BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tahun 2015 merupakan tahun berakhirnya Millennium Development Goals (MDGs) yang dideklarasikan oleh PBB yang merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara PBB yang mulai dijalankan pada September 2000. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi anggota PBB dan mempunyai komitmen untuk melakukan upaya dalam memenuhi hak dasar kebutuhan manusia yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs)atau tujuan pembangunan milenium. Sidang Umum PBB pada 4 Desember 2014 telah menyetujui agenda pembangunan dunia setelah berakhirnya MDGs berdasar pada hasil Open
Working Group on Sustainable Development Goals yang akan menjadi target dan tujuan pembangunan dunia sampai 2030.Tahun 2016 merupakan tahun pertama implementasi agenda pembangunan duniaSustainable Developmet Goals (SDGs).Tujuan pembangunan berkelanjutan ini digagas pada25 September 2015 di Markas Besar PBB oleh 193 pemimpin negara anggota PBB. SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs berisikan 17
goals dan 169 sasaran pembangunan. Tujuh belas tujuan dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab ketertinggalan pembangunan negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju seperti masalah konsumsi dan produksi yang berlebihan, serta ketimpangan dan di negara–negara berkembang seperti masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan ketersediaan air minum. Dari pengalaman era MDGs (2000 – 2015), Indonesia ternyata belum berhasil menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum, dan penurunan prevalansi AIDS dan HIV. Tujuan dan target-target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bersifat global dan dapat diaplikasikan secara universal, dengan mempertimbangkan berbagai realitas nasional, kapasitas dan tingkat pembangunan yang berbeda-beda serta menghormati kebijakan dan prioritas nasional dan akan terfokus pada tiga elemen-elemen yang saling terkait dalam pembangunan berkelanjutan: pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial dan perlindungan sosial. 1-4
Tujuan pembangunan berkelanjutan berisikan 17 butir yaitu: 1. Menghapus kemiskinan 2. Menghapus kelaparan dan mewujudkan pertanian yang berkelanjutan 3. Kesehatan untuk semua umur 4. Pendidikan yang berkualitas dan merata 5. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan remaja perempuan 6. Ketersediaan air minum dan sanitasi untuk semua 7. Energi untuk semua 8. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan lapangan kerja layak 9. Infrastruktur yang kuat dan industrialisasi yang berkelanjutan 10. Menurunkan ketimpangan 11. Kota dan hunian yang inklusif, aman dan berkelanjutan 12. Pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan 13. Melawan perubahan iklim dan dampaknya 14. Konservasi pemanfaatan laut, pesisir dan laut dalam 15. Melindungi dan merestorasi ekosistem, dan perlindungan hutan 16. Masyarakat yang damai, tanpa kekerasan, pemerintahan yang akuntabel, antikorupsi dan non–diskriminasi 17. Kerja sama internasional yang semakin kuat
Gambar 1. Tujuh belas butir tujuan SDGs
Dampak yang diharapkan dari SDGs adalah pengurangan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan yang merata, mata pencaharian dan pekerjaan layak, didapatkan akses yang merata kepada pelayanan dan jaminan sosial, kelestarian lingkungan dan peningkatan ketahanan terhadap bencana, serta meningkatnya kualitas dan akses merata yang adil bagi semua orang. Perhatian khusus pada sektor kesehatan pada SDGs terdapat pada point no 2 menghapus kelaparan dan mewujudkan pertanian yang berkelanjutan, point 3 kesehatan untuk semua umur,
point 5 kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan remaja perempuan, dan point 6 ketersediaan air minum dan sanitasi untuk semua. Pemerintah Indonesia pada tahun 1999 menetapkan sebuah paradigma dalam kesehatan yang disebut Paradigma Sehat. Paradigma sehat merupakan perbaikan dari paradigma sehat yang sebelumnya yang lebih bersifat mengobati tanpa melakukan upaya pecegahan. Paradigma sehat secara makro berarti bahwa semua sektor harus memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan dan secara mikro yaitu menekankan upaya promotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif, secara berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai dikembangkan sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang yang pertama tahun 1971. Didahului dengan beberapa proyek rintisan Puskesmas dibeberapa provinsi. Tujuan dasar pemerintah mendirikan puskesmas adalah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di pedesaan. 6Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok secara terpadu dan menyeluruh, meliputi: KIA/KB, usaha peningkatan gizi, kesehatan lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan, dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan program kesehatan pengembangan yaitu: Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Perkesmas, sehingga dapat mewujudkan misi puskesmas. Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang berkelanjutan, menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah Kab/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indicator, dan nilai.6Prinsip-prinsip SPM, yaitu:
1. Diterapkan pada kewenangan wajib. 2. Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. 3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dasar tanpa mengorbankan mutu, mempunyai dampak luas pd masyarakat. 4. Merupakan indikator kinerja, bukan standar teknis. 5. Dinamis 6. Dalam kerangka penyelenggaraan yang dasar.
Untuk dapat mewujudkan suatu Paradigma Sehat, diperlukan intervensi kesehatan yang tidak hanya terbatas pada manusia saja. Sesuai dengan konsep sehat menurut Gordon & Le Richt (1950), timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
6
1. Host (Pejamu) 2. Agent (Bibit penyakit) 3. Environment (Lingkungan)
HOST
AGENT
ENVIRONMENT
Gambar 2. Konsep Sehat Menurut Gordon & Le Richt
Pemanfaatan konsep tersebut adalah untuk melakukan pencegahan penyakit, penularan penyakit, pemberantasan penyakit, dan pengobatan penyakit yaitu dengan cara mengintervensi ketiga faktor tersebut. Sedangkan menurut H.L. Bloem, status kesehatan dari seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: 1. Lingkungan 2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan 4. Biologik / keturunan
INTERVENSI
LINGKUNGAN
KETURUNAN/
DERAJAT KESEHATAN
PERILAKU
KEPENDUDUKAN
PELAYANAN KESEHATAN
Gambar 3. Konsep Sehat Menurut H.L. Bloem
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit.Tahun 2011 persentase penggunaan air minum layak sebesar 42,76% dan persentase penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 22,13%, sedangkan pada tahun 2012 triwulan I, persentase penggunaan air minum layak sebesar 41,66% dan persentase penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 23,33%. Secara kuantitas pengguna air minum layak masih tinggi tetapi persentasenya semakin menurun, sedangkan penggunaan air minum kemasan/isi ulang persentasenya semakin meningkat. Persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak di Indonesia sebesar 56,24%, lebih rendah dari target Renstra Tahun 2012 sebesar 69%. Identifikasi masalah pada laporan ini menggunakan data standar pelayanan minimal (SPM) Puskesmas Muntilan I periode Januari–Juni 2017. Cakupan yang tidak mencapai target pada
bulan Januari–Juni 2017 akan menjadi masalah yang disepakati untuk dilakukan analisis lebih lanjut demi mendapatkan pemecahan masalah. B.
Perumusan Masalah
Mengetahui hasil kegiatan pelayanan di Puskesmas Muntilan I dibandingkan dengan SPM yang berlaku periode Januari–Juni 2017.
C.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripisikan pelaksanaan manajemen program dan dibandingkan dengan SPM di Puskesmas Muntilan I pada bulan Januari-Juni 2017 dalam upaya perbaikan kinerja Puskesmas. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Muntilan I. b. Mengetahui hasil pencapaian upaya kesehatan dasar dan pengembangan pada Puskesmas Muntilan pada bulan Januari-Juni 2017. c. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang terjadi di Puskesmas Muntilan I pada periode Januari–Juni 2017. d. Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Muntilan I. e. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang terpilih di Puskesmas Muntilan I. f. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masalah pencapaian upaya kesehatan Puskesmas Muntilan I. g. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas Muntilan I. D.
Manfaat Kegiatan 1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan Masyarakat. b. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan. c. Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang ada di puskesmas. d. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan didalam program puskesmas.
2. Bagi Puskesmas a. Mengetahui upaya puskesmas yang belum memenuhi target SPM. b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas yang belum memenuhi target SPM. c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap masalah tersebut. E.
Metodologi Penulisan
Data diambil dari data primer dan data sekunder yang didapatkan di Puskesmas Tempuran. Data primer diperoleh dari wawancara dengan kepala puskesmas dan bidan Koordinator program, dan pengamatan langsung tentang pelaksanaan manajemen, berupa pelaksanaan
proses
manajemen
(P1/Perencanaan,
P2/Penggerakkan,
dan
Pelaksanaan,
P3/Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian). Data sekunder diperoleh dari SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas) dan laporan hasil kegiatan puskesmas. Data hasil kegiatan yang diperoleh kemudian dianalisis dengan membandingkannya dengan SPM yang ada. Hasil kegiatan yang pencapaiannya kurang dari 100% berdasarkan SPM merupakan masalah. Dari berbagai masalah tersebut dilakukan upaya pemecahan berdasarkan
problem solving cycle, yaitu setelah dilakukan identifikasi masalah, maka selanjutnya ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan bersama dipilih salah satu program bermasalah yang akan dipecahkan. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis penyebab dengan menggunakan diagram fishbone berdasarkan pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab. Dari berbagai kemungkinan penyebab tersebut kemudian dilakukan konfirmasi untuk mencari penyebab yang paling mungkin. Kemudian ditentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan masalah yang ditentukan. Berdasarkan penyebab masalah yang paling mungkin tersebut, ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan menggunkan metode kriteria matriks. Setelah didapatkan pemecahan masalah terpilih, selanjutnya dibuat rencana kegiatan dalam bentuk POA (Plan Of Action).
BAB II ANALISIS SITUASI
2.1
Keadaan Geografi dan Lingkungan
2.1.1
Keadaan Geografi
a. Batas-batas Wilayah Puskesmas Muntilan I adalah :
Utara
: Kecamatan Kaliangkrik dan Kecamatan Bandongan
Selatan
: Kecamatan Borobudur dan Kecamatan Salaman
Barat
: Kecamatan Kajoran
Timur
: Kecamatan Mertoyudan
b. Luas Wilayah Kerja Luas wilayah kerja Puskesmas Tempuran adalah seluas 49,04 Km2
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten Magelang c. Transportasi Jarak puskesmas sampai kota Magelang (RSU Tidar) adalah 11 km, jarak puskesmas sampai kantor Dinas Kabupaten adalah 12 km. Adapun untuk transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tempuran yang sesuai dengan kondisi desa dapat dijabarkan sebagai berikut:
Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 (empat): o
Pada musim kemarau
: 10 desa
o
Pada musimhujan
: 5 desa
d. Pembagian Wilayah Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebanyak 15 desa, seperti tertera pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Daftar Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran
e.
Ringinanom
Growong
Prajegsari
Sumberarum
Pringombo
Tugurejo
Sidoagung
Bawang
Jogomulyo
Tanggulrejo
Girirejo
Temanggul
Kalisari
Tempurejo
Kemutuk
Penilaian Strata Posyandu Puskesmas Tempuran
No. Desa
JML JML
POSYANDU
JML
KADER Pratama Madya Purnama Mandiri 1
TEMPUREJO
30
4
2
PRAJEKSARI
15
3
TUGUREJO
15
4
JOGOMULYO
29
5
BAWANG
10
6
KEMUTUK
5
7
PRINGOMBO
5
1
1
8
TEMANGGAL
5
1
1
9
GROWONG
17
10
GIRIREJO
10
11
KALISARI
9
12
TANGGULREJO
29
13
SIDOAGUNG
47
14
SUMBERARUM
24
7
5
1
10
3
1
4
3
4
2
9
2
2
1
1
4
4 1
2
1
2
1
3
6
6
4
8
12
9
1
10
15
RINGINANOM
JUMLAH
42
11
279
42
11 29
8
79
Jumlah PUSTU 3 : 1. Prajeksari 2. Temanggal 3. Ringinanom
f. Kondisi Geografis
Daerah dataran
: 16,34 km2 (33,3%) terdiri dari 11 desa.
