BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari penyakit Tendinitis? 2. Bagaimana etiologi dari penyakit Tendinitis? 3. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit Tendinitis? 4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Tendinitis? 5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit Tendinitis? 6. Bagaimana WOC dari penyakit Tendinitis? 7. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit Tendinitis? 8. Bagaimana askep pada penyakit Tendinitis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Tendinitis. 2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Tendinitis. 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Tendinitis. 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Tendinitis. 5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit Tendinitis. 6. Untuk mengetahui WOC dari penyakit Tendinitis. 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Tendinitis. 8. Untuk mengetahui askep dari penyakit Tendinitis.
1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Tendinitis
Tendinitis merupakan inflamasi yang disertai rasa nyeri tendon serta perlekatan tendon otot pada tulang, dan biasanya tendinitis terjadi pada rotator cuff bahu, tendon otot pangkal paha, tendon achiles, atau pada tendon otot hamstring.
Klasifikasi Tendinitis : 1. Epicondylitis medial (siku pegolf, siku baseball, siku koper) disebabkan oleh pembengkakan tendon yang menempel pada epikondilus medialis siku. Jika Anda meletakkan tangan ke samping dengan telapak tangan menghadap ke depan, epikondilus medial adalah bagian tulang siku yang paling dekat dengan tubuh Anda. Gerakan berulang yang melibatkan fleksi dan rotasi pergelangan tangan dapat menyebabkan tendinitis siku ini. 2. Epicondylitis lateral (siku tenis) disebabkan oleh peradangan pada tendon yang menempel pada epikondilus lateral siku. Jika Anda meletakkan tangan ke samping dengan telapak tangan menghadap ke depan, epikondilus lateral adalah bagian tulang siku yang paling jauh dari tubuh Anda. Gerakan berulang yang melibatkan perpanjangan dan putaran pergelangan tangan dapat menyebabkan tendinitis siku ini. 3. Tendinitis rotator cuff (bahu perenang, bahu tenis, bahu pitcher) disebabkan oleh olah raga yang membutuhkan gerakan lengan di atas kepala berulang kali. Gerakan berulang ini menyebabkan peradangan pada rotator cuff, sekelompok otot yang mengendalikan rotasi bahu. Tendon supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan subscapularis membentuk tendon rotator cuff.
2.2 Etiologi
Tendinitis umumnya terjadi karena: 1. Penggunaan tendon yang berlebihan (seperti pada keadaan strain atau cedera tendon saat melakukan aktivitas olahraga) 2. Gangguan muskuluskeletal lain (penyakit rematik, defek congenital) 3. Ketidaklurusan (misal ligament) skeletal 4. Perkembangan tubuh yang abnormal 5. Hipermobilitas 2
2.3 Patofisiologi
Tendon mendapatkan suplay darah dari pembuluh darah yang mengalir melalui tendon. Pembuluh darah tendon rentan terhadap penguluran tekanan dan trauma yang berulang-ulang. Adanya cidera atau trauma menyebabkan terjadinya kerobekan serabut-serabut tendon, sehingga akan terjadi perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan mengambil tempat kearah celah tendon yang robek dan dapat menjalar ke sekitarnya kemudian cairannya tersebut mengendap dan membentuk hematom. Hematom ini akan menekan ujung-ujung saraf sensoris di sekitarnya
sehingga
akan
menambah
rasa
nyeri.
Apabila
penekanan
yang
mengakibatkan peradangan ini terjadi berulang-ulang maka akan mengalami degenerasi dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakan tendon terbatas atau terhambat, sehingga suplay darah terganggu dan akan mengakibatkan tendinitis. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps betumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan ligamen coracoacromial serta acromion sebagai atapnya.
