I.
Latar Belakang
Kabupaten Kubu R aya aya merupakan salah satu kabupaten yang ada di 2
Kalimantan Barat dengan luas wilayah 6.985,24 k m .
Kabupaten Kubu R aya aya
meliputi Keca matan Batu Am par , Keca matan Terentang, Keca matan Kubu, Kecamatan Teluk Pakedai, Keca matan Sungai Kakap, Keca matan R asau Jaya, Kecamatan Sungai Am bawang, Keca matan Kuala Mandor , dan Keca matan aya. Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya aya sesuai dengan usianya yang masih muda perlu diper siapkan infrastruktur yang memadai baik itu sarana trans portasi jalan, penerangan listrik , telekomunika si dan air ber sih.
Salah satu kebi j jakan
pemerintah saat ini yang mengacu kepada pen jabaran Undang- Undang No. 7/2004 tentang Sum ber Daya Air , bahwa pemanfaatan air baku air baku diusahakan didekatkan dengan unit-unit pengguna pengguna, artinya kebi j jakan yang dibuat dewasa ini mengarah kepada
masyarakat di keca matan-keca matan, dimana diharapkan disetiap
keca matan yang ada dapat memanfaatkan sum ber-sum ber air bakunya men jadi
jakan lain yaitu unit-unit pelayanan unit-unit pelayanan yang dapat melayani masyarakat sekitar . Kebi j PP No. 16/2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang menga manatkan pada tahun 2008 air produk produk si PDAM harus siap minum. aya belum merata dimana keca matan Penyebaran penduduk di Kubu R aya aya dengan memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu Keca matan Sungai R aya kepadatan penduduk s ebesar 223 jiwa/k m2 dan la ju pertum buhan tertinggi yaitu aya, 2008). 1,52 % (BPS Kabupaten Kubu R aya 2008). Tingginya pertum buhan penduduk ini dilatarbelakangi oleh bahwa Keca matan Sungai R aya aya merupakan ibukota Kabupaten Kubu R aya aya dengan sendirinya berim plikasi perkem bangan di Kecamatan ini cukup pesat karena disam ping sebagai pusat pemerintahan juga aya sebagai pusat ekonomi disa m ping itu juga wilayah keca matan Sungai R aya berbatasan langsung dengan kota Pontianak .
La ju pertum buhan penduduk yang tinggi di Keca matan Sungai R aya aya akan berdam pak pada pak pada kebutuhan air ber ber sihnya. Menurut penga enurut pengamatan penuli atan penulis yang juga berdomisili di daerah ini, pelayanan air ber air ber sih di Keca matan Sungai R aya aya masih 1
belum m emuaskan. Kualitas air yang diha silkan belum s esuai standar baku tandar baku mutu air minum dan kapasitas pengolahannya belum bisa melayani masyarakat secara keseluruhan yaitu sekitar 13,18 % s ehingga sering kali ter jadi complain dan prote dan protes ber sih (PDAM Kubu R aya aya). masyarakat terhadap air ber
Berda sarkan
Undang- Undang
Nomor
35
Tahun
2007
tentang
aya di Propinsi Kalimantan Barat, maka Pem bentukan Kabupaten Kubu R aya kabupaten ter sebut harus dapat mendorong peningkatan peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pem bangunan, kemasyarakatan, serta mem berikan kes em patan untuk memanfaatkan dan mengem bangkan poten bangkan potensi daerah. ber s ih Dala m upaya mendukung progra m pemenuhan kebutuhan air ber ua pihak dan juga instansi teknis terkait masyarakat ini diperlukan keterlibatan semua pihak
serta pihak akademisi, maka penulis melakukan suatu ka jian mengenai pengem bangan fasilita s penyediaan air ber sih bagi penduduk di Keca matan aya dengan mem buat suatu predik si mengenai la ju kebutuhan air Sungai R aya penduduk , mem perkirakan besarnya jumlah kebutuhan air yang akan diolah dan
jenis Instalasi Pengolahan Air Ber sih, serta menganalisa jenis intake yang akan digunakan untuk mendapatkan air baku baku.
II.
Perumusan Permasalahan Permasal ahan
Seiring dengan la ju pertum buhan dan perkem bangan Kabupaten Kubu aya dan sesuai dengan visi misi Kabupaten Kubu R aya aya yaitu ter wu judnya R aya Kabupaten Kubu R aya aya yang terdepan, ma ju dan se jahtera maka dipandang perlu untuk menyem purnakan sarana dan prasarana dasar yang yang ada di kabupaten Kubu R aya aya. Salah satu prasarana dasar yang sangat uta ma dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi adalah air ber sih, akibatnya siste m pengolahan air ber sih yang lama perlu disem purnakan sehingga
dapat
meningkatkan kepuasan masyarakat akan air yang dihasilkan. aya Sum ber air baku yang dapat dimanfaatkan di Kecamatan Sungai R aya yaitu air Sungai Kapuas. Untuk mengalirkan air baku air baku ter sebut dengan kualitas yang baik , j umlah yang cukup dan berkelan jutan dibutuhkan Instalasi Pengolahan 2
belum m emuaskan. Kualitas air yang diha silkan belum s esuai standar baku tandar baku mutu air minum dan kapasitas pengolahannya belum bisa melayani masyarakat secara keseluruhan yaitu sekitar 13,18 % s ehingga sering kali ter jadi complain dan prote dan protes ber sih (PDAM Kubu R aya aya). masyarakat terhadap air ber
Berda sarkan
Undang- Undang
Nomor
35
Tahun
2007
tentang
aya di Propinsi Kalimantan Barat, maka Pem bentukan Kabupaten Kubu R aya kabupaten ter sebut harus dapat mendorong peningkatan peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pem bangunan, kemasyarakatan, serta mem berikan kes em patan untuk memanfaatkan dan mengem bangkan poten bangkan potensi daerah. ber s ih Dala m upaya mendukung progra m pemenuhan kebutuhan air ber ua pihak dan juga instansi teknis terkait masyarakat ini diperlukan keterlibatan semua pihak
serta pihak akademisi, maka penulis melakukan suatu ka jian mengenai pengem bangan fasilita s penyediaan air ber sih bagi penduduk di Keca matan aya dengan mem buat suatu predik si mengenai la ju kebutuhan air Sungai R aya penduduk , mem perkirakan besarnya jumlah kebutuhan air yang akan diolah dan
jenis Instalasi Pengolahan Air Ber sih, serta menganalisa jenis intake yang akan digunakan untuk mendapatkan air baku baku.
