Efektifitas Terapi Bermain Balok Konstruktif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di RSUD Haji Makassar
Proposal Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Oleh: NURWULAN SARI NIM: 70300114036
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Anak usia prasekolah ialah anak yang mempunyai rentang usia 3-6 tahun (Perry, 2009). Selama masa prasekolah, anak mulai menjalani program program preschool, berada di lingkungan sekitar bersama dengan teman sebayanya. Aktivitas anak usia prasekolah akan semakin meningkat sehingga anak sering kelelahan dan rentan terserang penyakit. Penurunan daya tahan tubuh anak juga menyebabkan anak rentan terhadap penyakit. Anak diharuskan untuk menjalani terapi atau perawatan di rumah sakit sampai pemulangan ke rumah, hal ini disebut hospitalisasi (Wong, 2008). Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Kementrian Kesehatan Replubik Indonesia tahun 2015, menurut kelompok usia 0-2 tahun sebesar 15,14%, usia 3-5 tahun sebesar 25,8%, usia usia 6-12 tahun sebanyak 13,91% apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk, angka kesakitan anak prasekolah yang paling tinggi tinggi yaitu 25,8% (Kemenkes, 2015). Saat anak menjalani perawatan di rumah sakit, anak akan mendapatkan beberapa
tindakan
perawatan.
Beberapa
tindakan
perawatan
dapat
menimbulkan masalah psikologi baik bersifat emosional, kognitif, maupun sosial. Masalah yang biasa muncul yaitu, rasa takut, marah, rasa nyeri, dan cemas. (Tesaningrum, 2013) Kecemasan tidak dapat diartikan secara langsung sebagai suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Anak akan menunjukkan banyak tahap perilaku cemas akibat hospitalisasi, meskipun secara umum perilaku yang mereka tunjukkan lebih samar dan pasif. Anak menunjukkan kecemasan dengan cara menolak makan, mengalami sulit tidur, menangis, menarik diri dari orang lain, serta menolak bekerjasama dengan tenaga medis saat akan di berikan tindakan perawata (Wong, 2008).
Anak usia prasekolah
dapat
mencapai
dan
melewati
tahap
perkembangannya dengan normal, maka perlu diberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usianya. Balok konstruktif sebagai salah satu permainan edukatif (APE) dapat berperan dalam kecerdasan dan motorik halus anak usia prasekolah melalui permainan balok konstruktif dan bangun membangun. Penggunaan permainan balok konstruktif dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak dalam memahami konsep misalnya konsep warna, angka, ukuran maupun bentuk. Selain itu juga untuk memberikan kegiatan yang bervariasi agar anak tertarik dalam kegiatan sehingga tidak mudah bosan (Firdausy, 2011). Selain itu dikatakan juga bahwa Terapi bermain dengan balok konstruktif tidak membutuhkan energi yang besar untuk bermain, sehingga tidak mengganggu dalam proses pemulihan kesehatan anak (Fradianto, 2004). Disimpulkan bahwa anak dapat melepaskan ketakutan, kecemasan, mengespresikan kemarahan dan permusuhan dengan bermain. Pemberian terapi bermain pada anak meningkatkan sikap kooperatif selama anak dirawat di rumah sakit. Ketika bermain anak mengekspresikan beberapa perasaan mereka seperti frustasi, permusuhan dan agresif tanpa takut terhadap tenaga medis. Anak juga memperoleh kegembiraan dan kesenangan yang membuatnya lebih kooperatif terhadap intervensi atau tidakan perawatan selama hospitalisasi. program bermain ini membutuhkan peran serta keluarga dan perawat di ruang anak (Alfiyanti, dkk, 2007). Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua yang memiliki pengalaman menunggu anaknya menjalani hospitalisasi dapat disimpulkan bahwa anak yang dirawat di rumah sakit terlihat panic dan gugup saat diberikan tindakan pengobatan selain itu anak juga susah makan dan meminta pulang kerumah karena selama menjalani hospitalisasi ada bebagai macam prosedur yang harus di jalani diantaranya pemasangan infus, pengambilan sampel darah, injeksi obat dan lain-lain.
