REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3.1.3 Analisa Curah Hujan Rencana
Analisa curah hujan rencana menggunakan bantuan software Easyfit 5.5, aplikasi ini dapat menentukan distribusi yang cocok untuk setiap curah hujan wilayah dan juga dapat menentukan curah hujan dengan periode ulang tertentu. Analisis curah hujan menggunakan beberapa distribusi yang sudah banyak digunakan, yaitu distribusi Gumbel, Log-Normal, Normal, Log Pearson III, dan Frechet. Pemilihan metode berdasarkan uji kecocokan dengan metode Kolmogorov-Smirnov, Anderson-Darling dan Chi-Kuadrat. Penjelasan lebih jauh mengenai software Easyfit akan dijelaskan pada sub-bab 4.3.1. 3.1.3.1 CURAH HUJAN RENCANA SETIAP ZONA DRAINASE Curah hujan rencana dicari dengan melakukan analisis frekuensi yang dilakukan dengan bantuan software Easyfit 5.5. Curah hujan periode ulang yang akan dicari yaitu periode ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 tahun. Curah hujan rencana dihitung berdasarkan curah hujan wilayah yang sudah dihitung sebelumnya untuk setiap zona drainase. Tahap pertama adalah menentukan kesesuaian distribusi untuk setiap sampel data curah hujan wilayah, kemudian dilakukan uji kecocokan dengan metode Kolmogorov-Smirnov, distribusi dengan kecocokan yang paling tinggi berdasarkan metode ini adalah distribusi yang akan dipilih. Setelah distribusi yang cocok telah ditentukan, curah hujan rencana ditentukan dengan bantuan aplikasi StatAssist dari software Easyfit . Nilai probabilitas dimasukkan ke dalam pilihan Invers CDF untuk setiap periode ulang. Semua tahap ini dilakukan untuk setiap zona drainase karena memiliki sampel data yang berbeda-beda. Hasil analisis frekuensi dan curah hujan rencana untuk salah satu zona drainase adalah sebagai berikut:
Zona Drainase 1 250 ) 200 m m ( n 150 a j u H h 100 a r u C
50 0
Regional
Darmaga
Empang
GAMBAR 3-5 CURAH HUJAN UNTUK ZONA DRAINASE 1
Uji kecocokan dilakukan dengan bantuan software Easyfit, dan didapatkan distribusi yang paling sesuai dari beberapa metode:
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 3-4 UJI KECOCOKAN ZONA DRAINASE 1
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa distribusi yang paling cocok berdasarkan uji kecocokan Kolmogorov-Smirnov adalah distribusi Gumbel. Hasil uji kecocokan dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 3-6 KOLMOGOROV-SMIRNOV ZONA DRAINASE 1
TABEL 3-5 ANALISIS FREKUENSI ZONA DRAINASE 1
Tr
P
XTr (mm)
2
0.500
122.0
5
0.800
142.1
10
0.900
153.9
25
0.960
167.4
50
0.980
176.8
100
0.990
185.6
200
0.995
194.0
(years)
3.1.4 Intensitas Hujan
Durasi dan distribusi hujan penting kaitannya dengan perhitungan hidrograf banji r dan penelusuran (routing) banjir. Untuk memperkirakan debit tertinggi yang mendekati kenyataan maka perlu adanya curah hujan tiap jam (hasil pengamatan/ pencatatan hujan dari stasiun hujan terkait). Karena tidak adanya pencatatan data pada lokasi pekerjaan, untuk membuat kurva IDF, maka digunakan data yang ada, yaitu intensitas hujan harian 24 jam. Dengan data ini, maka digunakan pendekatan intensitas hujan dengan menggunakan metode Mononobe. Metode Mononobe mempunyai rumus : It
=
I24 24
(24/t) 2/3
Dimana Rt merupakan Intensitas hujan dan I24 merupakan intensitas hujan harian. Perhitungan intensitas hujan berdasarkan hujan rencana yang sudah ditentukan untuk setiap zona drainase pada sub-bab
sebelumnya.
Executive Summary| Halaman 3-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
ZONA DRAINASE 1 TABEL 3-7 INTENSITAS HUJAN ZONA DRAINASE 1
t (Menit) 5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 300 360
I 2thn 221.60 139.60 87.94 67.11 55.40 47.74 42.28 38.15 34.90 32.26 30.08 28.22 26.63 25.25 24.03 22.95 21.99 21.11 20.33 19.61 18.95 18.34 17.78 17.26 16.78 14.46 12.80
I 5thn 258.27 162.70 102.49 78.22 64.57 55.64 49.27 44.46 40.67 37.60 35.05 32.89 31.04 29.43 28.01 26.75 25.62 24.61 23.69 22.85 22.08 21.37 20.72 20.12 19.55 16.85 14.92
I 10thn 279.62 176.15 110.97 84.68 69.90 60.24 53.35 48.14 44.04 40.71 37.95 35.61 33.61 31.86 30.32 28.96 27.74 26.64 25.65 24.74 23.91 23.14 22.44 21.78 21.17 18.24 16.16
I 25thn 304.22 191.65 120.73 92.13 76.06 65.54 58.04 52.37 47.91 44.29 41.29 38.75 36.56 34.66 32.99 31.51 30.18 28.99 27.90 26.92 26.01 25.18 24.41 23.70 23.03 19.85 17.58
I 50thn 321.19 202.34 127.47 97.27 80.30 69.20 61.28 55.29 50.58 46.76 43.59 40.91 38.60 36.60 34.83 33.27 31.87 30.60 29.46 28.42 27.46 26.58 25.77 25.02 24.32 20.96 18.56
I 100thn 337.20 212.42 133.82 102.12 84.30 72.65 64.33 58.05 53.11 49.10 45.77 42.95 40.53 38.42 36.57 34.93 33.45 32.13 30.93 29.83 28.83 27.91 27.06 26.27 25.53 22.00 19.48
I 200thn 352.50 222.06 139.89 106.76 88.13 75.94 67.25 60.68 55.52 51.32 47.84 44.90 42.37 40.16 38.23 36.51 34.97 33.59 32.33 31.19 30.14 29.17 28.28 27.46 26.69 23.00 20.37
IDF Curve 400.00 I 2thn
350.00
) 300.00 m a j / 250.00 m 200.00 m ( s150.00 a t i 100.00 s n 50.00 e t n 0.00 I
I 5thn I 10thn I 25thn I 50thn I 100thn I 200thn
0
100
200
300
t (menit)
GAMBAR 3-6 KURVA IDF ZONA DRAINASE 1