2.4 Manifestasi Klinis
Pasien yang menderita tendinitis pada bahu akan mengeluhkan 1. Gerakan bahu yang terbatas, khususnya gerakan abduksi. 2. Nyeri local yang terasa hebat di malam hari umumnya akan menggangu tidur. Rasa nyeri tersebut menjalar dari daerah akromion (bagian bahu yang tertinggi) ke insersio mukulus deltoideus, terutama di daerah yang dinamakan arkus nyeri, yakni pada saat pasien melakukan abduksi lengan dengan sudut antara 50 dan 130 derajat. 3. Penumpukan cairan menyebabkan pembengkakan. 4. Pada tendinitis dengan kalsifikasi, endapan kalsium dalam tendon mengakibatkan kelemahan bagian proksimal dan bila terjadi erosi oleh kalsium pada bursa tendinea di dekatnya, keadaan ini akan menimbulkan bursitis disertai kalsifi kasi yang akut.
2.5 WOC LBP
3
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pada tendinitis, foto rontgen awalnya mungkin tampak normal tetapi kemudian memperlihatkan fragmen tulang , sklerosis osteofit, atau endapan kalsium. Artografi biasanya terlihat normal disertai iregularitas kecil-kecil pada permukaan sebelah bawah tendon. CT-scan dan MRI telah mengantikan peranan foto rontgen dan bahkan artografi sendi bahu sebagai alat diagnostic. MRI biasanya akan mengenali robekan,rupture parsial, inflamasi, ataupun tumor,tetapi tidak dapat menunjukkan iregularitas kecil-kecil pada selubung tendon itu sendiri.
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan
untuk
melakukan
rasa
nyeri
meliputi
tindakan
mengistirahatkan sendi ( dengan immobilisasi menggunakan sling, bidai atau gips), pemakaian obat-obat analgesic, kompres dingin atau panas, terapi ultrasonografi atau penyuntikan local kombinasi obat anastesi dengan kortikostiroid untuk meredakan inflamasi. Campuran kortikosteroid dengan obat anastesi, seperti lidokain, umumnya akan menghilangkan rasa nyeri dengan segera. Penyuntikan preparat kortikosteroid dengan pelepasan berkpanjangan, seperti triamsinolon atau prednisolon, akan menghasilkan peredaan nyeri untuk jangka waktu lama. Sampai pasien terbebas dari rasa nyeri dan dapat melakukan latihan RPS dengan mudah, penanganannya meliputi pula pemberian obat-obat antiinflamasi nonsteroid oral, seperti ibuprofen, naproksen, indometasin atau oksaprozin. Obat-obat analgetik jangka pendek adalah propoksifen, kodein, asetaminofen, yang mengandung kodein, dan kadang-kadang oksikodon. Penanganan tambahan meliputi pengeluaran cairan dengan tindakan aspirasi dan terapi pemanasan. Untuk tendinitis yang disertai kalsifikasi, tindakan seperti kompres dengan kantong es, fisioterapi, terapi ultrasonografi atau hidroterapi umumnya membantu mempertahankan rentang pergerakan sendi (RPS) atau mendapatkan kembali kisaran gerakan tersebut. Terapi ini mungkin harus ditunda sampai serangan akut sudah berlalu untuk menjamin kepatuhan pasien yang maksimal terhadap penanganannya. Kadang-kadang tendinitis dengan kalsifikasi memerlukan operasi untuk mengangkat endapan kalsium. Pengendalian jangka panjang terhadap bursitis dan tendinitis kronis memerlukan perubahan gaya hidup untuk mencegah iritasi sendi yang timbul kembali.
