BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah jangka panjang. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi juga merupakan fenomena penting yang dialami dunia
dalam dua abad belakangan ini dan oleh Kuznets[1] proses pertumbuhan
ekonomi tersebut dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode
tersebut, dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata apabila
dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad kedelapan belas
kebanyakan masyarakat di dunia ini masih hidup pada tingkat subsistence dan
mata pencaharian utamanya adalah dari melakukan kegiatan di sektor
pertanian, perikanan dan berburu. Kuda dan beberapa binatang peliharaan
lain merupakan alat pengangkutan yang utama. Pada masa kini keadaan sudah
sangat berbeda. Kemampuan manusia untuk pergi kebulan dan menciptakan
komputer canggih merupakan contoh yang nyata dari betapa jauhnya manusia
telah mengalami kemajuan sejak dua atau tiga abad yang lalu.
Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan perekonomian dunia yang berlaku
dua abad yang lalu menimbulkan dua efek penting yang sangat menggalakkan,
yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat yang semakin meninggkat dan
terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yang semakin bertambah
jumlahnya. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang
secara otomatis akan berlaku. Perbedaan taraf kemakmuran yang nyata yang
terdapat di antara berbagai negara (terutama di antara negara industri dan
berkembang) dan perbedaan tingkat pertumbuhan yang mereka capai membuktikan
bahwa usaha yang sungguh-sungguh harus dilakukan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Sebagai mana kita ketahui pada kenyataannya berbagai
perekonomian mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari pertumbuhan
ekonomi yang secara potensial dapat di capainya. Disamping itu pertumbuhan
itu tidak selamanya berjalan dengan lancar. Adakalanya ia berkembang dengan
cepat, adakalanya inflasi berlaku dan adakalanya pula kemunduran ekonomi
yang serius terjadi dan menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi.[2]
Sebenarnya jika kita berbicara tentang kemakmuran dan taraf hidup
masyarakat suatu negara, salah satu dari Sepuluh Prinsip Ekonomi
menjelaskan bahwa tingkat standar hidup suatu negara itu tergantung pada
kemampuan negara tersebut untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu
juga, salah satu ekonom muslim yaitu Ibnu Khaldun pernah mengatakan bahwa
kekayaan dan kesejahteraan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya
uang di negara tersebut, akan tetapi kekayaan dan kesejahteraan suatu
negara ditentukan oleh tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran
positif dari negara tersebut. Dengan demikian, negara yang yang makmur dan
sejahtera adalah negara yang mampu memproduksi lebih banyak melebihi dari
apa yang dibutuhkan oleh negara tersebut.[3]
Maka jelas, untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, peran
produktivitas masyarakat sangatlah penting. Selain itu juga peran dari
pemerintah selaku pemengang kebijakan ekonomi sangat berpengaruh. Oleh
karena itu jika suatu negara ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi demi
mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan, peran produktivitas dan
kebijakan pemerintah adalah hal yang utama.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Bagaimana hubungan antara produktivitas dan pertumbuhan ekonomi?
B. Bagaimana peran pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Ekonomi: Konsep dan Pengukuran
Pertumbuhan ekonomi atau economic growth merupakan perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.[4] Masalah
pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam
jangka panjang. Karena dari satu periode ke periode yang lainnya kemampuan
suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan
yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah
barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Selain itu, tenaga kerja
bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk dan pengalaman kerja
sekaligus pendidikan menambah keterampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan
potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya.[5] Selain itu juga, untuk mencatat pertambahan produksi
bukanlah hal yang mudah. Dalam dunia nyata, amat sulit untuk mencatat
jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu.
Kesulitan itu muncul bukan saja karena jenis barang dan jasa yang
dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan ukurnya pun berbeda. Misalnya,
produksi singkong diukur dengan satuan berat (kilogram atau ton), sementara
produk air bersih atau air minum diukur dalam satuan volume dan minyak bumi
dengan satuan barel. Belum lagi produk-produk yang terukur dengan satuan
fisik, misalnya jasa konsultan, jasa pariwisata dan jasa-jasa modern
lainnya.
Karena itu, angka yang digunakan untuk menaksir pertumbuhan output adalah
dengan menggunakan nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai
Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB
yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan atau PDB Riil. Sebab,
dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah
dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang muncul adalah nilai uang dari
total output barang dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus menunjukan
perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode
pengamatan.