II.
Perumusan Permasalahan Permasal ahan
Seiring dengan la ju pertum buhan dan perkem bangan Kabupaten Kubu aya dan sesuai dengan visi misi Kabupaten Kubu R aya aya yaitu ter wu judnya R aya Kabupaten Kubu R aya aya yang terdepan, ma ju dan se jahtera maka dipandang perlu untuk menyem purnakan sarana dan prasarana dasar yang yang ada di kabupaten Kubu R aya aya. Salah satu prasarana dasar yang sangat uta ma dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi adalah air ber sih, akibatnya siste m pengolahan air ber sih yang lama perlu disem purnakan sehingga
dapat
meningkatkan kepuasan masyarakat akan air yang dihasilkan. aya Sum ber air baku yang dapat dimanfaatkan di Kecamatan Sungai R aya yaitu air Sungai Kapuas. Untuk mengalirkan air baku air baku ter sebut dengan kualitas yang baik , j umlah yang cukup dan berkelan jutan dibutuhkan Instalasi Pengolahan 2
Air Ber sih yang memadai. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu ka jian terhadap sistem penyediaan air ber sih dengan merencanakan bangunan intake dan Instalasi Pengolahan Air Minum agar ma m pu memenuhi kebutuhan penduduk Keca matan Sungai R aya aya dengan kualitas air yang memenuhi standar baku mutu air minum. Dimana ka jian berupa perencanaan teknis yang
menggunakan data sekunder .
III.
Tujuan Perencanaan Perenc anaan
Adapun tu juan perencanaan adalah mem buat rancangan intake, IPA dan reser voir agar dapat mengalirkan sum ber air baku Sungai Kapuas dan
mengolahnya sehingga mengha silkan air ber sih yang memenuhi standar baku mutu air minum dan dapat memenuhi kebutuhan air ber sih warga Keca matan aya Kabupaten Kubu R aya aya. Sungai R aya
IV.
Pembatasan Pembatas an Masalah
Perencanaan ini dibata si pada : ancangan Desain I ntake ntake 1. R ancangan ancangan Sistem Transmisi 2. R ancangan
3. R ancangan ancangan Instalasi Pengolahan Air (tidak ter tidak ter masuk rancangan uk rancangan sipilnya) ancangan R es er voir 4. R ancangan
5. Data yang digunakan adalah data s ekunder perencanaan 25 tahun 6. Umur perencanaan air ber sih di Kecamatan Sungai 7. Perencanaan untuk memenuhi kebutuhan air ber aya. R aya
V.
Tinjauan Pustaka
5.1
Umum
Pengertian
air
ber sih
menurut
Per menkes
RI
No
416/M enkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum s etelah dimasak . Sedangkan pengertian air minum menurut 3
Kepmenkes RI No 907/MENK ES/SK /VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pros es pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
( bakteriologis, kimia wi, radioaktif , dan fisik ) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang digunakan sebagai sum ber / bahan baku dalam penyediaan air ber sih. Sum ber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air ber sih yaitu air hu jan, air per mukaan (air sungai, airdanau /rawa), air tanah (air tanah dangkal, airtanah dala m, mata air ). Kebutuhan air ber sih bagi manusia semakin meningkat sesuai dengan tingkat kehidupan manusia. Penyediaan air ber sih yang cukup dapat men ja min terpeliharanya kes ehatan masyarakat teruta ma pencegahan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air seperti : Cholera, T ypus dan Dysentri. Meskipun harus kita akui bahwa penyediaan air yang ada s ekarang ini belum s eluruhnya men jangkau kebutuhan masyarakat s ecara merata.
5.2
Kualitas Air
Dala m usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pelayanan air ber sih bagi penduduk maka diperlukan sum ber air baku dengan kualitas yang memadai dan kuantitasnya cukup untuk dapat diolah sebagai air ber sih.
Standar kualitas air ber sih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Per menkes
RI
No.416/Menkes/P er /IX/1990
tentang
Syarat± Syarat
dan
Penga wasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air , sedangkan standar kualitas air
minum menggunakan Kepmenkes RI No.907/MENK ES/SK /VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Penga wasan Kualitas Air Minum. Jenis air berdasarkan penyam paiannya dan pendistribusiannya menurut Menteri Kes ehatan R epublik Indonesia, meliputi : a. Air yang didistribusikan melalui pipa b. Air yang didistribusikan melalui tangki air c. Air dala m kemasan
4
d. Air yang digunakan untuk produk si bahan makanan dan minuman yang disa jikan kepada masyarakat.
Air-air ter sebut harus memenuhi per syaratan kesehatan untuk air ber sih dan air minum. Kualitas air ini harus memenuhi per syaratan kes ehatan s esuai dengan kriteria kelas satu menurut Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001. Berdasarkan PP N o. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air , klasifikasi mutu air ditetapkan men jadi 4 kelas:
1. Kelas Satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan peruntukan lain yang mem per syaratkan mutu air yang sa ma dengan kegunaan ter sebut.
2. Kelas Dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana dan prasarana rekrea si air , pem budidayaan ikan air tawar , peternakan air , untuk
mengairi
pertana man,
dan
atau
peruntukan
lain
yang
mem per syaratkan mutu air yang sa ma untuk kegunaan ter sebut. 3. Kelas
Tiga,
air
yang
peruntukannya
dapat
digunakan
untuk
pem budidayaan ikan air tawar , peternakan, air untuk mengairi pertanaman , dan atau peruntukan lain yang mem per syaratkan mutu air yang sa ma dengan kegunaan ter sebut.
4. Kelas Empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertana man dan atau peruntukan lain yang mem per syaratkan mutu air yang sa ma dengan kegunaan ter sebut. Kualitas air yang akan digunakan untuk air baku Keca matan Sungai R aya ini harus sesuai dengan kelas satu menurut klasifika si di atas. kualitatif mengga m barkan mutu/kualitas dari air ber sih.
Per syaratan
Air yang sehat harus
memenuhi standar air minum yang ditetapkan oleh salah satu departemen yang berkepentingan
dengan
masalah kes ehatan yaitu standar Kepmenkes RI
No.907/MEN K ES/SK /VII/2002.