Berdasarkan uraian tersebut maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Terapi Bermain Balok Konstruktif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Di RSUD Haji Makassar. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Efektifitas Terapi Bermain Balok Konstruktif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Di RSUD Haji Makassar ”. C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Mengetahui Efektifitas Terapi Bermain Balok Konstruktif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Di RSUD Haji Makassar. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain balok konstruktif. b. Diketahuinya tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami kecemasan setelah dilakukan terapi bermain balok konstruktif. c. Menganalisis efektifitas terapi bermain balok konstruktif terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami kecemasan. D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan subyek penelitian mengenai Efektifitas Terapi Bermain Balok Konstruktif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Di RSUD Haji Makassar.
2. Manfaat Praktisi Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan kepada perawat tentang Efektifitas Terapi Bermain Balok Konstruktif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Di RSUD Haji Makassar sehingga permainan balok konstruktif dapat di jadikan sebagai salah satu modifikasi intervensi keperawatan dalam mengatasi kecemasan
pada
anak
usia
prasekolah
yang
sedang
menjalani
hospitalisasi. E. Kajian Pustaka Penulis
Tujuan Penelitian
Moh Heri Mengetahui Kurniawan (2013) pengaruh Role Playing terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di ruang perawatan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
Nor Ella Dayani, Lia Yulia Budiarti, Dhian Ririn Lestari (2015)
Menganalisis pengaruh terapi bermain clay terhadap kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
Metode Penelitian eksperimen semu dengan pendekatan One Group Pre-Post Test Design yaitu hanya ada satu kelompok dan tidak ada kelompok kontrol.
Quasi Eksperimental dengan rancangan Pretest Posttest Non Equivalent
Hasil
Perbedaanya
Berdasarkan hasil penelitian Terdapat 12 anak (60%) yang mengalami penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan Role Playing, dan 8 anak yang tetap pada tingkatan kecemasan setelah diberikan Role Playing namun dengan gejala yang berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Role Playing terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi. Terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan kecemasan sesudah diberikan terapi bermain clay pada kelompok
Penelitian ini menggunakan role playing.
Penelitian ini menggunakan terapi bermain clay.
menjalani hospitalisasi di RSUD Banjarbaru.
Control Group Design dengan adanya kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. quasi eksperimen Ririn Halimatus untuk melihat bagaimana dengan Sa’diah, Ratna Sari Pengaruh Terapi pendekatan Non Bermain Origami equivalent Hardiani, terhadap Tingkat Control Group Rondhianto (2014) Kecemasan pada Design. Anak Prasekolah Jumlah sampel dengan Hospitalisasi yang di Ruang Aster RSD digunakan dalam dr. Soebandi penelitian ini Jember. sebanyak 30 pasien yang dibagi dalam dua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol).
eksperimen sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi bermain clay terhadap kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi. Data menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan anak prasekolah dengan hospitalisasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami. hal ini berarti terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bermain origami terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi.
Penelitian ini menggunakan terapi bermain origami.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Permainan Konstruktif 1. Pengertian Permainan Konstruktif
Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain di mana anak membentuk
sesuatu,
menciptakan
bangunan
tertentu
dengan
alat
permainan yang tersedia, seperti membuat rumah-rumahan menggunakan balok, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar atau membuat bentuk menggunakan playdough. (Mayke S, 2007) 2. Manfaat Permainan Konstruktif
Salah satu manfaat terapi konstruktif yaitu sebagai terapi karena dalam kehidupan sehari-hari anak butuh penyaluran bagi ketegangan sebagai akibat dari batasan lingkungan. Bermain konstruktif juga memberikan peluang
bagi anak untuk mengekspresikan keinginan dan
hasratnya yang tidak dapat diperoleh melalui cara lain. (Seto Mulyadi, 2004) B. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan
kecemasan merupakan suatu keadaan yang wajar, karena seseorang pasti menginginkan segala sesuatu dalam kehidupannya dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya serta sesuai dengan harapannya. Banyak hal yang harus dicemaskan, salah satunya adalah kesehatan, yaitu pada saat dirawat di rumah sakit. (Hawari, 2008). 2. Rentang Respon Kecemasan
Stuart (2006), rentang respon induvidu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.
