Job Distribusi Tenaga Listrik (TM)
Tujuan
Setelah melakukan praktik, mahasiswa diharapkan dapat :
Mengetahui dan memahami dari mata kuliah teori dan praktik sistem distribusi.
Mengetahui dan memahami apa saja komponen peralatan serta peralatan dan meterial yang digunakan dalam pemasangan konstruksi saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
Mengetahui bagaimana cara kerja , pengoperasian serta pemasangan konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
Mengetahui SOP dalam pengerjaan saluran udara tegangan menengah.
Mengembangkan dan memanfaatkan potensi mahasiswa serta perbandingan antara teori dan praktik yang telah dilaksanakan.
Meninggakatkan keterampilan mahasiswa yang nantinya turun langsung dalam kerja dilapangan serta mampu menerapkannya sesuai dengan teori yang ada.
Deskripsi Kerja
Di dalam praktik pada job tegangan menengah ini kami diajarkan beberapa hal tentang gardu distribusi 20 kV, diantaranya adalah sebagai berikut :
Pengertian Gardu Distribusi
Jenis-Jenis Gardu Distribusi
Komponen Utama Gardu Distribusi
Pengukuran Tahanan Pembumian
SOP Pengoperasian Gardu Pasangan dalam dan Pasangan luar
Pengoperasian Kubikel
Pengertian Gardu Distribusi
Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Trafo Distribusi, dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan daya listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380 V). Konstruksi Gardu Distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah daerah setempat.
Jenis-Jenis Gardu Distribusi
Jenis Pemasangannya
Gardu Pasangan Luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
Gardu Pasangan Dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
Jenis Konstruksinya
Gardu Beton
Gardu Tiang
Gardu Kios
Jenis Penggunaannya
Gardu Pelanggan Umum
Gardu Pelanggan Khusus
Khusus untuk pengertian dari Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi / tidak dilengkapi Remote Terminal Unit (RTU). Untuk fasilitas ini biasanya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo Distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.
Gardu Tiang
Merupakan sebuh Gardu distribusi tenaga listrik yang komponen kontruksi utamanya menggunakan Tiang, Tiang tersebut bisa berupa Tiang Beton Atau Tiang Besi, yang memiliki kekuatan beban kerja sekurang kurangnya 500 dAn dan memmiliki panjang 11, 12 bahkan 13 meter sesuai dengan kebutuhan dan lokasi pendiriannya.
Secara garis besarnya, Gardu Tiang ini ada 2 jenis, yaitu Gardu Potal dan Gardu Cantol.
Gardu Portal
Gambar 3.5 Gardu portal dan Diagram Satu Garis Gardu Portal
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi dua tiang. Pada umumnya gardu portal digunakan untuk menopang transformator dengan kapasitas daya di atas 50 kVA sampai 250 kVA, hal ini dikarenakan beban transformator yang sangat berat sehingga diperlukan dua tiang untuk menopangnya. Tetapi bisa saja transformator dengan kapasitas di bawah 50 kVA menggunakan gardu portal, karena untuk memper mudah jika suatu saat nanti terjadi penambahan daya pada saluran tersebut.
Gardu Cantol
Gambar 3.6 Gardu Cantol
Gardu cantol adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi satu tiang. Transformator yang terpasang adalah transformator dengan daya 25 kVA sampai 50 kVA fase 3 atau fase 1.
Gardu Beton
Gambar 3.7 Gardu Beton
Seluruh komponen instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi terangkai didalam bangunan yang dirancang, dibangun, dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan. Penggunaan gardu beton sendiri adalah untuk transformator dengan kapasitas daya diatas 250 kVA karena jika menggunakan tiang tidak akan sanggup menopang berat transformator tersebut.
Gardu Kios
Gambar 3.8 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja, fiberglass, atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular, dan Kios Bertingkat. Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan atau tidak memenuhi standart untuk dibangun gardu beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA dengan 4 saluran tegangan rendah.
