SATUAN ACUAN PENYULUHAN HIV/AIDS Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Promosi Kesehatan
Disusun Oleh: 1. Eka Yuliana Fatimah
(P07120112056)
2. Palupi Fitri Kusumaningtiyas
(P07120112069)
3. Riski Oktafian
(P07120112075)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN
2013
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa Tlogoadi terdiri dari 15 dusun. Tiap dusun ada lansia, dewasa, remaja dan anak-anak. Salah satu dusun di desa Tlogoadi yaitu dusun Gebyogan, sudah 5 tahun terakhir ini ada salah seorang warganya yang berprofesi / menyediakan jasa layanan tatto permanen. Setiap bulan kurang lebih ada 10 orang yang datang ketempat itu untuk bertatto. Akhir bulan ini salah seorang warganya mengeluh diare, demam, berat badan turun secara berangsur-angsur selama sebulan terakhir. Warga tersebut kemudian pergi ke Rumah Sakit untuk periksa kondisi badan yang dialaminya. Warga tersebut di Rumah Sakit di periksa urin dan darahnya. Ternyata hasil lab nya menunjukan bahwa dia positif HIV AIDS. Warga tersebut syok dan langsung mencari tahu penyebab dia tertular HIV AIDS. Setelah ditelusuri dia mendapatkan virus HIV dari pembuatan tatto permanen di bagian tangannya. Ternyata, jarum suntik yang digunakan untuk membuat tatto hanya satu untuk semua pelanggan. Hal itu menyebabkan dia terinfeksi HIV.
B. FAKTOR PENCETUS (PREDISPOSISING FACTOR) a. Riwayat kesehatan
: Di desa Gebyogan ada salah seorang warganya yang
membuat tato. Akhir bulan ini ada seorang warga di desa tersebut yang terinfeksi virus HIV AIDS. Masyarakat heboh dengan kejadian itu. b. Kondisi fisik
: Akhir bulan ini salah seorang warganya mengeluh
diare, demam, berat badan turun secara berangsur-angsur selama sebulan terakhir. c. Motivasi belajar
: Dengan adanya masalah tersebut,masyarakat di desa
Gebyogan ingin tahu apa itu HIV AIDS, bagaimanaa cara pencegahan dan penanganannya.mereka
menyediakan
waktu
dimalam
hari
untuk
menerima
penyuluhan. d. Kesiapan belajar
: Sebagian besar masyarakat di desa Gebyogan
adalah petani, sehingga mereka menghabiskan waktunya untuk bekerja di sawah setiap pagi sampai siang. Jadi kami memutuskan untuk melakukan promosi kesehatan yang berupa penyuluhan pada malam hari.
e. Kemampuan membaca
: Masyarakat di desa Gebyogan kebanyakan
sudah menjalani pendidikan SD, sehingga mereka sudah bisa membaca tulis dan berhitung.
C. FAKTOR PEMUNGKIN (ENABLING FACTOR) Di desa Gebyogan terdapat sebuah balai desa yang sering digunakan untuk beberapa pertemuan ataupun musyawarah. Disana juga terdapat sebuah lapangan sepakbola yang lumayan besar. Didalam balai desa sudah terdapat meja, kursi, microphone beserta speakernya. Di sana juga terdapat sebuah puskesmas yang letaknya
tidak terlalu jauh dari desa Gebyogan. Didusun tersebut terdapat tenaga
kesehatan yang akan didatangkan saat penyuluhan.
D. FAKTOR PENGUAT (REINFORCING FACTOR) Orang yang paling disegani dan dihormati di desa Gebyogan adalah Pak RT, pak RW dan Pak Lurah. Pak lurah mendukung kegiatan penyuluhan dan mau meminjami gedung balai desa untuk acara penyuluhan. Begitu juga pak RT dan pak RW. Selain itu warga di desa Gebyogan termotivasi untuk membantu mempersiapkan penyuluhan yang akan diadakan di balai desa.
E. ANALISA DATA N0 1.
2.