Executive Summary| Halaman 3-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3.2 Pembagian Zona Drainase
GAMBAR 3-7 PEMBAGIAN ZONA DRAINASE
Executive Summary| Halaman 3-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3.3 Analisis Debit Banjir 3.3.1 Analisis Debit Banjir
Untuk keperluan analisis pekerjaan perencanaan drainase diperlukan debit banjir. Debit banjir ini dihitung secara empiris menggunakan curah hujan rencana. Analisis debit banjir rencana dilakukan dengan metode yang sesuai dengan lokasi daerah studi, tergantung dari ketersediaan data serta kecocokan untuk digunakan pada daerah studi, serta memberikan hidrograf banjir yang sesuai dengan kondisi lapangan. Metoda yang digunakan terdiri dari tiga metode yaitu metode Nakayashu, Snyder dan SCS. Pemilihan metode hidrograf dilakuakn dengan memilih metode yang menghasilkan debit puncak paling besar untuk mendapatkan hasil yang lebih konservatif
ZONA DRAINASE 1 Luas Daerah Aliran Sungai Panjang Sungai Kemiringan Sungai Jarak Outlet - Titik Berat DPS
6.58 5.14 3% 3.08
Koef. Pengaliran
0.45
Parameter Time Lag Time to Peak Puncak Hidrograf Satuan Waktu Hujan Effektif Koefisien 'ct' Koefisien 'cp' Koefisien 'n' Alpha
Metode Hidrograf SCS Snyder Nakayashu 0.54 1.29 0.66 3.54 4.23 1.03 0.39 6.00 -
1.11 4.00 0.75 0.90 0.30 -
0.36 0.462 3
Hidrograf Banjir Debit Q 25thn Zona Drainase 1
50
40.21 40
39.37 36.1
Nakayashu
) t e d / 30 3 m ( t i 20 b e D
Snyder SCS
10 0 0
5
10 Jam
15
20
GAMBAR 3-8 DEBIT BANJIR ZONA DRAINASE 1
Debit banjir yang digunakan adalah hasil analisis dengan menggunakan Metode SCS karena memiliki nilai debit paling besar diantara metode yang lainnya. Perhitungan debit banjir untuk zona yang lainnya dapat dilihat pada table 4-1.
Periode
Metode
Metode
Metode
Ulang (tahun)
SCS (m3/det)
Snyder (m3/det)
Nakayasu (m3/det)
2
26.27
28.68
27.05
5
30.62
33.43
34.44
10
33.15
36.19
37.12
25
36.07
39.37
40.21
50
38.08
41.57
42.34
100
39.98
43.64
43.92
200
41.79
45.62
45.86
Executive Summary| Halaman 3-5
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3. 4 Skala Prioritas TABEL 3-8 PRIORITAS PENANGANAN BERDASARKAN KATEGORI RESIKO
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3. 5 Penyusunan Rencana Implementasi Dengan mengasumsikan waktu pengerjaan zona priortias selama 5 tahun, maka urutan pengerjaan berdasarkan priortias resiko genangan beserta pembiayaannya dapat dilihat pada tabel di ba wah ini: TABEL 3-9 PRIORITAS IMPLEMENTASI RENCANA PERENCANAAN
Urutan Prioritas
Nama Kawasan
1
Sukaresmi
2
Mekarwangi
3
Kali Johar
4
Cibadak RW 14
5
Kedung Badak
5
Kebon Pedes
6
Sukadamai
7
Waduk Taman Sari Persada
8
Kencana Total
2017
2018
2019
2020
2021
2022
577,500,000 12,838,561,064 27,585,173 14,910,667,408.18
28,164,593,993
32,969,142,380
Pembebasan Lahan 0.7 Ha
1,799,118,930 167,777,228 577,500,000.000
28,354,313,644
28,164,593,993
32,969,142,380
19,981,444,870
9,990,722,435
5,663,350,000
11,326,700,000
28,189,191,028
21,317,422,435
Berdasarkan kategori resiko setiap lokasi, kita dapat menentukan urutan prioritas penanganan yang akan dilakukan. Implementasi perrencanaan juga dilakukan berdasarkan urutan prioritasnya. Sehingga pada tahun pertama diperlukan pengeluaran sebesar Rp 30,748,711,410 untuk mengatasi ke empat masalah drainase utama di kota Bogor. Selanjutnya untuk tahun kedua dilakukan penanganan untuk wilayah lainnya seusai dengan prioritas penanganan masalah dengan biaya Rp 30,596,971,924. Demikian selanjutnya untuk tahun berikutnya pelaksanaan mengikuti urutan prioritas berdasarkan tingkat ketegori resikonya dengan mengatur agar pengeluaran biaya yang sama setiap tahunnya.
Executive Summary| Halaman 3-7
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4 REKOMENDASI ALTERNATIF 4.1 Perbaikan Zona Drainase Wilayah Kota Bogor terdiri atas jaringan drainase yang cukup rumit, diantaranya terdapat jaringan saluran drainase yang secara hidraulik berdiri sendiri namun terdapat jaringan saluran drainase yang berhubungan satu sama lain. Selain jaringan drainase yang rumit, masih terdapat jaringan irigasi yang berfungsi sebagai saluran drainase sehingga kapasitasnya tidak mencukupi untuk menahan beban hujan yang terjadi. Pada hakekatnya setiap daerah genangan memiliki saluran drainase lokal. Untuk mempermudah penanganan sistem drainase dalam perencanaan dan dalam pengelolaannya nanti, maka dalam studi terdahulu beberapa sistem situ dan sistem drainase lokal telah dikelompokkan kedalam beberapa Zona Drainase. Pengelompokan didasarkan atas kesamaan daerah dipandang dari sudut topografi, saluran atau sungai pembatas yang ada, dan daerah aliran sungai tertentu sebagai saluran makro dari jaringan drainase. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan secara manual dengan garis kontur yang cukup jauh jaraknya, dalam review masterplan kali ini akan dilakukan pembagian zona drainase kembali berdasarkan sungai-sungai yang ada pada wilayah kota bogor. Pembagian zona didapatkan dari data kontur setiap dua meter yang didapatkan dari hasil survey.