Mengingat sulitnya mengumpulkan data PDB, maka penghitungan pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dilakukan setiap saat. Biasanya penghitungan tersebut
dilakukan dalam dimensi waktu triwulan dan tahunan. Adapun cara
penghitungannya adalah sebagai berikut:
Gt = x 100%
Dimana:
Gt = Pertumbuhan ekonomi pada periode t (triwulan atau
tahunan)
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga
konstan)
PDBRt-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu periode sebelumnya.
Berikut ini adalah contoh penghitungan pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan PDB Indonesia periode 1990 – 1995.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Periode 1990 – 1995.[6]
"Tahun "PDBR (konstan1990) "Tingkat Pertumbuhan "
" "(Rp miliar) "(%/tahun) "
"1990 "195.597 "7,2 "
"1991 "209.192 "7,0 "
"1992 "222.705 "6,5 "
"1993 "237.172 "6,5 "
"1994 "255.055 "7,5 "
"1995 "276.003 "8,2 "
Angka pertumbuhan ekonomi tahunan diperoleh dengan menggunakan persamaan:
Gt = x 100%
Misalnya,
G1995 = x 100%
= x 100%
= 8,2%
Tujuan utama dari penghitungan pertumbuhan ekonomi adalah ingin melihat
apakah kondisi perekonomian makin membaik. Ukuran baik buruknya dapat
dilihat dari struktur produksi (sektoral) atau daerah asal (regional).
Dengan melihat struktur produksi, dapat diketahui apakah ada sektor yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah pertumbuhannya.[7]
B. Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi
Ada hal yang terkadang menjadi perdebatan ketika kita membahas tentang
pertumbuhan ekonomi, sebenarnya mana kah yang lebih penting, pertumbuhan
ekonomi atau pemerataan? Terlepas dari mana yang lebih penting, yang pasti
pertumbuhan ekonomi sangat penting dan dibutuhkan. Sebab, tanpa pertumbuhan
ekonomi maka tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan
kerja, produktivitas dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga
penting untuk mempersiapkan perekonomian menjalani tahapan kemajuan
selanjutnya.
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan kesejahteraan
Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidak-tidaknya output per kapita
meningkat. Dalam literatur ekomoni makro, tingkat kesejahteraan tersebut
diukur dengan PDB per kapita. Makin tinggi PDB per kapita, makin sejahtera
masyarakat. Agar PDB per kapita terus meningkat, maka perekonomian harus
terus bertumbuh dan harus lebih tinggi dari pada tingkat pertambahan
penduduk. Misalnya jika pertumbuhan penduduk suatu negara adalah 2% per
tahun, maka pertumbuhan ekonomi harus lebih besar dari 2% per tahun.
2. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Mengingat manusia adalah salah satu faktor terpenting dalam proses
produksi, maka dapat dikatakan kesempatan kerja akan meningkat bila output
meningkat. Hubungan antara kesemaptan dan output dapat dilihat berdasarkan
rasio kesempatan kerja output. Salah satu ekonom bernama Arthur Okun telah
membahas tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Menurutnya, tingkat pengangguran yang minimal (4% per tahun) akan tercapai
apabila seluruh seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh
atau full employment). Konsekuensi dari pemikiran Okun adalah pentingnya
menjaga perekonomian agar selalu berada pada keadaan kesempatan kerja
penuh.
Sebenarnya ada hubungan proposional antara tingkat output (dinotasikan Q)
dan kesempatan kerja (dinotasikan L), dimana hubungan proposionalnya
dilambangkan dengan c, maka:
L = cQ
L/ Q = c
Dari persamaan diatas dapat segera diketahui bahwa untuk menambah
kesempatan kerja , output harus bertumbuh, sebab setiap unit pertambahan
output akan menambah kesempatan kerja sebanyak c unit. Makin besar nilai c,
maka jumlah kesempatan kerja yang tersedia akibat bertambahnya 1 unit
output akan makin besar. Besar kecilnya nilai c sangat tergantung pada
teknik produksi (tingkat teknologi) yang digunakan dan efesiensi. Teknik
produksi yang padat karya cenderung memperbesar nilai c. Sebaliknya dengan
teknik produksi yang padat modal maka akan cenderung memperkecil nilai c.