Para meter-parameter yang digunakan sebagai
standar kualitas air menurut Tri joko, 2010 antara lain : 1. Para meter Fisik 5
Air ber sih/minum s ecara fisik harus jernih, tidak ber warna, tidak berbau dan tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah suhu. a. Bau
Bau disebabkan oleh adanya senya wa lain yang terkandung dalam air seperti gas H2S, NH3, senya wa fenol, klorofenol dan lain-lain. b. Kekeruhan Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan T otal Suspended Solid baik yang ber sifat organik maupun anorganik . Kekeruhan dala m air
minum/air ber sih tidak boleh lebih dari 5 NTU. c. R asa
Syarat air ber sih/minum adalah air ter sebut tidak boleh berasa. Air yang berasa dapat menun jukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
mem bahayakan kes ehatan. d. Suhu
Suhu air sebaiknya sa ma dengan suhu udara (25°C), dengan batas toleransi yang diperbolehkan yaitu 25°C ± 3°C. e. Warna
Air minum s ebaiknya tidak ber warna, bening dan jernih untuk alas an estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia
maupun organisme yang ber warna. 2. Para meter Kimia Air ber sih/minum tidak boleh mengandung bahan ±bahan kimia dala m jumlah tertentu yang melam paui batas.
Bahan kimia yang dimak sud
ter sebut adalah bahan kimia yang mem punyai pengaruh langsung pada kes ehatan. Beberapa per syaratan kimia ter sebut antara lain : a. pH pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan mem percepat ter jadinya korosi pada pipa distribusi air ber sih/
minum. b. Zat padat total (T otal Solid ) 6
Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105 °C. c. Zat Organik sebagai K MnO4
Zat organik dalam air berasal dari ala m (tum buh-tum buhan, alkohol , sellulosa, gula dan pati), sintesa ( proses-proses produk si) dan fer mentasi.
Zat
organik yang berlebihan
dala m
air akan
mengakibatkan ti m bulnya bau tidak sedap. d. CO2 agresif
CO2 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan hasil dekom posis i zat organik . CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam distribusi air ber sih. e. Kesadahan Total (Total Hardness) Kesadahan adalah sifat air yang dis ebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) loga m valensi, misalnya Mg2+, Ca2+, Fe2+, dan Mn+. Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion2+
ion Mg f .
2+
dan Ca
s ecara ber sa ma-sa ma.
Besi Keberadaan besi dalam air ber sifat terlarut, menyebabkan air men jadi
merah kekuning-kuningan, menim bulkan bau amis dan mem bentuk lapisan seperti minyak .
Besi merupakan loga m yang mengha m bat
proses desinfek si. g. Mangan
Mangan dala m air ber sifat terlarut, biasanya mem bentuk MnO2. Adanya mangan yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada benda benda putih oleh deposit MnO2, menim bulkan rasa dan menyebabkan
warna (ungu/hita m) pada air minum, serta ber sifat tok sik . h. Tem baga (Cu)
Pada kadar yang lebih besar dari 1 m g/L akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat menyebabkan ge jala gin jal, muntaber ,
7
pusing, lemah dan dapat menim bulkan kerusakan pada hati. Dala m dosis rendah menim bulkan rasa kesat, warna dan korosi pada pipa. i.
Seng (Zn) Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3 mg/L dala m air minum menyebabkan rasa kesat/ pahit dan bila dimasak tim bul endapan seperti pasir dan menyebabkan muntaber .
j.
Klorida Klorida mem punyai tingkat tok sisitas yang tergantung pada gugus
senya wanya.
Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dala m
penyediaan air minum.
Kadar klor yang melebihi 250 mg/L akan
menyebabkan rasa asin dan korosif pada loga m. k . Nitrit Kelemahan nitrit dapat menyebabkan metha moglobinemia teruta ma pada bayi yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit. l.
Flourida (F) Kadar F < 2 mg/L menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaliknya bila terlalu banyak juga akan menyebabkan gigi ber warna kecoklatan.
m. Logam-loga m berat (P b, As, S e, Cd, Hg, CN) Adanya loga m-loga m berat dala m air akan menyebabkan gangguan pada jaringan syaraf , pencemaran, m etabolism ok s igen dan kank
3. Para meter Biologi Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman pathogen dan parasit seperti kuman-kuman thypus, kolera, dys entri, dan gastroenteritis. Untuk menegtahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E.Coli yang merupakan bakteri indicator pencemar air . Para meter ini terdapat pada air yang tercemar oleh tin ja
manusia dan dapat menyebabkan gangguan pada manusia berupa penyakit perut
(diare)
karena
mengandung bakteri
penghilangannya dilakukan dengan desinfek si. 8
pathogen.
Proses
5.3
Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air ber sih suatu wilayah akan tergantung pada beberapa faktor yang mem pengaruhi dala m wilayah ter sebut. Faktor ter s ebut antara lain, taraf hidup masyarakat, kebiasaan sehari-hari dan kemudahan mendapatkan air . Kebutuhan air untuk air ber sih meliputi, kebutuhan air domestik dan non domestik . Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang dialokasikan untuk kebutuhan ru mah tangga dan kran umum.
Kebutuhan non domestik adalah
kebutuhan yang dialokasikan untuk kebutuhan sosial maupun kebutuhan komer sil, diantaranya : -
Industri
-
Sarana peribadatan
-
Sarana pendidikan
-
Sarana kesehatan
-
Sarana perdagangan
-
Sarana perkantoran
-
Pelayanan jasa umum dan lain-lain.
Besarnya kebutuhan air yang dipakai dala m perencanaan dihitung berdasarkan standar Direktorat Air Ber sih s ebagai mana yang dikutip oleh Eka
Susanti,2006 s esuai dengan kategori kota sebagai berikut.
9
Tabel 5.1 Kriteria Perencanaan Kebutuhan Domestik
100.000-500.00 jiwa (Kota Sedang)
<100.000 jiwa (Kota Kecil)
2
Konsumsi unit SR, L/org/hari Konsumsi unit HU, L/org/hari
100 - 200 30 - 40
60-100 30
3
Konsumsi unit non domestik
-
-
4 5 6
Kehilangan air (%) Faktor max - day Faktor peak - hour
20 1,15 - 1,25 1,75
20 1,15-1,25 1,75
7 8
Jumlah jiwa/SR Jumlah jiwa/HU
6- 7 100-200
6- 7 100-200
9 10
Volume Reservoir (% max - day) SR : HU
20 90 : 10
20 90 : 10
No. 1
Uraian
Tabel 5.2 Kriteria Kebutuhan Air Non Domestik No.