Pegunungan
: 32,86 km2 (66,67%) terdiri dari 4 desa
Tanah sawah
: 18,89 km2
Tanah tegal
: 17,69 km2
Tanah perkarangan
: 8,93 km2
Hutan
: 3,42 km2
g. Komunikasi Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar: telepon, radio, surat kabar, balai desa dan pengumuman dengan loudspeaker di masjid.
h. Keadaan Penduduk Berdasarkan sumber dari kantor statistik tahun 2014, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Tempuran sebanyak 48.475 terdiri dari :
Jumlah laki-laki
: 24,850 jiwa
Perempuan
: 23.625 jiwa
Jumlah KK
: 12.440 KK
Jumlah jiwa per KK rata-rata
: 4 jiwa
Kepadatan penduduk
: 988,48 jiwa/km2
Sex ratio
: 105,1 %
Dari data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di kecamatan Tempuran masih rendahbila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah. Data penduduk berdasarkan umur tampak pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
i.
UMUR (TAHUN) 4
0– 5–9 10-14 15-19 20-24 25-29
JUMLAH 4.086
PERSENTASE (%) 8,5
4.856 4.623 3.689 2.941 4.854
10,4 9,64 7,69 6,31 10,39
7. 8. 9. 10. 11. 12.
30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59
4.365 3.805 3.081 3.081 2.007 1.657
9,10 7,94 6,64 6,64 4,18 3,45
13. 14. 15. 16.
60-64 65-69 70-74 75+ Total
1.470 911 653 607 48.475
3,06 1,90 1,36 1,29 100
Sosial Budaya a. Sarana Peribadatan Sarana peribadatan yang ada di kecamatan Tempuran terdiri dari 92 masjid, 1 buah gereja dan 213 buah mushola. Data pemeluk agama dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Data Pemeluk Agama di Wilayah Puskesmas Tempuran tahun 2014 Agama Jumlah Persentase (%) Islam 43.303 99,36 Kristen 192 0,44 Katolik 84 0,19 Budha 4 0,01 Hindu 0 0 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Kecamatan Tempuran 2014 b. Tingkat Pendidikan Tabel 6.Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Wilayah
Puskesmas Tempuran Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD-SLTP Tamat SLTA/MA Tamat AK/PT Total
Jumlah 2.168 8.238 1.614 260 12.440
Persentase (%) 18 67 13 2 100
c. Sosial ekonomi Tabel 7. Sarana Perekonomian di wilayah Tempuran tahun 2014 Industri rumah tangga Pasar umum Bank KUD
241 buah 3 buah 4 buah 1 buah
2.1.2 Data Kesehatan Lingkungan 1. Sarana pelayanan air bersih Tabel 8. Sarana Pelayanan Air Bersih No. 1. 2. 3.
Sarana Pelayanan Air ∑ Sarana ∑ Pemakai Persentase(%) Bersih Sumur gali 5032 32.781 68,22 Perlindungan mata air 44 3.637 7,5 SR. PDAM 88 6.003 12,5 TOTAL 5164 44.030 94,4 Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Muntilan I Januari-Juni tahun 2017
Dari data diatas terlihat sebagian besar penduduk (68,22%) di wilayah kerja Puskesmas Muntilan I memakai sumur gali sebagai sumber air bersih. Penggunaan sumur gali sebagai sumber air bersih ini lebih tinggi dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (36,27%). 2. Sarana jamban Tabel 9. Sarana Jamban dan SPAL No. Sarana Jamban 1.
Jamban Jamban Keluarga MCK/Umum
∑ Sarana
5.173 11
∑ Pemakai
Persentase (%)
2.
SPAL SPAL Rumah Tangga 4.343 TOTAL 9.527 Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Muntilan I Januari-Juni tahun 2017
Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher angsa (64,20%) dalam masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas Tempuran lebih rendah dari profil Jawa Tengah (64,24%).
2.1.10
Visi dan Misi Puskesmas
Puskesmas Muntilan I memiliki Visi dan Misi : VISI
Menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang merata berkualitas dan berbasis pemberdayaan masyarakat
MISI
Menerapkan semua pelayanan sesuai prosedur
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan keterjangkauan pelayanan kesehatan
2.2
Meningkatkan profesionalisme petugas yang berbasis kompetensi
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
Masukan
2.2.1 Ketenagaan/Sumber Daya Manusia (Man) Tabel 10. Data pegawai Puskesmas Muntilan I Tenaga Kerja
Jumlah(orang)
Kepala Puskesmas
1
Dokter Umum
2
Dokter Gigi
1
Perawat Puskesmas
2
Perawat Pustu
2
Perawat Gigi
1
Bidan Puskesmas
2
Bidan Desa
8
Kasubag TU
Petugas PU/Promkes
1
Juru imunisasi
1
Petugas Gizi
1
Petugas Apotek
1
Petugas Laborat
2
Pekarya Kesehatan
0
Koordinatos SP3
1
Petugas gudang obat
1
Petugas P2M
1
Pembantu perawat
0
Tata Usaha/UP
1
Pembantu KIA
0
Petugas pendaftaran
1
Pengemudi
1
Total
41
2.2.2 Pembagian tugas dan Tanggung jawab di Puskesmas Tempuran tahun 2014 Pembagaian tugas dan tanggung jawab di puskesmas Tempuran tahun 2014 dapat dilihat pada tabel.
Tabel 11. Pembagian Tugas di Puskesmas Tempuran Kategori No 1
2
Nama dr.
Anggraini
Pendidikan Dwi
Kedokteran
Tugas Jabatan
Kepala
Manajemen
Astuti
Puskesmas
puskesmas
dr. Shanti Indriyani Kedokteran
Kelompok
BP umum
Ayu Ekowati
jabatan fungsional
3
Pokok
dr. Indraswari
Kedokteran
Dokter umum
Integrasi Rawat Jalan
Tamba han
4
Drg. Dollyviatri
Keodkteran gigi
Dokter gigi
BP gigi
Helix Nurmulianti,MM 5
Drg. Irmena Rida
Kedokteran gigi
Dokter gigi
BP gigi
6
Martiningsih
Apoteker
Ka Subag TU
TU
7
Dwi Prijono
SMA
Staf
Loket pendaftaran
8
Sigit Indrijatno
D4
Sanitarian
Kesehatan
Bendahara MP
lingkungan 9
Rumiasih SKM
FKM
Nutrisionis
Koord.
Bendahara
Gizi
JPKMM
Bidan
Koord
Bidan desa
10
Rini Yuliati
D3 AKBID
Puskesmas
Bidan
11
Andriani
D 3 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
12
Yuli Astuti
SMA
Staf
TU
13
Sri Endang
DI Bidan
Bidan desa
kepegawaian Bidan desa
Bidan desa
Bidan desa
D 3 Bidan
Bidan
Bidan desa
SMF
Asisten
Loket obat
SIMPUS
Imunisasi
Koord.imunis
Sugiarti 14
Shinta
Anggun D 3
Permatasari 15
Dwi Ary Septilestiana
16
Ragil Retno Kuntari
Apoteker 17
Oslyn Merigah
SPK
Perawat
Saragih
asi
18
Sri Riningsih
SPK
Perawat
BP umum
Koord. Pustu
19
Noor Hidayanto
SPK
Perawat
BP
Koord. Pustu
20
Tri Prasetyono
SMP
Pengemudi
Bendahara barang
21
Hana Setiawati
D3 keperawatan
Perawat
Perawat
Koor. Pustu
22
Nunuk Prihmiyati
D3 keperawatan
Perawat
Perawat
Koord.
pelaksana
paru
TB
lanjutan 23
Tri Wahyuni
D 1 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
24
Dusi Catur
D 1 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
25
Ernawati
D 1 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
26
Sri Sumijati
D 1 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
27
Ratri Adiningsih
D 1 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
28 29
Agus Sunartiyah Winandu Dwi
D 1 Bidan D 1 Bidan
Bidan desa Bidan desa
Bidan desa Bidan desa
Pustu
Rahayu 30
Ernayanti
D 1 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
31
Windy Ari
D 3 Bidan
Bidan desa
Bidan desa
SMA
Laborato-rium
Laborato-rium
Setiani 32
Emmi Kusumawati
33
Emy Lestari Hidayati
34
Puji Sismiyati
SPK
Bantu loketPendaftaran
35
Tri Kurniawati
D3 Kes Gigi
36
Agustina Suharman
D3
Rekam Rekam Medis
Koor. Simpus
Analis Pranata Laborat
Laborato-rium
Medis 37
Rokhana Ernawati
D3
Kesehatan 38
M.Sayful Amsyar
SLTA
Pengadaan Perlengkapan
41
Warsiyati
39
Taufik Hadi Prasetyo
D3
Perawat
Perawat
Petugas
Petugas
Kebersihan
Kebersihan Penjaga Kantor
Keperawatan SMK
40
Purwo Handoko
SD
Penjaga Kantor
41
Dewi Upiani
D3 bidan
Bidan desa
Deskripsi Kerja
di
a. Dokter/Kepala Puskesmas Tugas Wajib Melaksanakan kegiatan teknis operasional dana kegiatan teknis penunjang di bidang pelayanan kesehatan, penggerakkan pengembangan kesehatan serta usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga secara paripurna dan mandiri sesuai wilayah kerjanya.
Rincian:
Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman teknis maupun pelaksanaan lainnya yang berhubungan dengan tugasnya.
Melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu melalui upaya rawat jalan, rawat inap dan penunjang.
Melaksanakan usaha penggerakan pembangunan berwawasan melalui upaya penyehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta upaya khusus sesuai dengan program spesifik.
Melaksanakan usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga melalui upaya penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan keluarga, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi.
Melaksanakan monitoring dan evaluasiserta pelaporan penyelenggaraan tugas oprasional pelayanan kesehatan, penggerakan pembangunan kesehatan serta usaha pemberdayaan masyarakat dan keluargasecara paripurna dan mandiri.
Melakukan tugas lain yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
a. Dokter Umum Tugas Wajib :
Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja puskesmas dapat berjalan dengan baik. Fungsi :
Mengawasi pelaksanaan pelayanan pengobatan di wilayah kerja puskesmas baik puskesmas, pustu, atau pusling.
Memberikan bimbingan dan supervise teknis kepada penderita dan masyarakat.
Membantu membina lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
b. Dokter Gigi Tugas Wajib :
Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut wilayah kerja puskesmas agar dapat berjalan dengan baik. Fungsi :
Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi.
Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja puskesmas secara teratur.
Supervise dan bimbingan teknis pada program gigi di puskesmas.
Memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada penderita dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta masyarakat.
Memberikan penyuluhan kesehatan.
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
c. Perawat Gigi Tugas Wajib :
Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas. Fungsi :
Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.