Perbaikan zona drainase dilakukan dengan menggunakan kontur yang lebih rapat (2 m) dan delineasi menggunakan bantuan software ArcSWAT.
Dari data kontur tersebut kemudian diolah menjadi data yang menggambarkan geo-metri dari bentuk permukaan bumi sehingga dapat diketahui alur-alur sungai yang ada di kota bogor. Dari alur sungai tersebut lah kita dapat mendefinisikan zona-zona drainase dengan menyesuaikan dengan zona drainase pada masterplan sebelumnya. Zona drainase baru berjumlah sama dengan masterplan sebelumnya, namun memiliki batas antar zona yang baru. Perbedaan zona drainase ini akan memperngaruhi besarnya curah hujan wilayah dan juga karakteristik perzona. Pembagian zona dan juga masing-masing karakteristiknya akan dijabarkan sebagai berikut: GAMBAR 4-1 PETA KONTUR HASIL SURVEY
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4. 2 Perubahan Beban Hujan
Curah Hujan Maksimum Wilayah DAS Total 150 140
Rata-rata 2008 – 2015 : 130.67 mm 130
Rata-rata 1992 – 2015 : 123.85 mm ) m120 m ( n a j u 110 H h a r u C100
Rata-rata 1992 – 2007 : 120.21 mm
90 80 70 1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
Tahun GAMBAR 4-2 CURAH HUJAN MAKSIMUM WILAYAH DAS TOTAL
Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya. 4-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Perubahan beban hujan diakibatkan oleh banyak faktor, seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa perubahan beban hujan diakibatkan akibat adanya penambahan data hujan, perubahan tataguna lahan dan perubahan zona drainase. Akibat adanya perubahan dari keduanya, terjadi perubahan pada curah hujan wilayah rata-rata, curah hujan rencana, intensitas hujan dan debit limpasan. Penambahan data hujan terdiri dari penambahan data hujan tahun 2008-2015. TABEL 4-1 PERBANDIGAN NILAI KOEFISIEN PENGALIRAN DAN DEBIT BANJIR
Zona Drainase
Koef. Pengaliran (C)
Zona Drainase
Masterplan 2007
Review Masterplan
1
0.42
0.45
1
2
0.54
0.56
3
0.59
0.56
4
0.39
5
0.41
6 7
Debit Banjir(m3/s) Masterplan 2007
Review Masterplan
57.33
40.21
2
34.88
36.71
3
101.59
91.47
0.42
4
50.43
56.14
0.42
5
90.56
41.20
0.42
0.47
6
94.94
72.41
0.48
0.54
7
20.04
25.14
8
0.39
0.46
8
85.73
73.10
9
0.51
0.63
9
31.26
27.86
10
0.41
0.64
10
60.74
54.14
11
0.52
0.59
11
39.12
57.57
12
0.54
0.53
12
55.67
44.05
13
0.51
0.59
13
47.13
58.62
14
0.57
0.57
14
68.91
73.70
15
0.45
0.45
15
89.42
29.74
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
Dengan adanya update data dan juga perhitungan pada review masterplan ini, dapat dilihat dampaknya pada berubahnya nilai debit banjir dengan periode ulang 25 tahunan. Terdapat beberapa zona yang debit limpasannya meningkat dan ada juga yang menurun. Perubahan nilai debit banjir ini diakibatkan oleh nilai koefisien tataguna lahan yang sebagian besar meningkat dan juga perubahan karakterisitk das seperti luas, panjang sungai, kemiringan, dan panjang sungai. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan pada zona drainase 15 dari debit banjir sebesar 89.42 m3/s turun menjadi 29.74 m3/s, hal ini disebabkan adanya perubahan karakteristik DAS yang signifikan, luas zona yang pada masterplan sebelumnya sebesar 9.43 km2 berubah menjadi 3.1 km2.
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4. 3 Solusi Permasalahan Banjir 4.3.1 Konseptual Sumur Resapan
Sesuai dengan semangat yang dibawa pada Peraturan Mentri (PERMEN) No 12/PRT/M/2014 perencanaan sistem drainase secara komprehensif sudah seharusnya menggantikan perencanaan sistem drainase menggunakan paradigma lama.
Paradigma baru penanganan masalah drainase perkotaan tidak terbatas pada upaya mengalirkan dan membuang secepatnya (kelebihan air permukaan / limpasan air hujan) menuju badan – badan air terdekat. Namun lebih dari itu penatagunaan sistem drainase perkotaan bertujuan konservasi sumber daya air dan kehidupan aquatik. Mencakup optimalisasi upaya mengendalikan luapan dan genangan banjir serta meresapkan kelebihan air tersebut untuk imbuhan persediaan air baku (air permukaan maupun air tanah). S ECARA UMUM, KONSEP
INI DIKENAL JUGA DENGAN KONSEP E CO -D RAINAGE, ATAU DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN.
On Site
Penyimpanan
Pengelolaan limpasan permukaan
Off Site Peresapan
-Retarding Basin - Kolam Regulasi
-Taman -Halaman rumah/Sekolah -Lahan terbuka antar blok rumah -Lahan Parkir -Sumur resapan -Parit resapan -Kolam Resapan -Perkerasan resapan/Permeable Pavement
GAMBAR 4-3 KONSEP PENGLOLAAN LIMPASAN PERMUKAAN
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
Daftar dari fasilitas terkait konsep drainase berwawasan lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4-3 disamping ini. Salah satu fasilitas yang akan diaplikasikan pada perencanaan masterplan ini adalah fasilitas sumur resapan dan kolam retensi. Fasilitas ini dipilih karena ketersediaan lahan di lokasi eksisting dan cenderung zero-maintenance terutama untuk fasilitas sumur resapan. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai aplikasi suur resapan di setiap zona drainase.