Sementara itu, dampak efesiensi terhadap kesempatan kerja ada dua. Pertama,
terutama dalam jangka pendek, membaiknnya efesiensi akan mengurangi
kesempatan kerja. Sebab, dengan membaiknya efesiensi, untuk tingkat output
yang sama, dibutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit. Kedua, terutama
dalam jangka panjang, efesiensi yang berkaitan dengan kemajuan teknologi
akan memperluas kesempatan kerja, bila kemajuan teknologi tersebut meresap
ke dalam diri manusia (tenaga kerja) yang meningkatkan mutu SDM (embodied
technology).
3. Pertumbuhan Ekonomi dan Perbaikan Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan yang baik adalah yang semakin merata. Tetapi tanpa
adanya pertumbuhan ekonomi, yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi hanya akan menghasilkan perbaikan distribusi pendapatan
bila memenuhi setidaknya dua syarat, yaitu memperluas kesempatan kerja dan
meningkatkan produktivitas. Dengan meluasnya kesempatan kerja, maka akses
rakyat untuk memperoleh penghasilan makin besar.
Jika alat utama yang digunaka untuk perbaikan distribusi pendapatan adalah
mekanisme pasar, maka supaya dapat bertahan di pasar, para pekerja harus
terus meningkatkan produktivitas. Dalam jangka panjang, kesempatan kerja
yang tersedia memaksa orang untuk menetukan spesialisasi, yang akan
meningkatkan produktivitas. Denagn meningkatnya prosuktivitas, uang yang
dihasilkan untuk jam kerja yang sama akan lebih besar. Uang tersebut
digunakan untuk meningkatkan kualitas SDM generasi selanjutnya. Begitu
seterusnya, sehingga dalam beberapa generasi kemudian, distribusi
pendapatan makin membaik.
4. Persiapan Bagi Tahapan Kemajuan Berikutnya
Suatu bangsa, terutama suatu perekonomian, dapata diumpamakan sebagaa
manusia, yang tidak dapat menjadi vesar dan dewasa dalam tempo semalam.
Nahkan waktu yamg dibutuhkan untuk mendewasakan perekonomian lebihjauh
lebih lama dibandingkan waktu yang dibutuhkan manusia untuk menjadi
dewasa.jika manusia matang (jasmani dan rohani) umumnyua tercapai pada usia
sekitar 30 – 40 tahun, maka perekonomianbaru bisa dikatakan matang mungkin
setelah berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Kita tidak dapat menentukan
batas usia kematangan suatu perekonomian. Hanya saja pengalaman negara-
negara maju menunjukan mereka membutuhkan waktu sekitar tiga sampai lima
abad untuk memodernisasi persokonomiannya.
Kenyataan diatas menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan tangga
untuk mencapai tahapan kemajuan ekonomi selanjutnya. Sebab, sebuah
perekonomian yang mampu terus-menerus bertumbuh dalam jangka panjang
(setidak-tidaknya dalam tempo lima puluh tahun), umumnya telah memiliki
kemampuan untuk menjadi modern. Untuk menunjang pertumbuhan jangka panjang,
yang dibutuhkan bukan saja tenaga kerja, bahan baku dan teknologi,
melainkan juga kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial yang modern.
Kelembagaan-kelembagaan tersebut misalnya pasar,, keuntungn, uang, hak
milik, kepastian hukun dan demokrasi.
Lembaga-lembaga tersebut tahp demi tahap terbentuk lewat proses akumulasi
modernisasi yang memakan waktu puluhan atau ratusan tahun. Proses akumulasi
modernisasi tidak akan terjadi tanpa adanya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
pertumbuhan ekonomi tidak mampu bertahan lama tanpa adanya akumulasi
modernisasi.[8]
C. Produktivitas : Peranan dan Faktor – Faktor Penentunya
Pada pembahasan di atas sebenarnya sudah sedikit dibahas dan disinggung
mengenai masalah produkivitas. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah sebenarnya apa hubungan antara produktivitas dengan pertumbuhan
ekonomi dan standar hidup yang berlaku pada suatu negara? Dan kenapa
produktivitas menjadi hal yang penting dalam masalah pertumbuhan ekonomi?
N. Gregory Mankiw dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ekonomi Makro
menjelaskan hubungan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dengan sebuah
cerita sederhana. Cerita tersebut dimulai ketika seorang pelaut yang
bernama Robinson Crusoe terdampar disebuah pulau terpencil. Karena Crusoe
hidup sendiri sehingga dia harus menangkap ikan, menanam sayur dan membuat
pakaian untuk keperluannya sendiri. Kegiatan yang dilakukan oleh Crusoe
seperti produksi, konsumsi ikan, sayur serta pakaian itu merupakan bentuk
kegiatan ekonomi sederhana.
