FIKIH EKOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DAN UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKANNYA
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh Bapak Mohammad Ahsanuddin
Oleh Kelompok 9 : Novri Irwanto (150521602503) Citra Mustika Delima (150341606023)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI MARET 2017
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan judul Fikih Ekologi Konservasi Lingkungan dan Upaya Pencegahan Kerusakanya dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Mohammad Ahsanuddin selaku dosen mata kuliah Teknik Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada koreksi dan kritikan konstruktif dari pembaca makalah ini. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini. Mudah-mudahan Allah SWT, selalu menjaga dan membimbing dalam setiap langkah kita, sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari Rahmat dan Hidayah Allah SWT. Akhirnya, semoga makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa. Amin.
Malang, April 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................ii DAFTAR ISI......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..............................................................................................4 1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................4 1.3. Tujuan...........................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsep Konservasi Lingkungan..................................................................6 2.1.1. Pengertian Konservasi Lingkungan..............................................6 2.1.2. Lingkup Konservasi Lingkungan.................................................7 2.2. Penyebab Kerusakan Lingkungan................................................................7 2.3. Dampak Kerusakan Lingkungan...................................................................9 2.4 Pandangan Islam Terhadap Konservasi Lingkungan.....................................9 2.5. Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam.....................................................19 2.6. Peranan Manusia Dalam Konservasi Lingkungan.........................................20 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan....................................................................................................22 3.2. Saran..............................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................24
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam merupakan bukti ke esaan Allah yang dapat di nikmati oleh manusia, alam dapat menjadi sahabat dan juga suatu saat dapat menjadi musuh dalam kehidupan masyarakat. Penyebab kerusakan lingkungan atau alam dapat menjadi musuh sekaligus mengancam kehidupan masyarakat. Banjir merupakan bencana yang dapat mengancam aktifitas di masyarakat ketika waktu musim hujan telah tiba. penyebab terjadinya banjir yaitu tidak adanya tempat untuk menyerapnya air yang mengalir ketika hujan turun, penyebab tidak adanya tempat untuk menyerap air hujan yaitu telah padatnya pemukiman di wilayah urban atau kurangnya lahan untuk resapan air. selain berkurangnya tempat resapan untuk air yang dapat menyebabkan banjir, membuang sampah sembarangan dapat merusak lingkungan serta dapat menyebabkan penyumbatan gorong – gorong aliran untuk air dari aliran rumah di lingkungan masyarakat, dan juga menyebabkan sampah menumpuk pada sungai sehingga menutup atau menyumbat aliran sungai, menumpuknya sampah menyebabakan air aliran sungai naik kepermukaan yang dapat menyebabkan banjir dan menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Pembuangan sampah sembarangan selain dapat menyebabkan bencana banjir dan merusak lingkungan, sampah yang di buang sembarangan atau tidak di buang pada tempat sampah juga dapat menjadi wabah penyakit di lingkungan masyarakat yaitu tempat sarang nyamuk aides aigepty yang menghantarkan penyakit demam berdarah ke pada manusia.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah tujuan dari konsep konservasi pada lingkungan? 2. Apa sajakah penyebab kerusakan lingkungan? 3. Apakah dampak kerusakan terhadap lingkungan? 4. Bagaimana pandangan islam terhadap konservasi dalam islam?