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-4 KONSEP PERENCANAAN SUMUR RESAPAN
Executive Summary| Halaman 4-6
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-5 APLIKASI SUMUR RESAPAN PADA ZONA 15
Executive Summary| Halaman 4-7
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.3.2 Ekivalensi Luas Permukaan Serapan dan Volume Tampungan
Ekivalensi luas permukaan serapan dan volume dilakukan untuk membandingkan kedua fasilitas eco-drainage ini dengan beberapa parameter. Ekivalensi luas permukaan serapan adalah membandingkan luas permukaan yang diperlukan untuk kedua fasilitas dengan kapasitas luas permukaan serapan air yang sama. Sedangkan ekivalensi volume adalah membandingkan luas permukaan untuk kedua fasilitas dengan tampungan volume yang sama sesuai dengan besar volume penurunan debit.
Ekivalensi Luas Permukaan Serapan
Ekivalensi Volume Tampungan
Executive Summary| Halaman 4-8
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-6 APLIKASI SUMUR RESAPAN PADA DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-9
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-7 EKIVALENSI LUAS PERMUKAAN SUMUR DAN KOLAM RETENSI DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-10
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-8 EKIVALENSI LUAS SUMUR RESAPAN TERHADAP VOLUME TAMPUNGAN PADA DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-11
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-9 EKIVALENSI LUAS BIOPORI TERHADAP VOLUME TAMPUNGAN PADA DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-12
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Konsep sumur resapan yang dibahas pada sub-bab ini adalah penurunan debit yang terjadi pada kondisi Wilayah Kota Bogor yang memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 25% dari wilayah kota dan 1% dari RTH dapat digunakan untuk pembuatan sumur resapan. Namun pada kenyataannya akan sulit untuk mengaplikasikan sumur resapan di setiap 1% bagian dari RTH. Cara lain dalam mengatasi tidak bertambahnya limpasan akibat perubahan tataguna lahan adalah dengan mengaplikasikan konsep Zero Delta Q Policy seperti yang tercantum dalam PP RI No. 28 tahun 2008 ttg. RTRW Nasional Pasal 106 ayat 1 huruf c.
Zero delta Q adalah keharusan agar tiap bangunan yang terbangun disuatu wilayah tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit dari limpasan air hujan ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai diwilayah tersebut
Berdasarkan prinsip Zero Delta Q maka setiap bangunan yang terbangun di suatu wilayah tidak bolah mengakibatkan pertambahan debit. Konsep ini dihubungkan dengan aplikasi sumur resapan, sehingga dengan pembangunan sebesar 1 Ha berapakah jumlah sumur resapan yang diperlukan agar tidak terjadinya penambahan limpasan ke sistem yang sudah ada. Dengan besarnya intensitas hujan kota bogor rata-rata sebesar 50 mm/jam, setiap pembangunan bangunan sebesar 1 Ha maka akan menghasilkan limpasan tambahan seperti pada hidrograf disamping. Volume limpasan yang perlu ditampung adalah sebesar 1501.2 m3.
Limpasan Tambahan setiap 1 Ha 0.12 0.1 ) s 0.08 / 3 m ( 0.06 t i b e 0.04 D
0.02 0 0
2
4
6
Waktu (jam)
8
10
TABEL 4-2 KEBUTUHAN SUMUR RESAPAN/HA
Kebutuhan Sumur Resapan (Sumur/Ha)
Sumur Individu 599
Sumur Komunal 17 Dimensi
Parameter
H (m) Apermukaan (m2) Vol. Tampungan (m3)
Sumur Individu 1.5
Sumur Komunal 3
1
25
2.508
87.24
Executive Summary| Halaman 4-13
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Selain pembuatan sumur resapan individu atau komunal disetiap pembangunan, pembangunan sumur resapan di sepanjang saluran dra inase juga dapat menjadi masukan yang bagus dalam perencanaan drainase Kota Bogor kedepannya. Salah satu aplikasi sumur resapan di sepanjang saluran drainase adalah di Jogja dengan memasang sumur resapan disetiap 10-15 meter dengan diameter sumur 1 – 1.5 m dan kedalaman sumur 2.5.
GAMBAR 4-10 CONTOH APLIKASI SUMUR RESAPAN PADA DRAINASE PERKOTAAN
Jika pembangunan sumur resapan di setiap 10 m dapat diekivalensikan dengan terjadinya perubahan lahan dari jalan beraspal (paved) yang bersifat inpervious berubah menjadi lahan yang pervious maka dengan panjang jalan 5 km dan sumur resapan diaplikasikan di setiap 10 m dengan dimensi luas permukaan 1 m2 dan kedalaman 2.5 m, dengan debit awal sebesar 50 m3/s dapat turun sebesar 6% menjadi 47 m3/s.