Memeriksa, memberishkan, menambal karang gigi, dan mengobati gigi yang sakit.
Merujuk kasusu yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.
Melaksanaan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)dan UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah).
Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.
d. Tata Usaha Tugas Wajib :
Menghimpun
dan
menyususn
semua
laporan
kegiatan
puskesmas
serta
menghimpun, mengatur, dan menyimpan semua surat masuk. Fungsi :
Mengumpulkan dan membuat surat yang masuk /keluar yang didisposisi.
Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas di puskesmas
Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian puskesmas
Melakukan laporan berkala ketatausahaan.
e. Petugas Puskesmas Tugas Wajib :
Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di puskesmas di wilayah kerja puskesmas agar berjalan dengan baik. Fungsi :
Melaksanakan kegiatan puskesmas baik didalam maupun diluar gedung.
Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan puskesmas
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
Melakukan pendataan sasaran secara periodic.
f. Petugas Pengobatan Tugas wajib :
Melaksanakan pengobatan rawat jalan di puskesmas.
Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi dokter.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
Melakukan penvcatatan dan pelaporan.
g. Petugas P2M Tugas Wajib :
Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja puskesmas. Fungsi :
Melaksanakn tindak pemberantasan penyakit menular.
Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja puskesmas.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.
Melakukan pengobtan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dokter.
Melakukan kunjungan rumah.
Ikut dalam kegiatan puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2M Memberikan penyuluhan kesehatan.
Melakukan pecatatan dan pelaporan.
h. Petugas KIA Tugas Wajib :
Melaksanakan kegiatan KIA di wilayah kerja puskesmas agar dapat berjalan dengan baik. Fungsi :
Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak.
i.
Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
Memberikan jelang imunisasi pada ibu hamil dan bayi.
Melakukan pembinaan dukun bayi, melakukan pembinaan kepada bidan desa.
Melaksanakan kegiatan posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait KIA.
Melakukan penyuluhan kesehatan.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
Petugas Gizi Tugas Wajib :
Melakuakn kegiatan dan mengkoordinir perbaiakn gizi di wilayah kerja puskesmas. Fungsi :
Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja puskesmas.
Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi.
Membantu meningkatkan kerjasama lintas sektoral terkait dengan gizi.
Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Melakukan pembinaan posyandu.
Melakukan rujukan kasus gizi.
j.
Melakukan monitoring garam beryodium secara berkala. Petugas Sanitasi Tugas Wajib :
Mengubah, mengendalikan atau menghilangkansemua unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat. Fungsi :
Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban keluarga rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan.
Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampung air hujan, dan sarana air bersih lainnya.
Pengawasan hygienitas, perusahaan dan tempat-tempat minum.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Aktif memperkuat lintas kerja sektoral.
Ikut serta dalam puskesling dan kegiatan terpaut yang terkait dengan hidup sehat.
Memberikan penyuluhan kesehatan.
Pengawasan dan penyehatan perumahan.
Pengawasan pembuangan sampah.
Pengawasan makanan dan minuman.
k. Petugas Imunisasi Tugas Wajib :
Melaksanakan dan mengkoordinir koordinasi imunisasi di wilayah kerja puskesmas. Fungsi :
Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan di puskesmas.
Melakukan penyuluhan kepada pasien tengtang imunisasi.
l.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.
Memberikan penyuluhan kesehatan.
Petugas Apotek Tugas Wajib :
Memeriksa, meracik, dan membungkus obat. Fungsi :
Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotek.
Membantu distribusi obat ke puskesling, pustu dan PKD.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.
m. Petugas Laboratorium Tugas Wajib :
Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja puskesmas. Fungsi :
Membantu menegakan diagnosis penyakit.
Melaksanakan pemeriksaan specimen.
Membantu rujukan specimen.
Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium.
Memberikan penyuluhan kesehatan.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
n. Petugas Pendaftaran Tugas Wajib :
Melakuakn proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung puskesmas. Fungsi :
Melakukan pelayanan pembayaran secara berurutan.
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.
Memberikan gambar status atau catatan medis untuk setiap pasien.
Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakanpada hari tersebut.
Melakuakn pencatatan dan pelaporan.
o. Petugas Gudang Obat Tugas Wajib :
Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas Fungsi :
Mempersiapkan pengadan obat puskesmas.
Mengatur penyimpanan obat.
Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.
Menyediakan obat untuk puskesling, pustu, dan PKD (Poliklinik Kesehatan Desa).
Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan, dan pencahayaan dalam ruang obat.
B. Machine 1. Sarana Fisik
Puskesmas Induk
: 1 buah
Pustu
: 3 buah ( desa Ringinanom, Prajegsari, Temanggal)
PKD
: 11 buah
Posyandu
: 80 buah
UKS
: 34 SD/MI
Posyandu lansia
: 19 buah
2. Penunjang medis Minor set, alat pengukur vital sign, dan alat diagnostic lainnya.
Dental set.
Mikroskop monookuler 1 buah.
Sarana obat : jumlah cukup, jenis terbatas, dan dalam keadaan kurang.
3. Penunjang non medis
Puskesmas rawat jalan yang terdiri dari :
Loket pendaftaran
Balai pengobatan
Ruang KIA/KB
Ruang poli gigi
Ruang imunisasi dan klnik sanitasi
Aula atau ruang pertemuan Laboratorium
Apotek dan gudang obat
Kantor kepala puskesmas
Ruang tata usaha
Ruang bidan
Ruang perawat
Mushola
Toilet
4. Sarana penunjang lain Sarana penunjang lain yang dimiliki puskesmas meliputi 2 buah mobil puskesling dan 6 buah sepeda motor.
C. Money Biaya operasional Puskesmas Tempuran berasal dari hal berikut dibawah ini : 1) Dana rutin dari dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Retribusi diberikan ke PEMDA dikembalikan ke puskesmas sebanyak 85% (±1 juta/ bulan). Dari 85% dana tersebut, 10% untuk manajemen, 40% untuk jasa medis, 50% untuk operasional kegiatan. 2) Dana tidak rutin, Jamkesmas dari pusat, digunakan untuk kegiatan operasional manajemen, persalinan, dan pelayanan kesehatan dasar dan dana alokasi khusus tergantung program khusus yang akan dilaksanakan. Selain itu terdapat BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan) yang biasanya digunakan untuk operasional kegiatan puskesmas.
D. Method
Metode yang digunakan di Puskesmas Tempuran ini antara lain : 1) Mini lokakarya, yang diselenggarakan setiap satu bulan sekali. 2) Rapat antar coordinator. Rapat ini bersifat fleksibel. Biasanya , diselenggarakan setiap hari jumat.
E. Material Puskesmas
Tempuran
dalam
menjalankan
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat menggunakan SOP (Standart Operasional Pelayanan) dalam setiap upaya kegiatan wajib dan pengembanagn puskesmas.
II. 4. Proses A. P1 (perencanaan) a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini semua koordinator program menjadi perencana program puskesmas. Bahan perencanaan diberikan oleh Kepala Puskesmas denga mengacu pada hasil evaluasi pada tahun yang lalu dan standart pelayanan minimal (SPM) tahunan. Target ditentukan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas bersama tim mengadakan pengkajian bersama didalam membuat Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) lima tahunan. Kemudian kepala puskesmas mengadakan sosialisasi PTP kepada seluruh petugas Puskesmas. b. Tahap Analisis situasi Sumber data diperoleh dari laporan setiap bulan (tangal 5-10) dari pemegang program kepada Kepala Puskesmas. Data diolah dengan menggunakan rumus-rumus yang ada di SPM dan disajikan sesuai dengan form yang disajikan DINKES. Data pencapaian tahun yang lalu diperoleh dengan cara setiap bulan dikumpulkan lalu diolah diakhir tahun. Kemudian dianalisis dan dicari penyebab masalah sesuai fakta rill yang ada yaitu dengan mengadakan kunjungan langsung kemudian dibuat pemecahan masalahnya. c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Masalah dan penyebab masalah dirumuskan sesuai data rill dengan turun langsung ke lapangan dengan Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas. Perumusan pemecahan masalah sesuai analitik dan dirumuskan setelah turunlangsung ke lapangan. Kemudian disusun prioritas dan dijadikan RUK. d. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Setelah menyusun RUK
dilakukan penyusunan RPK. Hambatan-
hambatan yang ditemui dalam menyusun RPK antara lain perihaldana dan tenaga untuk turun langsung ke lapangan. Sedangkan hambatan potensial sudah dianalisis berdasarkan sumberdaya yang ada. Hambatan dana diatasi dengan cara mencari sumber dana yang bisa didekati untuk digunakan, sedangkan hambatan tenaga diatasi dengan menggerakan tenaga yang ada semaksimal mungkin. Dalam penyusunan PTP dibutuhkan / dukungan kerjasama lintas program dan lintas sektoral serta bimbingan teknis. B. P2 ( Penggerakan dan Pelaksanaan) a. Pengorganisasian
Puskesmas telah memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan fungsi Puskesmas. Terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap staf yang jelas. Walaupun ada perangkapan tugas itu tidak mengganggu kelancaran tugas. Setiap staf juga sudah membuat uraian tugasnya dan dalam pelaksanaan tugas setiap petugas juga sudah membuat jadwal kegiatannya. b. Kerjasama lintas program Penggalangan kerjasama lintas program dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya Mini. Lokakaarya Mini ini yang merupakan pertemuan rutin antara pimpinan dan staf ini dilakukan 12 kali dalam setahun, setiap bulan sekali. Pada Lokakarya ini dibahas pembagian tugas masing-masing staf berupa : Tugas wajib merupakan tugas pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat di puskesmas yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan wajib
Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta masyarakat, yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan peran serta masyarakat.
Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada setiap petugas berdasarkan kesepakatan bersama serta atas perintah pimpinan.