DATA Ada salah seorang warga
PENYEBAB Kurang
MASALAH Kurangnya
desa Gebyogan yang
pengetahuan
informasi mengenai
terinfeksi virus HIV AIDS Terdapat jasa layanan tatto permanen di desa
3.
Gebyogan Salah seorang warganya mengeluh diare, demam, berat badan turun secara berangsur-angsur selama
penyakit
sebulan terakhir
F. DIAGNOSE KEPERAWATAN : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit ditandai dengan ada salah seorang warga desa Gebyogan yang terinfeksi virus HIV AIDS, terdapat jasa layanan tatto permanen di desa Gebyogan, salah
seorang
warganya mengeluh diare, demam, berat badan turun secara berangsur-angsur selama sebulan terakhir.
G. PERENCANAAN : Berkaitan Diagnose Keperawatan diatas masalah : HIV AIDS Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit ditandai dengan ada salah seorang warga desa Gebyogan yang terinfeksi virus HIV AIDS, terdapat jasa layanan tatto permanen di desa Gebyogan, salah
seorang
warganya mengeluh diare, demam, berat badan turun secara berangsur-angsur selama sebulan terakhir. Akan dilakukan Penyuluhan Kesehatan dengan topik / Pokok bahasan : Pengertian HIV AIDS dan cara mencegah HIV AIDS Yang akan dilaksanakan pada : Hari / Tanggal
: Kamis , 3 Oktober 2013
Waktu
: 19.30 WIB
Tempat
: Balai Desa Gebyogan
BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik/Pokok Bahasan
: HIV AIDS
Sub Pokok Bahasan
: Penatalaksanaan HIV AIDS
Sasaran
: Masyarakat Desa Gebyogan
Hari,Tanggal
: Kamis, 3 Oktober 2013
Penyuluh/Promotor
: 1. Eka Yuliana F (P07120112056) 2. Palupi Fitri K
(P07120112069)
3. Riski Oktafian (P07120112075) A.
Tujuan Instruksional Umum
: Setelah memberikan penyuluhan selama 1
x 50 menit diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang HIV AIDS dan cara mencegah. B.
Tujuan Instruksional Khusus mampu menjelaskan : a) pengertian HIV AIDS b) gejala HIV AIDS c) cara mencegah HIV AIDS.
: Setelah diberi penyuluhan masyarakat
C.
Garis Besar Materi
:Pengertian, etiologi, patofisiologi,
mekanisme klinis, tanda gejala, dan cara mencegah. D.
Metode Penyuluhan
: Ceramah dan tanya jawab
E.
Media dan Alat
: Poster, leaflet, LCD, microphone, sound.
F.
Alokasi Waktu
:
No. 1.
2
3
SUSUNAN ACARA pembukaan
Pemaparan materi
Penutup
KEGIATAN Salam dan perkenalan Penjelasan tujuan Kontrak waktu dan penjelasan
WAKTU 2 menit 2 menit 1 menit
topik a. Pengertian HIV AIDS
17 menit
b. Penyebab
dan
gejala HIV AIDS c. Cara mencegah HIV AIDS Sesi tanya jawab Mengevaluasi peserta dengan
10 menit 6 menit
memberikan pertanyaan Penyampaian evaluasi hasil dan
7 menit
proses Ucapan terima kasih dan salam
2 menit
penutup Pembagian leaflet, penyerahan
2 menit
dan penempelan poster G. Setting Tempat
tanda
: Di balai desa Gebyogan Penyeluh
Audien
H. Evaluasi NO 1
ASPEK Kognitif
WAKTU 3 menit
METODE Tanya
ALAT Daftar
EVALUATOR Riski oktafian
2
Afektif
2 menit
jawab wawancara
pertanyaan Daftar
Palupi fitri, Eka
wawancara
yuliana
I.
DAFTAR PERTANYAAN 1. Apa pengertian HIV AIDS ? 2. Apa tanda gejala HIV AIDS ? 3. Bagaimana cara mencegah HIV AIDS ?
