BAB I PENDAHULUAN
A. LAT LATAR BELA BELAKAN KANG G Ketika memempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang dalam waktu lama,
latihan kandung kemih atau bladder training harus di mulai dahulu untuk mengembangkan tonus kandung kemih dan dengan demikian mencegah rete nsi. Ketika kateter terpasang, kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi. Karena itu, pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia). Apabila hal ini terjadi dan kateter di lepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengeliminasi urinnya. Salah satu usaha untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan memberikan terapi bladder training. Bladder-retention training dilakukan dilakukan dengan tujuan meningkatkan ukuran fungsional kandung kemih dengan cara menyuruh menyuruh pasien dalam jumlah yang cukup cukup banyak, kemudian kemudian pasien diminta diminta menahan diri untuk berkemih selama selama mungkin (Pillitteri, (Pillitteri, !!!). !!!). "amun, sampai saat ini pengaruh bladder-retention training terhadap perubahan kemampuan belum dapat dijelaskan. #ujuan penyajian referat ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bladder training dan cara penanganannya. Pemahaman yang lebih baik akan membantu perawat dalam usaha menerapkan terapi bladder training ini. Perawat pada awalnya mengkaji pola berkemih klien, informasi ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu $ minggu atau lebih untuk di pelajari. %alaupun program dapat mulai di laksanakan di rumah sakit atau unit rhabilitasi. Program tersebut mungkin perlu di lanjutkan di suatu fasilitas perawatan yang luas atau di rumah. B. RUMU RUMUSA SAN N MAS MASAL ALAH AH . Apak Apakah ah peng penger ertia tian n dar darii Bladder Training Training & $. 'agaim 'agaimana ananka nkah h fisiolo fisiologi gi elimin eliminasi asi urine urine & . Apakah Apakah faktorfakto faktorfaktorr yang yang mempengaruh mempengaruhii urinasi urinasi&& *. Apakah Apakah halhal halhal yang yang perlu di perhatikan perhatikan pada bladder bladder training training&& +. Apa Apa saja saja fung fungsi situ tujua juan n dari dari Bladder Bladder Training Training & -. Apa sajakah sajakah halhal halhal yang yang perlu di perhatikan perhatikan sebelum sebelum tindak tindakan an bladder bladder training training & . Apaka Apakah h indik indikasi asi blad bladder der trainin training& g& /. Apa sajakah sajakah persiapa persiapan n alat yang yang di gunaka gunakan n dalam bladder bladder training& training& !. 'agaim 'agaimana ana prosed prosedur ur kerja kerja dari dari Bladder Training Training & C. TUJUAN
1
0ntuk mengetahui apa saja halhal yang berkaitan dengan Bladder Training, 'aik itu pengertian, fungsitujuan, dan langkahlangkah kerja dari masingmasing hal tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BLADDER TRAINING 'ladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran urin. Agar bladder training 2
ini berhasil, klien harus menyadari dan secara fisik mampu mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi penyuluhan, upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. 1ungsi kandung kemih sementara mungkin terganggu setelah suatu periode kateterisasi. (Potter 2 perry. $33+) 'ladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologis. (Potter 2 perry. $33+) B. FISIOLOGI ELIMINASI URINE 4liminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
5injal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urine. 0reter mentranspor urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine keluar dari tubuh melalui uretra. Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil di keluarkan dengan baik. (Potter 2 perry. $33+) C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI URINASI 'anyak faktor yang mempengaruhi 6olume dan kualitas urine serta kemampuan
