PENDAHULUAN
Pada masa setelah Rasulullah SAW wafat, komunitas muslim yang belum lama lama lahir lahir itu merasa merasa sangat sangat perlu perlu menjag menjagaa kesinam kesinambu bunga ngan n wahyu wahyu dan detil detil fenomena akan sejarah nabi tersebut. Tentunya tugas yang sangat penting ini, terpenuhi atau tidaknya tergantung dari tarap kesungguhan dan ketulusan dalam mengatur informasi tersebut. Sebuah fakta yang menunjukkan ke arah pemikiran itu itu
adal adalah ah pros proses es tran transm smis isii
peri periwa way yatan atan nask naskah ah Alqu Alqura ran n
hing hingga ga taha tahap p
pembu pembukua kuanny nnya. a. Alqura Alquran n telah telah diperik diperiksa sa dan disatu disatukan kan oleh oleh nabi nabi sendir sendiri, i, dan Hafsah (isteri beliau) kemudian menyerahkan kepada Abu Bakar, dan seterusnya. ini bukti bukti yang yang tidak tidak terbant terbantahk ahkan an bahwa bahwa naskah naskah Alquran Alquran telah telah dikum dikumpul pulkan kan dengan hati-hatinya. Wacana acana yang yang sama terliha terlihatt juga juga dalam dalam metodol metodologi ogi penuli penulisan san hadits hadits.. Sejarah penulisan hadits dan pembukuan hadits serta ilmu hadits telah melewati serangkaian proses sejarah yang sangat panjang; semenjak Nabi SAW., sahabat, tabi’in tabi’in dan seteru seterusny snyaa hingga hingga mencap mencapai ai puncak puncaknya nya pada pada kurun kurun abad abad ke tiga tiga hijriyah. Berbagai macam permasalahan yang muncul tentang hadits setelah masa kenabia kenabian n di antaran antaranya ya ialah ialah pemals pemalsuan uan hadits hadits yang yang dilakuk dilakukan an oleh oleh beberap beberapaa oknum-oknum yang dapat meretakkan kesatuan umat islam. Dalam kesempatan kali ini, akan dicoba dan mengupas perihal munculnya Pemalsuan hadits, dan para tokoh hadits generasi tabi’in, serta beberapa pengaruh negatif dan pengaruh positif yang terjadi ketika munculnya pemalsuan hadits. Juga akan dipaparkan beberapa sebab dan latar belakang terjadinya pemalsuan hadits itu sendiri.
PEMBAHASAN
Para tabi’in memperoleh hadits dari para sahabat. Mereka berbaur dan mengenal segala sesuatu dari para sahabat dan mereka juga membawa sebgaian besah besah hadis Rasul dan para sahabat. Mereka benar-benar benar-benar mengetahui mengetahui kapan para sahabat sahabat melaran melarang g penuli penulisan san hadis hadis dan kapan kapan mereka mereka memper memperbol bolehk ehkann annya ya.. Mereka Mereka benarbenar-ben benar ar mengam mengambil bil teladan teladan dari dari para para sahaba sahabatt yang yang merupa merupakan kan generasi pertama yang membwa Alquran dan hadis. Karena alasan-alasan yang menyebabkan khulafaurrasyidin dan para sahabat lain melarang penulisan hadis sama sama dengan dengan alasanalasan-alas alasan an yang yang menjad menjadii pertim pertimban bangan gan para para tabi’in tabi’in dalam dalam pelarangannya, sehingga semua mengacu pada titik yang sama. Para tabi’in akan melarang penulisan al-Sunnah bila alasan-alasan itu ada dan akan menyepakati kebolehan penulisannya ketika alasan-alasan itu hilang ataupun bahkan meyoritas mereka menganjurkannya. I.