Rentang Respon Kecemasan : Respon Adaptif
Antisipasi
Respon Maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
3. Reaksi Anak Pra Sekolah Terhadap Hospitalisasi
Anak usia prasekolah juga mengalami stres apabila mendapatkan perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) sebagaimana kelompok anak usia lain. Perawatan anak prasekolah di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2012). Perawatan di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit juga mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut (Supartini, 2012). C. Kerangka teori
Anak sakit adalah suatu keadaan dimana anak mengalami sakit dan mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan perawatan hingga pemulanganya kembali ke rumah, merupakan suatu alasan proses hospitalisasi yang harus dijalani (Supartini, 2012). Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Handinegoro, 2008). Stresor atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat berupa perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial, maupun spiritual. Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas
tempat tidur yang sempit dan kuang nyaman, tingkat kebersihan kurang, dan pencahayaan yang terlalu terang atau terlalu redup (Wong, 2009). Untuk mengurangi ketakutan anak yang harus mengalami rawat inap dirumah sakit, tim kesehatan akan memberikan stimulus berupa terapi bermain yang dapat membantu anak mengekspesikan perasaan cemas, takut, sedih dan stress. Pengaruh bermain pada anak di rumah sakit bagi perkembangan anak menurut Supartini (2012) adalah meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat, perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Perilaku kooperatif anak dapat pula dipengaruhi oleh usia anak, temperamen anak, sistem pendukung yang tersedia dan pengalaman dirawat sebelumnya. Sehingga kerangka teori pada penelitian ini dapat digambarkan pada skema berikut ini : Faktor – faktor pemicu timbulnya kecemasan pada anak yang dirawat
Anak masuk Rumah Sakit
di rumah sakit oleh karena adanya perubahan -perubahan berupa :
Kecemasan akibat hospitalisasi
a. Perubahan Status kesehatan anak b. Perubahan fisik atau lingkungan c. Perubahan psiko
Melakukan terapi bermain, tahapan permainan konstruktif dengan menggunakan alat permainan balok
Menurunkan kecemasan
sosial atau kebiasaan D. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang dihubungnkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Kerangka
konsep akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam penelitian ini, variabel-variabel tersebut sebagai berikut : Terapi bermain balok kontsruktif
Tingkat kecemasan
E. Variabel dan defenisi oprasional
1. Variabel Variabel yang digunakan oleh peneliti ada dua kategori, yaitu : a. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas atau independent merupakan suatu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel dependen (terikat) dan bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Ridwan, 2005). Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah terapi bermain balok konstruktif. b. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat atau dependent merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Ridwan, 2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan. 2. Defenisi oprasional Definisi
operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran secara cermat terhadap obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Ridwan, 2005). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. No. Variabel
Devenisi
Cara ukur
oprasional 1
Terapi bermain
Terapi bermain balok konstruktif
Kriteria Objektif : 1. Dikatakan
Hasil
Skala
ukur
ukur
-
dalam proses terapi konstruktif keperawatan merupakan (variabel usaha untuk independent) memecahkan masalah melalui kegiatan bermain sehingga anak akan berkesempatan untuk berfikir secara imajinatif dan kreatif. Dalam permainan ini sejumlah pasien bermain menggunakan balok yang dapat balok
disusun menjadi bentuk utuh. Susunan yang terbentuk nantinya sesuai dengan
kreasi
pasien apakah mereka membentuk balok tersebut seperti rumah,
positif jika anak ikut bermain 2. Dikatakan negatif jika anak menolak untuk bermain
istana, benteng, robot
atau
bentuk
yang
lainnya. 2
Tingkat kecemasan (Variabel dependent)
Kecemasan adalah reaksi anak sebagai akibat hospitalisai baik yang disebabkan oleh ketidaktahuan terhadap prosedur tindakan, keterbatasan pemahaman terhadap integritas tubuh, maupun karena perpisahan dengan orang tua atau keluarga dan
teman
sebayanya.
Lembar observasi yang digunakan adalah respon kecemasan berdasarkan usia yang terdiri dari cemas ringan, cemas sedang, dan cemas berat. (stuart & laria, 2001)
Ringa Ordinal n bila skala berada pada interv al 1 – 3 Sedan g bila skala berada pada interv al 4 – 6 Berat bila skala berada pada interv al 7 – 9
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment) dengan jenis One Group Pre-Post Test Design yaitu hanya ada satu kelompok dan tidak ada kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan program, kelompok dilakukan pre-test setelah itu di berikan perlakuan atau program kemudian dilakukan Post test (Notoatmodjo, 2002).
