Elastisitas Transmisi Harga Elastisitas transmisi harga digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di tingkat pengecer dengan persentase perubahan perubahan harga di tingkat produsen. produsen. Analisis transmisi
ini
memberikan
gambaran
bagaimana
harga
yang
dibayarkan konsumen akhir ditransmisikan kepada produsen. Untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen, dapat dilihat elastisitas transmisi harganya yaitu perubahan nisbi dari harga eceran terhadap perubahan nisbi harga di tingkat produsen (Azzaino, 1982). Elastisitas transmisi harga dapat dirumuskan sebagai berikut (George dan King, 1971) : = Pr/ Pf . Pf/Pr
Keterangan :
:
elastisitas transmisi harga
Pr
:
harga di tingkat konsumen
Pf
:
harga di tingkat petani produsen
Pr
:
perubahan harga di tingkat konsumen
Pf
:
perubahan harga di tingkat produsen
Elastisitas harga dapat juga dicari dengan menggunakan logaritma dari fungsi (Azzaino, 1982) : Pf = + Pr
ln Pf = ln + ln Pr Elastisitas
transmisi
harga
untuk
hasil-hasil
perikanan
umumnya bernilai kurang dari satu ( < 1), artinya perubahan harga 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga yang kurang dari 1% di tingkat produsen. = 1, berarti perubahan
harga
Emmy Lilimantik
[email protected] [email protected]
1%
di
tingkat
konsumen
mengakibatkan
Page 1
perubahan 1% ditingkat produsen, sedangkan > 1, berarti perubahan
harga
1%
di
tingkat
konsumen
mengakibatkan
perubahan harga > 1% di tingkat produsen. Pada = 1,
maka keadaan pasar berjalan dengan efisien,
sedangkan < 1 atau > 1, maka keadaan pasar tidak berjalan dengan efisien (tidak bersaing sempurna).
Elastisitas harga sama
dengan satu ( = 1) tidak selalu menunjukkan bahwa pasar telah bersaing dengan sempurna. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dianalisis terlebih dahulu bagaimana struktur pasar, perilaku pasar dan penampilan pasarnya. Dengan diketahui besaran elastisitas transmisi harga, maka dapat diketahui pula besar perubahan nisbi harga di tingkat pengecer ( Pr/Pr) dan perubahan harga di tingkat petani ( Pf/Pf), sehingga dengan diketahuinya hubungan ini diharapkan adanya informasi pasar tentang : a.
Kemungkinan adanya peluang kompetisi yang efektif dengan jalan memperbaiki ‘market transperency ’. ’.
b.
Keseimbangan
penawaran
dan
dengan pedagang, sehingga
permintaan
antara
petani
dapat mencegah fluktuasi yang
berlebihan. c.
Kemungkinan pengembangan pedagang antar daerah dengan mengaikan informasi perkembangan pasar nasional atau lokal.
d.
Kemungkinan pengurangan resiko produksi dan pemasaran sehingga dapat mengurangi kerugian. Untuk
memperjelas
uraian
tentang
elastisitas
transmisi
harga, maka ada baiknya kita melihat hasil penelitian Hidayat, Sofia dan Lilimantik (2009) mengenai model agribisnis usaha budidaya ikan di
Kabupaten
Emmy Lilimantik
[email protected] [email protected]
Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan.
Nilai
Page 2
elastisitas transmisi harga ikan budidaya di Kabupaten Banjar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rasio harga di tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat pengecer (Pr) dan nilai elastisitas transmisi harga () No. 1. 2.
Keterangan Pr/Pf
Nilai ET Nila 0.585 0.421
Nilai ET Mas 0.588 0.394
Nilai ET Patin 0.580 0.452
Sumber : Penelitian Model Model Agribisnis Agribisnis Budidaya Perikanan Di Kabupaten Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Kalimantan Selatan (Hidayat, (Hidayat, Sofia dan dan Lilimantik, 2009)
Tabel 1 menjelaskan elastisitas transmisi harga antara harga ikan nila, mas dan patin
di tingkat tingkat produsen dengan harga di
tingkat pengecer adalah kurang dari satu ( < 1) yaitu harga ikan nila sebesar 0.421, harga ikan mas sebesar 0.394 dan harga ikan patin sebesar 0.452. Nilai tersebut mengindikasikan apabila terjadi perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen maka akan menyebabkan perubahan harga ikan nila sebesar 0.421 di tingkat produsen, harga ikan mas sebesar 0.394 dan harga ikan patin sebesar 0,452.
Artinya elastisitas transmisi harga bersifat in
elastis. Elastisitas transmisi harga antara harga ikan nila, mas dan patin di tingkat produsen dengan harga di tingkat pengecer adalah kurang dari satu ( < 1) yaitu sebesar -0,130.
Nilai
tersebut
mengindikasikan apabila terjadi perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen maka akan menyebabkan
perubahan harga
sebesar -0,130% di tingkat produsen, produsen, artinya elastisitas transmisi harga bersifat in elastis.
Emmy Lilimantik
[email protected] [email protected]
Page 3
Kecilnya
nilai
elastisitas
harga
yang
didapatkan
dalam
perhitungan ini disebabkan : a.
Komoditi
yang
dihasilkan
mudah
rusak,
sehingga
harus
secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga. b.
Produk perikanan budidaya umumnya di produksi secara banyak dan homogen, sehingga apabila ada produsen yang menaikkan harga akan menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang dihasilkan produsen yang lain.
c.
Langkanya informasi harga eceran, karena informasi harga yang ada adalah harga di tingkat pedagang pengumpul. Dengan
mengetahui
nilai
elastisitas
transmisi
harga
ini
diharapkan akan diperoleh informasi yang nantinya akan dapat digunakan untuk memperbaiki posisi tawar menawar produsen. Meskipun
demikian
pada
umumnya
posisi
produsen
dalam
pemasaran produk perikanan sangat lemah, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : a.
Bagian pangsa pasar (market share ) yang dimiliki produsen umumnya sangat kecil, sehingga produsen hanya bertindak sebagai penerima harga ( price taker ). ).
b.
Komoditi hasil perikanan umumnya mudah rusah ( perishable), sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
c.
Lokasi produksi terpencar-pencar dan sulit untuk dicapai.
d.
Kurangnya
informasi
pasar
sehingga
produsen
tidak
mengetahui kualitas dan kuantitas yang diinginkan konsumen. Hal
itu
menyebabkan
produsen
mudah
diperdaya
oleh
lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan mereka. Emmy Lilimantik
[email protected] [email protected]
Page 4
e.
Adanya pinjaman dan kredit dari lembaga pemasaran yang bersifat mengikat, sehingga memperlemah posisi produsen dalam menentukan harga.
Emmy Lilimantik
[email protected] [email protected]
Page 5