Standar Ruang Isolasi Rumah Sakit
05
UL 20 Sunday J UL 2015 15
POSTED
BY
HEALTHCARE
AND HOSPITAL CONSULTANT IN ≈
PERUMAHSAKITAN
UANG ISOLASI R UMAH UMAH SAKIT COMMENTS OFFON STANDAR R R UANG
Penyakitt menular adalah penyakit yang dapat di tularkan (berpindah- pindah dari orang Penyaki yang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung maupun perantara). Penyakit Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab pe nyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Penularan penyakit disebabkan proses infeksi oleh kuman.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 200). !umah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit "I#$%I&' dan "epatitis .
Penyebaran virus "I# dan "epatitis melalui perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba* umumnya tertular melalui penggunaan +arum suntik bersama, melalui transfusi darah, %'I, alat-alat kedokteran, hubungan suami istri yang sudah ter tular virus "I#$"# positif, dan apabila ada kontak antara cairan tubuh (terutama darah, semen, sekresi vagina dan %'I) dengan luka terbuka pada seseorang yang sehat alaupun kecil. 'eseorang yang mengidap penyakit ini dapat menularkan virusnya kepada orang lain +ika darah atau cairan tersebut masuk kedalam darah orang lain melalui luka atau produk darah. (!. 'yamsuhida+at 'yamsuhida+at dan im de +ong, //).
erdasarkan data yang dikeluarkan 1%I&' (1nited ations %3uired Immuno &eficiency 'yndrom) pada 2004 yang lalu, dari prevalensi (angka ke+adian) "I#$%I&' yang mencapai 50 +uta orang, sekitar per sennya berada di %sia dan %frika. Prevalensi kasus "I#$%I&' yang ter+adi di Indonesia periode 6anuari sampai dengan 7aret 200
sebesar 550 orang tertular virus "I# dan /5 orang lainnya menderita penyakit %I&' dengan +umlah kematian sebesar 28 orang. Prevalensi kasus "I#$%I&' di 6aa arat periode 6anuari sampai dengan 7aret 200 sebesar 0 orang dengan +umlah kematian sebesar 8 orang yang menempati urutan ketiga tertinggi di Indonesia (&it+en PP7 dan P9 &epkes !.I, 200). :asus penyakit hepatitis menurut 9esmana (200) menyatakan baha, +umlah penderita hepatitis di ;ina sebesar 28, +uta orang, di India sebesar 80-0 +uta orang, sedangkan di Indonesia secara keseluruhan ber+umlah 8,8 +uta penderita, dengan tingkat prevalensi mencapai -0<.
=enaga medis yang beker+a di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan +ianya, karena =enaga 7edis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat men+adi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya. 7enurut penelitian apabila tenaga medis terkena infeksi akibat kecelakaan maka resikonya < mengidap hepatitis fulminan, 5< hepatitis kronis (aktif), < men+adi pembaa virus ('yamsuhida+at > im de 6ong, //). =ahun // ;&; (;enter ?or &esease ;ontrol) melaporkan ada 2 kasus petugas kesehatan lain "I# akibat kecelakaan di tempat ker+a, sedangkan 5 orang petugas kesehatan lain di duga terinfeksi ditempat ker+a. I; (200) melaporkan baha estimasi sekitar /-8< semua kematian pegaai kesehatan pemerintah di %frika disebabkan oleh "I#$%I&'. 'edangkan di Indonesia data ini belum ter laporkan. amun dari ke+adian tersebut, resiko peraat mempunyai andil yang paling besar untuk tertular akibat terpapar cairan dan tertusuk +arum, sehingga berkembang upaya untuk mencegah terinfeksi dari paparan "I# (urmartono, 2004).
'eluruh pasien yang diraat di rumah sakit merupakan individu yang rentan terhadap penularan penyakit."al ini karena daya tahan tubuh pasien yang relative menurun. Penularan penyakit terhadap pasien yang diraat di rumah sakit disebut infeksi nasokomial. Infeksi nasokomial dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama diraat di rumah sakit. Pemularan dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan dan sebagainya. 7eningkatnya angka ke+adian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas kesehatan atau pasien yang diraat di rumah sakit, mengharuskan diu+udkannya suatu langkah pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. 'alah satu upaya adalah dengan menyediakan fasilitas ruang isolasi yang ber tu+uan untuk meraat pasien dengan penyakit infeksi yang dianggap berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.