Khusus untuk Kios Kompak, seluruh seluruh instalasi komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung diangkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.
Gardu Pelanggan Umum
Umumnya konfigurasi Gardu Pelanggan Umum adalah π section, sama halnya seperti dengan gardu tiang yang dicatu dari Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan, bisa saja konfigurasi gardu berupa T section dengan catu daya diambil dari PHB-TM gardu terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena. Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari Gardu Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang sehingga jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakkan secara otomatis (ACOS ; Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.
Gambar 3.9 Diagram Satu Garis Konfigurasi π Section
Gardu Pelanggan Khusus
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan daya listrik bagi pelanggan ber-daya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi, gardu ini dilengkapi dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan. Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran Tegangan Menengah. Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar area kepemilikan dan tanggung jawab PT. PLN (Persero). Pada umumnya gardu pelanggan khusus ini dapat juga dilengkapi dengan transformator untuk melayani pelanggan umum.
Gambar 3.10 Diagram Satu Garis Gardu Pelanggan Khusus
Keterangan :
TP : Pengaman Tansformator
PMB : Pemutus Beban
PT : Trafo Tegangan
PMT : Pemutus Tenaga
SP : Sambungan Pelanggan
Gardu Hubung
Gambar 3.11 Gardu Hubung
Gardu Hubung atau disingkat GH atau Switching Substation adalah gardu yang berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan.
Isi dari Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break Switch/LBS), dan atau pemutus tenaga terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus tegangan menengah. Konstruksi gardu hubung sama dengan konstruksi gardu distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang untuk gardu distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh.
Komponen Utama Gardu Distribusi
Terdapat beberapa komponen utama pada gardu distribusi yaitu :
Transformator Daya
Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP)
APP
Sistem Pengaman
Sistem Pentanahan
Isolator
Penghantar
Komponen lainnya
Transformator
Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat merubah tegangan tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam frekuensi sama. Trafo merupakan jantung dari distribusi dan transmisi yang diharapkan beroperasi maksimal (kerja terus menerus tanpa henti). Agar dapat berfungsi dengan baik, makan trafo harus dipelihara dan dirawat dengan baik menggunakan sistem dan peralatan yang tepat. Transformator pada jaringan distribusi berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20kV) menjadi tegangan rendah (220/380)Volt.
Gambar 3.12 Transformator
Gambar 3.13 Name Plate Transformator
Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP)
Fungsi dari low Voltage main distribution panel (LVMDP) adalah sebagai panel penerima daya/power dari transformer (trafo) dan mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel Low voltage sub distribution (LVSDP), menggunakan Air Circuit Breaker atau moulded case Circuit Breakers. Panel sub distribusi akan mendistribusikan power tersebut ke peralatan electrical sedangkan fungsi Low voltage sub distribution (LVSDP) adalah mendistribusikan power tersebut ke peralatan electrical.
Gambar 3.14 LVMDP
APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai / pelanggan listrik (untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah dan instansi), maka perlu dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan (PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik tegangan rendah, letak penempatan APP dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini :
Gambar 3.15 Diagram Garis Tunggal Rangkaian Tenaga Listrik Tegangan Menengah
Keterangan :
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan Tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Panel Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan
Kwh meter
Kwh meter adalah alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk menghitung besar pemakaian daya konsumen. Alat ini sangat umum dijumpai di masyarakat. Bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan aluminium dari induksi medan magnet dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakkan piringan yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan tersebut akan menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah Kwh-nya.
Gambar 3.16 Kwh Meter
Gambar 3.17 Wiring Diagram Pengukuran Langsung Kwh Meter
Gambar 3.18 Wiring Diagram Pengukuran Tidak Langsung Kwh Meter
SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD / TR merupakan penghantar dibawah atau diatas tanah. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa pengukuran yang dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat ukur / instrumen yang digunakan adalah alat pengukur : kWh, KVARh, KVA maksimum, arus listrik dan tegangan listrik.