Satuan
Kebutuhan
2 3
Kesehatan Perkantoran Pendidikan
L/hari/TT L/hari/pegawai L/hari/murid
300 15 5
4
Penginapan
L/hari/TT
150
5
Pasar
m3/hari/pasar
1
6
Komersil/perdagangan Peribadatan
m3/hari/bangunan L/hari/bangunan
0,5-0,7 100-500
1
7
Jenis Sarana
3
8
Industri
9
Pelabuhan antar pulau Kebakaran dan umum
10
5.4
m /hari/pabrik L/org/hari 3
m /hari/pelabuhan % terhadap domestik
1,5 15 2 2-4
Proyeksi Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhan air di suatu daerah diperlukan proyek s i penduduk . R asio pertam bahan penduduk di Kecamatan Sungai R aya umumnya 10
sekitar 1,5%. Data tentang kependudukan diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang mereka dapatkan dari hasil s ensus penduduk , karena sensus adalah salah satu
sum ber untuk menentukan data keendudukan yang dianggap paling tepat dan akurat.
Sensus penduduk biasanya dilakukan setiap 5 tahun s ekali bahkan di
Negara berkem bang dilakukan setiap 10 tahun sekali, sehingga tidak dapat memenuhi per mintaan data secara mendesak untuk suatu keperluan tertentu . Untuk tu juan perencanaan pem bangunan dan penilaian progra m oleh pemerintah diperlukan data kependudukan tidak hanya kuantitas penduduk tetapi
juga kom posisi penduduk menurut umur , jenis kela min, karakteristik sosial, ekonomi, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Untuk tu juan ter sebut maka diperlukan teknik estimasi atupun proyek s i jumlah penduduk di masa yang akan datang bes erta kom posisi umur , jenis kela min dan status sosial ekonominya.
Perhitungan proyek si penduduk dapat
digunakan untuk beberapa maca m perencanaan yaitu : a. Perencanaan yang tu juannya untuk menyediakan jasa sebagai res pon terhadap penduduk yang sudah diproyek sikan. b. Perencanaan yang tu juannya untuk merubah trend penduduk menu ju perkem bangan demografi sosial dan ekonomi.
Jumlah penduduk merupakan faktor yang terpenting dala m menentukan lingkup dari suatu perkem bangan pem bangunan yang salah satunya adalah pengelolaan penyediaan kebutuhan air ber sih, oleh karena itu perkiraan penduduk tidak hanya dia m bil untuk beberapa tahun sesudahnya akan tetapi sa m pai beberapa puluh tahun setelah pelak sanaan s ensus.
Perkiraan jumlah penduduk pada tahun perencanaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode.
Metode yang digunakan harus
merupakan metode yang paling sesuai dengan kondisi daerah perencanaan . Beberapa metode proyek si yang dian jurkan dalam mem perkirakan jumlah penduduk antara lain :
1. Metode Arit matik 2. Metode Geometrik 11
3. Metode Least Square
5.4.1
Metode Aritmatik
Pertum buhan penduduk secara aritmatik adalah pertum buhan penduduk dengan jumlah (absolute number ) adalah sa ma untuk setiap tahun. R umus yang digunakan :
ൌ ሺͳ ሻ ሺͷǤͳሻ
Dimana :
5.4.2
Pn
= Jumlah penduduk pada tahun n
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal
r
= Angka pertum buhan penduduk
n
= Periode waktu dala m tahun
Metode Geometrik
Pertum buhan penduduk s ecara geometrik adalah pertum buhan penduduk yang menggunakan dasar berbunga-bunga ( bunga ma jemuk ). Jadi pertum buhan penduduk dimana angka pertum buhan (rate of growth) adalah sa ma untuk s etiap tahun. R umus yang digunakan :
ൌ ሺ ͳ ሻ ሺͷǤʹሻ
Dimana :
5.4.3
Pn
= Jumlah penduduk pada tahun n
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal
r
= Angka pertum buhan penduduk
n
= Periode waktu dala m tahun
Metode Least Square
Pertum buhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan angka pertum buhan yang konstan. R umus yang digunakan :
ൌ ሺͷǤ͵ሻ ଶ െ σ Ǥσ σ σ Ǥ ൌ Ǥ σ ଶ െ ሺσ ሻଶ ǡ ൌ σǤ σǤ ଶെെσሺσ Ǥ σሻଶ ሺͷǤͶሻ 12
Dimana : Y
= Jumlah penduduk pada tahun x
a & b = Konstanta
5.5
n
= Jumlah data
x
= Selisih tahun perkiraan dengan tahun dasar perhitungan
Intake I ntake
I ntake
merupakan bangunan/alat untuk menga m bil air dari sum bernya.
yang dibangun harus memenuhi beberapa per syaratan antara lain
kehandalan dala m menyediakan air secara kontinu, keamanan dala m beroperasi dan pem biayaan yang minimum. Kapasitas intake harus ma m pu melayani kebutuhan mak simum harian. Dala m pem bangunan intake hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: lokasi harus a man dari arus dera s, terletak di hulu
sungai sehingga a man dari pencemaran, posisi intake yang benar agar air baku dapat disadap secara konstan sesuai dengan kebutuhan baik pada musim kemarau
maupun pada musim hu jan. Beberapa loka si intake pada sum ber air yaitu intake sungai, intake danau dan waduk , dan intake air tanah. 5.5.1
Jenis-Jenis Intake
Jenis- jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake crib, intake pipe atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dala m ( Kawamura, 1991). Jenis- jenis intake menurut sum ber air adalah brouncaptering untuk mata air , sumur dangkal, sumur dala m, sumur artesis dan desinfiltrasion gallery atau pipa untuk air tanah, s erta ber maca m-maca m jenis intake untuk air per mukaan
seperti yang akan diuraikan di bawah ini. a)
I ntake T ower
Dibangun sedekat mungkin ke pinggiran sungai, tetapi dengan kedala man minimum 3 meter . Puncak intake (ruangan pom pa) berada 1,5 meter di atas muka air tertinggi. b) Shore I ntake 13
Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situas i lapangan, tetapi yang pasti terletak di pinggiran sungai. Jenis- jenis shore intake yang umum digunakan antara lain adalah: i.
Siphone Well I ntake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan intake berupa pipa, sehingga
tekanan
air yang
berfluktuasi tidak mem beri pengaruh pada interior intake. ii.
F loating I ntake
Struktur intake yang ringka s diletakkan di atas sebuah pelam pung yang terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air .
Sumber : www.google.co.id
Ga m bar 5.2
iii.