.
Definisi
Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan$ penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi (petugas, pasien, pengun+ung) ke orang lain.
'esuai dengan rekomendasi "@ dan ;&; tentang keaspadaan isolasi untuk pasien dengan penyakit infeksi airborne yang berbahaya seperti ", keaspadaan yang perlu dilakukan meliputi
.
Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelumdan sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yangterkontaminasi sekret pernapasan
2.
Kewaspadaan kontak
Aunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontakdengan pasien
Aunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, sepertistetoskop, termometer, tensimeter, dan lain-lain
8.
er!ind"n#an $ata
Aunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabilaberada pada +arak (satu) meter dari pasien.
5.
Kewaspadaan
airborne
=empatkan pasien di ruang isolasi airborne,Aunakan masker / bila memasuki ruang isolasi. R"an# !in#k"p .
Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien raat inap yang mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya*
2.
Pelaksana Panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga.
rinsip .
'etiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap berbahaya diraat di ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.
2.
Penggunaan %lat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengun+ung dan petugas kesehatan terhadap pasien yang diraat di kamar isolasi.
8.
Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan sistem imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, diraat di ruang (terpisah) isolasi rumah sakit.
5.
Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas diraat diruang raat inap biasa.
.
Pasien yang diraat dirung isolasi, dapat di dipindahkaa keruang raat inap biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petun+uk dokter penanggung +aap pasien.
Kewa%i&an dan Tan##"n# 'awa& 'eluruh 'taf !umah 'akit
.
7ematuhi peraturan yang ditetapkan di kamar isolasi
Peraat Instalasi !aat Inap
.
7elakukan pelayanan kesehatan terhadappasien di kamar isolas*i
2.
7en+aga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan*
8.
7encegah ter+adinya infeksi terhadap pengun+ung kamar isolasi atau pasien yang diraat di kamar isolasi.
&okter Penanggung 6aab Pasien
.
7enetapkan diagnosa pasien dan menentukan apakah pasien memerlukan peraatan di ruang Isolasi*
2.
7emastikan pasien yang membutuhkan peraatan di ruang isolasi mendapat peraatan secara benar
:epala Instalasi$ :epala !uangan
.
7emastikan peraturan di !uang Isolasi terlaksana dengan baik
2.
7engidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam !uang Isolasi dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut.
&irektur
.
7emantau dan memastikan peraturan di !uang Isolasi terlaksana dengan baik.
2.
7enetapkan kebi+akan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap masalah yang mungkin ter+adi dalam pelaksanaan peraatanpasien di ruang Isolasi
T"%"an and"an R"an# Iso!asi =u+uan 1mum
'ebagai pedoman bagi 7ana+emen !umah 'akit 7utiara "ati 7o+okerto untuk dapat melaksanakan Isolasi pada pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
=u+uan :husus
.
'ebagai pedoman pelaksanaan Isolasipada pasien yang merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam menegah infeksi nasokomial.
2.
7encegah ter+adinya infeksi pada petugas kesehatan.
8.
7encegah ter+adinya Infeksi pada pasien raat inap atau pasien dengan penurunan daya tahan tubuh.
TATA LAKSANA S(arat Ka$ar !so!asi .
9ingkungan harus tenang
2.
'irkulasi udara harus baik
8.
Penerangan harus cukup baik
5.
entuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi pasien dan pembersihannya
.
=ersedianya ; dan kamar mandi
4.
:ebersihan lingkungan harus di+aga
.
=empat sampah harus tertutup
B.
ebas dari serangga
/.
=empat alat tenun kotor harus ditutup
0.
1rinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan.
!uang Peraatan isolasi ideal terdiri dari
.
!uang ganti umum
2.
!uang bersih dalam
8.