Lantas jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi sebenarnya hal apa yang
dapat mempengaruhi standar hidup Crusoe? Jawabannya jelas, jika Crusoe
adalah seorang ahli menangkap ikan, menanam sayur dan menjait pakaian maka
ia akan hidup sejahtera. Sebaliknya, jika ia tidak pandai melakukan
kegiatan tersebut maka hidupnya akan sengsara. Jadi, standar hidupnya
tegantung pada kemampuan produktivitas karena Crusoe hanya dapat
mengkonsumsi apa yang ia hasilkan.[9]
Sebenarnya istilah produktivitas itu merujuk pada banyaknya barang dan jasa
yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja setiap jam kerjanya. Pada kasus
kegiatan ekonomi Crusoe dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah kunci
yang menetukan standar hidup dan dengan meningkatnya produktivitas akan
mengakibatkan perubahan standar hidup menjadi lebih baik. Semakin banyak
ikan yang bisa ditangkap oleh Crusoe per jamnya maka akan semakin banyak
ikan yang dapat dia makan. Jika Crusoe dapat menemukan tempat yang lebih
baik untuk menangkap ikan maka produktivitasnya akan meningkat.
Bertambahnya produktivitas ini mengubah kondisinya menjadi lebih baik. Dia
dapat makan ikan lebih banyak atau dia dapat melakukan kegiatan lain yang
menyenangkan karena waktunya tidak dihabiskan untuk menangkap ikan.
Peran kunci produktivitas dalam menentukan tingkat standar hidup yang
berlaku pada sebuah negara sama halnya seperti kisah pelaut diatas. Jika
kita lihat kembali, bahwa sebenarnya Produk Domestik Bruto suatu negara
mengukur dua hal sekaligus, yaitu total pendapatan yang diperoleh setiap
penduduk dalam kegiatan ekonomi dan total biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Alasan mengapa PDB dapat mengukur kedua hal
tersebut secara simultan adalah bahwa kegiatan ekonomi merupakan suatu
kesatuan utuh yang harus seimbang atau dengan kata lain pendapatan
perekonomian sama dengan pengeluarannya.
Seperti halnya Crusoe, sebuah negara dapat menikamati tingkat standar hidup
yang tinggi hanya jika negara tersebut dapat memproduksi barang dan jasa
dalam jumlah yang banyak. Penduduk Jepang hidup lebih baik dari penduduk
Indonesia karena pekerja Jepang lebih produktif dari pada pekerja
Indonesia. Jepang mengalami standar hidup yang lebih cepat dari Indonesia
karena pekerja Jepang lebih dapat meningkatkan produktivitasnya. Jadi
benar, salah satu dari Sepuluh Prinsip Ekonomi menjelaskan bahwa tingkat
standar hidup suatu negara tergantung pada kemampuan negara tersebut untuk
memproduksi barang dan jasa.[10]
Selain itu juga, salah satu ekonom muslim yaitu Ibnu Khaldun pernah
mengatakan bahwa kekayaan dan kesejahteraan suatu negara tidak ditentukan
oleh banyaknya uang di negara tersebut, akan tetapi kekayaan dan
kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh tingkat produksi domestik dan
neraca pembayaran positif dari negara tersebut. Dengan demikian, negara
yang yang makmur dan sejahtera adalah negara yang mampu memproduksi lebih
banyak melebihi dari apa yang dibutuhkan oleh negara tersebut.[11]
Setelah kita mengetahui bahwa produktivitas memiliki peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi, maka selanjutnya hal-hal atau faktor-faktor yang
mempengaruhi sekaligus menetukan produktivitas menjadi hal yang tidak bisa
kita abaikan. Ada beberapa faktor yang menetukan produktivitas diantaranya:
1. Modal Fisik (Physical Capital)
Pekerja akan lebih produktif jika dia memiliki peralatan yang membantu
pekerjaannya. Kelengkapan peralatan dan struktur yang dipakai dalam
kegiatan memproduksi barang dan jasa disebut modal fisik (physical
capital), atau hanya disebut dengan modal. Sebagai contoh, ketika seorang
tukang kayu membuat furnitur, mereka menggunakan gergaji, mesin bubut,
mesin bor, dan lain-lain. Semakin banyak peralatan untuk membuat pekerjaan,
maka semakin cepat dan hasilnya semakin baik. Dapat dikatakan tukang kayu
yang mengandalkan peralatan sederhana akan menghasilkan lebih sedikit
furnitur pada setiap minggunya dari pada tukang kayu yang menggunakan
peralatan khusus dan canggih.