MUNCUL PEMALSUAN HA HADITS Pergol Pergolaka akan n politik politik yang yang terjadi terjadi pada pada masa masa sahaba sahabat, t, setelah setelah terjadi terjadinya nya
perang jamal dan pera perang ng shiffin, yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh Ali bin Abi Thali Thalib. b. Akan Akan tetap tetapii akiba akibatn tnya ya cuku cukup p panj panjan ang g dan dan berla berlaru rut-l t-laru arutt
deng dengan an
terpecahnya umat islam ke dalam beberapa kelompok yaitu; pertama : golongan Syi’ah, pendukung ‘Ali bin Abi Thalib. Kedua: golongan khawarij, penentang Ali dan Mu’awiyah, ketiga: golongan jama’ah yang tidak mendukung kedua golongan di atas. Terpecahnya erpecahnya umat Islam menjadi menjadi beberapa beberapa golongan golongan tersebut tersebut didorong didorong akan akan adany adanyaa keperlu keperluan an dan kepent kepenting ingan an golong golongan an masing masing-ma -masin sing. g. Mereka Mereka mendatangkan keterangan dan hujjah untuk mendukungnya dengan beberapa cara, yaitu: a. Mereka mencari ayat-ayat ayat-ayat Alquran Alquran dan hadits yang dapat dijadik dijadikan an hujjah. hujjah. b. Apabila Apabila mereka mereka tidak menemu menemukanny kannya, a, mereka menakw menakwilkan ilkan ayat ayat Alqura Alquran n dan menafsiri hadits-hadits sesuai dengan golongannya.
c. Langka Langkah h terakh terakhir ir,, apabila apabila mereka mereka tidak tidak mendap mendapatka atkanny nnyaa dari dari kedua kedua
sumber tersebut, maka mereka memalsukan hadis-hadis, dan yang pertama mereka palsukan adalah hadits yang mengenai orang-orang yang mereka 1
agung-agungkan.
Yang mula-mula melakukan pekerjaan sesat ini adalah golongan Syi’ah, sebagaimana, diakui Ibn Ali al-Hadid, seorang ulama Syi’ah dengan mengatakan bahwa asal mula timbulnya hadis yang menerangkan keutamaan pribadi-pribadi adalah dari golongan syiah sendiri. Tindakan tersebut ditandingi oleh golongan jamaah memalsukan hadis-hadis yang dibuat oleh golongan syiah.
2
Dengan memperhatikan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa kota yang mula-mula mengembangkan hadis-hadis palsu adalah baghdad, karena kaum syi’ah berpusat di sana. Bahkan al-Zuhri, seorang tabi’in berkata: “hadis keluar dari sejangkal, lalu kembali kepada kami sehasta”, sehingga tidak aneh jika Imam Malik menamakan Baghdad dengan pabrik hadis palsu. Mulai saat itu, terdapat hadits-hadits yang shahih dan hadis-hadis yang palsu, tetapi di lain pihak terdapat golongan yang menentang orang-orang yang yang suka membuat hadis palsu, dengan membedakan mana hadis yang shahih dari hadis yang palsu. Mereka melakukan penelitian mengenai segala hal yang berkaiatan dengan hadits Nabi SAW, baik secara riwayat maupun dirayat dan menetapkan aturan-aturan yang tetap agar hadis dapat selamat sampai ke tangan pen peneru erusny snya. a. CaraCara-car caraa ulama ulama dalam dalam menj menjag agaa hadi hadis, s, yait yaitu u deng dengan an adany adanyaa keharu keharusan san menyebu menyebutka tkan n sanad, sanad, mengad mengadakan akan perlaw perlawatan atan mencari mencari hadis hadis dan berhati-hati berhati-hati dalam menerimany menerimanya, a, mengadakan mengadakan penelitian penelitian terhadap terhadap orang-orang orang-orang yang diduga sering membuat hadis palsu dan memerangi mereka, menjelaskan keadaan perawi dan menetapkan kaidah-kaidah untuk dapat mengetahui hadishadis palsu. 1
2
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, (Surabaya: Alpha, 2005), 31.
Ibid., 32.
Dari Dari pergol pergolaka akan n politik politik seperti seperti di atas, atas, cukup cukup member memberika ikan n pengar pengaruh uh terhadap perkembangan hadits berikutnya, yaitu; 1. Pengaruh yang langsung dan bersifat negatif, ialah dengan munculnya
hadis-hadi hadis-hadiss palsu (maudhu) (maudhu) untuk mendukung mendukung kepentinga kepentingan n politiknya politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi lawannya.
3
2. Pengar Pengaruh uh positifn positifnya ya ialah, ialah, lahirny lahirnyaa rencan rencanaa dan usaha usaha yang mendoron mendorong g diad diadak akan anny nyaa
kodi kodifi fika kasi si hadi hadis, s, seba sebaga gaii
upay upayaa
peny penyela elama mata tan n
dari dari
pemus pemusnah nahan an dan pemals pemalsuan uan,, sebagai sebagai akibat akibat dari dari pergol pergolaka akan n politik politik tersebut. II .