4
5. Apa sajakah institusi konservasi dalam syariat islam? 6. Bagaimana peran manusia dalam konservasi lingkungan? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui konsep konservasi pada lingkungan 2. Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan pada lingkungan 3. Untuk mengetahui dampak kerusakan terhadap lingkungan 4. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap konservasi dalam islam 5. Untuk mengetahui institusi konservasi dalam syariat islam 6. Untuk mengetahui peranan manusia dalam konservasi lingkungan
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsep Konservasi Lingkungan Mahasiswa sebagai anggota masyarakat perlu menyadari bahwa membuang satu sampah di jalanan atau di tempat umum merupakan perbuatan dosa yang akan membawa dampak negatif bagi masyarakat sekarang dan generasi yang akan datang. Sebaliknya, membuang sehelai sampah ke tempatnya atau membuang duri dari jalanan itu adalah ibada, dan bahwa berjualan di atas trotoar itu termasuk mengambil hak para pejalan kaki yang di haramkan Agama (Al Fikri, 2007). Dalam sejarah kemanusiaan, konservasi alam bukanlah hal yang baru. Misalnya pada tahun 252 SM, raja Asoka dari India secara resmi mengumumkan perlindungan satwa, ikan dan hutan. Peristiwa ini mungkin merupakan contoh terawal yang tercatat dari apa yang sekarang kita sebut kawasan lindung. Pada sekitar tahun 624-634 M, Nabi Muhammad SAW juga membuat kawasan konservasi yang dikenal dengan hima’ di Madinah. Lalu pada tahun 1084 M, Raja William I dari inggris memerintahkan penyiapan The Doomesday Book, yaitu suatu inventarisasi tanah, hutan, daerah penangkapan ikan, areal pertanian, taman baru dan sumberdaya produktif milik kerajaan yang digunakan sebagai daerah untuk membuat perencanaan rasional bagi pengelolaan pembangunan negaranya (Mangunjaya 2007) 2.1.1.Pengertian Konservasi Lingkungan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu cara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan melalui proses pelestarian (Depdiknas, 2001). Konservasi merupakan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana melalui pengelolaan terencana sumber daya alam sehingga terjadi keberlanjutan serta keseimbangan alami suatu lingkungan. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam, seperti: tanah, air, energi, surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Dalam pandangan islam konservasi adalah amanah dari Allah untuk manusia. Manusia sebagai wakil Allah di muka bum (khalifatullah fil ardh) harus memahami hubungan antara dirinya dengan Allah dan lingkungan Konservasi yang
6
dilakukan manusia melalui pemeliharaan , pemanfaatan secara wajar, dan rehabilitasi akan memberikan efek positif terhadap lingkungan. Fikih ekologi merupakan konservasi lingkungan berbasisi syariat. Konservasi lingkungan bukan hanya bermotif penyelamatan dan pemeliharaan lingkungan secara syar’I, namun lebih dari itu memiliki tujuan spiritual, yaitu membangkitkan semagat beribadah kepada Allah melaluui alam sekitar (Nursalim, 2013). 2.1.2. Lingkup Konservasi Lingkungan Lingkup konservasi lingkungan meliputi : konservasi tanah, konservasi daerah aliran sungai (DAS), konservasi daerah pesisir dan laut, konservasi hutan, dan konservasi tipe ekosistem. Contoh upaya konservasi tanah adalah memelihara dan mempertahankan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari , dan menerapkan pola tanam yang dapat mengurangi erosi. Upaya yang bisa dilakukan dalam konservasi DAS antara lain melalui pengendalian pencemaran air, limbah rumah tangga , limbah industri dan lain-lain. Untuk konservasi daerah pesisir dan laut, upaya yang diperlukan antara lain adanya penetapan kawasan lindung, kawasan budidaya yaitu kawasan pesisir yang diperuntukkan bagi usaha budidaya baik berupa perikanan , tambak, atau flora fauna. Contoh upaya konservasi hutan adalah menjamin pemanfaatan kayu dari hutan dan reboisasi . Adapun contoh upaya konservasi tipe ekosistem adalah kegiatan pelestarian tumbuhan dan hewan .
