2. Tahjitul-amwal, atau penanganan korban dan nadzar yang disampaikan kepada berhala-berhala, begitu pula penyelesaian permusuhan dan persahabatan, yang menjadi wewenang Bani Sahm. 3. Permusyawaratan, yang menjadi wewenang Bani Asad. 4. Al-Asynaq, atau pengaturan tebusan dan denda, yang menjadi wewenang Bani Taim. 5. Hukuman atau pembawa panji kaum, yang menjadi wewenang Bani Umayyah. 6. Al-Qubah , atau penanganan militer dan pasukan kuda, yang menjadi wewenang Bani Makhzum. 7. Duta, yang menjadi wewenang Bani Ady. Kekuasaan di Berbagai Penjuru Arab
Di bagian muka telah kami singgung tentang kepindahan kabilah-kabilah Qahthan dan Adnan. Sementara negeri Arab sendiri terpecah-pecah. Kabilahkabilah yang berdekatan dengan Hirah mengikuti raja di Hirah , dan yang berdekatan dengan Syam akan mengikuti raja Ghassan. Hanya saja subordinasi ini hanya sekedar nama, tidak dalam praktiknya. Sedangkan daerah-daerah di jazirah Arab mempunyai kebebasan secara mutlak. Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan Yanatisme, adanya manYaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar. Kedudukan pemimpin kabilah di tengah kaumnya tak ubahnya kedudukan seorang raja. Anggota kabilah mengikuti apa pun pendapat pemimpinnya tatkala damai maupun perang, tidak ada yang tercecer dari penanganannya, seperti apa pun keadaannya. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti layaknya seorang pemimpin diktator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mata pedang akan ikut berbicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka. Hanya saja persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin di antara keturunan paman, sering membuat mereka bersikap manis di mata orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, lemah lembut, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tidakjarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada di hadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orangorang yang sedang bersaing mencari simpati.
30