Pembatas arus listrik menggunakan satuan Ampere. Penggunaan pembatas disebut sebagai penentuan demand (kebutuhan) pengguna. Besar arus trip pelebur atau pemutus yang digunakan sebagai pembatas maksimum ditetapkan sebesar 10% di atas arus nominal trafo yang dilindungi.
Penggunaan pembatas sebagai salah satu interface antara PLN dengan pelanggan, bila pelanggan memakai lebih pembatas akan bekerja, dan terjadi pemadaman. Dari sudut pandang pelanggan kejadian ini berarti berkurangnya keandalan suplai tenaga listrik. Jenis-jenis alat pembatas yang paling banyak digunakan adalah jenis termis dan elektromagnet.
Sistem Pengaman
Dalam Tegangan Menengah terdapat beberapa komponen sistem pengaman, yaitu :
Fuse Cut Out (CO)
Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO dipasang pada sisi tegangan menengah (20kV)
Gambar 3.19 Fuse Cut Out
Kawat Fuse LinkKawat Fuse LinkKawat TimahKawat Timah
Kawat Fuse Link
Kawat Fuse Link
Kawat Timah
Kawat Timah
Gambar 3.20 Fuse Link
Fuse link akan memutuskan rangkaian jika arus yang melewatinya sangat besar sehingga kawat fuse link akan panas dan timah akan melebur yang menyebabkan terputusnya rangkaian.
Arrester
Sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73). Arrester ini inputnya dipasang paralel dengan fuse cut out setiap fasanya (fasa yg sama) sedangkan outputnya dipasang paralel dengan ketiga fasanya dan diteruskan ke grounding.
Gambar 3.21 Lightning Arrester
Fuse Catridge
Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang pada sisi tegangan rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
Gambar 3.22 Fuse Catridge
Sistem Pentanahan
Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh beban tidak seimbang.
Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor yang mengalir pada LV Panel.
Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfunsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar.Menurut fungsinya isolator dapat menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas.
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara lain :
Isolator gantung ( Suspension type Insulator )
Gambar 3.23 Suspension Type Insulator
Gambar di atas adalah gambar fisik dari suspension insulator yang berfusi sebagai penarik kabel jaringan distribusi agar lendutan tidak terlalu melengkung ke bawah.
Isolator jenis Pasak ( Pin type Insulator )
Gambar 3.24 Pin Type Insulator
Gambar di atas adalah gambar fisik dari pin insulator yang berfusi sebagai penopang kabel jaringan distribusi agar kabel tidak bersentuhan langsung dengan tiang listrik.
TUI Isolator
Gambar 3.25 TUI Insulator
Tui insulator yang berfungsi sebagai penarik seling baja pada tiang jaringan distribusi agar tiang tersebut kokoh berdiri.
Penghantar
Penghantar adalah sebuah konduktor yang dapat dialiri arus listrik.Konduktor yang baik terbuat dari logam misalnya, tembaga, emas, perak, timah, baja, besi, almunium dan lain-lain.
Ada beberapa jenis konduktor dalam sistem distribusi, antara lain :
Kabel Alumunium
Gambar 3.26 Bentuk fisik Kabel Alumunium
Gambar di atas adalah gambar fisik dari kabel alumunium yang dipilin menjadi satu dan berfusi sebagai penghantar di system jaringan distribusi tegangan menengah.
Kabel Tembaga
Gambar 3.27 Bentuk Kabel Tembaga
Kabel tembaga yang dipilin dan dijadikan satu bungkus dengan isolator. Kabel ini berfusi sebagai penghantar di dari trafo ke jaringan distribusi tegangan rendah.
Kabel BC Grounding
Gambar 3.28 Bentuk fisik Kabel BC
Gambar di atas adalah gambar fisik dari kabel tembaga BC yang dipilin dan dijadikan satu.Kabel ini penghantar grounding ini berfungsi sebagai penyaluran arus lebih ke tanah agar tidak adanya kebocoran arus pada system.