Sumur resapan setiap 10 m
Debit awal 50 m3/s
Terjadi penurunan 6% menjadi 47 m3/s Executive Summary| Halaman 4-14
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.3.3 Perkiraan Biaya Pengerjaan
Perkiraan biaya yang diperlukan untuk konstruksi pengerjaan sumur resapan dapat dilihat pada tabel 4.3. TABEL 4-3 PERKIRAAN BIAYA PENGERJAAN SUMUR RESAPAN
Galian tanah dengan excavator dan dump truck/m3 Item Faktor 1m3 tanah HS (Rp) Pekerja 0.015 Mandor 0.007 Dump Truck 0.120 Excavator 0.051 Total
Total Galian Sumur (m3) Total Galian Kolam (m3) Biaya Sumur (Rp) Biaya Kolam (Rp) Sumur +PPN (Rp) +DESAIN (Rp)
106,000.00 187,000.00 596,300.00 207,400.00
Harga (Rp/m3) 1,540.03 1,362.43 71,556.00 10,550.47 85,008.93
DAS Ciliwung DAS Cisadane 90,574 461,207 1,244,838 6,404,295 Total 46,906,256,463.81 7,699,559,960.20 39,206,696,503.61 105,822,352,078.60 544,422,237,197.21 650,244,589,275.81
51,596,882,110.19 54,176,726,215.70
Galian tanah dengan excavator dan dump truck/m3 Item Faktor 1m3 tanah HS (Rp) Pekerja 0.015 Mandor 0.007 Dump Truck 0.120 Excavator 0.051 Total
Total Galian Sumur (m3) Biaya Sumur (Rp)
Seluruh Zona 1,126,799 95,787,972,451.45
Harga (Rp/m3) 1,540.03 187,000.00 1,362.43 596,300.00 71,556.00 207,400.00 10,550.47 85,008.93 106,000.00
Total
95,787,972,451.45 Sumur +PPN (Rp) +DESAIN (Rp)
105,366,769,696.60 110,635,108,181.43
Kolam
+PPN (Rp) +DESAIN ( Rp)
715,269,048,203.39 751,032,500,613.56
Executive Summary| Halaman 4-15
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.4 Kebijakan 4.4.1 Masalah Sampah
Masalah sampah pada saluran drainase merupakan masalah yang terjadi hampir diseluruh sistem drainase kota di Indonesia. Permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan secara sendiri, melainkan harus diseleikan secara komprehensif karena masalah sampah dapat berhubungan dengan banyak hal. Salah satu cara dalam menyelesaikan permasalahan drainase adalah dengan menegakkan hukum atau kebijakan yang berlaku di Kota Bogor sesuai dengan Perda Kota Bogor No 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah yang disusun oleh pemenrintah daerah sesuai dengan Pasal 5 dalam Perda No 2 Tahun 2014 paling sedikit memuat:
Kebijakan dan Strategi • Arah kebijakan pengurangan dan penangan sampah • Program pengurangan dan penanganan sampah Dimana program yang dimaksud pada poin kedua diatas harus memuat sebagai berikut:
Program Pengurangan dan Penanganan Sampah • Target pengurangan timbunan sampah dan prioritas jenis sampah secara vertahap • Target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan Peraturan Walikota
Pengelolaan Sampah
• Perencanaan • Pelaksanaan • Penanganan • Pemilihan • Pengumpulan • Pengangkutan • Pengolahan • Pemrosesan Akhir Sampah • Penyediaan TPS atau TPST dan TPA
Pemerintah Daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah wajib membentuk lembaga pengelolaan sampah. Masing-masing lembaga memiliki tugasnya masing-masing.
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.4.2 Tata Guna Lahan
Salah satu penyebab permsalahan Sumber : mediatataruang.com banjir di Bogor adalah perubahan tatagguna lahan yang tidak terkendali. Perubahan tataguna lahan dari lahan yang dapat menyerah air menjadi lahan yang tidak dapat menyerap air akan berpengaruh terhadap besarnya debit banjir yang dihasilkan. Oleh karena itu salah satu solusi untuk mengurangi masalah banjir di Kota bogor yaitu mengatur kebijakan mengenai tataguna lahan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bogor No 8 Tahun 2011, dalam pasal 47. (1) RKetentuan syarat minimum RTH dalam berbagai kawasan dijelaskan sebagai berikut: Kawasan
Ketentuan
Perumahan
Setiap kawasan perumahan wajib menyediakan RTH minimal 20% (dua puluh persen) dari luas kawasan perumahan dan tidak bisa dialihkan fungsinya menjadi peruntukan lain;
Lokasi Industri
Perdagangan dan Jasa
Penyediaan RTH pada lokasi industri paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan;
Fasilitas Umum Kawasan Pemerintahan Kawasan Pertanian
Koefisien dasar hijau minimum 10% (sepuluh persen); Koefisien dasar hijau minimum 20% (dua puluh persen);
Jaringan Jalan Jalur Kereta Api
Garis sempadan saluran, sungai dan situ disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sumber daya air; Melarang pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang menyebabkan kerusakan kawasan resapan air;
Ketentuan pelarangan konversi lahan sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan sawah berkelanjutan; dan Ketentuan pengendalian secara ketat konversi lahan sawah beririgasi non teknis, untuk kegiatan budidaya dan keperluan infrastruktur strategis.
Penyediaan jalur hijau di sepanjang jalan. Pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalulintas kereta api;
Executive Summary| Halaman 4-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.4.3 Sempadan Saluran
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Garis sempadan saluran, sungai dan situ disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sumber daya air; Penataan kawasan tepi sungai harus disesuaikan dengan karakter visual sungai yang bersangkutan, yang dibuat berdasarkan keadaan geografi dan topografi daerah aliran sungai, dimana di dalam klasifikasi karakter visual sungai terdapat perbedaan penanganan antara tepi sungai dan badan sungai. 1.
Di tepi sungai pemanfaatan air, lahan dan tanaman masih saling berhubungan.
2.
Di badan sungai aliran air tergantung pada debit air, kualitas air dan laju alirannya.
Beberapa aturan dan petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan dalam penataan di Kawasan Tepi Sungai adalah sebagai berikut: 1. Garis Sempadan Sungai Garis sempadan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer telah ditetapkan dalam beberapa peraturan. 2. Akses (Dirjen Cipta Karya,2000) Akses berupa jalur kendaraan berada diantara batas terluar dari sempadan tepi air dengan areal terbangun. Jarak antara akses masuk menuju ruang publik atau tepi air dari jalan raya sekunder atau tersier minimum 300m Jaringan jalan terbebas dari parkir kendaraan roda empat. Lebar minimum pedestrian way di sepanjang tepi air adalah 3 m 3. Guna Lahan (Dirjen Cipta Karya, 2000) Peruntukan bangunan diprioritaskan atas jenjang pertimbangn: penggunaan lahan yang bergantung dengan air (ater-dependent uses), penggunaan lahan yang bergantung dengan adanya air )water-related uses), penggunaan lahan yang sama sekali tak berhubungan dengan air (independent and unrelated to water uses). Kemiringan lahan yang dianjurkan untuk pengembangan area publik yaitu antara 0-15%. Sedangkan untuk kemiringan lahan lebih dari 15% perlu penanganan khusus. Jarak antara satu areal terbangunan yang dominan diperuntukkan pengembangan bagi fasilitas umum dengan fasilitas umum lainnya makimum 2 km. 4. Bangunan (Dirjen Cipta Karya, 2000) Kepadatan bangunan di kawasan tepi air maksimum 25 % Tinggi bangunan ditetapkan maksimum 15 m dihitung dari permukaan tanah rata-rata pada areal terbangun. Orientasi bangunan harus menghadap tepi air dengan mempertimbangkan posisi bangunan terhadap matahari dan arah tiupan angin. Bentuk dan desain bangunan disesuaikan dengan kondisi dan bentuk tepi air serta variable lainnya yang menentukan penerpannya.