KODIFIKASI HADIS Dalam fakta sejarah, di masa sahabat belum ada pembukuan hadis secara
resmi yang diprakarsai pemerintah, padahal peluang untuk membukukan hadits terbuka terbuka.. Umar Umar bin Khattab Khattab pernah pernah berfik berfikir ir membuk membukuk ukan an hadits hadits,, ia memint memintaa penda pendapat pat para para sahaba sahabat, t, dan disaran disarankan kan membuk membukuka ukanny nnya. a. Setelah Setelah Umar bin Khattab istikharah sebulan lamanya ia membatalkan rencana tersebut. Pada masa tabi’in wilayah islam bertambah luas. Perluasan daerah tersebut diikuti dengan penyebaran ulama untuk menyampaikan ajaran ilsam di daerahdaerah, termasuk ulama hadis. Penyebaran hadis disesuaikan dengan kekuatan hafalan hafalan masing masing-ma -masin sing g ulama ulama itu sendir sendiri, i, sehing sehingga ga tidak tidak merata merata hadis hadis yang yang dimiliki ulama hadis. Maka kondisi tersebut sebagai alasan kodifikasi hadis. Kodifikasi Kodifikasi ini disinonimk disinonimkan an dengan dengan tadwin al-hadis tentunya tentunya berbeda berbeda dengan dengan penulisan penulisan hadis kitabah al-hadis. Tadwin al-hadis mempunyai mempunyai makna “penul “penulisa isan n hadits hadits Nabi Nabi ke dalam dalam suatu suatu buku buku (himpu (himpunan nan,, dan susuna susunan) n) yang yang pela pelaks ksan anaan aany ya dila dilaku kuka kan n atas atas lega legalit litas as yang yang berla berlaku ku umum umum dari dari lemb lembag agaa kenegaraan yang diakui masyarakat. Sedangkan Kitabah al-Hadits itu sendiri asal mulany mulanyaa merupa merupakan kan hasil hasil kesaks kesaksian ian sahabat sahabat Nabi Nabi terhada terhadap p sabda, sabda, perbua perbuatan tan,, 3
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), 88.
taqrir taqrir,, dan atau atau al-ihwa al-ihwall Nabi Nabi kemudi kemudian an apa disaks disaksika ikan n oleh oleh sahaba sahabatt itu lalu disampaikann disampaikannya ya kepada orang lain, dan seterusny seterusnya, a, baik secara lisan maupun tulisan. Jadi belum merupakan kodifikasi, akan tetapi baru merupakan tulisantulisa tulisan-t n-tuli ulisan san atau atau catatan catatan-cat -catatan atan pribad pribadi. i. Sedang Sedangkan kan perbed perbedaan aan-per -perbed bedaan aan antara kodifikasi hadis secara resmi dari penulisan hadis adalah sebagai berikut: 1. Kodifik Kodifikasi asi hadis hadis secara secara resmi dilakuk dilakukan an oleh suatu lembaga lembaga adminis administrat tratif if yang diakui masyarakat, sedang penulisan hadis dilakukan oleh perorangan. 2. Kegiat Kegiatan an kodifika kodifikasi si hadis tidak tidak hanya hanya menulis, menulis, tapi juga mengump mengumpulk ulkan, an, menghimpun, dan mendokumentaskannya. 3. Tadwin hadis hadis dilakuka dilakukannya nnya secara secara umum, umum, yang melibatka melibatkan n segala segala perangkat perangkat yang dianggap berkompeten terhadapnya, sedang penulisan hadis dilakukan oleh orang-orang tertentu. III. III.