klienuntuk berkemih. 'eberapa perubahan dapat bersifat akut dan kembali pulire6ersible (mis, infeksi saluran kemih) sementara perubahan yang lain dapat bersifat kronis dan tidak dapat kembali pulihirre6ersible ( mis, terbentuknya gangguan fungsi ginjal secara progresif dan lambat). Proses penyakit yang utama mempengaruhi fungsi ginjal ( meyebabkan perubahan 6olume atau kualitas urine). Pada awalnya secara umum di kategorikan sebagai parenalis, renalis, atau pascarenalis. Perubahan prarenalis dalam eliminasi urine akan menurunkan aliran darah yang bersirkulasi dan melalui ginjal yang selanjutnya akan menyebabkan penurunan perfusi jaringan ginjal. 7engan kata lain, perubahanperubahan tersebut terjadi du luar sistem perkemihan. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan oliguria (berkurangnya kemampuan untuk membentuk urine) atau yang lebnih jarang terjadi, anuria ( ketidakmampuan untuk memproduksi urine). Perubahan renalis diakibatkan faktorfaktor yang menyebabkan cedera langsung pada glomerulus atau tubulus renalis sehingga menggangu fungsi normal filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi pada glomerulus atau tubulus renalis tersebut. Perubahan pasca renalis terjadi adanya obstruksi pada sistem pengumpul urine di seyiap tempat kaliks ginjal (struktur drainase yang berada dalam ginjal) ke meatus uretra. 0rine di bentuk oleh sistem perkemihan tetapi tidak dapat di eliminasi oleh caracara yang normal. Selain perubahan karena penyakit, faktorfaktor lain juga harus di pertimbangkan jika klien mengalami gejalagejala yang terkait dengan eliminasi urine. 8asalah yang 3
berhubungan dengan kerja perkemihan dapat merupakan akibat dari adanya masalah pada fisik, fungsu, dan kognitif sehingga menyebabkan inkontinensia urine, retensi dan infeksi. (Potter 2 perry. $33+) D. TUJUAN BLADER TRAINING
#ujuan dari bladder training antara lain 9 . untuk melatih kandung kemihyang adekuat tanpa terjadinya refluks 6esioko uretral. $. mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih . dengan latihan kandung kemih ini juga untuk mencegah distensi yang berlebihan, untuk mengembangkan refleks urinasi yang spontan dan efektif. *. dapat mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas, mempertahankan urin tanpa terbentuknya batu
E. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIAKN DALAM BLADDER TRAINING Perawat pada awalnya mengkaji pola berkemih klien. Apabila klien menderita :SK
yang mendasari gangguan pola berkemih, :SK tersebut harus diobati pada waktu yang sama. :nfo ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu $ minggu atau lebih untuk dipelajari. #indakan berikut dapat membantu pasien yang menderita inkontinensia untuk memperoleh kembali kontrol berkemihnya dan merupakan bagian dari perawatan rehabilitatif serta restorasi. . 8empelajari latihan untuk menguatkan dasar panggul $. 8emulai jadwal berkemih pada setiap $ jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur, dan setiap * jam pada malam hari . 8enggunakan metode untuk mengawali berkemih. ( misalnya, air mengalir dan menepuk paha bagian dalam). *. 8enggunakan metode untuk relaks guna membantu pengososngan kndung kemih secara total ( misalnya, membaca dan menarik nafas dalam ) +. ;angan pernah mengabaikan keinginan untuk berkemih ( hanya jika masalah klien melibatkan pengeluaran urine yang jarang sehingga dapat mengakibatkan retensi ) -. 8engonsumsi cairan sekitar 3 menit sebelum jadwal waktu berkemih. .
F. INDIKASI =atihan ini diperuntukkan bagi 9 . >rang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan $. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin. . >rang dengan pemasangan kateter yang relati6e lama.