Executive Summary| Halaman 4-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Warna bangunan dibatasi pada warna-warni alami. Ta,mpak bangunan didominasi oleh permainan bidang transparan seperti tampilan elemen teras, jendela dan pintu Bangun-bangunan yang dapat dikembangkan pada areal sempadan tepi air berupa taman atau ruang rekreasi adalah fasilitas areal bermain, tempat duduk dan atau sarana olahraga. Tidak dilakukan pemagaran pada areal terbangun. Bila pembatasan atau pemagaran diperlukan, maka tinggi pagar yang diijinkan maksimum 1 meter dengan menggunakan pagar transparan atau dengan tanaman hidup.
4.4.4 Alih Fungsi Saluran Irigasi
Tidak dapat dibantah bahwa kota bogor memiliki sejarah sebagai kota agraris. Hal ini dibuktikan dengan ekstensifnya pembangunan infrastruktur irigasi di kota hujan ini. 2 sungai sejajar, yang memberikan nama pajajaran, yakni ciliwung dam cisadane, serta didukung tanah subur membuat lokasi kota bogor menjadi sangat strategis untuk pemenuhan kebutuhan pangan mulai dari zaman penjajahan belanda. Namun demikiam, seiring dengam berjalannya waktu, bogor telah berubah menjadi kota satelit dki jakarta yg berfokus pada kegiatan komersial dan pembangunan perumahan. Alhasil kini tersisa sangat sedikit wilayah pertanian yang dulu menjadi tonggak perekonomian kota ini. Salah satu dampak dari transformasi ini ialah terbengkalainya beberapa ruas jaringan irigasi sehingga beralih fungsi menjadi drainase perkotaan tanpa diiiringi dengam desain yg memadai. Hal ini menyebabkam terjadinya genangan di beberapa lokasi di bogor daerah utara. Mengingat bahwa kewenangan dalam hal managemen jaringam irigasi di kota bogor merupakan milik balai psda jabar hingga pada trase sekunder, maka penanganan secara langsung melalui masterplan sulit utk dilaksanakan. Selain terkendala masalah lingkup pekerjaan, penanganan permasalahan ini juga membutuhkan kajian yg lebih mendalam baik dsri aspek teknis maupu permasalahn legalitas utk bisa didapatkan solusi yg paling optimal. 4.4.5 Pendanaan
Mekanisme pembiayaan pemerintah daerah
program
Pada dasarnya pembiayaan program pembangunan pemerintah daerah tidak mesti dibiayai melalui APBD sepenuhnya. Selain dikarenakan sangat terbatasnya APBD, hal ini juga perlu dipertimbangkan mengingat adanya wilayah kerja yang berada di luar kewenangan pemerintah daerah khususnya kota, sehingga tanggungjawab dari pendanaannya pun tidak dibebankan pada APBD kota. Sebagai
Executive Summary| Halaman 4-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
contoh, pekerjaan normalisasi sungai Ciliwung merupakan program yang menjadi kewenangan BBWS Ciliwung cisadane, sehingga harus dibiayai oleh APBD Provinsi, sekalipun lokasi normalisasi berada di wilayah administrasi Kota Bogor. Selain itu pembiayaan infrastruktur drainase juga dapat dilakukan dengan menggunakan dana hibah dari pihak lain seperti pemerintah daerah lain, ataupun swasta. Berbagai macam sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah terkait untuk program pembangunan di daerahnya tersebut diatur di dalam UU No. 33 Tahun 2005, yang diantaranya adalah DAU, DBH, PAD, dan DAK. Selain itu pendanaan pembangunan daerah juga dapat dilakukan dengan menggunakan Pinjaman Daerah yang diatur dalam PP 30 pasal 10: a. b. c. d. e.
Pemerintah Pemerintah daerah lain Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Non Bank Masyarakat
Pinjaman Daerah di atas harus mengikuti syarat yang dituangkan dalam pasal 15 PP No. 54 tahun 2005, yakni a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintahl c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman. Di luar PP No 54, persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah ialah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, khususnya pinjaman jangka panjag dari Pemerintah dan khusus pinjaman jangka menengah dan panjang, serta pemerintah daerah wajib mendapatkan surat persetujuan dari DPRD setempat.
Executive Summary| Halaman 4-5
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5 RENCANA SISTEM DRAINASE Rencana sistem drainase ini bukan merupakan perencanaan sistem drainase secara menyeluruh, melainkan usulan-usulan terhadap sistem drainase yang sudah ada untuk mengatasi masalah drainase di Kota Bogor. Diharapan dengan usulan ini, genangan yang terjadi dikota Bogor dapat berkurang atau bahkan hilang. Salah contoh solusi yang diusulkan adalah pada masalah limpasan di Kali Johar.