Rancangan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Kelompok Eksperimen
Pre test
Perlakuan
Post test
(01)
X
(02)
Keterangan : (01) : Pengukuran kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain X : Perlakuan ‘Terapi Bermain Balok Konstruktif
’
(02) : Pengukuran kecemasan sesudah dilakukan terapi bermain. B. Populasi dan sampel 1.
Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik yaitu anak usia prasekolah yang sedang dirawat Di RSUD Haji Makassar.
2.
Sampel Sampel penelitian ini adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2001). Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3 – 6 tahun) yang masuk ke dalam kriteria inklusi dan di rawat Di RSUD Haji Makassar.
3.
Tekhnik sampling Tekhnik pengambilan sampel atau sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi agar dapat mewakili populasi. Teknik yang digunakan adalah accidental sampling yaitu cara pengambilan sampel yang
dilakukan secara kebetulan bertemu atau bersedia sesuai dengan kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi 1) anak bersedia menjadi responden penelitian 2) anak yang dirawat berusia 3-6 tahun 3) lama hari perawatan antara 1-3 hari, 4) anak dan orang tua dapat diajak berkomunikasi secara verbal 5) anak dalam keadaan sadar diri (compos mentis) 6) anak mau mengikuti kegiatan terapi bermain dari awal sampai akhir. b. Kriteria eksklusi 1)
Anak dengan retardasi mental atau anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif.
2)
Penurunan kesadaran
3)
Sakit berat
C. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan Di RSUD Haji makassar. 2. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan oktober tahun 2017. D. Pengumpulan data
1. Data dan sumber data a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui observasi. Data diambil dengan prosedur sebagai berikut : 1)
Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dari institusi yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Makassar untuk ditujukan kepada kepala Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar agar bersedia dan memberikan izin penelitian menjadi lokasi/tempat diadakan penelitian.
2)
Setelah mendapat izin dari instansi tersebut, maka peneliti mengadakan pendekatan dengan calon responden, kemudian memberikan penjelasan tentang penelitian ini. Dan jika calon responden
bersedia,
maka
peneliti
akan
mempersilahkan
menandatangani lembar persetujuan responden. 3)
Setelah responden/keluarga menandatangani lembar persetujuan, maka lembaran observasi mulai dilaksanakan.
b. Data Sekunder Data sekunder, berupa data yang diperoleh dengan cara menelusuri dan memilih literature, serta data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. 2. Metode pengumpulan data. a. Metode angket atau kuesioner Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang di jadikan sebagai lembar observasi oleh peneliti yang digunakan sebagai alat ukur tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah. b. Metode observasi Metode observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung pada klien yang dijadikan responden kemudian melakukan pencatatan data yang diperlukan. c. Metode wawancara atau interview Wawancara atau interview adalah serangkaian wawancara yang dimaksudkan untuk melengkapi kuesioner agar dapat diperoleh keterangan lebih lanjut dari pihak orang tua responden. E. Instrumen Instrumen penelitian ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Moh Heri Kurniawan (2013) yang merupakan mahasiswa keperawatan UIN Alauddin Makassar. Instrumen penelitian ini telah melalui uji validitas dan reliabilitas.