2.2. Penyebab Kerusakan Lingkungan Ada dua faktor penyebab kerusakan lingkungan yaitu faktor manusia dan proses alam. Faktor manusia merupakan penyebab utama kerusakan yang terjadi di bumi, sebagai firman laah dalam Q.S. Al-Rum:41:
7
Kerusakan lingkungan yang di sebabkan kegiatan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, seperti : pencemaran, pengerukan, dan penebangan hutan. Allah melarang manusia untuk merusak lingkungan, meskipun manusia sebagai khalifah di beri kuasa untuk mengelola dan memelihara alam. Kedudukan manusia dan alam semesta adalah setara di hadapan Allah (Shihab, 1995:233-234). Q.S. Al-A’raaf:56 menyebutkan:
Beberapa bentuk kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, antara lain : kerusakan lingkungan akibat limbah,penebangan hutan, dan penambangan. Beragam jenis limbah yang dibuang oleh manusia dapat berupa limbah cair maupun padat . Bila jumlah limbah di suatu lingkungan telah melebihi ambang batas , maka akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan,termasuk pengaruh buruk pada manusia. Salah satu contoh kasus pencemaran air adalah “Kasus Teluk Minamata di Jepang . Ratusan orang meninggal karena memakan hasil laut yang ditangkap dari Teluk Minamata yang telah tercemar unsur merkuri (air raksa). Sedangkan kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh faktor alam pada umumnya merupakan bencana alam seperti letusan gunung berapi, banjir, angin, putting beliung, gempa bumi, tsunami dan sebagainya. Ada beberapa faktor lain penyebab kerusakan lingkungan antara lain (1) pertambahan penduduk yang pesar,sehingga memacu timbulnya eksploitasi terhadap sumberdaya alam hayati yang berlebihan, (2) perkembangan teknologi yang pesat, sehingga mempermudah eksploitasi keanekaragaman hayati, (3) kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman hayati yg sangat sentralistik,bersifat kapitalis, dan tidak tepat guna, dan (4) perubahan sistem nilai budaya masyarakat dalam memperlakukan keanekaragaman hayati sekitarnya. Oleh karena itu , pengelolaan keanekaragaman hayati yg holistik, berkelanjutan dan berkeadilan sosial bagi segenap warga masyarakat, sungguh
8
diperlukan untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati (Iskandar, 2011). 2.3. Dampak Kerusakan Lingkungan Dampak kerusakan lingkungan terhadap makhluk hidup semakin hari terus bertambah. Dampak tersebut berupa penyakit dan berbagai macam permasalahan lain. Penyakit tersebut dapat langsung dirasakan maupun penyakit yg timbul karena akumulasi bahan polutan dalam tubuh manusia. Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor dan industri menyebabkan naiknya kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan dari kebakaran hutan, yang akan berkumpul di atmosfer bumi. Jika jumlahnya sangat banyak , gas CO2 akan menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya,suhu di bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca . Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan naik secara global , atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan global ini , pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik akibat mencairnya es dikutub sehinggga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Akibat pencemaran lingkungan adalah: (1) punahnya spesies, (2) perkembangan hama yang cepat, (3) gangguan keseimbangan lingkungan, (4) kesuburan berkurang (5) keracunan dan penyakit, (6) pemekatan hayati (7) terbentuknya lubang ozon dan efek rumah kaca. Khusus untuk pencemaran udara akan mengakibatkan terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau , atau air sungai menjadi asam. Keadan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia (Irwanto, 2013) 2.4. Pandangan Islam Terhadap Konservasi Lingkungan Islam merupakan agam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang mengatur hubumgan manusia dengan Allah SWT (hablun minallah), mengatur dirinya sendiri , mengatur hubungan antar manusia (hablun minannas) dan mengatur hubungan dengan alam (hablun minal ‘alam).