F loating I ntake
Suspended I ntake
Memiliki karakteristik dimana pipa hisap dibenamkan ke dalam sum ber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung tercam pur dengan aliran sum ber air . c)
I ntake
crib
Struktur intake dibuat terbena m di dasar sungai dengan kedala man besar dari 3 m dari per mukaan air . Lokasi dipilih dengan resiko terkecil terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai. d)
I ntake pipe/conduit
14
Penga m bilan air dari mata air dilakukan dengan pipa/saluran, dengan kecepatan mak simun 1,2-1,9 m/s untuk mencegah akumulasi sedimen pada saluran. e)
I nfiltration
gallery
Sistem ini memiliki galeri pipa dengan lubang yang banyak (perforated pipe) yang dibungkus dengan kerikil. Biasanya dibangun di bawah dasar
sungai s e ja jar dengan tepi sungai. 5.5.2
Bagian-Bagian Intake
Bagian-bagian dari suatu intake pada umumnya tergantung pada kebutuhan dan kondisi dimana intake ter sebut didirikan, umumnya elemen-lemen intake terdiri atas:
1. Bangunan intake Adalah bangunan uta ma tem pat berbagai kelengkapan intake dipa sang. 2.
I nlet intake I nlet
intake adalah saluran berbentuk segi em pat atau bundar yang
digunakan untuk mengalirkan air dan dilengkapi dengan bar screen untuk
menyaring material kasar . 3. Saringan halus (Strainer ) Adalah saringan yang berfungsi untuk menyaring material yang mengapung dan ikan-ikan kecil sehingga tidak masuk ke dala m pipa. 4. Suction well (intake well ) Adalah bangunan penam pung air baku yang akan dihisap oleh pom pa atau dialiri s ecara gravitasi.
5. Pipa backwash Adalah pipa yang digunakan untuk melakukan pengurasan intake well saat endapan pasir dan material lain sudah menum puk , biasanya dilengkapi dengan valve penguras.
6. Pom pa hisap dan ruangan pom pa
15
Berada diatas sumur intake dengan jarak minimal 1,5 m dari muka air . R uangan pom pa harus cukup lebar dan nyaman untuk dimasuki oleh operator saat melakukan pengontrolan dan pem ber sihan.
5.6
Pipa Transmisi
Setelah sum ber air , kom ponen sistem penyediaan air ber sih berikutnya adalah pipa transmisi. Pipa transmisi adalah salah satu kom ponen siste m penyediaan air ber sih yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sum ber air ke reser voir air dan instalasi pengolahan air , serta dari reser voir air ke reser voir air lainnya . Perpipaan transmisi sebaiknya dipasang diba wah tanah. Kedala man pipa transmisi tergantung dari kondisi lapangan, biasanya minimum 50 cm dihitung dari per mukaan tanah sa m pai bagian atas pipa transmisi. A pabila pipa transmisi berada diba wah jalan raya, minimum sekitar 100 s/ d 120 cm.
Bila kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk memasang pipa transmisi diba wah tanah, pipa transmisi dapat dipasang di atas per mukaan tanah.
Untuk pipa transmisi yang dipa sang di atas tanah digunakan pipa besi/Steel/GIP, sedangkan pipa trasmisi yang dipasang didala m tanah bisa menggunakan pipa PVC.
Faktor lain yang menentukan jenis pipa yang akan dipakai adalah
kemudahan untuk memdapatkan pipa, diameter pipa yang digunakan, ketahanan pipa dan juga faktor harga pipa.
Pan jang pipa transmisi tergantung dari jarak antara sum ber air dan reser voir air . Bisa 50 m s/ d 50 k m. T ekanan pada pipa transmisi dibatasi sa m pai
100 m. Kalau beda tinggi antara sum ber air dan reser voir terlalu besar (diatas 100 m), maka harus dibuat bak pelepas tekan. Dala m satu jalur pipa transmisi bisa sa ja ada beberapa bak pelepas tekan kalau beda tinggi terlalu besar . 5.6.1
Kehilangan Energi
Secara umum, tinggi kehilangan energi dapat dikelom pokkan men jadi kehilangan energi uta ma atau mayor losses akibat ges ekan dengan dinding pipa dan minor losses akibat sa m bungan-sam bungan, belokan-belokan, valve dan ak sesoris lainnya . 16
5.6.1.1 Kehilangan Energi akibat Gesekan ( M ayor Losses)
Kehilangan energi akibat ges ekan dengan dinding pipa di aliran s eraga m dapat dihitung dengan per sa maan Darcy-Weis bach sebagai berikut :
ଶ
Dimana :
ൌ ʹ ሺͷǤͷሻ
Hf
= tinggi hilang akibat ges ekan (m)
f
= faktor gesekan
L
= pan jang pipa (m)
D
= diameter pipa (m)
v
= kecepatan aliran (m/s)
g
= percepatan gravitasi (m/s2)
Di antara faktor-faktor di atas, faktor ges ekan (f ) merupakan salah satu faktor yang sulit penentuannya.
Kesulitan ini karena faktor ges ekan (f ) juga
sangat tergantung pada kondisi aliran di dala m pipa ter sebut. Secara umum faktor ges ekan (f ) dapat dihitung dengan per sa maan Colebrook-White s ebagai berikut :
ͳ ൌ െʹቈ ʹǡͷͳ ሺͷǤሻ ͵ǡ ඥ ඥ Dimana :
k
= keka saran efektif dinding dala m pipa
D
= diameter pipa (m)
R e
= bilangan R eynolds
V
= kekentalan kinematik cairan
ቀൌ ௩ቁ
5.6.1.2 Kehilangan Energi Minor ( Mi nor Losses)
Kehilangan energi minor adalah kehilangan energi akibat perubahan tam pang saluran, sa m bungan-sa m bungan, belokan, valve dan ak s esoris lainnya . a. Kehilangan energi akibat penyem pitan (Contraction)
ଶଶ ሺͷǤሻ
Dimana : Hc
ൌ ʹ
= tinggi hilang akibat penyem pitan (m) 17
Kc
= koefiien kehilangan energi akibat penyem pitan
v2
= kecepatan rata-rata aliran dengan diameter D2 (yaitu di hilir dari penyem pitan)
Nilai Kc untuk berbagai nilai D2/D1 tercantu m pada tabel berikut. Tabel 5.3
Nilai Kc untuk Berbagai Nilai D2/D1
0
D2/D1
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0,5 0,45 0,38 0,28 0,14 0,00
K c
b. Tinggi energi akibat pem besaran ta m pang ( Ex pansion)
ଶଶ ሺͷǤͺሻ
ൌ ʹ Dimana :
=
Kc
ቀమభ െ ͳቁଶ
c. Tinggi energy akibat valve
ଶଶ ሺͷǤͻሻ
ൌ ʹ
Dimana : K v = koefisien tinggi hilang di valve, tergantung jenis valve dan bukaannya
5.7
Instalasi Pengolahan Air Bersih
Yang dimak sud dengan pengolahan air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat air ter sebut. Berikut tiga hal penting yang dapat diam bil dalam pertim bangan merakit proses pengolahan yang ekonomis dan berkesinam bungan, yaitu :