Pembumian
Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk tujuan :
Membatasi besar tegangan yang disebabkan petir.
Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak sengaja dengan bagian yang bertegangan.
Menstabilkan tegangan ke tanah dalam kondisi normal.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standard sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang berbentuk pipa baja galvanis diameter 25 mm atau baja berdiameter 15 mm yang dilapisi tembaga setebal 2,5 meter dengan panjang 2,5 m atau 3 m. untuk penghantr bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis.
Pada beberapa tiang beton penghantar bumi sudah merupakan komponen dari tiang dan untuk menghubungkannya dengan penghantar bumi diluar tiang beton digunakan mur baut yang dipasang pada bagian atas dan bawah tiang.
Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis elektroda, jenis tanah dan ke dalaman penanaman elektroda.Pada tanah kering yang berbatu tidak mungkin untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila hanya ditanam 1 batang elektroda 3 m.
Walaupun dengan memasang beberapa elektroda secara parallel dapat menurunkan harga tahanan pembumian, tetapi kenyataannya penurunannya tidaklah menjadi R/n (R tahanan untuk 1 elektroda, n jumlah elektroda seperti diperkirakan. Bila peralatan dan kondisi tanah setempat memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri. Keuntungan lain dengan cara ini adalah pengaruh musim dapat diperkecil karena dicapainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa batan pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah pipa – pipa elektroda dapat dipasang secara parallel.Jarak antar elektroda tersebut minimum harus dua kali panjang elektroda (PUIL 1987 pasal 3221 A4).
Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan pada :
Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian.
Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yng kendor, lepas atau putus.
Membersihkan bagian–bagian dari kotoran dan benda–benda yang bersifat menyekat.
Mengganti kabel yang sudah rusak
Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :
Untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang dialiri arus dengan peralatan ke bumi pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) pada kondisi operasi normal dan gangguan.
Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik arus hubung singkat ke bumi sehingga bila terjadi satu fasa ke badan peralatan, arus yang terjadi mengikuti sifat pada pembumian netral.
Komponen lainnya
Cross Arm (lengan tiang)/Travers
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang di atas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut.
NH Fuse
NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang berfungsi sebagai pemutus atau pengaman terhadap arus lebih. Cara menghitung berapa Ampere NH Fuse yang harus dipasang adalah sebagai berikut:
I= P / V x 1.73
I = Arus (A)
P = Daya (VA)
V = Tegangan (Volt) = 400 volt tegangan TR
Contohnya: jika trafo yang terpasang 100 KVA = 100.000 VA, maka NH Fuse yang terpasang adalah:
I = 100.000/400x1.73
I = 144.5 A
Karena tidak ada NH Fuse dengan ukuran 144.5 A, maka NH Fuse yang dipasang adalah 160A
Strain Clamp
Strain Clamp atau sering orang awam menyebutnya streng klem untuk memudahkan memberi nama dalam menyebutnya, Material perlengkapan ini sering digunakan untuk penjepit kabel pada jaringan listrik yang sering digunakan oleh beberapa perusahaan jaringan listrik.
Gambar 3.29 Strain Clamp
Suspension assembly
Suspension assembly, yaitu penggantungan untuk kabel lvtc yang terletak pada ujung tiang. Suspension dipakai apabila ada jaringan yang di pasang lurus.