9
Berkaitan dengan ajaran Islam yang mengatur hubungan manusia dengan alam, hal ini menjadi dasar bagi tegaknya keseluruhan peradaban Islam, termasuk penataan lingkunganperspektif ini di bangun dari konsep tauhid dan ibadah.konsep tauhid memberikan cara pandang bahwa manusia, alam dan kehidupan di ciptakan Allah SWT dengan tujuan
tertentu. Allah menciptakan manusia, alam, dan
kehidupan dalam suatu keseimbangan yang sinkron dan dinamis. Allah berfirman dalam al-Qur’an (Al-Baqarah: 30) :
Dalam kaitanya dengan penataan lingkungan , Islam memandang bahwa sumber daya alam adalah suatu karunia besar yang tidak hanya dapat dimanfaatkan tetapi juga harus dilestarikan agar dapat dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Dalam kajian hukum Islam, menghuni bumi dan mengelola kehidupan di bumi membutuhkan tiga muatan hukum. Pertama, hukum rukun syari’at yaitu ketentuan ketentuanAllah dan Rasul yang secara jelas tertulis dalam al-Qur’an dan hadis. Kedua, rukun hukum fikih, yaitu hukum – hukum haisil pemahaman manusia yayng berkualtas, berilmu, dan mampu berijtihad. Perkara yang diijtihadi adalah dalil-dalil khususnya ayat – ayat al-Qur’an dan hadis. Ketiga adalah as-siyasah, yaitu at-tadbir (pengaturan). Berkaitan dengan rukun yang kedua yakni rukn hukum fikih, terdapat sejumlah ayat al-Qur’an dan hadis yang terkait dengan lingkungan, misalnya tentang air, tanah, binatang dan tumbuh-tumbuhan, diantaranya adalah: 1) Q.S. Al-Hajj:65:
10
2) Q.S. An-Nuur:43:
Adapun mengenai hadis Rasulullah SAW tentang peduli lingkungan jumlah banyak sekali, diantaranya: 1) Larangan Menelantarkan Lahan
ِ
ْ ضيْنَ فض ْول ِمنَّا ِل ِر َجال كَان عنهما للا رضى للاِ َع ْب ِد اب ِْن َجابِ ِر َح ِديْث, قَا َل: َت ِ بِالثُّل ِ ا َ َر, اجرهَا فَقَال ْوا ِ ث ن َؤ ْ ِك أَبَى فَإ ِ ْن اَخَاه ا َ ْو ِليَ ْمنَحْ َها فَ ْليَ ْز َر ْع َها اَ ْرض لَه كَان ْ ضه فَ ْلي ْمس الربع ِ ص ْ ِِّوالن, ُّ ف َو َ أَ ْر. َ ى فَقَا َل ُّ ِص النَّب.م. : َت َم ْن
“ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah) Selain dari hadits diatas, ada juga bersumber dari Abu Hurairah r.a. dengan lafazd sebagai berikut : ْ اَخَاه ا َ ْو ِليَ ْمنَحْ َها فَ ْليَ ْز َر ْع َها اَ ْرض لَه كَان قال عنه للا رضى ه َري َْرة َ أَبِى َح ِديْث: وسلم عليه للا رسول قال: َت َم ْن ْ ضه فَ ْلي ْمس ِك أَبَى فَإِ ْن َ أ َ ْر.()المزاعة كتاب فى البخارى اخرجه
11
Antara kedua tersebut
terdapat
persamaan, yaitu
masing-masing
ditakhrijkan oleh Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits tersebut dari Jabir yang diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah. Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah S.w.t. telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam firman-Nya (Qs. Al-Baqarah : 29) :
Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat Nabi S.a.w. memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani. Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua dari hasil yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang dilakukan oleh para sahabat, maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadits diatas, yang intinya mengajak sahabat menanami sendiri lahannya atau menyuruh orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup mengolahnya. Menanggapi permasalahan sewa lahan ini, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya. Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa segolongan fuqoha tidak membolehkan menyewakan tanah. Mereka beralasan dengan hadits
12
Rafi’ bin Khuday yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Al-Muzara’ah : ْ ()البخارى رواه ص النَّبِى اَ َّن.م. اء َع ْن نَ َهى ِ ارعِ ك ََر َ َال َمز. “ Bahwasanya Nabi S.a.w. melarang menyewakan lahan “ (HR. Bukhori) Sedangkan jumhur ulama membolehkan, tetapi imbalan sewanya haruslah dengan uang (dirham atau dinar) selain itu tidak boleh. Ada lagi yang berpendapat boleh dengan semua barang, kecuali makanan termasuk yang ada dalam lahan itu. Berbagai pendapat yang lain seperti yang dikemukakan Ibnu Rusyd bahwa dilarang menyewakan tanah itu lantaran ada kesamaran didalamnya. Sebab kemungkinan tanaman yang diusahakan di atas tanah sewaan itu akan tertimpa bencana, baik karena kebakaran atau banjir. Dan akibatnya si penyewa harus membayar sewa tanpa memperoleh manfaat apapun daripadanya. Terkait dengan hadits diatas, disini Rosulullah S.a.w. juga bersabda dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan tentang menyerahkan tanah kepada orang untuk dikerjakan kemudian memberikan sebagian hasilnya : عنه للا رضى ع َم َر ابْن َح ِديْث, ى ا َ َّن َ ص ال َّن ِب.م. اَ ْوزَ ْرع ث َ َمر ِم ْن ِم ْن َها َمايَ ْخرج ِبش َْرط َخ ْيبَ َر َعا َم َل, َفَ َكان ِوسْق ِمائَةَ اَ ْز َوا َجه ي ْع ِطى: َت َ ْمر ِوسْقَ ث َ َمان ْون, َ َش ِعيْر ِوسْقَ َو ِع ْشر ْون: س َم َ َى اَ ْز َوا َج فَ َخي ََّر َخ ْي َب َر ع َمر فَق ِّ ِ النَّ ِب ْ ض ْ َالوسْق, ص.م. اء ِمنَ لَه َّن ي ْق ِط َع ا َ ْن ِ ض ْال َم ِ ى ا َ ْو َواالَ ْر ِ َار َم ِن فَ ِم ْنه َّن لَه َّن ي ْم َ َار َم ِن َو ِم ْنه َّن االَ ْر َ اخت َ اخت َ َ ض ْ ض ْ ت َعائِشَة َوكَان َت ِ َار َ االَ ْر. ()البخارى اخرجه َ اخت “ Ibnu Umar r.a. berkata : Nabi S.a.w. menyerahkan sawah ladang dan tegal di khaibar