'tasi peraat
5.
!uang raat pasien
.
!uang dekontaminasi
4.
:amar mandi petugas
Kriteria R"an# erawatan Iso!asi ketat (an# idea!
Peraatan Isolasi ( Isolation Room)
.
Cona Pa+anan Primer $ Pa+anan =inggi
2.
Pengkondisian udara masuk dengan @pen ;irculation 'ystem
8.
Pengkondisian udara keluar melalui #accum 9uminar %ir 'uction'ystem
5.
%ir 'teriliDer 'ystem dengan urning > ?ilter
.
7odular minimal E 8 F 8 m2
!uang :amar 7andi $ ; Peraatan Isolasi ( Isolation Rest Room )
.
Cona Pa+anan 'ekunder $ Pa+anan 'edang
2.
Pengkondisian udara masuk dengan @pen ;irculation 'ystem
8.
Pengkondisian udara keluar melalui #accum 9uminar %ir 'uction'ystem
5.
7odular minimal E ,0 F 2,0 m2
!uang ersih &alam ( Ante Room / Foyer Air Lock )
.
Cona Pa+anan 'ekunder $ Pa+anan 'edang
2.
Pengkondisian udara masuk dengan %; @pen ;irculation 'ystem
8.
Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruangraat isolasi
5.
7odular minimal E 8 F 2,0 m2
%rea 'irkulasi (Circulation Corridor )
.
Cona Pa+anan =ersier $ Pa+anan !endah $ =idak =erpa+an
2.
Pengkondisian udara masuk dengan %; @pen ;irculation 'ystem
8.
Pengkondisian udara keluar dengan sistem eFhauster
5.
7odular minimal lebar E 2,50 m
!uang 'tasi Peraat ( Nurse Station)
.
Cona Pa+anan =ersier $ Pa+anan !endah $ =idak =erpa+an
2.
Pengkondisian udara masuk dengan %; @pen ;irculation 'ystem
8.
Pengkondisian udara keluar dengan sistem eFhauster
5.
7odular minimal E 2 F , m2 $ petugas (termasuk alat)
S(arat et"#as )an# *eke%a Di Ka$ar Iso!asi
.
;uci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi
2.
9epaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
8.
erbicara seperlunya
5.
;uci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
.
Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung tangan, dan sandal khusus
4.
;uci tangan sebelum masuk kamar isolasi
.
:uku harus pendek
B.
=idak memakai perhiasan
/.
Pakaian rapi dan bersih
0.
7engetahui prinsip aseptic$ antiseptic
.
"arus sehat
A!at+a!at .
%lat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia
2.
'elalu dalam keadaan steril
8.
&ari bahan yang mudah dibersihkan
5.
%lat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan
.
%lat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
4.
%lat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup
Kate#ori Iso!asi :ategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dancara penularan $ penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernafasan, tindakan pencegahan enterik dan tindakan pencegahan sekresi.'ecara umum, kategori
isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan kategori tindakan pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah.
.
Iso!asi Ketat
=u+uan isolasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang sangat menular, balk melalui kontak langsung maupun peredaran udara.=ehnik ini kontak langsung maupun peredaran udara.=ehnik ini mengharuskan pasien berada di kamar tersendiri dan petugas yang berhubungan dengan pasien harus memakai pakaian khusus, masker, dan sarung tangan erta mematuhi aturan pencegahan yang ketat. %latalat yang terkontaminasi bahan infektsius dibuang atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk proses selan+utnya. Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri, pes, varicella dam herpes Coster diseminata atau pada pasien imunokompromis.
Prinsip keaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruangperaatan isolasi ketat yaitu .
!uang raat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negative dibanding tekanan di koridor.
2.
Pergantian sirkulasi udara 4-2 kali per+am
8.
1dara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi denganmenggunakan filter "GP% ("igh-Gfficiency Particulate %ir)
'etiap pasien harus diraat di ruang raat tersendiri.Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai -gunakan penampung dahak$ludah tertutup sekali pakai (disposable). 2.