Masing-masing petugas sesuai tugas wajib, integrasi, dan tambaha dibuatkan uraian tugas dan uraian kegiatan. Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dibuatkan prosedur kerja yang merupakan rangkaian kerja yang berkaitan satu sama lain. c. Kerjasama Lintas Sektoral Puskesmas melakukan kerjasama lintas sektoral dilaksanakan dalam bentuk rapat koordinasi kecamatan yang dilakukan tiap 3 bulan (tergantung undangan), juga dapat dilakukan jika ada kegiatan bersama yang dilaksanakan lintas sector. Dalam pertemuan rutin ini dibahas program-program sektoral yang mempunyai kesamaan sasaran dengan program kesehatan. Hasil pertemuan tersebut berbentuk kesepakatan, pembentukan tim, dan informasi yang kemudian akan ditindaklanjuti. d. Kerjasama Lintas Wilayah Puskesmas menjalin kerjasama lintas wilayah dengan puskesmas lain terkait dengan masalah kesehatan yang menuntut adanya kerjasama dan kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai. e. Motivasi Kerja Pimpinan puskesmas bertugas untuk meningkatkan motivasi kerja staf agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam bentuk motivasi kesadaran kerja, pujian dan penghargaan. Bagi program-program yang belum mendapat target seperti cakupan penderita pneumonia, diare, dan suspek kasus TB BTA (+) , motivasi staf dilakukan dengan cara mencari penyebab masalah dulu, baru dilakukan motivasi staf. forum dialog antara staf dengan keala puskesmas berada pada lokakarya mini yang dilakukan setiap bulan. bagi petugas yang melanggar peraturan atau melaksanakan tugas tidak sesuai standart diberikan teguran lisan, bila sudah 3 kali teguran tertulis, dan bila sudah 3 kali diberikan
teguran tertulis tetap tidak ada perubahan, maka selanjutnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan. f. Pembimbingan Pembimbingan oleh Kepala Puskesmas dapat dilakukan misalnya dalam bentuk penyampaian informasi kebijakan terbaru kepala coordinator P2M TB dan konsultasi staf P2M sehubungan dengan masalah tugas yang dihadapinya. Selain itu juga tersedia rujukan kepustakaan sebagai bahan peningkatan pengetahuan. C. P3 ( Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian) a. Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh pimpinan puskesmas dan dan dibantu oleh tim tekhnis yang ada di puskesmas. Kepala puskesmas dapat mengawasi secara langsung maupun mengawasi para tim tekhnisdari laporan mereka masing-masing setiap bulannya di lokakarya mini. Selain itu juga ada feedback dari Dinas Kabupaten. b. Pengendalian Kepala puskesmas melakukan pengendalian pelaksanaan programprogram melalui system pencatatan dan pelaporan. Kepala puskesmas memiliki kewewenangan melakukan tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan. Selain itu, hasil pemantauan selalu dikomunikasikan dengan pihak terkait dan dilakukan pengawasan setiap ada kegiatan. Data diolah dengan menggunakan rumus-rumus yang ada di SPM dan dan disajikan sesuai dengan form yang disajikan oleh Dinkes. c. Penilaian Untuk meningkatkan hasil daya guna, perencanaan dan pelaksanaan program serta memberi petunjuk dalam pengolahan tenaga, dana dan fasilitas untuk program yang ada pada saat ini dan yang datang, maka dilakukan penelitian dengan memakai instrument data cakupan yang meliputi tahapan sebagai berikut :
Menentukan indikator (standart) sesuai target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten.
Menampilkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dengan dihitung melalui SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), PWS
(Pemantauan Wilayah Setempat), dan akhirnya dirangkum dalam SPM (Standart Pelayanan Minimal).
Membandingkan akumulasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan pertahunnya dengan standart yang diharapkan
Mencari penyebab terjadinya penyimpangan
Menetapkan cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan tersebut
Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut.
BAB III DATA KHUSUS UPAYA/ PROGRAM PUSKESMAS
III. I Program Pokok Puskesmas
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. 13 1. Upaya kesehatan wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Yang termasuk dalam upaya kesehatan wajib adalah :
Promosi lingkungan
Kesehatan lingkungan
Kesehatan ibu anak dan keluarga berencana
Perbaikan gizi masyarakat
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Pengobatan
13
2. Upaya kesehatan pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Yang termasuk dalam upaya kesehatan pengembangan adalah :
Upaya kesehatan sekolah
Upaya kesehatan olahraga
Upaya kesehatan kerja
Upaya kesehatan gigi dan mulut
Upaya kesehatan jiwa
Kesehatan usia lanjut
Pembinaan pengobatan tradisional
Perawatan kesehatan masyarakat dan sebagainya
13
III.2 Upaya Kesehatan Wajib III.2.1 Kesehatan Ibu dan Anak
Program KIA adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Jenis kegiatan dari program KIA antara lain : 13 1. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan indicator :
13
a) Cakupan kunjungan bumil K1 b) Cakupan kunjungan bumil K4 c) Deteksi kasus resiko tinggi ibu hamil d) Ibu hamil resti yang ditangani (PONED) e) Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani (PONED) f) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan g) Cakupan kunjungan neonates KN1 (6-48 Jam) h) Cakupan kunjungan neonates KN2 (3-7 hari) i) Cakupan kunjungan neonatus KN3 (8-28 hari) j) Cakupan kunjungan bayi k) BBLR yang ditangani l) Neonatal resti yang ada atau ditemukan m) Neonatal resti atau komplikasi yang ditangani n) Pembinaan dukun bayi Tabel 10. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Berjalan
Cakupan
Pencapaian
Cakupan
100%
768
256
290
113.3%
113.3%
95%
768
256
232
90.6%
95.4%
100%
154
51
69
134.8%
134.8%
100%
64
XX
64
100%
100%
100%
28
XX
28
100%
100%
95%
732
244
4
1.6%
1.7%
100%
697
232
239
102.9%
102.9%
95%
697
232
239
103.0%
108.4%
95%
697
232
239
103.0%
108.4%
kunjungan bumil K1 Cakupan kunjungan bumil K4 Deteksi kasus resti
ibu
hamil Ibu
hamil
resti
yang
ditangani (PONED) Ibu
hamil
dengan komplikasi yang ditangani (PONED) Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga
kesehatan Cakupan kunjungan neonates KN1 (6-48 Jam) Cakupan kunjungan neonates KN2 (3-7 hari) Cakupan kunjungan neonatus KN3 hari)
(8-28
Cakupan
90%
697
232
250
107.6%
119.6%
yang
100%
18
XX
8
44.4%
44.4%
Neonatal resti
100%
101
XX
101
100%
100%
80%
101
XX
101
100%
125%
100%
15
XX
15
100%
100%
100%
15
15.0
15
100%
100%
100%
10
3,33
4
120%
120%
kunjungan bayi BBLR ditangani
yang ada atau ditemukan Neonatal resti atau komplikasi yang ditangani Jumlah dukun bayi
yang
terlatih Jumlah dukun yang hadir Frekuensi pembinaan dukun
2. Pelayanan kesehatan anak prasekolah dan usia sekolah dengan indicator: 13 a) Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah b) Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD setingkat oleh tenaga kesehatan terlatih atau guru UKS atau dokter kecil (Penjaringan kelas 1) c) Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP , SLTA, dan setingkat d) Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas I SLTP, SLTA/ sederajat) e) Pembinaan TK
Tabel 11, Hasil kegiatan kesehatan anak prasekolah dan usia sekolah di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
Cakupan
Pencapaian
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Berjalan Deteksi dini
95%
2918
973
-
-
-
100%
949
316
-
-
-
80%
2473
824
-
-
-
80%
914
305
-
-
-
tumbuh kembang anak
balita
dan prasekolah
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa
SD
setingkat oleh tenaga kesehatan terlatih atau guru
UKS
atau dokter kecil Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa
TK,
kelas
1
SLTP
,
SLTA, dan setingkat Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas SLTP, SLTA/ sederajat)
I
Jumlah TK
100%
1559
520
-
-
-
yang dibina
3. Pelayanan keluarga berencana, dnegan indicator :
13
a) Jumlah seluruh peserta aktif keluarga berencana
Tabel 12. Hasil kegiatan pelayanan keluarga berencana di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Cakupan
Pencapaian
75.98%
94.97%
Berjalan Jumlah
80%
8555
XXX
6500
seluruh peserta aktif KB
4. Pelayanan Usila, dengan indicator : 13 a) Jumlah posyandu prausila dan usila yang ada b) Cakupan pelayanan prausila dan usila
Tabel 13. Hasil kegiatan pelayanan usila di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Cakupan
Pencapaian
Berjalan Jumlah
100%
15
XXX
19
126.67%
94.97%
70%
11251
3750
528
14.08%
20.11%
posyandu prausila dan usila
yang
ada Cakupan pelayanan prausila dan usila
III.2.2 Gizi
Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi. Jenis kegiatan dari program gizi antara lain: 13 1. Pemantauan dan pertumbuhan balita 2. Cakupan bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1 kali pertahun 3. Cakupan bayi (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun 4. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe 5. Balita BGM 6. Cakupan pemberian MP ASI pada bayi BGM dari GAKIN 7. Balita gizi buruk mendapat perawatan 8. Desa dengan cakupan keluarga bergaram yodium baik 9. Cakupan kapsul yodium untuk WUS di daerah endemic GAKI 10. Kecamatan bebas rawan gizi 11. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
Tabel 14. Hasil kegiatan program gizi di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Cakupan
Pencapaian
Berjalan Balita yang
80%
3481
XXX
3117
89.54%
111.9%
80%
3117
XXX
2790
90.47%
113.08%
datang dan ditimbanng (D/S) Balita yang naik
berat
badannya (N/D)
Cakupan
95%
374
XXX
374
100%
105.2%
95%
2692
XXX
2690
99,93%
105.1%
90%
768
256
284
110.9%
123.2%
Balita BGM
<1.5%
3117
XXX
23
0.73%
205.4%
Cakupan
98%
8
XXX
8
100%
100%
bayi
(6-11
bulan) yang diberi kapsul vitamin
A
dosis tinggi 1
kali
pertahun Cakupan bayi (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin
A
dosis tinggi 2
kali
pertahun Cakupan ibu
hamil
yang diberi 90 tablet Fe
pemberian MP
ASI
pada
bayi
BGM
dari
GAKIN Balita
gizi
100%
buruk mendapat perawatan Desa dengan cakupan keluarga
90%
bergaram yodium baik Cakupan
90%
kapsul yodium untuk WUS di
daerah
endemic GAKI Kecamatan
80%
bebas rawan gizi Cakupan ibu
89%
732
244
222
90.98%
102.2%
nifas
mendapat kapsul vitamin A
III.2.3 Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya, atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan pengaruh negative terhadap kesehatan. Jenis kegiatan dari program kesehatan lingkungan antara lain:
13
1. Institusi yang dibina 2. Jumlah tempat tempat umum yang diperiksa 3. Tempat tempat umum yang memenuhi syarat sanitasi 4. Tempat pengolahan makanan dan penjualan diperiksa 5. Tempat pengolahan makanan dan penjualan yang memenuhi syarat sanitasi 6. Rumah sehat 7. Penduduk yang memanfaatkan jamban 8. Rumah yang mempunyai SPAL 9. Rumah atau bangunan bebas jentik Aedes
Tabel 15. Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Cakupan
Pencapaian
Berjalan Institusi yang
70%
dibina Jumlah
100%
117
39
46
118%
117.95%
80%
46
XXX
40
87%
108.7%
90%
63
21
18
86%
95.24%
75%
18
XXX
7
39%
51.85%
70% 75%
11196 8031
11196 8031
6561 7403
59% 92%
83.72% 122.91%
65%
1597
1597
1597
100%
117.65%
TTU
yang diperiksa TTU
yang
memenuhi syarat sanitasi TP2M diperiksa TP2M
yang
memenuhi syarat sanitasi Rumah sehat Penduduk yang memanfaatkan jamban Rumah
yang
mempunyai SPAL Rumah
atau
100%
bangunan bebas
jentik
Aedes
III.2.4 Penanggulangan Penyakit Menular
Tujuan dari program P2M ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit. Jenis kegiatan dari program P2M antara lain: 13
1. P2 TB dengan indicator: 13 a) Cakupan suspek TB paru b) Penemuan kasus TB BTA (+) (case detection rate) c) Angka konversi (conversion rate) d. Angka kesembuhan (cure rate)
Tabel 16. Hasil kegiatan P2 TB di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
Sasaran
Hasil
(1 tahun)
Bulan
Kegiatan
Cakupan
Pencapaian
Berjalan Cakupan suspek
80%
514
171
67
39.18%
48.98%
70%
514
171
1
0.58%
0.84%
80%
1
XXX
1
-
25.00%
85%
3
XXX
3
-
75.0%
TB
paru Penemuan kasus
TB
BTA (+) Angka konversi Angka kesembuhan
2. P2 ISPA, dengan indikator:
13
a) Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar) Tabel 17. Hasil kegiatan P2 ISPA di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
23,17%
23,17%
berjalan Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan / ditangani
100%
246
82
19