Ketika kateter terpasang, kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi. Karena itu, pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia). Apabila hal ini terjadi dan kateter di lepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengeliminasi urinnya. *. Klien dengan inkontinensia urin :nkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keonginan. ;ika inkontinensia urin terjadi akibat kelainan inflamasi, mungkin sifatnya hanya sementara . namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius, kemungkinan besar sifatnya akan permanen. :nkontinensia ini memiliki beberapa tipe inkontinensia, anatara lain urge inkn!inen"i# yang merupakan terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan
untuk urinasi tetapi tidak mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet, $er%& inkn!inen'e merupakan hal yang di tandai oleh eliminasi urin yang sering dan
kadangkadang terjadi hampir terus menerus dari kandung kemih. dan inkn!inen"i# (ung"in#% yang merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah
yang utuh tetapi ada faktor lain seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi. +. Klien dengan perubahan pola urinasi 9 kandung kemih neurogenik. 8erupakan gangguan kandung kemih yang terjadi akibat lesi pada sistem saraf. Keadaan ini disebabkan oleh cedera atau tumor medula spinalis. Ada dua tipe kandung kemih neurogenik, yaitu k#n)ung ke*i+ ",#"!ik #!#u +i,er!nik akibat statis urin dan kateterisasi yang di lakukan kemudian. Keadaan ini di tandai oleh pengeluaran urin bersifat otomatik, reflektoris atau tidak terkontrol dari kandung kemih dengan pengosongan yang tidak tuntas tipe yang kedua yaitu k#n)ung ke*i+ (%#"i) di sertai gangguan daya sensibilitas untuk merasakan kandung kemih yang penuh sehingga terjadi pengisian yang berlebihan serta distensi kandung kemih. ('runner 2 suddarth, dkk. $33) G. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN SEBELUM DI LAKUKAN TINDAKAN BLADDER TRAINING. 5
. Periksa kandung kemih. bagaimana keadaannya, keras atau tidak Kandungan urinnya bagaimana $. Sudah ada atau belum rasa ingin mengeluarkan urin yang di alami pasien H. PERSIAPAN ALAT . ;am $. Air minum dalam tempatnya . >bat deuritik jika diperlukan, dan gunting klem.
I. PROSEDUR PELAKSANAAN Un!uk ,#"ien #ng !er,#"#ng k#!e!er . Pasien minum cairan dengan jumlah yang sudah di ukur dari pukul /.33 hingga $3.33
untuk menghindari distensi yang berlebihan, tidak boleh ada cairan yang di minum (kecuali untuk membasahi bibir) sesudah pukul $$.33. $. Sebelum kateterisasi di hentikan, kateter urin secara bergantian di jepit dengan klem dan di lepas jepitannya ketika melakukan latihan kandung kemih. . Setiap $ jam sekali, kateter di klem selama $3 menit. #indakan ini memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot detrusor berkontraksi. *. Kemudian Pada suatu waktu yang di tentukan di lepaskan dan pasien mencoba buang air kecil dengan cara menekan kandung kemih, melakukan perkusi abdomen atau meregangkan sfingter ani dengan jari tangan untuk memicu kandung kemih. +. Segera sesudah mencoba urinasi, kateterisasi (di lepas klem) di lakukan untuk menentukan jumlah urin sisa. -. ?olume urin yang di eliminasi dan di peroleh melalui kateterisasi di ukur. . Kandung kemih di palpasi beberapa kali untuk menentukan apakah terjadi distensi kanding kemih. /. Pasien tanpa sensasi yang la@im di anjurkan untuk mewaspadai setiap tanda yang menunjukkan penuhnya kandung kemih, seperti perspirasi, kaki atau tangan yang dingin dan perasaan cemas. !. :nter6al antar kateterisasi di perpanjang dan program latihan di laksanakan lebih lanjut dengan berkurangnya 6olume urin sisa. Kateterisasi biasanya di hentikan setelah 6olume urin sisa mencapai tingkatan yang akseptabel. Un!uk ,#"ien #ng !i)#k !er,#"#ng k#!e!er
. 'eritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap $ jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan * jam sekali pada malam hari. $. 'erikan klien minum yang banyak sekitar 3 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih . 'eritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya tidak dapat ditahan. 6
*. Klien disuruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu
yang telah
ditentukan $ jam sekali +. 3 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul. #. L#!i+#n ) intruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul $) 8inta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya kembali ) Praktikkan setiap kali berkemih /. L#!i+#n 0 ) minta klien untuk mengambil posisi duduk atau berdiri. $) :nstruksikan klien mengencangkan otot otot disekitar anus. '. L#!i+#n 1 ) 8inta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat. $) Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan. ) 0langi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur selama tiga bulan. ). L#!i+#n 2 ) Apabila memungkinkan anjurkan Sit0p yang dimodifikasi (lutut ditekuk) kepada klien. e. E$#%u#"i ). Klien dapat menahan berkemih dalam - kali per hari atau * jam sekali. $. Klien merasa senang dengan prosedur. -. 'ila tindakan point + seperti tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan 9 a. 8aka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam b. 8enggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam. c. 8engindari minuman yang mengandung cafein d. 8inum obat deuritik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan deuritik .