PERA PERAN N UMAR UMAR BIN BIN ABDU ABDUL L AZIZ AZIZ DAL DALAM AM KOD KODIF IFIK IKAS ASII Secara resmi berdasarkan berdasarkan perintah khalifah, khalifah, dengan dengan melibatkan melibatkan beberapa beberapa
personil, yang ahli dalam khalifah, dengan melibatkan beberapa personil yang ahli dalam masalah ini. Bukan dilakukan secara perorangan atau untuk kepentingan pribadi, seperti terjadi pada masa-masa sebelumnya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz melalui instruksi kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Gubernur Madinah) dan para ulama Madinah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadis dari para penghafalnya. Di antara isntruksinya kepada para ulama Madinah:
هُْو ُمِع ْج َأ َف ّل س ِْ لَي ا ا ّ ل ص اا ْ سُو رَث ْث ِد ح ْاُ نْظ “per “perha hati tika kan n himpunlah ia”
atau atau
peri periks ksal alah ah
hadi hadits ts-h -had adit itss
Rasu Rasulu lull llah ah,,
kemu kemudi dian an
Demiki Demikian an juga juga surat surat khalifa khalifah h yang yang dikirim dikirim kepada kepada Ibnu Ibnu Hazm Hazm (wafat (wafat 117H)
نفَإ ّ ل س ِ ْ لَي ا ا ّل ص ا ا ْ سُو ْر ِث ْ ِد ا ِ ك ِْد ُت ُ ب م َْ ُ ا ء لَم ُعا َ ذ عِل ا ْ ُر ُُ ت ْي ِ شخ
4
“Tulislah kepadaku apa yang tetap padamu dari pada hadits Rasulullah,
sesungguhnya aku khawatir hilangnya ilmu dan wafatnya para ulama. Khalifah Khalifah menginstru menginstruksika ksikan n kepada Abu Bakar ibn Muhammad bin Hazm agar mengumpulkan hadis-hadis yang ada pada Amrah binti Abdurrahman alAnsh Anshar arii (waf (wafat at 98H) 98H) muri murid d kepe keperc rcay ayaa aan n siti siti ‘Ais ‘Aisy yah. ah. Dan Dan alQa alQasi sim m bin bin Muhammad Muhammad bin Abi Bakar (wafat 107H). 107H). instruksi instruksi yang sama ia tunjukkan tunjukkan pula kepada Muhammad bin Syihab Al-Zuhri (wafat 124H), yang dinilainya sebagai orang yang lebih banyak banyak mengetahui mengetahui hadis dari pada yang lainnya. Peranan para ulama hadis, khususnya al-Zuhri, sangat mendapat penghargaan dari seluruh umat Islam. Islam. Mengin Mengingat gat pentin pentingny gnyaa pernan pernanaa al-Zuh al-Zuhri ri ini, ini, para para ulama ulama di masany masanyaa memberikan memberikan komentar, komentar, bahwa jika tanpa dia, di antara hadis-hadis hadis-hadis niscaya niscaya hadis sudah banyak yang hilang. Beberap Beberapaa pokok pokok mengap mengapaa khalifa khalifah h Umar Umar bin Abdul Abdul Aziz Aziz mengam mengambil bil kebijaksan kebijaksanaan aan seperti seperti ini. Pertama ia khawatir khawatir hilangnya hilangnya hadis-hadis hadis-hadis,, dengan dengan meng mengin ingg ggal alny nyaa para para ulam ulamaa di meda medan n pera perang ng.. Kedua ia khaw khawat atir ir akan akan tercampurny tercampurnyaa antara hadis-hadis hadis-hadis yang shahih dengan dengan hadis-hadi hadis-hadiss yang palsu.
Ketiga bahwa dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam, sementara kemampuan para tabi’in antara satu dengan yang lainnya tidak sama, jelas sangat memerlukan adanya usaha kodifikasi ini. IV. IV.
TOKOH-TOKOH HADITS GENERASI TABI’IN ABAD PERTAMA
1. Aban Aban bin ‘Utsm ‘Utsman an bin Affan Affan (20-1 (20-105H 05H)) 4
Abdul Majid Khon, ulumul hadits, (Jakarta: Amzah, 2008), 53.