Gambar 3.30 Suspension assembly
Fix Dead
Untuk menarik kabel tegangan rendah pada tiang akhir
Pengukuran Tahanan Pembumian
Pengukuran Tahanan pembumian
Data pengukuran tahanan pembumian Trafo Praktik Bengkel Listrik tanggal 14 November 2016
Menggunakan Earth tester Hioky
Tembaga : 5,1 Ohm
Aluminium : 3,6 Ohm
Gambar 3.31 Pengukuran dengan Earthtester Hioky
Menggunakan Earth tester Sanwa
Tembaga : 2,6 Ohm
Aluminium : 1,9 Ohm
Gambar 3.32 Pengukuran Munggunakan Earthtester Sanwa
Megger
MEGA OHM METER atau yang biasa disebut MEGGER merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur tahan isolasi dari suatu instalasi atau untuk mengetahui apakah penghantar dari suatu instalasi terdapat hubung langsung, apakah antara fasa dengan fasa atau dengan nol atau dengan pembumian.
Biasanya sebelum instalasi listrik dioperasikan, ada tahapan yang harus dipenuhi, yaitu pengujian isolasi.Pada pengujian isolasi inilah MEGA OHM METER atau yang biasa disebut MEGGER digunakan. Pada pengujian isolasi ini dilakukan atas :uji isolasi fasa-fasa, uji isolasi fasa-pembumian (jika penghantar netral tidak dihubungkan ke penghantar pembumian), uji isolasi fasa-netral.
MEGA OHM METER atau yang biasa disebut MEGGER memiliki kriteria pengukuran sebagai berikut : (a) tegangan alat ukur tersebut umumnya dengan tegangan tinggi arus searah yang besarnya berkisar antara 500 volt sampai dengan 10.000 volt. (b) tegangan MEGGER dipilih berdasarkan pada tegangan kerja suatu peralatan atau instalasi yang akan diuji. (c) besarnya pengujian ditetapkan bahwa harga penahan isolasi minimum adalah 1000 kali tegangan kerja peralatan yang akan diuji.
Cara Pengukuran Listrik Menggunakan MEGA OHM METER analog
Periksa terlebih dahulu baterai apakah dalam kondisi normal atau tidak.
Periksa Mekanikal zero dalam kondisi megger off, posisi jarum penunjuk harus berada diposisi berimpit dengan garis skala. Bila tidak bisa tepat silahkan posisikan pointer zero ke 10 pada alat ukur.
Posisikan pada zero check.
Posisikan kabel test pada terminal MEGA OHM METER, serta hubungkan ujung yang lain.
Pilihlah saklar pada posisi 500.
Posisikan saklar skala pada skala 1.
Atur ke posisi On, maka jarum akan bergerak ketika itu harus menunjukkan tepat ke pada angka nol, bila pengecekan tidak tepat atur pointer. Bila pengecekan dengan pengaturan pointer tidak juga berhasil silahkan periksa atau mengganti baterai.
Off lagi MEGA OHM METER dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero seperti tadi.
Posisikan kembali kabel test ke peralatan yang sedang diukur .
Posisikan saklar sesuai tegangan kerja alat yang diukur.
On kan kembali MEGA OHM METER dan baca tampilan pada skalanya yang ditunjuk.
Bila skala 1 hasil ukur, pindahkan dan pilih skala 2, bila hasilnya masih sama pilih ke skala 3, dan silahkan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan dari 0,5 – 1 menit atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi. Catat hasil pengukuran kemudian silahkan kalikan dengan skala alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard tahanan isolasi.hasil terendah adalah 1 MΩ / kV.
Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah mengukur tahanan isolasi baik pada generator, motor, maupun jaringan SUTM kabel yang di ukur tadi harus digroundingkan, karena kabel tersebut masih mempunyai tegangan listrik jadi berhati-hatilah.Untuk caranya anda cukup menghubungkan kabel yang diukur lalu hubungkan dengan body.