3. P2 diare, dengan indikator.13 Tabel 18. Hasil kegiatan P2 diare di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran
1
tahun
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan Balita
100 %
144
48
100
208%
208%
< 1 / 10.000
-
100
0
0%
0%
dengan diare yang ditangani Angka kematian diare
4. P2 kusta, dengan indikator.13 a) Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) Tabel 19. Hasil kegiatan P2 kusta di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016. Indikator
Target
Sasaran
1
tahun
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
-
-
berjalan Penderita kusta
> 90%
-
-
-
yang
selesai berobat
5. Imunisasi, dengan indikator.13 a) Jumlah ibu hamil mendapat TT1 b) Jumlah ibu hamil yang mendapat TT2 c) Desa UCI d) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi BCG e) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1 f) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 2 g) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 3 h) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
i) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 j) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak k) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 (0-7 hari) l) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total m) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2 n) Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B3 Tabel 20. Hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016. Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan Jumlah
bumil
98%
768
256
65
25%
25,91%
95%
768
256
71
28%
29,19%
100%
15
xxx
11
73%
73%
95%
678
226
206
91%
95,95%
95%
678
226
198
88%
92,22%
95%
678
226
217
96%
101,07%
95%
678
226
192
85%
89,43%
95%
678
226
167
74%
77,78%
yang mendapat TT1 Jumlah
bumil
yang mendapat TT2 Desa UCI Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi BCG Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi DPT1 Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi
DPT
3 Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi Polio 1 Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi Polio 4
Jumlah
bayi
95%
678
226
246
109%
114,58%
95%
678
226
229
101%
106,66%
95%
678
226
198
88%
92,22%
95%
678
226
182
81%
84,77%
95%
678
226
216
96%
100,61%
yang mendapat imunisasi Campak Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi Hepatitis
B1
Total Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi Hepatitis B2 Jumlah
bayi
yang mendapat imunisasi Hepatitis B3
6. P2 DBD, dengan indikator.13 a) Penderita DBD yang ditangani sesuai standar b) Incidence rate c) CFR Tabel 21. Hasil kegiatan P2 DBD di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran bulan
Hasil kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan Penderita
100 %
-
xxx
-
-
-
Incidence
20 / 100.000
-
-
-
-
-
rate
penduduk
DBD
yang
ditangani
CFR
<1%
-
-
-
-
-
III.2.5 Promosi Kesehatan Pelayanan dalam promosi kesehatan dikelola oleh beberapa tenaga kesehatan. Jenis kegiatan dari program promosi kesehatan antara lain: 13 1. Penyuluhan kelompok dan umum di dalam dan luar gedung puskesmas, dengan indikator: 13 a) Rumah tangga sehat b) Bayi yang dapat ASI Eksklusif c) Desa dengan garam beryodium d) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) e) Posyandu purnama f) Posyandu mandiri g) Jumlah kunjungan ke posyandu seluruhnya h) Frekuensi pembinaan i) Jumlah kader terlatih j) Jumlah kadar aktif Tabel 22. Hasil kegiatan penyuluhan kelompok dan umum di dalam dan luar gedung di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan Rumah
tangga
65%
12250
4083
10579
259,09%
398,6%
Bayi yang dapat
80%
400
xxx
189
47,25%
59,06%
Desa dengan garam beryodium
90%
-
-
-
-
-
Kadarzi
80%
-
-
-
-
-
Posyandu
40%
80
xxx
29
36,25%
90,6%
6%
80
xxx
8
10,00%
166,7%
100%
960
320
320
100%
100%
sehat
ASI Eksklusif
purnama Posyandu mandiri Jumlah
kunjungan
ke
posyandu seluruhnya Frekuensi
100%
800
267
320
119,85%
119,85%
kader
100%
400
xxx
284
71,00%
71%
kader
80%
301
xxx
284
94,3%
117,8%
pembinaan Jumlah terlatih Jumlah aktif
2. Penyuluhan
pencegahan
dan
penanggulangan
penyalahgunaan
NAPZA,
dengan
13
indikator:
a) Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah b) Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah c) Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan d) Klien yang mendapatkan penggunaan HIV/AIDS e) Kasus infeksi menular seksual yang diobati f) Jumlah kadar aktif Tabel 23. Hasil kegiatan penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di Puskesmas Tempuran bulan Januari – April 2016 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan Penyuluhan
P3
100%
12
4
-
-
-
100%
12
4
-
-
-
24%
96
32
1
3,12%
13%
-
-
-
-
-
-
NAPZA di sekolah Penyuuhan HIV/AIDS sekolah
di
Penyuluhan NAPZA HIV/AIDS
dan oleh
petugas kesehatan Klien mendapat
yang
penanganan HIV/AIDS Kasus
infeksi
menular
seksual
-
-
-
-
-
-
yang diobati
13
3. Perkembangan sekolah sehat, dengan indikator. a) Pembentukan dokter kecil b) Pembinaan dokter kecil c) PSN di sekolah Tabel 24. Hasil kegiatan perkembangan sekolah sehat di Puskesmas Muntilan I bulan Januari – Juni 2017 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan Pembentukan dokter kecil Pembinaan dokter kecil PSN di sekolah
III.2.6 Pengobatan Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut. Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: 13
Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat.
Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu: o
Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang
o
Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit
o
Mencegah dan mengurangi kecacatan
o
Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.
Program pengobatan memiliki beberapa kegiatan wajib, yaitu:13
Melakukan diagnosa sedini mungkin
Melakukan tindakan pengobatan
Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu
Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan lain-lain.
Keberhasilan program dapat dibuat dengan menilai jumlah kasus yang ada. Kasus ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:13
Kasus baru
: pernyataan diagnosa untuk pertama kali oleh dokter atau
paramedis bahwa seseorang menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang ditetapkan. Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2016 sebesar 47,4% jumlah penduduk.
Kasus lama
: kunjungan kedua dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit
yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah kunjungan pertama kali dalam setahun berikutnya namun masih dalam satu periode
penyakit yang bersangkutan. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan.
Jenis kegiatan dari program pengobatan antara lain:13 1. Jangkauan pengobatan rawat jalan, dengan indikator: 13 a) Jumlah kasus baru b) Frekuensi kunjungan c) Bed occupancy rate (BOR) d) Length of stay (LOS) e) Deteksi kasus baru dan lama P2PTM Hipertensi
Jantung iskemik
Stroke
Gangguan mental 5-14 tahun
Gangguan mental > 15 tahun
Kebutaan
Kecelakaan lalu lintas
Diabetes mellitus
Neoplasma
Tabel 25. Hasil kegiatan jangkauan pengobatan rawat jalan di Puskesmas Muntilan I bulan Januari – Juni 2017 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
berjalan Jumlah
kasus
baru Frekuensi kunjungan BOR LOS Deteksi
kasus
baru dan lama P2PTM Hipertensi Jantung iskemik Stroke Gangguan mental 5 – 14 tahun Gangguan mental
>
15
tahun Kebutaan Kecelakaan lalu lintas Diabetes mellitus Neoplasma
2. Upaya kesehatan gigi, dengan indikator.13
Cakupan
Pencapaian
a) UKGS tahap 3 b) Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan (dalam atau luar gedung) Tabel 26. Hasil kegiatan upaya kesehatan gigi di Puskesmas Muntilan I bulan Januari – Juni 2017 Indikator
Target
Sasaran
1
tahun
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
Cakupan
Pencapaian
berjalan UKGS Tahap 3 Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan
3. Kesehatan jiwa, dengan indikator. 13 a) Pelayanan gangguan jiwa di sarana kesehatan umum. Tabel 27. Hasil kegiatan upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Muntilan I bulan Januari – Juni 2017 Indikator
Target
Sasaran tahun
1
Sasaran
Hasil
bulan
kegiatan
berjalan Pelayanan gangguan di
jiwa sarana
kesehatan umum
BAB IV
Cakupan
Pencapaian
ANALISIS MASALAH
Hasil kegiatan Puskesmas Tempuran pada bulan Januari – April 2016 yang diperoleh berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Sehingga didapatkan masalah yaitu hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada bulan Januari – April 2016 yang masih belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dari masalah tersebut, perlu dilakukan upaya pemecahan masalah dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut:
I NPU T
PROSES
OUTPUT
Man Money Method Material Machine
Fungsi Manajemen (P1,P2,P3) dan Manajemen Mutu
Cakupan Kegiatan dan Mutu
OUTCOME
LINGKUNGAN
Fisik Kependudukan Sosial Budaya Sosial Ekonomi Kebijakan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem
Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut. Berdasarkan pendekatan
sistem, masalah akan timbul dan terlihat pada output, sedangkan sumber masalah dapat terjadi pada input ataupun proses.
A. Kerangka Pikir Masalah Masalah adalah kesenjangan antara harapan atau tujuan yang ingin dicapai dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas. Dengan demikian untuk memutuskan adanya suatu masalah, memerlukan tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
Adanya kesenjangan.
Adanya rasa tidak puas.
Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
Identifikasi atau inventarisasi masalah
Penentuan prioritas masalah
Penentuan penyebab masalah
Memilih penyebab yang paling mungkin
Menentukan alternatif pemecahan masalah
Penetapan pemecahan masalah
Penyusunan rencana penerapan
Monitoring dan evaluasi
1. Identifikasi Masalah
2. Penentuan Prioritas Masalah
8. Monitoring & Evaluasi
3. Penentuan Penyebab Masalah
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih 5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
4. Memilih Penyebab yang paling mungkin
Gambar 5. Siklus Pemecahan masalah
B. Cakupan program yang masih bermasalah Setelah ditemukan masalah kegiatan program (dengan menentukan hasil kegiatan, dalam SPM, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah.Masalah yang ditemukan adalah, sebagai berikut:
Tabel. Daftar Masalah Manajemen Program Puskesmas Tempuran Bulan Januari – April 2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Program Cakupan Kunjungan bumil K4 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan BBLR yang ditangani Jumlah seluruh peserta aktif
cakupan pelayanan pra usila dan Usila Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Rumah sehat
Pencapaian (< 100%) 95.4% 1.7% 44.4% 94.97%
20.11% 95.24% 51.85% 83.72%
9 10 11 12 13 14 15
Cakupan suspek tb paru* Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi(convertion rate) * Angka kesembuhan (cure rate) Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ Jumlah bumil yg mendapat TT1* Jumlah bumil yg mendapat TT2*
48.98% 0.84% 25.00% 75.00% 23.17% 25.91% 29.19%
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Desa UCI BCG* DPT 1* Polio 1* Polio 4* Hepatitis B1 total* Hepatitis B2* Bayi yg dapat ASI eksklusif Posyandu purnama (indikator 2008) Jumlah kader terlatih* Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes Frekuensi Kunjungan
73% 95.95% 92.22% 89.43% 77.78% 92.22% 84.77% 59% 91% 71% 13% 99%
28 29
deteksi kasus baru dan lama p2ptm Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
30% 24%
C. Teknik prioritas masalah Tabel diatas menunjukkan adanya masalah pada manajemen program Puskesmas Tempuran untuk bulan Januari – April 2016. Melihat banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah dengan rumus, sbb: (A + B) x C x D
Keterangan : 1. Kriteria A
: Besar masalah
(nilai 0-10)
2. Kriteria B
: Kegawatan masalah
(nilai 1-5)
3. Kriteria C
: Kemudahan penanggulangan
(nilai 1-5)
4. Kriteria D
: PEARL faktor
(nilai 0 atau 1)
Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah: 1. Identifikasi faktor - faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan masalah. 2. Mengelompokkan faktor - faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok faktor tersebut. 3. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.