Sikap a. ;aga pri6asi klien b. =akukan prosedur dengan teliti. c. Pemberian umpan balik positif 8emberikan penghargaan atas apa yang telah dilakukannya, memberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan program bladder training.
BAB III PENUTUP
7
A. KESIMPULAN
;adi bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik. #eknik ini dapat dilakukan oleh klien atau pasien yang susah buang air kecil ('AK) sehingga pasien mudah untuk eliminasi sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien. #eknik ini dapat juga dijadikan sebagai solusi penumpukan penyakit yang ada di kandung kemih. B. SARAN 7engan ditulisnya makalah ini diharapkan agar penulis serta pembaca dapat lebih
memahami dan mengerti mengenai 'ladder training tersebut guna lebih mematangkan pengetahuan dalam terjun langsung ke dalam dunia medis.
8
DAFTAR PUSTAKA
'runner 2 suddarth, dkk. $33. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.;akarta945 Potter 2 perry. $33+. Buku ajar Fundamental Keperawatankonsep, proses dan praktik volume 2.;akarta 9 45
9
CHECKLIST BLADDER TRAINING
"ama 9 BBBBBBBBBBBBBB ":8 9 BBBBBBBBBBBBB NILAI 3 0
ASPEK YANG DINILAI DEFINISI 4
'ladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran urin. Agar bladder training ini berhasil, klien harus menyadari dan secara fisik mampu mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi penyuluhan, upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. 1ungsi kandung
kemih
sementara
mungkin
terganggu
setelah
suatu
periode
kateterisasi. TUJUAN 4
. 0ntuk melatih kandung kemihyang adekuat tanpa terjadinya refluks 6esioko uretral. $. 8engembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih . 7engan latihan kandung kemih ini juga untuk mencegah distensi yang berlebihan, untuk mengembangkan refleks urinasi yang spontan dan efektif. *. 7apat mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas, mempertahankan urin tanpa terbentuknya batu.
INDIKASI 4
=atihan ini diperuntukkan bagi 9 . >rang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan. $. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin. . >rang dengan pemasangan kateter yang relati6e lama. *. Klien dengan inkontinentia urin 5. Klien dengan perubahan pola urinasi 9 kandung kemih neurgenik
10
PELAKSANAAN T#+#, ,re in!er#k"i #. Per"i#,#n ,#"ien . 8engucapkan salam terapeutik $. 8emperkenalkan diri . 8enjelaskan pada klien dan keliarga klien tentang prosedur dan
*. +. -. . /.