Beliau termasuk orang yang pertama kali menulis buku. Beliau menulis buku tentang maghazi (kisah peperangan Nabi). Yahya bin Al-Mughirah bin ‘Abd Al-Rahman meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ayahnya (al-mughirah) tidak mempunyai kitab tulisan tangan yang berisi hadis-hadits Nabi SAW selain maghazi Nabi yang diambil nya dari Abban bin ‘Utsman. Ayahnya itu sering membacakan kitab tersebut, serta menyuruh men yuruh Yahya Yahya agar mempelajarinya. mempelajar inya. 2. Ibrahim bin Yazid al-Nakha al-Nakha’i ’i al-A’war al-A’war (47-96H (47-96H)) Mansur meriwayatkan dari Ibrahim, kata Ibrahim: saya tidak pernah datang kepada kepada Ibrahi Ibrahim m dan berkat berkata, a, “saya “saya datang datang kepadam kepadamu u membaw membawaa berbag berbagai ai masalah, tetapi saya lupa hal itu; sedangkan Ibrahim menjawab, “memang, jarang orang mau menulis kecuali tulisannya itu akhirnya dijadikan andalan” Barangkali karena alasan inilah beliau enggan menulis hadis. Apabila tidak demikian, tentu beliau sudah menulisnya, seperti yang pernah beliau lakukan kepada Qatadah. 3. Abu Salama Salamah h bin bin Abd. Abd. Al-Rah Al-Rahman man Abu Abu Isha Ishaq q meng mengata ataka kan, n, ia meli meliha hatt Abu Abu Salam Salamah ah bin bin ‘Abd ‘Abdul ul Rahm Rahman an meny menyur uruh uh seor seoran ang g anak anak untu untuk k meng mengamb ambil il kitab kitab.. Kita Kitab b itu itu kemu kemudia dian n diba dibawa wany nyaa ke sebu sebuah ah ruan ruanga gan n ruma rumah h dan dan diim diimlak lakka kann nnya ya kepa kepada da anak anak tersebut, sedang anak tersebut menuliskannya. 4. Abu Qilabah Qilabah ‘Abdu ‘Abdullah llah bin Zaid al-Basri al-Basri wafat di di kota Dariya, Dariya, 104 H. H. Belia Beliau u terma termasu suk k toko tokoh h yang yang terp terpan anda dang ng.. Meriw Meriway ayatk atkan anny nyaa hadi hadiss dari dari Samurah bin Jundub, Tsabit bin al-Dhahhak, Anas bin Malik dan lain-lain. Pernah beliau diminta untuk menjadi qadhi, tetapi beliau menghilang dan merantau ke Syam, dan tinggal di kota Dariya. Beliau juga termasuk tokoh yang disegani, terbukti ketika beliau sakit, Umar bin ‘Abdul Aziz datang menjenguknya. 5. Abu al-M al-Malih alih bin bin Usama Usamah h bin al-Hu al-Hudzai dzaill (w 89H) 89H)
Ayyub menuturkan bahwa Abu Qilabah dan Abu al-Malih sama-sama sama-sa ma menulis hadits. 6. Ummu Darda, Darda, Juhaimah Juhaimah binti binti Yahya al-Dimasy al-Dimasyqiyy qiyyah, ah, (w 81H) 81H) 7. Jabi Jabirr bin bin Zaid Zaid alal-Az Azdi di (w (w 93H) 93H) Al-Ribab mengatakan, ia pernah bertanya keepada Ibnu Abbas tentang suatu masalah; jawab Ibnu Abbas: “kenapa Anda bertanya kepada saya padahal Jabir bin Zaid ada pada Anda”. Dan adalah Hasan Al-Bashri, apabila ia hendak hendak berperang berperang maka yang memberikan memberikan fatwa kepada orang-orang orang-orang adalah Jabir bin Zaid. 8. Harits bin ‘Abdullah ‘Abdullah al-A’war al-A’war al-hamdani al-hamdani Belia Beliau u mempu mempuny nyai ai kita kitab b bany banyak ak.. Abu Abu Baka Bakarr bin bin ‘Ayy ‘Ayysy sy meng mengata ataka kan: n: “sebenarnya orang-orang tidak begitu tertarik dengan Harits, mereka lebih tertarik dengan yang lain. Hanya saja Harits ini mempunyai kitab banyak sekali.” 9. Hibban Hibban bin bin Jazi’ Jazi’ al-Sulam al-Sulamii (wafat (wafat 100H) 100H) 10. Hamran Bin Aban, Aban, eks hamba ‘Utsman bin Affan (wafat sesudah 75H) 11. Khalid bin Ma’dan bin Abu Kuraib al-Kala’i (wafat 103H) 103H) 12. Dzakwan Abu Shalih al-Samman (20-101H) 13. Abu al-‘Aliyah al-‘Aliyah al-Riyahi al-Riyahi (wafat 90H) 14. Salim Bin Abu Abu al-Ja’ad (wafat (wafat 100H) 15. Said bin Jubair Jubair (46-95H) (46-95H) 16. Sa’id bin Fairuz abu al-Al-Bukhtari (wafat terbunuh terbunuh 83H) 17. Sulaiman bin Qais al-Yasykuri al-Yasykuri al-Bashri (wafat sebelum 80H) 18. Syurahil bin Syurahbil (wafat sebelum 60H) 60H)