1. Menghilangkan zat melayang (frak si lebih besar ) dari zat-zat pengotor harus diberikan prioritas.
2. Menghilangkan frak si konsentrasi tinggi dari zat-zat pengotor harus juga diberikan prioritas.
3. Dala m kasus di mana tidak mungkin (1) dan (2) untuk dis elesaikan pada saat yang sa ma, (sebagai contoh kehadiran frak si-frak si terlarut dari zat-zat 18
pengotor pada kons entrasi tinggi), pengolahan pendahuluan untuk penyesuaian kondisi air harus diperhatikan agar sesuai dengan tu juan kita
( presipitasi/ pengendapan loga m-loga m atau koagulasi dari frak si koloid). Hal ini penting sekali dala m air minum, karena dengan adanya proses pengolahan ini, maka akan diperoleh mutu air minum yang memenuhi standar yang telah ditentukan.
Ada 2 maca m pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu : 1. Pengolahan lengkap, di sini air baku mengalami pengolahan lengkap yaitu pengolahan fisik , kimiawi dan bakteriologis.
Pengolahan ini biasanya
dilakukan terhadap air sungai yang keruh/kotor .
2. Proses pengolahan s ebagian, di sini air baku hanya mengala mi pros es pengolahan kimia dan/atau pengolahan bakteriologis.
Pada proses pengolahan lengkap terdapat 3 tingkat pengolahan, yaitu : a. Pengolahan fisik bertu juan untuk mengurangi/menghilangkan kotorankotoran kasar , penyisihan lum pur dan pasir , mengurangi zat-zat organik yang ada pada air yang akan diolah.
Proses pengolahan secara fisik
diakukan tanpa tam bahan zat kimia. b. Pengolahan kimia bertu juan mem bantu pros es pengolahan selan jutnya,
misalnya pem bubuhan tawas supaya mengurangi kekeruhan yang ada. c. Pengolahan biologi bertu juan mem bunuh/memusnahkan bakteri-bakteri teruta ma bakteri penyebab penyakit yang terkandung dalam air misalnya bakteri collie yang antara lain penyebab penyakit perut. Salah satu pros es pengolahan adalah dengan penam bahan desinfektan missal kaporit .
Unit operasi yang umum dipergunakan dala m sistem pengolahan air minum secara berurutan di jelaskan pada uraian berikut.
5.7.1
Koagulasi
Koagulasi adalah pena m bahan koagulan ke dala m air baku diikuti dengan pengadukan cepat yang bertu juan untuk mencam pur antara koagulan dengan koloid.
Pada proses koagula si, koagulan dicam pur dengan air baku sela ma 19
beberapa saat hingga merata. Setelah penca m puran ini, akan ter jadi destabilisas i koloid yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk
mem bentuk gum palan yang lebih besar . Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis pem bubuhan koagulan, dan pengadukan dari bahan kimia (Sutrisno, 2002 ). P engadukan cepat dapat dilakukan dengan cara: pengadukan secara hidrolis (ter junan dan pengadukan dala m pipa) dan pengadukan secara mekanik .
5.7.2
Flokulasi
Flokulasi secara umum dis ebut juga pengadukan lam bat, di mana dala m flokula si ini berlangsung pros es terbentuknya penggum palan flok-flok yang lebih besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air , maka flok-flok ter sebut dapat dengan mudah mengendap di bak sedimenta si. Faktor-faktor yang
mem pengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari suspended solids, pH, alkalinita s, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya pengadukan
(Sutrisno, 2002 ). Beberapa tipe flokulator adalah channel floculator (buffle channel horizontal, buffle channel vertikal, buffle channel vertikal dengan diputar , m elalui plat berlubang, dala m Cone, dan dengan pulsator ), pengadukan secara mekanik , pengadukan melalui media, pengadukan secara pneumatik (dengan udara). 5.7.3
Aerasi
Aerasi adalah
suatu proses
untuk menyisihkan
methana
(CH4),
menyisihkan karbon diok sida (CO2), menyisihkan H2S, menyisihkan bau dan rasa, menyisihkan gas-gas lain ( F air, 1968).
Aerasi digunakan untuk
menyisihkan gas yang terlarut di air per mukaan atau untuk menam bah ok sigen ke air untuk mengubah substansi yang di per mukaan men jadi suatu ok sida.
Dala m keadaan terok sidasi, besi dan mangan terlarut di air . Bentuk senya wa dengan larutan ion, keduanya terlarut pada bilangan ok sidasi +2, yaitu Fe+2 dan Mn+2. Ketika kontak dengan ok sigen atau ok sidator lain, besi dan 20
mangan akan terok sidasi men jadi valensi yang lebih tinggi, bentuk ion kom plek s baru yang tidak larut ke tingkat yang cukup besar . Oleh karena itu, mangan dan besi dihilangkan dengan pengendapan setelah aerasi.
R eak sinya dapat ditulis
sebagai berikut ( P eavy, 1985 ): 4 Fe+2 + O2 + 10 H2O
ĺ
4F e(OH)3 ¯ + 8 H+
2 Mn+2 + O2 + 2 H2O 2M nO2 ¯
ĺ
2 MnO2 + 4 H+
Ada em pat tipe aerator yang s ering digunakan, yaitu gravity aerator, spray aerator, air diffuser, dan mechanical aerator.
5.7.4
Sedimentasi
Proses s edimentasi s ecara umum diartikan sebagai pros es pengendapan, di mana akibat gaya gravitasi, partikel yang mem punyai berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil berat jenis nya akan
mengapung.