Kriteria A : Besar masalah
Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data yang digunakan bersifat kuantitatif. Misalnya presentase penduduk yang terkena efek langsung masalah tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena masalah tersebut, besar kerugian (biaya) yang dialami penduduk dan lain-lain. Untuk menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah penetapan range untuk menentukan nilai besarnya masalah.
Langkah – langkahnya adalah, sebagai berikut: 1. Kriteria A: Besarnya masalah Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut: Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%. Program-program yang belum mencapai target: Tabel. Kriteria A (Besar Masalah)
No
Program
1 2
Cakupan Kunjungan bumil K4 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Besarnya Pencapaian Masalah (< 100%) (100% Pencapaian) 95.4% 4.61% 1.7% 98.27%
3 4 5 6 7 8 9
BBLR yang ditangani Jumlah seluruh peserta aktif cakupan pelayanan pra usila dan Usila Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Rumah sehat Cakupan suspek tb paru*
44.4% 94.97% 20.11% 95.24% 51.85% 83.72% 48.98%
55.56% 5.03% 79.89% 4.76% 48.15% 16.28% 51.02%
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi(convertion rate) * Angka kesembuhan (cure rate) Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ Jumlah bumil yg mendapat TT1* Jumlah bumil yg mendapat TT2* Desa UCI BCG* DPT 1* Polio 1* Polio 4* Hepatitis B1 total*
0.84% 25.00% 75.00% 23.17% 25.91% 29.19% 73% 95.95% 92.22% 89.43% 77.78% 92.22%
99.16% 75.00% 25.00% 76.83% 74.09% 70.81% 27.00% 4.05% 7.78% 10.57% 22.22% 7.78%
22 23 24 25 26 27 28 29
Hepatitis B2* Bayi yg dapat ASI eksklusif Posyandu purnama (indikator 2008) Jumlah kader terlatih* Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes Frekuensi Kunjungan deteksi kasus baru dan lama p2ptm Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
84.77% 59% 91% 71% 13% 99% 30% 24%
15.23% 40.94% 9.40% 29.00% 87.00% 0.88% 70.49% 76.00%
Langkah 2: Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess : k = 1 + 3,3 Log n Keterangan: k = jumlah kolom/kelas n = jumlah masalah masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 40 = 1 + 5.3 = 6.37 kelas
Langkah 3: Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom Nilai besar masalah : terbesar
= 100%
terkecil
= 4,05%
Interval
:
nilai terbesar – nilai terkecil k
:
100 – 4,05 13.7 7
Langkah 4 Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas Tabel. Skala Interval
Kolom/Kelas
Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5 Skala 6
Skala Interval
4.05 19.9 35.75 51.6 67.45 83.3
-
Nilai
19.89 35.74 51.59 67.44 83.29 99.16
1 2 3 4 5 6
Langkah 5. Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel. Penentuan Masalah Sesuai Dengan Kelasnya
No
1 2 3 4
Program
Cakupan Kunjungan bumil K4 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan BBLR yang ditangani Jumlah seluruh peserta aktif
Besarnya Masalah (100% Pencapaian)
Nilai
4.61% 98.27% 55.56% 5.03%
1 6 4 1
5 6 7 8 9 10 11
cakupan pelayanan pra usila dan Usila Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Rumah sehat Cakupan suspek tb paru* Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi(convertion rate) *
79.89% 4.76% 48.15% 16.28% 51.02% 99.16% 75.00%
5 1 3 1 3 6 5
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Angka kesembuhan (cure rate) Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ Jumlah bumil yg mendapat TT1* Jumlah bumil yg mendapat TT2* Desa UCI BCG* DPT 1* Polio 1* Polio 4* Hepatitis B1 total* Hepatitis B2* Bayi yg dapat ASI eksklusif
25.00% 76.83% 74.09% 70.81% 27.00% 4.05% 7.78% 10.57% 22.22% 7.78% 15.23% 40.94%
2 5 5 5 2 1 1 1 2 1 1 3
24 25 26 27 28 29
Posyandu purnama (indikator 2008) Jumlah kader terlatih* Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes Frekuensi Kunjungan deteksi kasus baru dan lama p2ptm Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
9.40% 29.00% 87.00% 0.88% 70.49% 76.00%
1 2 6 1 5 5
Kriteria B: Kegawatan Masalah
Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan tingkat penyebaran/ meluasnya tiap masalah dengan sistem scoring dengan score 1 – 5. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut: Keganasan dinilai sebagai berikut:
Sangat mendesak
= 5
Sangat ganas
=5
Mendesak
= 4
Ganas
=4
Cukup mendesak
= 3
Cukup ganas
=3
Kurang mendesak
= 2
Tidak mendesak
= 1
Kurang ganas = 2 Tidak ganas
= 1
Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sebagai berikut: Sangat mudah menyebar/meluas
= 5
Mudah menyebar/meluas
= 4
Cukup menyebar/meluas
= 3
Sulit menyebar/meluas Tidak menyebar/meluas
= 2 = 1
Tabel. Kriteria B Kegawatan Masalah N o
1 2
Program
Cakupan kunjungan bumil k4 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatann
3
BBLR yang ditangani
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
3.50
3.00
4.75
4.75 3.75
Jumlah seluruh peserta aktif Cakupan pelayanan pra usila dan usila Tempat Pengolahan Makanan dan penjualan diperiksa T2PM yg memenuhi syarat sanitasi*
2.75
2.75
2.50
2.50
3.00
3.00
2.50
3.50
Rumah Sehat
3.00
3.00
3.50
3.75
Cakupan suspek TB Paru Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi (convertion rate) Angka kesembuhan (cure rate)
14 15 16 17
BCG
19
Skor Urgen si
3.75
Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ ditangani (sesuai standar) Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Desa UCI
18
Skor Keganas an
DPT 1 Polio 1
20
Polio 4
21
Hepatitis B1 total
4.25
4.25
3.00
3.00
3.25
3.50
3.50
3.00
2.75
3.00
2.75
2.25
3.25
2.50
4.50
3.75
4.50 4.75
3.75 4.25
4.75
4.25
4.50
3.75
Skor Penyebar Skor B an 2.25 8.75
3.25 3.25 3.00 3.00 3.00 3.75 3.00 3.75 4.50 3.00 2.25 2.75 2.50 2.50 2.75 3.00 3.25 3.75 3.75 3.50
12.7 5 10.7 5 8.50 8.00
9.00 9.75 9.00 11.0 0 13.0 0 9.00 9.00
9.25 8.25 7.50 8.50 11.2 5 11.5 0 12.7 5 12.7 5 11.7
5
22
Hepatitis B2
23 24 25
Bayi yg dapat ASI ekslusif Posyandu purnama (indikator 2008) Jumlah kader terlatih Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh
4.00
3.25
3.25
2.50
3.25
3.00
petugas kesehatan Frekuensi Kunjungan deteksi kasus baru dan lama p2ptm Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
2.75 2.00
2.50 2.00
2.25
2.50
2.25
2.75
26 27 28 29
4.50
3.75
3.75 2.50 2.50 2.50
12.0 0 9.75 8.25 8.75
2.75 2.00 2.00 2.25
8.00 6.00 6.75 7.25
Kriteria C: Kemudahan Penanggulangan
Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya (tenaga, alat, obat, biaya, fasilitas kesehatan,dll), teknologi yang digunakantersedia, dan kemampuan serta kemudahan menyelesaikan masalah. Bobot penilaian antara 1-5 yaitu : Sulit ditanggulangi
:1
Cukup sulit ditanggulangi Tidak mudah ditanggulangi
:2 :3
Mudah ditanggulangi
:4
Sangat mudah ditanggulangi
:5
Tabel. Kriteria C ( Kemudahan Dalam Penganggulangan) Skor Kemudahan
No
Program
1 2 3
Cakupan kunjungan bumil k4 Ibu hamil resti yang ditangani (PONED) Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani (PONED)
4.00 3.00 3.00
4 5 6 7 8 9
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatann
3.00 4.00 4.00 4.50 3.00 3.00
10 11 12 13 14
BBLR yang ditangani
Neonatal resti yang ada/ditemukan Neonatal resti komplikasi yang ditangani (PONED) Frekuensi pembinaan dukun Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat oleh tenkes atau terlatih/guru UKS/dokter kecil* (Penjaringan kelas 1) Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP,SLTA dan setingkat Cakupan pelayanan kesehatan remaja penjaringan kelas 1 SLTP,SLTA/sederajat) Jumlah TK yang dibina Pelayanan KB jumlah seluruh peserta aktif
2.75 3.75 3.50 3.00 4.25
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Cakupan pelayanan pra usila dan usila T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Cakupan suspek TB Paru Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi (convertion rate) Angka kesembuhan (cure rate) Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ ditangani (sesuai standar) Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Desa UCI BCG DPT 1 Polio 1 Polio 4 Hepatitis B1 total
4.00 3.75 3.75 3.75 3.50 3.50 3.75 3.50 3.75 4.25 4.25 4.50 2.00 2.50 2.00
Kriteria D: PEARL Factor
Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah : 1. P
: Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/ program daerah)
2. E
: Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)
3. A
: Acceptable(Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dll)
4. R
: Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)
5. L
: Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)
Bobot nilai bila dijawab ”ya” bernilai 1 dan bila dijawab ”tidak” bernilai 0. Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka perhitungan maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk ditanggulangi.
Tabel.Kriteria D (PEARL Factor) N o
1
PEARL FACTOR
Cakupan Kunjungan bumil K4
Hasil Kali
P E A R L
1
1
1
1
1
1
2 3 4 5
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
7
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan BBLR yang ditangani Jumlah seluruh peserta aktif cakupan pelayanan pra usila dan Usila Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* T2PM yg memenuhi syarat sanitasi*
1
1
1
1
1
1
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Rumah sehat Cakupan suspek tb paru* Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi(convertion rate) * Angka kesembuhan (cure rate) Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ Jumlah bumil yg mendapat TT1* Jumlah bumil yg mendapat TT2* Desa UCI BCG* DPT 1* Polio 1* Polio 4* Hepatitis B1 total* Hepatitis B2* Bayi yg dapat ASI eksklusif Posyandu purnama (indikator 2008) Jumlah kader terlatih* Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes Frekuensi Kunjungan deteksi kasus baru dan lama p2ptm Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6
Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL faktor) didapatkan hasil satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas serta teknologi yang mendukung masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor tersebut mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat dilaksanakan.