tujuan tindakan yang akan di lakukan. Penjelasan yang di sampaikan di mengerti klienkeluarga. Selama komunikasi di gunakan bahasa yang jelas, sistematis. Klienkeluarga di beri kesempatan bertanya untuk klarifikasi Pri6asi klien selama tindakan di hargai 8emperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan !. 8embuat kontrak waktu /. Per"i#,#n #%#! )#n /#+#n . ;am $. Air minum dalam tempatnya . >bat deuritik jika diperlukan '. Per"i#,#n %ingkung#n Sampiran T#+#, rien!#"i
. 8emberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi $. 8emperkenalkan nama perawat . ;elaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga *. 8enjelaskan tentang kerahasiaan T#+#, Ker6# Un!uk ,#"ien #ng !er,#"#ng k#!e!er
. Pasien minum cairan dengan jumlah yang sudah di ukur dari pukul /.33 hingga $3.33Cuntuk menghindari distensi yang berlebihan, tidak boleh ada cairan yang di munum (kecuali untuk membasahi bibir) sesudah pukul $$.33. $. Sebelum kateterisasi di hentikan, kateter urin secara bergantian di jepit dengan klem dan di lepas jepitannya ketika melakukan latihan kandung kemih. . Setiap $ jam sekali, kateter di klem selama $3 menit. #indakan ini memungkinkan
kandung
kemih
terisi
urin
dan
otot
detrusor
berkontraksi. *. Kemudian Pada suatu waktu yang di tentukan di lepaskan dan pasien mencoba buang air kecil dengan cara menekan kandung kemih, melakukan perkusi abdomen atau meregangkan sfingter ani dengan jari 11
tangan untuk memicu kandung kemih. +. Segera sesudah mencoba urinasi, kateterisasi (di lepas klem) di lakukan untuk menentukan jumlah urin sisa. -. ?olume urin yang di eliminasi dan di peroleh melalui kateterisasi di ukur. . Kandung kemih di palpasi beberapa kali untuk menentukan apakah terjadi distensi kanding kemih. /. Pasien tanpa sensasi yang la@im di anjurkan untuk mewaspadai setiap tanda yang menunjukkan penuhnya kandung kemih, seperti perspirasi, kaki atau tangan yang dingin dan perasaan cemas. !. :nter6al antar kateterisasi di perpanjang dan program latihan di laksanakan lebih lanjut dengan berkurangnya 6olume urin sisa. Kateterisasi biasanya di hentikan setelah 6olume urin sisa mencapai tingkatan yang akseptabel.
Un!uk ,#"ien #ng !i)#k !er,#"#ng k#!e!er
. 'eritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap $ jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan * jam sekali pada malam hari. $. 'erikan klien minum yang banyak sekitar 3 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih . 'eritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya tidak dapat ditahan. *. Klien disuruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan $ jam sekali +. 3 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul. #. L#!i+#n ) intruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul $) 8inta klien berupaya menghentikan aliran urine selama
berkemih kemudian memulainya kembali ) Praktikkan setiap kali berkemih /. L#!i+#n 0 ) minta klien untuk mengambil posisi duduk atau berdiri. $) :nstruksikan klien mengencangkan otot otot disekitar anus. '. L#!i+#n 1 ) 8inta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai 12
hitungan ke empat. $) Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan. ) 0langi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur selama tiga bulan. ). L#!i+#n 2 ) Apabila memungkinkan anjurkan Sit0p yang dimodifikasi (lutut ditekuk) kepada klien. e. E$#%u#"i ) Klien dapat menahan berkemih dalam - kali per hari atau *
-.
jam sekali. $) Klien merasa senang dengan prosedur. 'ila tindakan point + seperti tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan 9 a. 8aka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam b. 8enggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam. c. 8engindari minuman yang mengandung cafein d. 8inum obat deuritik yang telah diprogramkan atau cairan untuk
.
meningkatkan deuritik Sikap a. ;aga pri6asi klien b. =akukan prosedur dengan teliti. c. Pemberian umpan balik positif 8emberikan penghargaan atas apa yang telah dilakukannya, memberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan program bladder training.
T#+#, !er*in#"i
. 8enyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan $. 8elakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya . 'erikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien T#+#, E$#%u#"i 8enanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan . T#+#, )ku*en!#"i atat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan Keterangan 9 3 D tidak dikerjakan 13
D di kerjakan tapi tidak lengkap tidak sempurna $D dikerjakan dengan sempurna
14