Kecepatan pengendapan partikel akan bertam bah sesuai dengan
pertam bahan ukuran partikel dan berat jenis nya. Prinsip yang digunakan adalah
menyaring flok-flok yang telah mengendap. Pengendapan kandungan zat padat di dala m air dapat digolongkan men jadi pengendapan dis krit (kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zone, pengendapan kom presi/tertekan ( P eavy, 1985; Reynolds, 1977 ).
Jenis bak
pengendap adalah bak pengendap aliran batch dan bak pengendap dengan aliran kontinu .
Unifor mitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat
berpengaruh. Oleh sebab itu, bilangan Fraude yang mengga m barkan tingkat unifor mitas aliran dan turbulensi aliran yang digam barkan oleh bilangan R eynold harus memenuhi kriteria yaitu: bilangan Fraude Fr >10-5 dan bilangan R eynold
R e < 500.
5.7.5
Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalui media pasir . Pros es yang ter jadi selama penyaringan adalah pengayakan ( straining), flokulasi antar butir , s edimentasi antar butir , dan proses biologis. 21
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan men jadi saringan pasir cepat ( filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lam bat. Setelah filter digunakan beberapa saat, filter akan mengala mi penyum batan. Untuk itu perlu pem ber sihan, yang dapat dilakukan dengan pencucian dengan udara dan pencucian dengan air ( pencucian per mukaan filter dengan penyem protan dan pencucian dengan backwash).
Sedangkan tenaga untuk pencucian dapat
dilakukan dengan cara pom pa (memom pa air yang ada di reser voir penam pung ke dasar filter ), menggelontor air yang ada di res er voir atas (elevated tank ) s ecara gravitasi ke dasar filter , dan menggelontor air yang ada di filter sebelahnya ke filter yang sudah jenuh (interfilter ). Hal yang diperti m bangkan dalam mendesain proses filtrasi adalah media filter dan hidrolika filtrasi.
5.7.6
Desinfeksi
Desinfek si air minum bertu juan mem bunuh bakteri patogen yang ada dalam air . Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: pemana san, penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion loga m antara lain dengan copper dan silver , asa m atau basa, senya wa-senya wa kimia, dan chlorinasi
(Sutrisno, 2002). Proses desinfek si dengan klorinasi diawali dengan penyiapan larutan kaporit dengan kons entrasi tertentu serta penetapan dosis klor yang tepat.
Metode pem bubuhan dengan kaporit yang dapat diterapkan sederhana dan tidak mem butuhkan tenaga listrik tetapi cukup tepat pem bubuhannya secara kontinu adalah: m etoda gravitasi dan metode dosing propor sional.
5.8
Reservoir
R eser voir distribusi merupakan bangunan pena m pungan air minu m sebelum dilakukan pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditem patkan di atas per mukaan tanah maupun di bawah per mukaan tanah.
Bangunan reser voir umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh
22
daerah konsumen. R es er voir digunakan pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan sebagai cadangan air pada keadaan darurat.
R eser voir yang digunakan pada instalasi pengolahan air ber sih berfungs i untuk mena m pung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan, s erta melindungi air hasil pengolahan dari konta minasi oleh air hu jan, debu, algae maupun sinar
matahari langsung. Kedala man efektif reser voar umumnya berkisar antara 3 hingga 6 meter . R es er voir diletakkan pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter , dan diusahakan tidak ada fluktua si
( Noerbambang, 2000 ). Kebutuhan air biasanya akan ber variasi antara pagi dan mala m hari.
A pabila penam pungan air ber sih tidak ter sedia, maka instalasi pengolah air harus ma m pu memas ok kebutuhan yang sangat besar teruta ma pada saat puncak . Untuk itu kemungkinan bahwa instalasi pengolah air harus mem punyai kapasitas s ekitar
2 kalinya dari kebutuhan rata-rata harian, jika tidak ter sedia reser voir . Dengan tem pat penam pungan air (reser voir ) yang memadai, maka air yang diolah dan didistribusikan ke jaringan distribusi hanya dengan besaran sesuai dengan kebutuhan rata-rata harian.
Volume reser voir dirancang sebesar 15-20% dari
kebutuhan air per hari (T ri joko, 2010 ).
VI.
Metodologi Perencanaan
6.1
Lokasi dan Waktu Perencanaan
Perencanaan ini akan dilakukan di Keca matan Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya yang meliputi kawasan per mukiman, pusat perdagangan dan komer sil, perkantoran, s ekolah, industri, j alan dan ta man, dan fasilitas umum. Perencanaan ini akan dilak sanakan selama lebih kurang 4 bulan yang akan dimulai pada bulan
Januari 2011 dan berakhir pada bulan A pril 2011.
6.2
Jenis Data
1. Data Primer
23
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil obs er vasi lapangan, kegiatan sur vey dan pengukuran di lapangan.
2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan dalam bentuk dokumendokumen atau dapat juga dala m bentuk hasil penelitian/ perencanaan orang lain. Pada penulisan skripsi ini data sekunder didapat dari instansi-instans i antara lain : i.
Data penduduk dan perkem bangan perekonomian warga keca matan Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya dari Badan Pusat Statistik .
ii.
Data penam pang sungai
iii.
Data debit
iv.
Data kualitas air dari BLHD
v.
Data elevasi dan jarak dari intake ke pengolahan air ber sih
6.3
Tahap Perencanaan
Tahap-tahap perencanaan perlu sekali dilak sanakan untuk memudahkan dalam proses penyusunan hasil perancangan. Adapun tahap-tahap perencanaan ter sebut antara lain :
6.3.1
Identifikasi Masalah
Sebelum melakukan perencanaan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah terhadap ob jek . O b jek dala m perencanaan ini adalah intake dan instalasi pengolahan air baku Sungai Kapuas men jadi air ber sih yang berada di Kecamatan
Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya. pustaka, obser vasi dan wa wancara.
Masalah diidentifikasi melalui studi Identifikasi masalah bertu juan untuk
menemukan per masalahan yang harus dicarikan pemecahannya.
Identifikas i
masalah harus sesuai dengan masalah yang telah dipillih. Identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah mengetahui kapasitas instalasi pengolahan air dalam
melayani kebutuhan air masyarakat serta kualita s yang dihasilkan di Kecamatan Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya. 24
6.3.2
Pengumpulan Data
Pengum pulan data yang dilakukan pada perencanaan ini dilakukan dengan cara obser vasi dan dokumentasi. 1.
Observasi
O bser vasi dimak sudkan untuk melihat secara langsung fenomena em pirik yang ada secara faktual mengenai ob jek dan subyek penelitian.