J. JAWABAN PERTANYAAN 1. AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV. 2. Tanda-tanda klinis penderita AIDS : a. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis e. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor : 1.Batuk menetap lebih dari 1 bulan 2.Dermatitis generalisata yang gatal 3.Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang 4.Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita 3. Cara pencegahan: a. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain. b. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual. c. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya. d. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah. e. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.
BAB III MATERI PENYULUHAN A. Pengertian HIV/AIDS AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk
membentuk virus DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit. Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr. Siklus Hidup HIV Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
1. Masuk dan mengikat 2. Reverse transkripstase 3. Replikasi 4. Budding 5. Maturasi Tipe HIV Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari HIV1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi. Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya: Sub tipe A: Afrika tengah Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan Sub tipe D: Afrika tengah Sub tipe E:Thailand,afrika tengah Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand Sub tipe H: Zaire,gabon Sub tipe O: Kamerun,gabon Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru d seluruh dunia.
B. Etiologi HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV) atau human T-cell leukemia virus 111
(HTLV-111) yang juga di sebut human T-cell
lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier dkk. Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan oleh Gallo di amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak di temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau afrika,70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan penyakit. Nama lain virus tersebut ialah HIV. HIV TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel hospes. Virus AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limposit T-helper secara progresif dan
menimbulkan imunodefisiensi serta untuk selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur, virus dan parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita akan mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga penderita tetap akan merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan virusnya pada orang lain di sekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi pada beberapa orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-blown. C. Tanda-tanda Terserang HIV/AIDS. HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS : 1.Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan 2.Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 3.Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan 4.Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis 5.Dimensia/HIV ensefalopati Gejala minor : 1.Batuk menetap lebih dari 1 bulan 2.Dermatitis generalisata yang gatal 3.Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang 4.Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
D. Patofisiologi Virus HIV/AIDS 1. Mekanisme system imun yang normal Sistem imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. Ketika system imun melemah atau rusak oleh virus seperti virus HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. System imun terdiri atas organ dan jaringan limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus limfa, limfa, tonsil, adenoid, appendix, darah, dan limfa. a. Sel B Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masingmasing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibodi
spesifik. Antibody bekerja
dengan cara membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis (proses penelanan dan pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag. Atau dengan membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang berhubungan dengan respon inflamasi). b. Limfosit T Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu : a) Regulasi sitem imun b) Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus. Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4 +, CD8+, dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri seperti sel kanker. c) Fagosit d) Komplemen 2. Penjelasan dan komponen utama dari siklus hidup virus HIV
Secara struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode komponen struktural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr. Siklus Hidup HIV Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu beru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu : 1) Masuk dan mengikat 2)
Reverse transkripstase
3) Replikasi 4)
Budding
5) Maturasi 3. Tipe dan sub-tipe dari virus HIV. Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 yang HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:
Sub tipe A: Afrika tengah Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan Sub tipe D: Afrika tengah Sub tipe E:Thailand,afrika tengah Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand Sub tipe H: Zaire,gabon Sub tipe O: Kamerun,gabon Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru d seluruh dunia. 4. Efek dari virus HIV terhadap system imun a. Infeksi Primer atau Sindrom Retroviral Akut (Kategori Klinis A) Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke dalam tubuh. Pada waktu terjadi infeksi primer, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain di dalam darah. Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari sindrom retrovirol akut ini meliputi : panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya muncul dan terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi mononucleosis. Selama imfeksi primer jumlah limfosit CD4 + dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfa dan thymus. Keadaan tersebut membuat individu yang terinfeksi HIV rentan terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk
memproduksi limfosit T. Tes antibody HIV dengan menggunakan enzyme linked imunoabsorbent assay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.
5. Cara penularan HIV/AIDS Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu : a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000). b. Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004). c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh. d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV. (PELKESI,1995). e. Alat-alat untuk menoleh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu. f.
Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV tidak menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di pakai secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain. E. Manifestasi Klinis Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu : 1. Infeksi HIV Stadium Pertama Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. 2. Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut. 3. AIDS Relative Complex (ARC) Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua. 4. Full Blown AIDS. Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.
F. Komplikasi 1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 2. Neurologik a. kompleks
dimensia
AIDS
karena
serangan
langsung
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. b. Enselophaty
akut,
karena
reaksi
terapeutik,
hipoksia,
hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. d. Neuropati
karena
imflamasi
demielinasi
oleh
serangan
Human
Immunodeficienci Virus (HIV) e. Gastrointestinal Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi dan dehidrasi. 3. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. 4. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan siare. 5.
Respirasi Infeksi
karena
Pneumocystic
Carinii,
cytomegalovirus,
virus
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek
influenza,
,batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas. 6. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi
otot,
lesi
scabies/tuma,
dan
dekobitus
dengan
efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. 7. Sensorik a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus structural. Hasil positif palsu dan negative palsu jarang terjadi. 2. Untuk transmisi vertical (antibody HIV positif) dan serokonversi (antibody HIV negative), serologi tidak berguna dan RNA HIV harus diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada amflikasi asam nukleat. 3. Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4 diperiksa secara teratur (setiap8=12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum pengobatan menentukan kecepatan penurunan CD4, dan pemeriksaan pascapengobatan (didefinisikan
sebagai
VL
<50
kopi/mL).
menghitung
CD4
menetukan
3
kemungkinan komplikasi, dan menghitung CD4 >200 sel/mm menggambarkan resiko yang terbatas. Adapun pemeriksaan penunjang dasar yang diindikasikan adalah sebagai berikut : Semua pasien
CD4 <200 sel/mm3
Antigen permukaan
HBV* Rontgen toraks
Antibody inti HBV+
RNA HCV
Antibody HCV
Antigen kriptokukus
Antibody IgG HAV
OCP tinja
Antibody Toxoplasma Antibody IgG sitomegalovirus
CD4 <100 sel/mm3
Serologi Treponema
PCR sitomegalovirus
Rontgen toraks
Funduskopi dilatasi
Skrining GUM
EKG
Sitologi serviks (wanita)
Kultur darah mikrobakterium
a. HAV, hepatitis A, HBV, hepatitis B, HCV, hepatitis C
b.
*Antigen/antibody e HBV dan DNA HBV bila positif.
c.
+ Antibodi permukaan HBV bila negative dan riwayat imunisasi
d. Bila terdapat kontak/riwayat tuberculosis sebelumnya, pengguna obat suntik dan pasien dari daerah endemic tuberculosis. 4. ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. 5. WESTERN blot adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaanya cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
6. PCR (polymerase Chain Reaction), digunakan untuk : a. Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang dapat menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yan menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit tersebut. Zat kekbalan itulah yang diturunkan pada bayi melalui plasenta yang akan mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut. (catatan : HIV sering merupakan deteksi dari zat anti-HIV bukan HIV-nya sendiri). b. Menetapakan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko tinggi. c. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi. d. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah untuk HIV-2. 7. Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok berisiko, dilaksanakan 2 kali pengujian dengan reagen yang berbeda. 8. Pemeriksaan dengan rapid test (dipstick).
H. Tata Laksana HIV Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency
Virus
(HIV)
untuk
mencegah
terpajannya
Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan : 1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi. 2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi. 3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya. 4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya. 5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu : 1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi
bakteri
dan
komplikasi
penyebab
sepsis
harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2.
Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : 1) Didanosine 2) Ribavirin 3) Diedoxycytidine 4)
Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. 5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. 6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
I. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Cara pencegahan: 1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain. 2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual. 3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya. 4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah. 5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhanpenyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS. Pengobatan Penyakit AIDS: Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian. Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series http://netsains.com/wp-content/themes/netsains-neo/image/favicon.gif http://www.blogger.com/favicon.ico http://s2.wp.com/i/favicon.ico?m=1317422422g http://id.wikipedia.org/apple-touch-icon.png http://www.masbied.com/favicon.ico