SOP Pengoperasian Gardu Pasangan dalam dan Pasangan luar
Pengoperasian Gardu distribusi Pasangan Dalam
Persiapan Pengoperasian
Membaca dan memahami prinsip kerja gardu distribusi dan sistem JTM
Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi Gardu Distribusi
Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan
Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi siap pakai dan aman
Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan instalasi gardu :
Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
Nilai fuse link sesuai dengan kapasitas trafo
Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo
Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi gardu sesuai ketentuan
Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait
Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP
Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan K3 / K2
Prosedur Pengoperasikan Gardu
Periksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan
Laporkan kepada pihak yang yang berwenang bahwa pengoperasian siap dilaksanakan , tunggu sampai jawaban izin pengoperasian keluar
Masukkan FCO
Periksa urutan fasa
Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah benar
Operasikan saluran jurusan dengan cara :
Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian NH fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluraan jurusan
Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse, menyusul kemudian saklar utama
Pengoperasian Gardu distribusi Pasangan Dalam
Persiapan Pengoperasian
Membaca dan memahami prinsip kerja Gardu distribusi pasangan dalam dan sistem JTM
Berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi Gardu Distribusi
Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan
Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi siap pakai dan aman
Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan instalasi gardu :
Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
Nilai MV Fuse sesuai dengan kapasitas trafo
Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo
Tahanan isolasi, tahanan kontak kubikel sesuai ketentuan
Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi gardu sesuai ketentuan
Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait
Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP
Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan K3 / K2
Prosedur Pengoperasian Gardu
Periksa keadaan disekitar gardu dan yakinkan aman untuk dioperasikan
Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian gardu dan tunggu izin pengoperasian keluar
Masukkan PMB 1, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada kelainan
Masukkan PMB 2, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada kelainan
Masukkan PMB 3, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada kelainan
Periksa urutan fasa keluaran trafo
Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah benar
Operasikan saluran jurusan dengan cara :
Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul kemudian nh fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluran jurusan
Untuk pelanggan industri masukkan saluran nh fuse, menyusul kemudian saklar utama
Pengoperasian Kubikel
Gambar 3.33 Kubikel
Pengoperasian secara mekanik
Sebelum melakukan pengoperasian pada kubikel periksa dan pastikan kabel grounding terpasang pada tempatnya dan pegas dalam keadaan tidak bekerja atau dalam keadaan terbuka, kemudian kita dapat mengoperasikan kubikel.
Masukkan kunci ke kontak C kemudian putar untuk membuka pengaman pada handle spring,
Kemudian pompa handle pegas menggunakan tangan (manual) yang terletak di motor raise sampai pegas rapat ditandai dengan indikasi pegas pada Q1 telah berubah, dan siap untuk dioperasikan.
Gambar 3.34 Motor Raise
Setelah pegas rapat dan siap dioperasikan, tekan tombol ON untuk mengoperasikan kubikel disertakan dengan posisi pegas yang telah rapat pada Q1 membuka kembali (kosong).
Gambar 3.35 Tombol ON Tekan
Setelah kubikel beroperasi, tekan tombol OFF untuk mematikan pengoperasian kubikel.
Lepas kunci yang ada di kontak C, dengan cara menekan tombol OFF disertakan memutar dan melepas kunci yang ada di kontak C
Kemudian pindahkan kunci dari kontak C dan masukkan kunci ke kontak B.
Terletak pada posisi groundTerletak pada posisi groundKetika kunci telah berada pada kontak B, lalu putar kunci untuk membuka pengaman pada Q2 agar handle dapat diputar untuk memindahkan indikasi dari posisi ground ke posisi terhubung beban.
Terletak pada posisi ground
Terletak pada posisi ground
Gambar 3.36 Indikasi Terletak Pada Posisi Ground
Dimana sebelum Q2 dapat diputar ke posisi terhubung, Q3 harus beroperasi terlebih dahulu untuk memudahkan bergeraknya indikasi dari posisi ground ke posisi terhubung ke pengukuran.
Pengoperasian secara elektrikal
Untuk mengoperasikan kubikel secara elektrikal langkah kerja pengoperasiannya hampir sama seperti dengan cara pengoperasian secara elektrikal, hanya saja yang membedakan adalah pengoperasian secara elektrikal dalam pemompaan pegas pada motor raise pegas dilakukan secara otomatis oleh motor. Untuk menghidupkan motor sambungkan steker motor pada sumber tegangan maka motor akan hidup dan memompa pegas. Dan dalam pengoperasian secara elektrikal, operator dapat menekan tombol ON atau OFF dari motor raise maupun tombol OPEN (rangkaian terbuka) atau CLOSE (rangkaian tertutup) yang terletak pada bagian outgoing kubikel.