4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Kasus Tendinitis
Tn S berumur 25 tahun datang ke pukesmas dengan keluhan nyeri pada pergelangan kaki sebelah kanan. Tn S sebelumnya bermain bola tiba-tiba kaki kanan berbunyi “krek”, pasien terjatuh dan merasakan nyeri yang sangat hingga harus di gotong ke luar lapangan dan segera di larikan ke pukesmas terdekat. Di dapatkan pemeriksaan fisik TD: 120/90 mmHg RR: 28x/menit, nadi 105X/menit S: 38 C. Pada pergelangan kaki bagian belakang di dapatkan edema, nyeri bila di ͦ
tekan terasa panas dan terbakar skala nyerinya 7 dengan ekspresi wajah menahan nyeri menyeringi pasien hanya terbaring lemah di tempat tidur tidak dapat melakukkan aktivitas seperti semula, aktifitasnya di lakukkan di tempat tidur seperti membaca, makan dan minum, BAK ke kamar mandi di bantu dengan keluarganya. Pasien mengatakan istirahatnya tidak pernah cukup, pada malam hari sulit tidur karena menahan nyeri. Pasien terlihat ….. Dan pasien telihat Pada tes simuds tidak di dapatakan di plantar fleksi kaki, pada pemeriksaan radiologi px di sarankan menjalani operasi penyambungan kembali tendon yang terputus yaitu gastrocnemium, suleus dan otot plantaris
Pengkajian
1. Identitas: - Nama
: Tn S
- Usia
: 25 Th
- Jenis kelamin
: laki laki
- Agama
: islam
- Diagnsa medis :Tendinitis
2. Riwayat Kesehatan - Keluhan utama: Nyeri pada pergelangan kaki sebelah kanan. - Riwayat penyakit sekarang Tn S sebelumnya bermain bola tiba-tiba kaki kanannya berbunyi “krek”, Pada pergelangan kaki bagian belakang di dapatkan edema, nyeri bila di tekan terasa panas dan terbakar skala nyerinya 7 dengan ekspresi 5
wajah menahan nyeri menyeringi pasien hanya terbaring lemah di tempat tidur tidak dapat melakukkan aktivitas seperti semula, aktifitasnya di lakukkan di tempat tidur seperti membaca, makan dan minum, BAK ke kamar mandi di bantu dengan keluarganya - Riwayat penyakit dahulu Tidak ada - Riwayat penyakit keluarga Tidak ada
3. 1 Pemeriksaan Fisik
1. TTV: TD: 120/90 mmHg RR: 28x/menit N : 105x/menit S : 38 C ͦ
2. B1 (Breathing) RR 28x/menit Suara nafas: vasikuler pada seluruh lapang paru, wheezing(-), ronki(-)
3. B2 (Blood) TD: 120/90 mmHg N : 105x/menit Suara BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
4. B3 (Brain) KU: Lemah Kesadaran: Composmentis GCS: E=4 V=5 M=6
5. B4 (Bladder) Tidak ada keluhan Saat BAK tidak nyeri Produksi urine : ± 1500 ml Warna
: kekuningan
Bau
: biasa
6
6. B5 (abdomen) Tidak ada keluhan Eliminasi: tidak ada keluhan Nutrisi: tidak ada keluhan
7. B6 (Bone) Adanya edema di kaki belakang Nyeri bila ditekan terasa panas dan terbakar Teraba hangat pada pergelangan kaki ROM: Aktivitas di bantu dengan keluarganya Kekuatan otot
5
5
5
2
3. 2 Pemeriksaan Diagnostik
3. 3 Analisa Data No
1.
Data
Problem
Nyeri akut
Ds:
Klien
mengatakan
nyeri
Etiologi
Infeksi pada tendon
pada
pergelangan kaki
Do:
- Px
menahan/melindungi
area
nyeri P:
terjatuh saat bermain bola
terdengar bunyi “krek” Q: nyeri tekan terasa panas dan terbakar R: nyeri di pergelangan kaki kanan S: skala nyeri 7 T: nyeri saat di gerakkan
7
2.
Ds:
Px
mengatakan
beraktivitas
tidak
seperti
bisa
semula,
Hambatan
Penurunan
mobilitas fisik
kekuatan otot
px
hanya melakukan aktivitas kecil, membaca buku, makan dan miunum di
tempat
tidur
meminta
saat
BAK
bantuan
px
kepada
keluarganya
Do:
- Keterbatasan rentan gerak - Kekuatan
3.