kepada
penduduk
Khaibar
dengan
menyerahkan
separuh
dari
penghasilannya berupa kurma atau buah dan tanaman, maka Nabi S.a.w. memberi istri-istrinya seratus wasaq (1 wasaq=60 sha’. 1 sha’ =4 mud atau 2 ½ Kg), delapan puluh wasaq kurma tamar, dan dua puluh wasaq sya’er (jawawut). Kemudian dimasa Umar r.a. membebaskan kepada istri-istri Nabi S.a.w. untuk memilih apakah minta tanahnya atau tetap minta bagian wasaq itu, maka diantara mereka ada yang memilih tanah dan ada yang minta bagian hasilnya berupa wasaq.” (HR. Bukhori)
2) Penanaman pohon (reboisasi) adalah langkah terpuji َ سان قَا َل عنه للا رضى اَنَس َح ِديْث: ام ْن ِ طيْر ِم ْنه فَ َيأْكل زَ ْرعًا اَ ْو َي ْز َرع َي ْغ ِرس م ْس ِلم َم َ اِالَّ َكانَ ا َ ْو َب ِه ْي َمة ا َ ْواِ ْن صدَقَة بِ ِه لَه َ . ()المزاعة كتاب فى البخارى اخرجه
13 3
“ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori) Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 11 : ض فِى الَت ْفسِد ْوا لَه ْم قِ ْي َل َواِذَا ِ …االَ ْر “ Dan apabila dikatakan kepada mereka : “Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi “ Dan ada lagi dalam surat Al-Baqarah ayat 204-205:
Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa sebagian dari manusia, kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan. Orang munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi. Tanam-tanaman dan hutan-hutan menjadi rusak, lingkungan dicemari, buahbuahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau mereka sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka hatinya. Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41-42 :
14
Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan, hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-daerah peresap air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri. Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’aam ayat 141-142 yang artinya:
15
Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program penghijauan. Oleh karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak terpajang di sudut-sudut jalan, dan tertempel di mobil-mobil dan lainnya yang mengajak kita menyukseskan program tersebut. Khusus Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintahnya telah mencanangkan program penghijauan dengan tema "South Sulawesi Go Green" (Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan). Sebagian orang menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi Saw. beliau bersabda: "Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)] Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH, sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan. Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala". [Lihat Syarh Ibnu Baththol (11/473)]
16
Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari REBOISASI, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan menanaminya. 3) Larangan membunuh anak burung Penulis rahimahullahi ta'ala mengatakan, bab tentang haramnya menyiksa dengan api, yakni bahwa manusia tidak dibenarkan untuk menyiksa seseorang dengan membakarnya karena bisa saja menyiksanya dengan cara lain. Hudud bisa dilakukan selain dengan cara membakarnya sehingga membakar merupakan tambahan siksaan yang tidak dibutuhkan. Kemudian beliau menyebutkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengutus beberapa orang pada salah satu delegasi dan berkata, "jika kalian menemukan fulan dan fulan" untuk dua orang yang beliau sebutkan "maka bakarlah keduanya dengan api" maka sahabat menjadikan itu sebagai alasan sebagai wujud kepatuhan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ketika mereka hendak berangkat, beliau berkata, "Saya tadi mengatakan begini dan begitu akan tetapi, "Tidak pantas ada yang menyiksa dengan api kecuali Allah ta'ala maka jika kalian menemukannya maka
17
bunuhlah mereka berdua". Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meralat perintah awalnya dengan perintah ke dua. Pada awalnya beliau menyuruh untuk membakar dan pada kali kedua beliau hanya memerintahkan untuk membunuh mereka berdua saja.