19. Syaqiq Syaqiq bin Salamah al-Asadi al-Asadi (1-82H) (1-82H) 20. Syahr bin Hausyab al-Asy’ariy (20-100H) 21. Al-Dhahhak Al-Dhahhak bin Muzahim Muzahim (w 105H) 22. Tawus bin Kaisan al-Yamani, al-Yamani, (w 100H) 23. Amir bin Syarahil ‘Amr al-Sya’bi al-Hamdani (19-103H) 24. Amir bin Abdullah bin Mas’ud al-Hadzali (wafat 81H) 25. Abdul Abdul Rahman bin ‘Aidz ‘Aidz al-Azdi (w 80H) 80H) 26. Abdul Rahman bin Abdullah bin Mas’ud Mas’ud (wafat 79H) 27. Abdul Rahman bin Ghanm al-Asy’ariy (wafat 78H) 28. Abdul Rahman bin Mull, Abu ‘utsman al-Nahdi (35SH-95H) (35SH-95H) 29. Abdullah bin Rabah al-Anshari (wafat 90H) 30. Abdullah bin Abu Qatadah (wafat 99H) 31. Abdullah bin Muhammad Muhammad bin Ali (wafat 99H) 32. Abdullah Abdullah bin Hurmuz Hurmuz (wafat 100H) 33. ‘Ubaidillah bin Abu Rafi’ (wafat 80H) 34. ‘Ubaidah bin ‘Amr al-Salmani al-Muradi (wafat 72H) 72H) 35. ‘Urwah bin al-Zubair bin al-Awwam al-Awwam (22-93H) 36. ‘Ikrimah, mantan hamba Ibnu ‘Abbas (wafat 105H) 37. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Abdul Aziz (63-101H) (63-101H) 38. ‘Amrah binti ‘Abdul Rahman (21-98H) (21-98H) 39. Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq (35-105H) (35-105H)
40. Katsir bin Murrah Murrah al-Hadhrami al-Hadhrami (wafat 75H) 41. Kurdus Bin Abbas al-Tsa’labiy al-Tsa’labiy (10SH-60H) 42. Lahiq bin Humaid Humaid Abu Abu Mijlaz (wafat 100H) 43. Mujahid Mujahid bin Jabr al-Makki (21-102H) (21-102H) 44. Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Ibn al-Hanafiyyah ,(wafat ,(wafat 73H) 45. Muhammad bin Abu Kabsyah al-Ansyari (wafat 100H) 46. Mu’adzah binti ‘Abdullah al-Adawiyah al-Adawiyah (wafat 83H) 83H) 47. Mughits Mughits bin Sumai al-Auza’i(wafat al-Auza’i(wafat 80H) 48. Miqsam bin bin Bujrah (wafat (wafat 101H)
49. Mamtur al-Habsyi, al-Habsyi, Abu Salam (wafat 100H) 50. Hind binti binti al-Harits al-Farasiyah (wafat 100H) 51. Yahya bin Jazzar Jazzar al-‘Urani (wafat 80H)
PENUTUP
Betapa besar nikmat yang telah dirasakan oleh umat manusia saat ini. Dapat mengkaji dan meneliti akan sebuah hadits dengan mudahnya, melalui kitabkitab hadis yang telah terkodifikasi oleh para ulama dahulu. Andaikan dahulu, par paraa
saha sahab bat dan tabi tabi’i ’in n
tida tidak k
terb terber erssit dalam alam piki pikira ran n
merek erekaa
untu ntuk
mengkodifik mengkodifikasi asi hadits-hadit hadits-haditss Nabi, mungkin sekarang ini manusia manusia sulit dalam menentukan segala macam hukum dan permasalaha n yang muncul.
Bany Banyak ak seka sekali li hikm hikmah ah-h -hik ikma mah h yang yang dapa dapatt diam diambi bill dari dari pema pemals lsua uann pemalsuan hadits beserta kodifikasi haditsnya. Di antaranya dengan pengadaan kodifikasi ini, maka jelaslah mana hadits yang shahih dan hadits yang dipalsukan. Dan juga hadits Nabi Muhammad SAW. SAW. Terhimpun Terhimpun dengan rapi dan teratur dalam satu wadah, yang dapat dikaji kapanpun juga.
REFERENSI: Arifin, Zainul. 2005. Studi Kitab Hadits. Surabaya: Alpha. Khon, Abdul Abdul Majid. 2008. Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah. Suparta, Munzier. 1993. Ilmu Hadits. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Azami, Muhammad Mustafa. 1980. Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. Ter. Ali Mustafa Yaqub. 2006. Jakarta: Pustaka Firdaus. Mahmud Mahmud at-Thahhan. at-Thahhan. (t.t). Ilmu Hadits Studi Kompleksitas Hadits Nabi. Ter. Zainul Muttaqin. 2004. Yogyakarta: Yogyakarta: Titian Ilahi Press.