Penentuan Prioritas Masalah Kegiatan Pelayanan Kesehatan Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD) serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D
Tabel. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif No
Program
A
C
D
NPD
NPT
4.50 4.50 4.25 3.00 3.75 2.75 4.00 3.50 4.00 3.50
1
63.00
63.00
1
57.38
57.38
1
56.31
56.31
1
56.25
56.25
1
52.50
52.50
1
52.25
52.25
1
52.00
52.00
1
51.63
51.63
1
50.00
50.00
1
48.13
48.13
3.75 3.75 3.75 3.75 4.25 3.50 3.00 3.00 3.00
1 1
47.81 47.81
47.81 47.81
1
46.88
46.88
1
45.94
45.94
1
45.69
45.69
1
45.50
45.50
1
44.25
44.25
1
42.75
42.75
1
42.00
42.00
4.00
1
B
26 7 14 2 11 10 5 20 15 19
Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Jumlah bumil yg mendapat TT1* Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Angka konversi(convertion rate) * Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) cakupan pelayanan pra usila dan Usila Polio 4* Jumlah bumil yg mendapat TT2* Polio 1*
6
8.00
3
9.75
21 23 18 17 25 22 3 13 9
5
8.25
6
12.75
5
9.00
6
13.00
5
8.00
2
12.75
5
7.50
1
12.75
1 3
11.75
1
11.50
1
11.25
2
8.75
40.00
40.00
16
Hepatitis B1 total* Bayi yg dapat ASI eksklusif DPT 1* BCG* Jumlah kader terlatih* Hepatitis B2* BBLR yang ditangani Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan/ Cakupan suspek tb paru* Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* Desa UCI
2
8.50
3.75
1
39.38
39.38
24 1 12 8 28 4 29 27
Posyandu purnama (indikator 2008) Cakupan Kunjungan bumil K4 Angka kesembuhan (cure rate) Rumah sehat deteksi kasus baru dan lama p2ptm Jumlah seluruh peserta aktif Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum Frekuensi Kunjungan
1 1
8.25
1 1
39.31 39.00
39.31 39.00
2
9.00
4.25 4.00 3.50 3.00 2.50 3.00 2.00 2.00
1
38.50
38.50
1
30.00
30.00
1
29.38
29.38
1
28.50
28.50
1
24.50
24.50
1
14.00
14.00
6
9.75
1
12.00
4
10.75
5
9.25
3
11.00
1
9.00
8.75
1
9.00
5
6.75
1
8.50
5
7.25
1
6.00
D. Urutan Prioritas Masalah Berdasarkan tabel urutan prioritas masalah, didapatkan urutan masalah di Puskesmas Tempuran sebagai berikut :
Urutan Masalah 1 2
Program
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Jumlah bumil yg mendapat TT1* Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Angka konversi(convertion rate) TB * Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Cakupan pelayanan pra usila dan Usila Polio 4* Jumlah bumil yg mendapat TT2* Polio 1* Hepatitis B1 total* Bayi yang mendapat ASI eksklusif DPT 1* BCG* Jumlah kader terlatih*
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Hepatitis B2* BBLR yang ditangani Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan Cakupan suspek tb paru* Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* Desa UCI Posyandu purnama (indikator 2008) Cakupan Kunjungan bumil K4 Angka kesembuhan (cure rate) Rumah sehat deteksi kasus baru dan lama p2ptm Jumlah seluruh peserta aktif Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum Frekuensi Kunjungan
BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
A. Kegiatan/ Indikator Kegiatan yang Bermasalah
Berdasarkan hasil perhitungan data penentuan prioritas masalah melalui metode Hanlon kuantitatif, prioritas masalah yaitu Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kesehatan pada masyarakat, namun berdasarkan hasil diskusi bersama Kepala Puskesmas Tempuran, telah disepakati bahwa pada masalah yang menjadi prioritas tempat pengolahan penjualan makanan dan minuman (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi sebagai masalah. Dilihat dari data hasil penghitungan SPM, didapatkan pencapaian TP2M yang memenuhi syarat sanitasi adalah 52,85%, dimanatarget Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun
2011 untuk masalah tempat pengolahan makanan penjualan makanan dan minuman (TP2M) yang memenuhi syarat adalah sebesar 75%, maka hasil pencapaian tersebut merupakan suatu permasalahan yang perlu dianalisis untuk mencari penyelesaikan/ solusinya.
B. Definisi operasional
Menurut Keputusan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/MENKES/SK/V/2003 tentang Pesyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga: (1) Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatanpengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. (2) Pengolahan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah ataumakanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan danpewadahan. (3) Bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak, termasukbahan tambahan makanan dan bahan penolong. (4) Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan,orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapatmenimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. (5) Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah jasaboga yang langsungdisajikan. (6) Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis kesehatanyang ditetapkan terhadap produk jasaboga dan perlengkapannya yang meliputipersyaratan bakteriologis, kimia dan fisika. (7) Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,pengangkutan sampai dengan penyajian. (8) Pengujian adalah pemeriksaan dan analisa yang dilakukan di laboratorium terhadap contoh-contoh makanan dan specimen.
Pasal 3 (1) Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jasaboga harus mamiliki sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (3) Sertifikat hygiene sanitasi jasaboga sebagimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pasal 4 (1) Setiap usaha jasaboga harus mempekerjakan seorang penanggung jawab yangn mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan. (2) Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.
PERSYARATAN HYGIENE SANITASI, LOKASI, BANGUNAN, PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN.
A. PERSYARATAN UMUM
1. Lokasi : Jarak jasaboga harus jauh minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat dan sumber pencemaran lainnya. Pengertian jauh adalah sangat relatif tergantung kepada arah pencemaran yang mungkin terjadi seperti aliran angin
dan air. Secara pasti ditentukan jarak minimal adalah 500 meter, sebagai batas terbang lalat rumah.
2. Bangunan dan fasilitas : a. Halaman : 1) Mempunyai papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi. 2) Halaman bersih, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat hygiene sanitasi, tidak terdapat tumpukan barangbarang yang dapat menjadi sarang tikus. 3) Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. 4) Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air.
b. Konstruksi : Bangunan untuk kegiatan jasaboga harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan yang berlaku. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. c. Lantai : Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin dan mudah dibersihkan. d. Dinding : 1) Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering / tidak menyerap air dan mudah dibersihkan.
2) Bila permukaan dinding kena percikan air, maka setinggi 2 (dua) meter dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu dan berwarna terang. e. Langit-langit : 1) Bidang langit-langit harus menutup atap bangunan. 2) Permukaan langit-langit tempat makanan dibuat, disimpan, diwadahi dan tempat pencucian alat makanan maupun tempat cuci tangan dibuat dari bahan yang permukaannya rata mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. 3) Tinggi langit-langit tidak kurang 2,4 meter diatas lantai. f. Pintu dan Jendela : 1) Pintu-pintu pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harusmembuka ke arah luar. 2) Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah dilengkapi kassa yang dapat dibuka dan dipasang. 3) Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain. g. Pencahayaan : 1) Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. 2) Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 10 fc(100 lux) pada titik 90 cm dari lantai. 3) Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh mungkin menghindarkan bayangan.
4) Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter) : Cahaya
silau bila mata terasa sakit bila dipakai melihat obyek yang
mendapat penyinaran. Perbaikan dilakukan dengan cara menempatkan beberapa lampu dalam satu ruangan. Mengukur
10 fc dengan lux meter pada posisi 1x yaitu pada angka 100,
atau pada posisi 10x pada angka 10. Catatan : 1 skala lux = 10, berarti 1 foot candle = 10 lux Untuk
perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan sebagai berikut:
1 watt menghasilkan 1 candle cahaya sebagai sumber atau 1 watt menghasilkan 1 foot candle pada jarak 1 kaki (30 cm) atau1 watt menghasilkan 1/3 foot candle pada jarak 1 meter atau 1 watt menghasilkan 1/3 x 1/3 = 1/9 foot candle pada jarak 3 meter. Maka lampu 40 watt menghasilkan 10/6=6,8 foot candle pada jarak 2 meter atau 40/9 = 4,5 foot candle pada jarak 3 meter. h. Ventilasi / Penghawaan : 1) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. 2) Sejauh mungkin ventilasi harus cukup (+ 20% dari luas lantai) untuk : a). Mencegah udara dalam ruangan terlalu panas. b). Mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai,dinding atau langit-langit. c). Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. i. Ruangan pengolahan makanan :
1) Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja pada pekerjaannya dengan mudah dan efisien agar menghindari kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan. 2) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi untuk setiap orang bekerja. Contoh : Luas ruangan 4 x 5 m2. Jumlah pekerja di dapur 6 orang. Jadi 20/6 = 3,3 m 2/orang berarti memenuhi syarat. Luas ruangan 3 x 4 m2 = 12 m2. Jumlah pekerja di dapur 6 orang. Jadi 12/6 = 2 m2/orang Keadaan ini belum memnuhi syarat, karena kalau dihitung dengan peralatan kerja di dapur belum mencukupi. 3) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung denganjamban, peturasan dan kamar mandi. 4) Untuk kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari / tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan tikus dan hewan lainnya. j. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan : 1) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih / deterjen. 2) Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan larutan Kalium Permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik. 3) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya. k. Tempat cuci tangan :
1) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. 2) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan sebagai berikut : 1 – 10 orang = 1 buah dengan tambahan 1 (satu) buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. 3) Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat bekerja. l. Air bersih : 1) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan jasaboga. 2) Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan.
m. Jamban dan Peturasan : 1) Jasaboga : harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. 2) Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 – 10 orang = 1 buah 11 – 25 orang = 2 buah 26 – 50 orang = 3 buah dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang. 3) Jumlah peturasan harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 – 30 orang = 1 buah
31 – 60 orang = 2 buah dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 30 orang. n. Kamar mandi : 1). Jasaboga harus dilengkapi kamar mandi dengan air kran mengalir dan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi pedoman plumbing Indonesia. 2). Jumlah harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1 – 10 orang dengan penambahan 1 (satu) buah setiap 20 orang. o. Tempat sampah : Tempat-tempat sampah seperti kantong plastik / kertas, bak sampah tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. Penanggung jawab jasaboga harus memelihara semua bangunan dan fasilitas / alat-alat dengan baik untuk menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap makanan, akumulasi debu atau jasad renik, meningkatnya suhu, akumulasi sampah, berbiaknya serangga, tikus dan genangan-genangan air Target dinkes Kab. Magelang 2011
KESLING
Jumlah TP2M
Tempat pengelolahan dan penjualan makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi
Hasil Kegiatan
75%
yang memenuhi syarat sanitasi
Sasaran
Sasar an 1 tahun
Sasaran bulan berjalan
J F a e n b
M a r
A p r
H a si l
Jumlah TP2M yang diperiksa
% Cak upa n 39
18
xxx
2
2
2
1
7
%
Pen cap aian
51. 85 %
C. Analisis penyebab masalah
Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target yang ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah mengunakan diagram fish bonememakai data yang telah diolah dalam empat bulan terakhir dari Januari-April 2016. Cara menganalisis penyebab masalah adalah dengan menggunakan pendekatan sistem yang meliputi: input, proses, output,
outcome, serta faktor lingkungan, sehingga dapat disimpulkan hal-hal yang menyebabkan timbulnya permasalahan tersebut.Beberapa kemungkinan penyebab masalah yang ada, antara lain: Tabel 25. Analisis Penyebab Masalah Pencapaian TP2M yang Memenuhi Syarat Sanitasi I NPU T
KELEBIHAN
MAN
(Tenaga Kerja)
Koordinator programtelah terlatih untuk melakukan pemeriksaan terhadap tempat pengolahan makanan dan minuman (TP2M) Koordinator program telah melakukan edukasi dan memberikan saran terhadap tempat pengolahan dan penjualann makanan dan minuman (TP2M)
KEKURANGAN
Pengetahuan pengusaha yang masih kurang terhadap tempat pengolahan makanan dan minuman (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi
MONE Y
Tersedianya bantuan operasional kesehatan untuk kegiatan penyuluhan dan transportasi
(Pembiayaan)
ME TH OD
(Metode)
MA TE R I AL
(Perlengkapan)
Active promotif case finding
Tersedianya aula Puskesmas untuk dilakukannya pelatihan atau penyuluhan. Tersedianya kendaraan
Tidak ditemukan masalah Masyarakat kurang peduli terhadap saran yang telah diberikan pada koordinator program
Tidak ditemukan masalah
operasional untuk pelaksanaan inspeksi sanitasi.