Instrumen ini digunakan sebagai lembar observasi untuk mengukur tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang sedang menjalani hospitalisasi. Pengukuran dilakukan menggunakan skala Guttman dengan teknik penilaian
untuk respon kecemasan pre intervensi dan post intervensi terapi bermain diukur dengan menggunakan lembar observasi. Secara umum lembar observasi berisi tentang perubahan tingkat kecemasan yang muncul pada anak saat perawat memberikan tindakan bermain. Instrument observasi yg digunakan merupakan instrument yang dikembangkan dari HARS serta Teori Stuart & Laria yang dapat mengobservasi apakah anak mudah menangis, suka marah, merasa tegang, mudah terkejut, gelisah, suka menjerit, tidak bisa istirahat dengan tenang, menolak bertemu dengan orang asing, takut pada gelap, selalu ingin ditemani orang tua, dan mencari orang tua dengan pandangan mata, mengingat anak usia prasekolah belum mampu untuk mengungkapkan dengan jelas hal yang dirasakan. F. Pengolahan data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian telah diolah melalui prosedur pengolahan data secara manual dengan melakukan : 1. Editing Setelah lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data, data
tersebut
dilakukan
pengecekan
dengan
maksud
memeriksa
kelengkapan data, kesinambungan data, dan keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang masih kurang. 2. Coding Dilakukan pengkodingan dengan maksud agar data-data tersebut mudah di olah yaitu dengan cara semua jawaban atau data disederhanakan dengan memberikan symbol-simbol/kode dalam bentuk angka maupun alphabet pada nomor dan daftar pertanyaan. 3. Tabulasi Data Setelah pemberian kode, selanjutnya dengan pengolahan data ke dalam table menurut sifat yang dimiliki. G. Analisa data
1. Analisa univariat
Analisa ini dilakukan untuk tiap-tiap varibel yang diteliti dari hasil penelitian, yang kemudian akan mendapatkan hasil dari efektifitas terapi bermain balok konstruktif terhadap kemampuan adaptasi anak. 2. Analisa bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variable tersebut. Menggunakan uji statistic dengan tingkat kebermaknaan 0,05 dengan menggunakan Wilcoxon test. H. Etika penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam
penelitian,
mengingat
penelitian
keperawatan
akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Prinsip etika dalam keperawatan meliputi : (Polit & Hungler, 2001, dalam Muthmainah, 2012) 1) Self determination Dalam penelitian ini peneliti menghormati responden untuk bebas menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian. Peneliti tidak memaksa atau menekan agar responden bersedia ikut dalam penelitian, responden yang
di
wakili
oleh
ibunya
bersedia
langsung
diminta
untuk
menandatangani lembaran inform consent . Apabila responden menolak untuk dilanjutkan dalam melakukan terapi bermain maka responden boleh untuk keluar dan membatalkannya. 2) Anonymity dan confidentialy Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi responden dan ibunya dengan tidak menampilkan indentitasnya pada instrumen penelitian yang peneliti buat hanya menampilkan inisial pada kolom nama responden. 3) Beneficence dan non malaficence Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa penilitian ini bermanfaat bagi responden dan penelitian ini tidak akan merugikan responden.
4) Justice Dalam melakukan penelitian, perlakukannya sama dilakukan secara adil terhadap responden baik sebelum, selama, dan setelah berpartisipasi dalam penelitian, tanpa ada diskriminasi. Perlakuan terhadap responden yang satu dengan yang lain sama tidak ada membedakan yang kaya dengan yang miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiyanti, D, dkk. 2007. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman RS Roemani Semarang . Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol. 1 Hal. 35-44. Firdausy, F. 2011. Ketepatan Penggunaan Alat Permainan Edukatif Balok Konstruktif Untuk Menstimulasi Kemampuan Motorik Halus Anak . jurnal nursing studies. Universitas Jember . Vol. 1 Hal. 5-6. Fradiyanto, I. 2014. Pengaruh terapi bermain lilin terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soedarso pontianak . Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Vol. 1 Hal. 1-10. Hawari. D. 2008. Menejemen stres, Cemas, dan Depresi, Jakarta. Balai penerbit: FK UI. Kemenkes. 2015. Riset Kesehatan Dasar . Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Notoatmodjo S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan) Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam.
2008. Konsep
dan
Penerapan
Metedologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Medika Salemba: Jakarta. Pravitasari, Ameliorani, dkk. 2012. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Anak Usia Prasekolah Sebelum Dan Sesudah Program Mewarnai.
In
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing. Supartini Y. 2012. Konsep dasar keperawatan anak . Jakarta: EGC. Stuart GW. 2006. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. Tesaningrum, Z. 2013. Pengaruh terapi bermain Lego terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisas di Ruang
Melati RSU RA Kartini. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol. 1 Hal. 1-4. Wong, D. L. 2008. Buku Ajar keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Wong DL, Hockenberry-Eaton M, Wilson D et all. 2009. Buku ajar keperawatan Pediatrik . Edisi 6. Jakarta: EGC.