5.1 Limpasan Kali Johar
Dimensi Sungai Lebar :3m Kedalaman : 4 m
GAMBAR 5-1 LIMPASAN PADA KALI JOHAR
Limpasan yang terjadi di kali johar disebabkan karena adanya persimpangan saluran dengan belokan yang cukup tajam, sehingga dengan aliran debit yang besar dan kencang diperlukan bak penampung sementara yang berfungsi sebagai peredam limpasan dari kali johar agar air tidak tumpah ke luar saluran dan melimpas ke jalan. Desain bak penampung diperhitungkan berdasarkan besarnya debit yang dibawa dari kali johar, besar lahan yang tersedia dan juga kapasitas saluran terusan dari kali johar. Selain dibuat sebuah bak penampung sementara direncanakan juga biopori di sepanjang saluran, sebagai salah satu aplikasi eco-drainage. Dari Gambar 5-1 dapat dilihat bahwa lahan yang tersedia tidak banyak karena sudah terdapat bangunan disekitar saluran, Saluran terusan dari kali johar didesain dengan dimensi baru yang sesuai dengan kapasitas bak tampungan sementara. TABEL 5-1 PERENCANAAN BAK PENAMPUNG SEMENTARA
TABEL 5-2DIMENSI SALURAN RENCANA
Kategori
Desain Bak Penenang Tinggi (m)
1.5
Lebar (m)
1.5
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
Kedalaman (m) Lebar (m)
Saluran Rencana 1.50 1.50
n
0.03
S
0.00
Q (m3/s)
12.55
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5. 2 Perkiraan Pembiayaan Rencana sistem drainase direncanakan menggunakan dua alternatif, yaitu saluran dengan material batu pecah dan menggunakan sal uran u-ditch. Perkiraan biaya konstruksi untuk perencanaan saluran untuk kedua alternatif dapat dilihat pada tabel 5.1. dan tabel 5.2 TABEL 5-3 PERKIRAAN BIAYA UNTUK PERENCANAAN SALURAN BATU PECAH
No.
1
Nama Kawasan
Waduk Taman Sari Persada Saluran A Saluran B Saluran Output Waduk Saluran C
2
3
Kedung Badak
Panjang Saluran (m)
Lebar Saluran [m]
Tinggi Saluran [m]
Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana Rencana
800 800 200 100 100 550
2.5 5 2 2.2 5 5
2 3 2 1.5 3 3
Eksisting Rencana
324 324
1.8 2
0.65 2
Sudetan Eksisting Rencana
1714 846 846
1.5 1.5 2.5
1.5 0.9 2.5
Eksisting Rencana
1.5 1.5
1 1.5
1.5 1.5
Keterangan
Biaya Konstruksi
Biaya Konstruksi (pembulatan)
perbaikan penambahan
14,382,872,899.52 980,669,499.97
14,380,000,000.00 980,000,000.00
perbaikan perbaikan
473,231,784.74 10,113,154,218.42
470,000,000.00 10,110,000,000.00
perbaikan
1,557,678,726.96
1,550,000,000.00
penambahan
4,727,439,908.28
4,720,000,000.00
perbaikan
6,388,197,376.31
6,380,000,000.00
perbaikan
23,883,266.29
20,000,000.00
Mekarwangi RW 14 RW 8
4
Kondisi Saluran
Kali Johar
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5
6
Kebon Pedes
Cibadak
7
Sukaresmi
8
Sukadamai
9
Kencana Sudetan A
Sudetan B
Rencana
474
0.5
0.5
penambahan
145,261,669.68
140,000,000.00
Eksisting A Rencana A Rencana B1 Rencana B2 sudetan A sudetan B
811 811 720 800 172 165
4.5 5 6 8 2 2.1
2 3 3.5 4 2 1.8
perbaikan perbaikan perbaikan penambahan penambahan
4,315,302,856 18,534,653,549 31,381,423,999 843,375,770 764,554,459
14,310,000,000 18,530,000,000 31,380,000,000 840,000,000 760,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
penambahan
735,502,125
730,000,000
perbaikan penambahan
1,871,202,221 122,583,687
1,870,000,000 120,000,000
11,999,460,251 120,360,448,269 12,036,044,827 6,619,824,655 139,016,317,750
11,990,000,000 120,280,000,000 12,028,000,000 6,615,400,000 138,923,400,000
Sudetan Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana
600 250 250 400 700 700 Total PPN 10 % Desain Sub Total
1 1.8 2.5 0.5 0.6 3.5
1 1.2 2.5 0.5 0.4 4
perbaikan
Executive Summary| Halaman 5-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 5-4 PERKIRAAN BIAYA UNTUK PERENCANAAN SALURAN U-DITCH
No.
1
Nama Kawasan
Waduk Taman Sari Persada Saluran A Saluran B Saluran Output Waduk Saluran C
2
3
Kedung Badak
5
6
Panjang Saluran (m)
Lebar Saluran [m]
Tinggi Saluran [m]
Keterangan
Biaya Konstruksi
Biaya Konstruksi (pembulatan)
Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana Rencana
800 800 200 100 100 550
2.5 5 2 2.2 5 5
2 3 2 1.5 3 3
perbaikan penambahan
63,589,422,540.00 5,108,542,676.00
63,580,000,000.00 5,100,000,000.00
perbaikan perbaikan
3,011,901,919.85 43,942,657,096.25
3,010,000,000.00 43,940,000,000.00
Eksisting Rencana
324 324
1.8 2
0.65 2
perbaikan
8,244,833,272.13
8,240,000,000.00
Sudetan Eksisting Rencana
1714 846 846
1.5 1.5 2.5
1.5 0.9 2.5
penambahan
27,290,612,279.99
27,290,000,000.00
perbaikan
31,479,153,386.65
31,470,000,000.00
Eksisting Rencana
1.5 1.5
1 1.5
1.5 1.5
perbaikan
23,883,266.29
20,000,000.00
Rencana
474
0.5
0.5
penambahan
1,493,489,076.38
1,490,000,000.00
Eksisting A
811
4.5
2
Mekarwangi RW 14 RW 8
4
Kondisi Saluran
Kali Johar
Kebon Pedes
Cibadak
Executive Summary| Halaman 5-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Rencana A Rencana B1 Rencana B2 sudetan A sudetan B 7
Sukaresmi
8
Sukadamai
9
Kencana Sudetan A
Sudetan B
811 720 800 172 165
5 6 8 2 2.1
3 3.5 4 2 1.8
perbaikan perbaikan perbaikan penambahan penambahan
64,198,442,554 78,147,345,776 128,102,101,632 4,393,346,701 3,989,586,949
64,190,000,000 78,140,000,000 128,100,000,000 4,390,000,000 3,980,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
penambahan
5,074,928,007
5,070,000,000
perbaikan penambahan
46,750,873,823 1,260,328,335
46,750,000,000 1,260,000,000
perbaikan
53,377,668,158 570,479,117,449 57,047,911,745 31,376,351,460 658,903,380,654
53,370,000,000 570,390,000,000 57,039,000,000 31,371,450,000 658,800,450,000
Sudetan Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana
600 250 250 400 700 700 Total PPN 10 % Desain Sub Total
1 1.8 2.5 0.5 0.6 3.5
1 1.2 2.5 0.5 0.4 4
Executive Summary| Halaman 5-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
6 PRODUK GIS Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) adalah suatu kumpulan teknik dan system informasi yang bekerja dengan data yang berdasar pada spasial atau koordinat geografis. GIS dapat berperan dalam menjadi bagian pemecahan masalah system drainase suatu perkotaan, yaitu menemukan solusi atas masalah yang berbasikan geografis, seperti visualisasi kawasan rawan genangan, menentukan area terkena dampak banjir, dan menemukan kawasan yang berpotensi menjadi kolam resisten. 1. Penentuan batas kawasan yang tergenang oleh air
Produk GIS ini berguna untuk mengetahui batasan kawasan yang tergenang oleh lokasi titik banjir setelah diketahui luasan genangan. Sehingga dapat ditentukan kerugian yang dialami dan objek bangunan yang terkena dampak oleh genangan air.