MACH I NE
(Peralatan)
Tersedianya blanko kuesioner TP2M
Tidak tersedianya poster, pamflet atau brosur mengenai TP2M warung makan yang memenuhi syarat sanitasi
Tabel 26.Analisis Kemungkinan Penyebab MasalahPencapaian TP2M yang Memenuhi Syarat Sanitasi. Faktor Proses dan Lingkungan PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1 (Perencanaan)
P2 (Pelaksanaan) P3 (Pengawasan Pengendalian dan Penilaian)
Jadwal sosialisasi mengenai kriteria TP2M yang memenuhi syarat sanitasi Jadwal pemeriksaan TP2M secara berkala sesuai dengan KepMenKes no.715 tahun 2003 Inspeksi
koordinator
bagian
kesehatan lingkungan ke TP2M yang terdaftar Pencatatan hasil pemeriksaan TP2M Evaluasi dilakukan terhadap TP2M yang tidak memenuhi syarat sanitasi
Lingkungan
Ketersediaan lahan yang cukup luas Tersedianya karyawan pada masing-masing warung makan tersebut
Kurangnya
kepedulian
pengusaha mengenai TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal inspeksi sanitasi dan jadwal kadang berbenturan dengan program kesehatan
Keterbatasan waktu dan sumber daya manusia (SDM) untuk melakukan pengawasan terhadap TP2M Kurangnya pengetahuan pengusaha mengenai TP2M yang memenuhi syarat sanitasi Kurangnya perilaku hidup bersih dari karyawan TP2M warung makan. Belum pernah mendapat pamphlet tentang sanitasi warung makan
Kurangnya kerjasama antara masyarakat dengan petugas kesehatan setempat Koordinator program memiliki jabatan rangkap Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal pembinaan dan pelatihan kader karena berbenturan dengan program lain
Kurangnya ketertiban dalam hal administrasi Kurangnya ketelitian dalam pelaporan
INPUT MAN
MATERIAL
METHOD
Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal pembinaan dan pelatihan kader dikarenakan jadwal kadang berbenturan dengan program kesehatan Menggunakan dua sasaran yaitu sasaran riil dan sasaran estimasi sehingga hasil tidak sesuai
Tidak adanya evaluasi dan pengawasan terhadap kader Evaluasi petugas kesehatan yang dilakukan secara tidak rutin oleh dinas kesehatan
Tidak ditemukan masalah
MONEY
MACHINE
Tidak ditemukan masalah
Tidak tersedianya media informasi (poster, pamflet atau brosur) mengenai pentingnya persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang didapatkan pada bulan Januari– Juni 2017 di Puskesmas Muntilan I adalah 80.38 % lebih rendah dari target dinkes Magelang tahun 2011, yaitu 100 %.
LINGKUNGAN
P1
Kesenjangan pengetahuan antara kader dan masyarakat
P2 P3
Kurangnya kepedulian pengusaha mengenai TP2M yang memenuhi syarat sanitasiKurangnya kepedulian pengusaha Gambar 4. DiagramF ish B oneBerdasarkan Pendekatan Sistem
PROSES
D. Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari koordinator program, dan dokter mengenaitempat pengolahan makanan penjualan makanan dan minuman (TP2M), maka dari kemungkinan penyebab masalah diatas yang paling mungkin, yaitu sbb: 1. Kurangnya kepedulian dan keingintahuan pengusaha terhadap evaluasi yang telah dilakukan koordinator program. 2. Belum melakukan perencanaan sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik. 3. Tidak ada sanksi bagi pengusaha yang tidak memenuhi syarat sanitasi TP2M. 4. Tidak ada rewards bagi pengusaha yang telah memenuhi syarat sanitasi TP2M.
E. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, makadapatdilakukanlangkahselanjutnya, yaitudibuat alternatif
pemecahanpenyebabmasalah.Berikutiniadalah
alternatif
pemecahanpenyebabmasalah yang ada, yaitu:
Tabel 27. Alternatif Pemecahan Masalah No. Masalah Alternatif Pemecahan Masalah kepedulian dan Melakukansosialisasi mengenai pentingnya 1. Kurangnya keingitahuan pengusaha terhadap sanitasi TP2M kepada masing-masing evaluasi yang telah dilakukan pengusaha koordinator program 2.
3.
4.
Belum melakukan perencanaan sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik Tidak ada sanksi bagi pengusaha yang tidak memenuhi syarat sanitasi TP2M. . Tidak ada rewards bagi pengusaha yang telah memenuhi syarat sanitasi TP2M.
Membuat jadwal sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
F. Penentuan Pemecahan Masalah
Dari hasil analisis pemecahan masalah, didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: a)
Melakukansosialisasi mengenai pentingnya sanitasi TP2M kepada masing-masing pengusaha
b) c)
Membuat jadwal sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat
d)
Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
PENYEBAB MASALAH
ALTERNATIF PEMECAHAN
Kurangnya kepedulian dan keingintahuan pengusaha terhadap evaluasi yang telah dilakukan koordinator program
Melakukansosialisasi mengenai pentingnya sanitasi TP2M kepada masing-masing pengusaha
Belum melakukan perencanaan sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik
Membuat pada yang pengusahajadwal tentangsosialisasi sanitasi TP2M baik
Tidak ada sanksi bagi pengusaha yang tidak memenuhi syarat sanitasi TP2M. Tidak ada rewards bagi pengusaha yang telah memenuhi syarat sanitasi TP2M.
Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
Gambar 5. Diagram Alternatif Pemecahan Masalah
G. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus Mx IxV/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
kriteria
matriksmenggunakan rumus M x I x V / C. Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut : 1.
Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
Magnitude ( m ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.
Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
Vulnerability ( v ) Sensitifitas cara penyelesaian masalah Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan v. 2. Efisiensi pogram Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost) Kriteria cost (c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks :
Tabel28. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Penyelesaian Masalah
Melakukansosialisasi mengenai pentingnya sanitasi TP2M kepada masing-masing pengusaha Membuat jadwal sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
Nilai Kriteria I V 2,5 2,5
5
3,75
2,5
5
M 2,5
Hasil akhir
Urutan
C 3,75
(M x I x V) / C 4,46
IV
1,25
1,25
18,75
II
5
5
1,25
50
I
1,25
3,75
5
4,68
III
Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah TP2M tidak memenuhi syarat sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Tempuran, adalah sebagai berikut : 1) Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat 2) Membuat jadwal sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik
3) Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 4) Melakukansosialisasi mengenai pentingnya sanitasi TP2M kepada masing-masing
pengusaha Dari beberapa alternatif pemecahan masalah, dipilih 3 prioritas alternatif pemecahan masalah, yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action), yaitu: 1) Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat 2) Membuat jadwal sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik 3) Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
5.8 PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN 5.9 Tabel 50. Plan of Action peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Muntilan I Kegiatan
1.
2.
3. Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
Tujuan
Memberikan efek jera kepada pengusaha untuk lebih peduli terhadap sanitasi TP2M Meningkatkan pengetahuan pengusaha mengenai syarat sanitasi TP2M Agar pengusaha lebih terpacu untuk memperbaiki kualitas TP2M
Sasaran
Tempat
Pelaksana
Waktu
Biaya
Metode
Tolak ukur
Pengusaha TP2M
Puskesmas Tempuran
Menkes
Disesuaikan
Anggaran Pemerintah
Sidang
Meningkatkan jumlah TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
Pengusaha TP2M
Kecamatan Tempuran
Puskesmas bagian Kesehatan Lingkungan
Disesuaikan
Puskesmas
Musyawarah
Terlaksananya sosialisasi sesuai jadwal
Pengusaha TP2M
Kecamatan Tempuran
Menkes dan Puskesmas bagian Kesehatan Lingkungan
Disesuaikan
Anggaran dana dari Puskesmas
Pemberian sertifikat
Peningkatan kualitas TP2M
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil kesepakatan bersama Kepala Puskemas Tempuran, maka telah disepakati bahwa pada
masalah yang menjadi prioritas tempat pengolahan penjualan
makanan dan minuman (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi sebagai masalah. Dilihat dari data hasil penghitungan SPM, didapatkan pencapaian TP2M yang memenuhi syarat sanitasi adalah 52,85%, dimanatarget Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2011 untuk masalah tempat pengolahan makanan penjualan makanan dan minuman (TP2M) yang memenuhi syarat adalah sebesar 75%, maka hasil pencapaian tersebut merupakan suatu permasalahan yang perlu dianalisis untuk mencari penyelesaikan/ solusinya. Kurangnya pencapaian TP2M yang memenuhi syarat sanitasi mungkin disebabkan olehkurangnya kepedulian dan keingintahuan pengusaha terhadap evaluasi yang telah dilakukan koordinator program, belum dilakukannya perencanaan sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik, tidak ada sanksi bagi pengusaha yang tidak memenuhi syarat sanitasi TP2M, dan tidak ada adanya rewards bagi pengusaha yang telah memenuhi syarat sanitasi TP2M. Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah TP2M tidak memenuhi syarat sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Tempuran. Dari beberapa alternatif pemecahan masalah, dipilih 3 prioritas alternatif pemecahan masalah, yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action), yaitu: 1. Membuat peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha memiliki TP2M yang memenuhi syarat 2. Membuat jadwal sosialisasi pada pengusaha tentang sanitasi TP2M yang baik 3. Memberikan rewards berupa sertifikat TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
63
B. Saran
1.
Terhadap Puskemas Tempuran
Pembentukan tim evaluasi terstruktur yang terdiri dari dokter dan koordinator
bagian
Kesehatan
Lingkungan
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan dari peraturan TP2M yang memenuhi syarat sanitasi.
Pencatatan dan pelaporan secara rutin dan berkala mengenaiTP2M dan memberikan rewards atau sertifikasi pada TP2M yang memenuhi syarat sanitasi.
Mengikut sertakan tenaga medis dan paramedis dalam seminar-seminar dan workshop tentang topik-topik pengolahansanitasi TP2M yang baik.
2.
Untuk masyarakat
Masyarakat diharapkan memiliki kepedulian untuk memiliki TP2M yang memenuhi syarat sanitasi.
Pengusaha diharapkan antusias untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan untuk mengetahui syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan sanitasi TP2M.
64
DAFTAR PUSTAKA
1. INFID. Panduan SDGs Untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah. Jakarta: INFID; 2015. 2. About United Nation. United Nation, 2014. Available at http://www.un.org /en/aboutun/languages.shtml. Accessed on 1st August, 2015. 3. UNDP.
Sustainable
Development
Goals.
Available
at
:
http://www.undp.org/content/dam/undp/library/corporate/brochure/SDGs_Booklet _Web_En.pdf. Accessed on 7th June, 2016. 4. International Labour Organization. FAQ of Sustainable Development Goals. Available at: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/--ilo-jakarta/documents/publication/wcms_451899.pdf. Accessed on 7th June, 2016. 5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014) Peraturan Menteri Kesehatan
RI nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
65