3.2.3 Kendala Pelaksanaan Praktik
Dalam pelaksanaan praktik instalasi listrik IV, Job TM (Tegangan Menengah) ada kendala yang kami alami adalah cuaca diluar yang selalu mendung sehingga kami tidak bisa praktik dilapangan.
3.2.4 Cara Mengatasi Kendala
Untuk mengatasi kendala diatas yang kami lakukan adalah mempelajari komponen-komponen yang tersedia di dalam ruangan bengkel.
Langkah – langkah membuat Skun Pada Kabel
Pertama, Menyiapkan Bahan – bahan Seperti Kabel Twisted Berukuran 50mm2 dan Skun Kabel berukuran 50mm2.
Kemudian, Menyiapkan Peralatan seperti Tang Potong, Cutter, Tang Skun.
Lalu, Memotong Kabel Twisted sepanjang 30cm, setelah itu Mengupas ujung Kabel Twisted dengan menggunakan Cutter sepanjang lubang pada Skun kabel.
Selanjutnya, Memasang Skun pada ujung Kabel yag telah dikupas, Lalu Mempress dengan menggunakan Tang Skun. Dalam Proses Mempress ini Ada dua Jenis Tang Skun yang biasa dikan yaitu Tang Skun Hidrolik dan Tang Skun Manual. Tetapi Pada Praktek Kali ini kami menggunakan Tang Skun Manual.
Terakhir, Memastikan Skun pada kabel telah merekat dengan kuat dengan cara Menarik Skun Kabel tersebut.
Langkah – langkah Memasang dan Melepas kembali Tabung FCO (Fuse Cut Out)
Pertama, Menyiapkan Peralatan Seperti Stick, dan Helm,.
Kemudian, Mengenakan Helm.
Lalu, Menyesuaikan Panjang Stick dengan letak FCO. Pada ujung stick terdapat 2 Pengait yang berbeda. Pengait pertama berbentuk Seperti Palu, dan Pengait kedua Berbentuk seperti sabit kecil.
untuk melepas FCO Menggunakan Pengait yang berbentuk seperti Sabit, dengan Cara Memasukan Pengait ke dalam Ring FCO lalu ditarik.
Apabila FCO telah terlepas, Baik secara otomatis atau secara paksa, Maka untuk menurunkan FCO Menggunakan Pengait yang berbentuk seperti palu, dengan cara memasukkan Pengait kedalam Hole in Trunnion lalu diangkat dari Trunnion Pocket dan diturunkan.
Untuk Memasang FCO, Dengan menggunakan Pengait yang berbentuk seperti palu Pada stick, dimasukkan kedalam Hole in Trunnion lalu Diangkat dengan stick selanjutnya dimasukkan ke dalam Trunnion Pocket. Lalu mengaitkan Pengait berbentuk seperti palu ke dalam ring dari FCO lalu Mendorong Stick sehingga FCO terpasang kembali.
Langkah – langkah Memasang dan Melepas kembali Fuse Catridge
Pertama, Menyiapkan puller Fuse Catridge
Kemudian, Untuk Memasang Fuse Catridge, Fuse Catridge dihubungkan dengan lubang dari Puller Fuse Catridge Ke dua kaki Fuse Catridge, Lalu Mendorong Puller Fuse Catridge ke Holding Fuse.
Untuk Melepas Fuse Catridge, Fuse Catridge dihubungkan dengan Lubang Dari Puller Fuse Catridge Ke dua kaki Fuse Catridge lalu mendorong Puller kebawah lalu Tarik Puller sehingga Fuse Catridge terlepas.