Legenda
9
Lokasi Genangan 50 100 150 GAMBAR 6-1 PRODUK GIS: KAWASAN YANG TERGENANG DI LOKASI TITIK BANJIR
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2. Penentuan lokasi yang berpotensi menjadi kolam
Lokasi potensi kolam retensi ditentukan dari kontur kota bogor yang diolah dari data DEM. Selain itu, lokasi potensi kolam juga mengacu pada lokasi titik banjir yang sudah disebutkan di bagian sebelumnya, agar genangan air yang berada lokasi tersebut dapat mengalir ke lokasi potensi kolam.
Legenda
9
GAMBAR 6-2 KONTUR KOTA BOGOR
Lokasi Genangan Lokasi Potensi Kolam
Gambar 6-3 Produk GIS: Lokasi kolam untuk menangani titik genangan Gambar 6-3 menunjukan lokasi potensi kolam yang akan dijadikan penampungan air untuk mengatasi genangan yang terjadi di Kota Bogor. Contoh di atas adalah Kolam 1 dan Kolam 2 yang merupakan kolam yang akan dijadikan penampungan air untuk lokasti titik banjir di Kelurahan Mekarwangi dan Kayumanis. Lokasi potensi kolam berada pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi titik genangan air, sehingga air berpotensi mengalir ke lokasi kolam tersebut. 3. Pelampiran informasi attribute seperti: Foto dan File Solusi
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu alat yang dapat mempermudah secara analisis dan visualisasi dalam suatu masalah yang berbasiskan spasial, contohnya evaluasi masterplan drainase Kota Bogor. Produk GIS ini berupa pelampiran informasi tambahan untuk mempermudah pemahaman pengguna dalam melihat review masterplan drainase ini.
Executive Summary| Halaman 6-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Untuk membuka file solusi tersebut dapat menggunakan simbol Hiperlink Sehingga file solusi yang sudah masuk dapat ditampilkan dalam perangkat lunak Arcmap menjadi informasi attribute untuk mempermudah visualisasi lokasi genangan seperti pada Gambar . sebagai berikut: GAMBAR
6-4
SIMBOL UNTUK MEMBUKA FILE SOLUSI
HIPERLINK
GAMBAR 6-5 PRODUK GIS: LAMPIRAN FILE SOLUSI DI SETIAP LOKASI GENANGAN
Executive Summary| Halaman 6-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
7 KESIMPULAN Dari hasil uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik analisis sementara sebagai berikut : 1. Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya 2. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan secara manual dengan garis kontur 5 m, dalam review masterplan kali ini dilakukan pembagian zona drainase kembali berdasarkan sungai-sungai yang ada pada wilayah kota bogor. Pembagian zona didapatkan dari data kontur setiap dua meter yang didapatkan dari hasil survey. Perbaikan zona drainase dilakukan dengan menggunakan kontur yang lebih rapat (2 m) dan delineasi menggunakan bantuan software ArcSWAT. 3. Terjadi perubahan besar koefisien pengaliran dari hasil analisa masterplan 2007 dengan analisa sekarang. Perubahan cenderung meningkat dari nilai sebelumnya. Perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 7-1 PERBANDINGAN KOEFISIEN PENGALIRAN TAHUN 2007 DENGAN SEKARANG
Zona Drainase
Koef. Pengaliran (C) Masterplan 2007
Review Masterplan
1
0.42
0.45
2
0.54
0.56
3
0.59
0.56
4
0.39
0.42
5
0.41
0.42
6
0.42
0.47
7
0.48
0.54
8
0.39
0.46
9
0.51
0.63
10
0.41
0.64
11
0.52
0.59
12
0.54
0.53
13
0.51
0.59
14
0.57
0.57
15
0.45
0.45
4. Secara garis besar, penyusunan sistem jaringan drainase di Kota Bogor tetap direkomendasikan untuk mengikuti rencana pada masterplan tahun 2007.
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Mayoritas dari drainase yang direncanakan mengikuti jaringan jalan eksisting untuk mempermudah konstruksi serta akses dalam melakukan perawatan dan perbaikan apabila diperlukan. Dari hasil tinjauan ke lapangan, masih terdapat ruas-ruas jalan yang belum dilengkapi dengan saluran drainase yang memadai. Kriteria desain yang harus digunakan dalam perencanaan drainase di atas adalah sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam masterplan drainase kota bogor 2007. 5. Paradigma baru penanganan masalah drainase perkotaan tidak terbatas pada upaya mengalirkan dan membuang secepatnya (kelebihan air permukaan / limpasan air hujan) menuju badan – badan air terdekat. Namun lebih dari itu penatagunaan sistem drainase perkotaan bertujuan konservasi sumber daya air dan kehidupan aquatik. Mencakup optimalisasi upaya mengendalikan luapan dan genangan banjir serta meresapkan kelebihan air tersebut untuk imbuhan persediaan air baku (air permukaan maupun air tanah). 6. Selain mengatasi permasalahan drainase kota Bogor dalam bidang infrastruktur, penanganan juga dilakukan dengan menegakkan regulasiregulasi yang sudah ada.
Executive Summary| Halaman 7-2