setelah menggunakan nebuli#er, mencuci perangkat nebuli#er
dengan disinfektan. %alam semua aplikasi, pembersihan dan desinfeksi nebuli#er merupakan bagian penting karena jika tidak dibersihkan dengan baik /atau jika tidak benar didesinfeksi1, nebuli#er itu sendiri dapat menjadi sumber potensial kontaminasi dan selanjutnya kemungkinan infeksi. Selain itu menurut peneliti terapi ini adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui penghisapan. Terapi pemberian ini, saat ini makin berkembang luas dan banyak dipakai pada pengobatan penyakit3 penyakit saluran napas. ;erbagai macam obat seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan bronkodilator
sering digunakan pada terapi inhalasi. SIMPULAN DAN SARAN Si4.uan Sebelum dilakukan tindakan 5ebulier setengahnya /(1 mempunyai nilai SpO2 antara (34 /hipoksia1 yaitu 0 responden. Setelah dilakukan tindakan 5ebulier sebagian besar /67,61 mempunyai nilai SpO2 antara 30(( /normal1 yaitu 2' responden -asil uji statistic wilcoxon signed ranks test didapatkan 8 value /(,(((1 9 * /(,(1 sehingga ada pengaruh pemberian nebulier ventolin terhadap peningkatan SPO2 pada pasien !sma di "nstalasi #a$at %arurat &umah Sakit Paru
%ungus Madiun. Saran ;agi pasien yang menderita asma lebih akan lebih tahu dalam mekanisme koping dalam penanganan pertama pasien dengan asma, selain itu tahu dalam penceghan terhadap serangan asma. ;agi profesi kepera$atan bengan hasil penelitian ini diharapkan pera$at mampu memberikan asuhan kepera$atan secara mandiri sebelum dilakukan tindakan kolaborasi ;agi Tempat Penelitian biharapkan perlu dilakukan terapi selain farmakolagi terkait penanganan serangan asma sehingga peran pera$at terkait asuhan kepera$atan pada pasien
asma benar3 benar dilakukan secara mandiri dan kolaborasi. ;agi Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan lebih spesifik sehingga hasilnya lebih representatif seperti pemberian teknik batuk efektif terhadap peningkatan SpO2
KEPUSTAKA AN -idayat, !.!i. /2((1. (et ode Penelitian Aeperawat an dan "ekhnik 7nalisis 'ata.Aakart aF SalembaMe dika !ndarmayo, Sulistyo. /2(021. Aebutuhan
'asar (anusia oksigenasi 4. IogyakartaF #raha"lmu !sto$o, Pudjo. /2((1. "erapioksig en@ &lmu Penyakit Paru. ?agian Pulmonolo gi dan Aedokteran +espirasi. AakartaF >E" #uyton @ -all. /2((?1. ?uku 7!ar BisiologiAe dokteran.Aa kartaF D#< >oier, ;arbara. /2(0(1. ?uku 7!ar Bundament al Aeperawat an@ Aonsep, Proses, dan PraktikCPen ulis olume &&.AakartaF D#< >oier @ DrbNs. /2((1. ?uku 7!ar Praktik Aeperawat an Alinis. AakartaF D#< Mansjoer, !rif dkk. /2((?1.
Aapita $elekta Aedokteran %disi .AakartaF Media !csculapiu s Marilynn D, %oengoes, M.D. /2((71. +encana 7suhan Aeperawat an, %disi .AakarataF D#< MuttaKin, !rif. /2((?1. 7suhan Aeperawat an Alien 'engan *angguan $istem Pernafasan . AakartaF Salemba Medika 5otoadmodjo. /2(0(1. (etodologi Penelitian Aesehatan. AakartaF &ineka
Perry @ Potter. /2((1. ?uku 7!ar Bundament al Aeperawat an@ Aonsep, Proses, dan Praktik. AakartaF D#< Potter. /2((71. Bundament al keperawata n ol &.AakartaF Penerbit ;uku >edokteran D#<.