Masalah
pengolahan, pendistribusian. O bser vasi dilakukan di loka si penelitian, yaitu
sum ber air baku Sungai Kapuas di Keca matan Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya. 2. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimak sud disini adalah melakukan pengum pulan data berdasarkan doku men-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkom peten yang
merupakan dokumen resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat di jadikan referensi.
6.3.3
Tahap Analisa Data
Tahapan untuk menganalisa data adalah s ebagai berikut : 6.3.3.1 Menganalisa Kebutuhan air 1. Proyeksi Jumlah Penduduk
Analisa data kependudukan diperlukan untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk menghitung proyek si jumlah penduduk .
Proyek si penduduk merupakan parameter penting, karena berkaitan erat dengan perkiraan jumlah kebutuhan air . Dasar utama dala m menentukan proyek si penduduk adalah jumlah penduduk beberapa tahun terakhir dan
jumlah penduduk saat ini. Secara teoritis metode proyek si ada beberapa maca m, diantaranya metode Arit matik , Geometrik serta Ex ponential. Penentuan metode proyek si yang digunakan berdasarkan pada pendekatan matematis dengan mem pertim bangkan nilai korela si (R) dan
standar deviasi (S). Dari pertim bangan ter sebut, maka metode proyek si 25
yang paling mendekati untuk mem predik si jumlah penduduk
dapat
ditentukan. Tapi apabila data jumlah penduduk beberapa tahun terakhir tidak ada atau tidak lengkap maka dapat digunakan angka pertum buhan penduduk yang digunakan oleh BPS Kabupaten Kubu R aya.
Karena
angka pertum buhan penduduk sa ma untuk s etiap tahunnya maka untuk perencanaan menggunakan metode Geometri. 2. Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk air ber sih terbagi atas : a. Kebutuhan air untuk domestik yaitu kebutuhan air untuk ru mah tangga. b. Kebutuhan air untuk non domestik (industri, sosial, pendidikan, perkantoran, peribadatan, dll).
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air di Kecamatan Sungai R aya Kabupaten Kubu R aya yaitu dengan cara : jumlah pemakaian air x j umlah penduduk . 6.3.3.2 Menganalisa ketersediaan air
Untuk mengetahui banyaknya air yang ter sedia di sungai dibutuhkan data debit sungai Kapuas. Untuk mengetahui data debit sungai ter sebut dapat dihitung secara analitis, diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur Current Meter dan didapatkan dari hasil perencanaan sebelu mnya.
Dala m perencanaan ini, hasil pengukuran debit didapakan dari hasil perencanaan sebelumnya. 6.3.3.3 Menganalisa kualitas air
Untuk mengetahui kualitas air di sungai dibutuhkan data kualitas air Sungai Kapuas di Kabupaten Kubu R aya.
Data ini didapatkan dari
pengamatan dan data sekunder yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup.
Analisa kualitas air ini digunakan untuk mengetahui jenis pengolahan yang tepat s ehingga mengha silkan air ber sih yang sesuai dengan standar baku mutu air minum. 6.3.3.4 Menganalisa letak dan jenis i ntake 26
Infor masi yang harus dimiliki dala m menganalisa jenis intake yaitu keadaan elevasi dasar sungai rata-rata, keadaan dan jenis batuan dasar sungai, kebutuhan penyadapan aliran ke intake, keadaan debit ban jir sungai tahunan yang ter jadi dan sebagainya.
6.3.4
Tahap Perencanaan
Tahapan untuk perencanaan adalah sebagai berikut : 6.3.4.1 Perencanaan bangunan i ntake
Proses perencanaan bangunan intake terdiri dari menentukan elevasi dasar intake, elevasi pipa, menentukan jenis bahan bangunan intake serta
mengga m barkan trase pipa. 6.3.4.2 Perencanaan IPA dan reservoir
Proses perencanaan IPA dan res er voir terdiri dari menentukan letak IPA dan res er voir , menentukan layout bangunan, menentukan urutan siste m pengolahan, menentukan jenis bangunan pengolahan, melakukan perhitungan hidroulik serta mem buat gam bar rancangan. 6.3.4.3 Perhitungan biaya kerja
Proses perhitungan biaya ker ja terdiri dari : Ɣ
Biaya alat untuk mem produk si air ber sih
Ɣ
Kuantitas masing- masing bahan dasar sesuai s pesifikasi
Ɣ
Biaya tenaga ker ja untuk mem produk si bangunan pengolahan air ber sih.
VII.
Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mem per mudah pemaha man dan pem bahasan yang dilakukan lebih sistematis, maka penulisan tugas akhir ini disusun menurut sistematika sebagai berikut :
27
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR INTI SARI BAB I.
BAB II.
BAB III.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
P erumusan Masalah
1.3.
P em batasan Masalah
1.4.
Mak sud dan Tu juan
1.5.
Sistematika Penulisan
GAMBARAN UMUM L OKASI STUDI
2.1.
Batas Administrasi
2.2.
Iklim
2.3.
P enduduk
2.4.
Tata Guna Lahan
2.5.
P erekonomian
2.6.
P endidikan
2.7.
Aga ma
2.8.
Kes ehatan
2.9.
Kebutuhan air
2.10.
Keter s ediaan Air
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Kualitas Air
28
BAB IV.
BAB V.
BAB VI.
3.2.
Kebutuhan Air Ber sih
3.3.
Proyek si Penduduk
3.4.
I ntake
3.5
Pipa Transmisi
3.6
Instalasi Pengolahan Air
3.7
R eser voir
PERANCANGAN INTAKE, IPA DAN RESERV OIR
4.1.
I ntake
4.2.
IPA dan R es er voir
4.3.
Struktur Bangunan IPA dan R eser voir
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
5.1.
R ancangan Anggaran Biaya Bangunan Intake
5.2.
R ancangan Anggaran Biaya Pipa Transmisi
5.3.
R ancangan Anggaran Biaya IPA dan R eser voir
PENUTUP
6.1.
Kesim pulan.
6.2.
Saran
VIII. Jadwal Perencanaan
Berikut ini dita m pilkan tabel yang berisi jadwal penelitian. No.
Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Waktu (Minggu) 1
2
3
1 Persiapan 2 Observasi lapangan 3 Pengumpulan Data Sekunder 4 Analisa Data 5 Perancangan Intake dan IPA 6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya 7 Penyusunan Hasil Perancangan
29
4
5
6
7
8
9
10
11
12