Isolasi :ontak
ertu+uan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah ditularkan melalui kontak langsung.Pasien perlu kamar tersendiri, masker perlu dipakai bila mendekati pasien, +ubah dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung tangan dipakai setiap menyentuh badan infeksius. ;uci tangan sesudah melepas sarung tangan dan sebelum meraat pasien lain. %lat-alat yang terkontaminasi bahan infeksius diperlakukan seperti pada isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan pada pasien bayi baru lahir dengan kon+ungtivitis gonorhoea, pasien dengan endometritis, pneumonia atau infeksi kulit oleh streptococcus grup %, herpes simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisters terhadap antibiotika, rabies, rubella.
8.
Isolasi 'aluran Pernafasan
=u+uannya untuk mencegah penyebaran pathogen dari saluran pernafasan dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. ;ara ini mengharuskan pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan pencegahan khusus terhadap
buangan nafas $ sputum, misalnya pada pasien pertusis, campak, tuberkulosa paru, infeksi ". influenDa.
.
=indakan Pencegahan Gnterik
=u+uannya untuk mencegah infeksi oleh pathogen yang ber+angkit karena kontak langsung atau tidak langsung dengan tin+a yang mengandung kuman penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain dalam satu kamar, tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. =indakan pencegahan enteric dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau gastroenteritis yang disebabkan oleh kolera, salmonella, shigella, amuba, campy$obacter, ;rytosporidium, Gcoli pathogen.
2. =indakan Pencegahan 'ekresi
=u+uannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang terinfeksi.Pasien tidak perlu ditempakan di kamar tersendiri.Petugas yang berhubuangan langsung harus memakai +ubah, masker, dan sarung tangan. =angan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum meraat pasien lain. =indakan pencegahan khusus harus dilakukan pada aktu penggantian balutan.=indakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit infeksi yang mengeluarkan bahan purulen, drainasea atau sekresi yang infeksius.
5.
Isolasi Protektif (tidak ada di !' 7utiara "ati 7o+okerto)
=u+uannya untuk mencegah kontak antara pathogen yang berbahaya dengan orang yang daya rentannya semakin besar, atau melindungi seseorang tertentu terhadap semua +enis pathogen, yang biasanya dapat dilaannya.Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksananya tindakan pencegahan yang perlu.7isalnya pada pasien yang sedang men+alani pengobatan sitoststika atau imunosupresi.
La$a Iso!asi 9ama isolasi tergantung pada +enis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas laboratorium, yaitu
.
sampai biakan kuman negative (misalnya pada difteri, antraks)
2.
sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)
8.
selama pasien diraat di ruang raat (misalnya hepatitis virus%dan , leptospirosis)
5.
sampai 25 +am setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif (misalnya pada sifilis, kon+ungtivitis gonore pada neonatus).
rosed"r ke!"ar R"an# erawatan iso!asi
.
Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan %lat Perlindungan &iri (%P&).
2.
Pakaian bedah $ masker masih tetap dipakai.
8.
9epaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaianumum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.
5.
7andi dan cuci rambut (keramas)
.
'esudah mandi, kenakan pakaian biasa.
4.
Pintu keluar dari !uang Peraatan isolasi harus terpisah daripintu masuk.
Kriteria pinda, rawat dari r"an# iso!asi ke r"an# perawatan&iasa -
.
=erbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk diraat di ruang isolasi.
2.
Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk diraat di ruang raat inap biasa oleh dokter.
8.
Pertimbangan lain dari dokter.
&epartemen :esehatan !I Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. H 6akarta &epartemen :esehatan !I. ;etakan kedua, 200B
Isolation !ooms &esign, %ssessment, and 1pgrade. ?!%;I' 6. ;1!! %=I@%9 =1G!;19@'I' ;G=G!. 200
Auidelines for the classification and design of isolation rooms in health care facilities #ictorian %dvisory ;ommittee on Infection ;ontrol 200
%irborne
Infection Isolation !oom * =1G!;19@'I' I?G;=I@ ;@=!@9 %
P!%;=I;%9 7%1%9 ?@! P!G#G=IA =* 200