Maka itu menunjukkan bahwa jika manusia berhak
mendapatkan hukum bunuh maka ia tidak boleh dibakar, tetapi ia hanya dibunuh dengan cara biasa sesuai dengan apa yang dikehendaki nash-nash syari'at. Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pergi menjauh untuk buang hajat lalu sahabat menemukan Al-Humrah, sejenis burung, ia sedang bersama dengan anaknya. Mereka lalu mengambil ke dua anaknya hingga ia terbang berputar-putara di sekitar mereka, sebagaimana lazimnya burung jika diambil anaknya maka ia berputar dan berteriak-teriak karena kehilangan anakanya. Karena Allah ta'ala menjadikan pada hati binatang rasa kasih sayang, bahkan binatang terkadang menjauhkan kukunya dari anaknya karena khawatir jika mengenainya. Dan ini termasuk dari wujud kebijaksanaan Allah ta'ala. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lalu memerintahkan agar anaknya dilepas, maka mereka melepaskanya. Kemudian beliau melewati perkampungan semut yang telah dibakar maka beliau bertanya, "Siapa yang membakar ini ? Mereka menjawab, "Kami semua wahai Rasulullah" perkampungan semut maksudnya perkumpulan mereka, lobang-lobangnya. Mereka membakarnya dengan api maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah pantas ada yang menyiksa dengan api kecuali pemilik api itu sendiri". Beliau melarang tindakan demikian. karena itulah, jika di sekitar Anda terdapat semut maka janganlah membakarnya dengan api, tapi hendaknya kalian meletakkan sesuatu yang dapat membuat mereka pergi, seperti gas yang Anda siramkan di atas batu, maka semut akan pergi dan tidak akan kembali lagi insya allah. Jika tidak ada kemungkinan lain untuk bisa menghindari gigitannya kecuali dengan sesuatu yang dapat membunuhnya seketika, maksud saya semut maka tidaklah bermasalah. Karena itu merupakan usaha umtuk menghindari bahayanya. Jika tidak, maka sebenarnya semut termasuk hewan yang dilarang oleh baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk membunuhnya. Tapi jika ia menggigitmu dan tidak ada jalan kecuali membunuhnya maka tidaklah bermasalah jika membunuhnya.