5
5
5
2
Gangguan
Ds:
Pasien
mengatakan
istirahatnya
pola
Cidera otot
tidur
tidak pernah cukup, pada malam hari sulit tidur karena menahan nyeri
Do:
-
Tidur hanya 2 jam dalam sehari
-
3. 4 Diagnosa
1 Nyeri akut b.d infeksi pada tendon 2
Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3
Gangguan pola tidur b.d cedera otot
8
3. 5 Intervensi Diagnose
nyeri
Dx:
Intervensi
kronis 1 Kaji
berhubungan dengan idera
nyeri
secara 1. Mengkaji
komprehensif 2 Monitoring TTV
Tujuan: dalam 2x24 jam
3 Kolaborasi
nyeri pasien berkurang
dokter
Kriteia hasil:
analgesik
secara
2. Memantau TTV setiap 2 dengan
perlunya
4 Gunakan
nyeri
menyeluruh(PQST)
otot
-Pasien mampu mengontol
Implementasi
obat
jam sekali 3. Mengkonsultasikan kepada
komunikasi
untuk
pemberian analgesic
nyeri
terapeutik
-Merasakan rasa nyaman
mengetahui pengalaman
saling
dan nyeri berkurang
nyeri pasien
mengkaji nyeri pasien
-Skala nyeri 3
untuk
dokter
4. Membina
hubungan
percaya
untuk
5 Ajarkan dan jelaskan 5. Menjelaskan teknik
relaksasi
nonfarmakologi
kepada
pasien dan keluarganya tentang teknik relaksasi nyeri
Dx: hambatan mobilitas
1 Kaji nilai kekuatan otot
fisik
2 Kaji
b.d
penurunan
kekuatan otot
pasien
Tujuan: 3x24 jam pasien
mobilisasi
dapat
kemampuan
melakukan 3 Kolaborasi
aktivitasnya
secara
mandiri
fisioterapi rencana
dalam
-
4 Latih
Pasien
dapat
meningkatkan aktivitas
-
dokter
Pasien
mengerti
ultrasonografi
tujuan
dari
otot
mobilisasi
tentang
dilakukan pasien
ambulasi
pasien
dengan terapi
yang
3. berkolaborasi fisioterapi
ADLs secara mandiri
secara mandiri
mengkaji nilai kekuatan
dengan
pemenuhan kebutuhan
fisik 5 Kolaborasi
dan
2. mengamati kemampuan
sesuai kebutuhan Kriteria hasil:
1. menghitung
dengan pemberian
teknik ambulasi 4. megajarkan membiasakan untuk alat
dan pasien
menggunakan bantu
berjalan
secara mandiri 5. berkolaborasi
dengan
peningkatan
dokter perlunya terapi
mobilitas
ultrasonografi
9
3. 6 Evaluasi No. 1
Tanggal 3-04-2018
Implementasi
Catatan perkembangan
TTD
1. Mengkaji nyeri secara S: Pasien mengatakan nyeri TTD menyeluruh(PQST)
berkurang
2. Memantau TTV setiap
O: skala nyeri 2
2 jam sekali
Ekspresi wajah pasien tidak
3.Mengkonsultasikan
meringis lagi
kepada
A:
dokter
untuk
masalah
keperawatan
pemberian analgesic
belum teratasi
4.Membina
P: lanjutkan intervensi No 1,
saling
hubungan
percaya
untuk
3
mengkaji nyeri pasien 5.Menjelaskan
kepada
pasien dan keluarganya tentang teknik relaksasi nyeri 2.
3-04-2018
1.
menghitung
dan
S: pasien mengatakan ia
mengkaji nilai kekuatan
sudah
otot
melakukan
2. mengamati kemampuan
secara mandiri
mobilisasi yang dilakukan
O:
pasien
menggunakan
3. berkolaborasi dengan
dengan mandiri
fisioterapi
untuk
aktivitasnya
pasien
dapat kursi
roda
pemberian A: masalah teratasi
teknik ambulasi 4.
mampu
TTD
megajarkan
membiasakan
P: intervensi dihentikan
dan pasien
untuk menggunakan alat bantu
berjalan
secara
mandiri 5. berkolaborasi dengan dokter
perlunya
terapi
10
ultrasonografi
3
4-4- 2018
S:
TTD
O: A: P:
11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis
dan
Nanda
Nic-Noc,
Edisi
revisi
jilid .
Jogjakarta:Mediaction Jogja.
13