18
2.5. Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam 1. Hima Hima merupakan kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami. Istilah hiam diterjemahkan menjadi kawasan lindung (protected area), kawasan konservasi: taman nasiional, suaka alam, hutan lindung dan suaka margasatwa (Onrizal,2010). Al-Mawardi dalam kitab Al Ahkaamus-sulthaaniyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah menetapkan suatu tempat seluas 6 mil menjadi hima bagi kuda-kuda kaum muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Menurut al-Suyuti dan para ahli fikih, sebuah kawasan dapat menjadi hima bila memenuhi empat syarat, yaitu : (1) di tentukan berdasarkan keputusan pemerintah, (2) dibangun berdasarkan ajaran Allah SWT untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahteraan umum, (3) tidak menimbulkan kesulitan bagi masyarakat sekitar, dan (4) harus mewujudkan manfaat yang nyata bagi masyarakat. 2. Iqta Iqta merupakan lahan (garap) yang dipinjamkan oleh Negara kepada para investor atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan untuk mengadakan reklamasi (perbaikan lahan yang digarap). Lahan yang di gunakan untuk iqta dalah lahan yang di dalamnya tidak terdapat kepentingan umum, misalnya sumber daya air, kepentingan ekosistem dan tidak menimbulkan masalah baru bagi daerah sekitar pada masa penggarapan. 3. Harim Harim merupakan zona dimana pembangunan terlarang dilakukan atau sengat terbatas untuk mencegah terjadinya kerusakan atau menurunnya manfaat dan sumber daya alam (Onrizal,2010). Unsure penting dalam harim adalah adanya kawasan yang masih asli (belum di rambah) dan menjadi hak milik umum. 4. ihya al-Mawat Tanah sebagai unsur lingkungan paling mendasar mendapat perhatian khusus dalm Islam. Menghidupkan (ihya) kawasan mati/tidak produktif (al-mawat) merupakan anjuran kepadasetiap muslim supaya tidak ada kawasan yang terlantar.
19
2.6. Peranan Manusia Dalam Konservasi Lingkungan Ada dua fungsi utama diciptakannya manusia, yakni untuk beribadah seperti difirmankan Allah SWT dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 dan sebagai khalifah di muka bumi seperti yang tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Manusia dalam dirinya mempunyai potensi untuk mencinta. Cinta pada lingkungan hidup dengan segala makhluk di dalamnya akan menciptakan damai dan harmoni antara manusia dan alam lingkungannya. Di dalam interaksi ini manusia punya keistimewaan yakni memiliki akal budi. Manusia diberi Allah kuasa untuk memelihara segala ciptaanNya dengan tanggung jawab. Beberapa kewajiban utama yang harus dilakukan oleh manusia terhadap alam sekitar adalah sebagai berikut : 1. Membangun Rasa Cinta Terhadap Lingkungan 2. Menanam dan Memelihara Pohon 3. Mengelola Sumber Daya Alam 4. Tidak Merusak Lingkungan 5. Membiasakan Diri Ramah Lingkungan Umat manusia diharapkan bersama – sama melestarikan pohon bukan hanya dengan cara berbicara, tetapi lebih dengan tindakan kongkrit. Di alam semesta terdapat banyak sumber daya yang dapat diolah dan didayagunakan oleh manusia, baik yang terdapat di daratan maupun di lautan. Manusia telah diserahi tugas oleh Allah untuk mengolah dan mengelola semua sumber daya yang terdapat di alam ini; bukan hanya yang terdapat di muka bumi ini tetapi juga yang berada di planet lain apabila ternyata ada. Penggalan firman Allah dalm (Q.S. Al-Qashash: 77)
“……dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap lingkungan hidup, hal ini bisa di lihat dari banyaknya ayat al-Quran dan hadis Rasulullah SAW yang memerintahkan kita untuk menjaga dan mencintai bumi beserta segala isinya demi
20
keberlangsungan hidup umat manusia. Jika kita berbuat kerusakan di atas muka bumi, niscaya bencana akan datang menghampiri kita sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Ar-Ruum: 41-42.
21
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 1. Dalam pandangan islam konservasi adalah amanah dari Allah untuk manusia. Manusia sebagai wakil Allah di muka bum (khalifatullah fil ardh) harus memahami hubungan antara dirinya dengan Allah dan lingkungan Konservasi yang dilakukan manusia melalui pemeliharaan , pemanfaatan secara wajar, dan rehabilitasi akan memberikan efek positif terhadap lingkungan. 2. Ada dua faktor penyebab kerusakan lingkungan yaitu faktor manusia dan proses alam. Faktor manusia merupakan penyebab utama kerusakan yang terjadi di bumi, kerusakan lingkungan yang di sebabkan kegiatan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, seperti : pencemaran, pengerukan, dan penebangan hutan. Allah melarang manusia untuk merusak lingkungan, meskipun manusia sebagai khalifah di beri kuasa untuk mengelola dan memelihara alam. Sedangkan kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh faktor alam pada umumnya merupakan bencana alam seperti letusan gunung berapi, banjir, angin, putting beliung, gempa bumi, tsunami dan sebagainya. 3. Akibat pencemaran lingkungan adalah: punahnya spesies, perkembangan hama yang
cepat,gangguan
keseimbangan
lingkungan,kesuburan
berkurang,
keracunan dan penyakit, pemekatan hayati dan terbentuknya lubang ozon dan efek rumah kaca. 4. Islam memandang bahwa sumber daya alam adalah suatu karunia besar yang tidak hanya dapat dimanfaatkan tetapi juga harus dilestarikan agar dapat dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang. 5. Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam adalah Hima, Iqta, Harim, dan Ihya alMawat 6. Peranan manusia dalam konservasi lingkungan yakni untuk beribadah seperti difirmankan Allah SWT dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 dan sebagai khalifah di muka bumi seperti yang tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Manusia dalam dirinya mempunyai potensi untuk mencinta. Cinta pada lingkungan hidup
22
dengan segala makhluk di dalamnya akan menciptakan damai dan harmoni antara manusia dan alam lingkungannya.
3.2. Saran Kita sebagai makhluk hidup atau manusia (khalifah) yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya oleh Allah swt seharusnya menjaga segala sesuatu yang berada di alam kita (bumi) yang telah diamanatkan kepada kita karena semua yang ada di bumi ini semata mata juga untuk kita.
23
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Sudirman. 2007. Bergaul Bersama Alam di Bawah Naungan syariat. Depok: Intisab Foundation. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari. Penerjemah Amirudin dan Abu Raina .ed. Jakarta: Pustaka Azzam, Al-Fikri , Muchsin. 2007. Fikih Lingkungan dan Kearifan Lokal. Artikel diakses pada
12
Mei
2013
dari:
http://agamadanekologi.blogspopt.com/2007/09/fikih-lingkungan-dankearifan-lokal.html. Al-Mawardi. 2000. Al Ahkaamus-sulthaaniyah wal-wilaayatud-diiniyah.Terj. Jakarta: Gema Pers. Departemen Agama Republik Indonesia. 1975. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: UII Press. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Indonesia Forest and Media Campaign (INFORM). 2004. Fikih Lingkungan (Fiqh al-bi’ah). Bogor: Indonesia Forest and Media Campaign (INFORM). Irwanto. Dampak Pencemaran Lingkungan. http://www.irwantoshut.net. Diakses pada 5 mei 2013 Iskandar,
Johan.
2001.
Faktor
Penyebab
Kerusakan
Lingkungan.
http://id.shvoong.com/society-and-nesw/environment/2121236-faktorpenyebab-kerusakan-lingkungan/#ixzz3HqenPrAI. Diakses pada 5 Mei 2013 Mangunjaya, Fachruddin Majeri. 2007. Konservasi Alam dan Lingkungan Dalam Persepektif Islam. http://agamadanekologi.blogspot.com. Muhammad Quraish Shihab, 1995.Membumikan Al-Quran.Bandung:Mizan Munawwir, A.W. 1984. KAmus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progresif. Nursalim
2013.
Agama
Sebagai
pilar
Dasar
konservasi
Lingkungan.
http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/02/28agama-sebagai-pilar-dasarkonservasi-lingkungan/
24
Presidaen Republik Indonesia. “UU No. 23 th. 1997, Tentang Hukum Lingkungan”. Artikel
diakses
pada
28
November
2008
dari
http://hktl.ugm.ac.id/upload/uu/uu%2023-1997.pdf Pribadi,Guntur. “Membaca Ayat-ayat Alam Dalam Merawat Hutan Indonesia”, artikel
diakses
pada
12
Mei
2013
dari:
http://www.kabarindonesia.com/berita.p=20&dn=20080224214420 Shaleh, dkk. 2004. Asbabun Nuzul, Latar Belakang HIstoris TurunnyaAyat-ayat Al-Qur’an. Cet.X. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro. Soerjani, Mohammad. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta. UI Pers.
25