Modal pada dasarnya dalah input pada sebuah proses produksi yang merupakan
output suatu proses produksi sebelumnya. Tukang kayu menggunakan mesin
bubut untuk membuat kaki meja. Sebelumnya, mesin bubut itu sendiri
merupakan hasil proses produksi perusahaan yang membuat mesin bubut. Denagn
demikian, modal adalah sebuah faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan segala jenis barang atau jasa, termasuk modal yang akan
digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya.[12]
Ada pun untuk penambahan modal fisik bisa dilakukan melalui investasi. Dan
untuk itu, salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah
dengan menangani faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi. Yang
juga harus diingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika
investasi neto lebih besar dari pada nol. Sebab, jika investasi neto sama
dengan nol, perekonomian hanya akan berproduksi pada tingkat sebelumnya.
Akan tetapi lebih baik lagi, jika penambahan kualitas modal fisik juga
disertai dengan peningkatan kualitasnya.[13]
2. Modal Manusia (Human Capital)
Faktor penentu produktivitas yang kedua adalah modal manusia (human
capital), yaitu istilah dalam ekonomi untuk pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Modal
manusia termasuk kecakapan yang dibentuk mulai masa kanak-kanak , sekolah,
universitas dan balai pelatihan kerja untuk orang dewasa yang sudak
termasuk angkatan kerja.
Sampai saat ini, khususnya di negara berkembang, modal manusia atau biasa
disebut juga dengan tenaga kerja masih menjadi faktor produksi yang
dominan. Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas atau output. Yang menjadi persoalan adalah
sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja akan terus meningkatkan
output. Hal itu tergantung dari seberapa cepat terterjadinya The Law of
Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR
sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitannya denngan kemajuan
teknologi produksi. Selama ada sinergi antara tenaga kerja dan teknologi,
penambahan tenaga kerja akan mamacu peningkatan prosuktifitas yang nantinya
akan menaikan pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya, jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi
akan semakin sedikit bila teknologi yang digunakn makin tinggi. Timbullah
trade-off antara efesiensi produtivitas dan kesempatan kerja. Untuk
meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi
padat modal. Harga dari pilihan tersebut adalah menciutnya kesempatan
kerja.[14]
3. Sumber Daya Alam (Natural Resources)
Faktor penentu produktivitas yang ketiga adalah sumber daya alam (natural
resources). Sumber daya alam merupakan masukan dalam kegiatan produksi
disediakan oleh alam, seperti tanah, sungai dan kandungan mineral. Sumber
daya alam dapat di kelompokan menjadi dua golongan besar, yaitu sumber
daya alam yang dapt di perbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapt
diperbaharui. Hutan merupakan salah satu contoh sumber daya alam yang dapat
di perbaharui. Jika sebuah pohon di tebang, bibit dapat ditanam di tempat
tersebut untuk diambil manfaatnya di kemudian hari. Minyak bumi merupakan
salah satu contoh sumber daya alam yang tidak dapt diperbaharui. Jika
persediaan minyak habis maka hampir mustahil untuk membuatnya lagi.
Perbedaan sifat sumbet daya alam ini menyebabkan perbedaan pada tingkat
standar hidup di berbagai negara di dunia. Negara di Timur Tengah seperti
Arab Saudi dan Kuwait menjadi negara kaya saat ini hanya karena mereka
berada di atas kolam minyak terbesar di dunia.
Walaupun dapat menjadi sangat penting, sumber daya alam bukan merupakan
sesuatu yang wajib bagi perekonomian untuk menjadi sangat produktif dalam
menghasilkan barang dan jasa. Contohnya Singapura, Hong Kong dan Jepang
adalah beberapa negara yang kaya namun tidak mempunyai sumber daya alam
yang melimpah, perdagangan internasional membuat negara tersebut sukses
dengan cara mengimpor banyak sumber daya alam dari negara lain yang
dibutuhkan dan mengekspor barang olahan atau menjual jasa kepada negara
yang kaya dengan sumber daya alam.[15]
4. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Technological Knowledge)
Faktor penentu produktivitas yang keempat adalah penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) (Technological Knowledge) atau pemahaman
tentang cara terbaik untuk memproduksi barang dan jasa. Lima puluh tahun
yang lalu, sebagian besar penduduk Thailand bercocok tanam karena teknologi
untuk bercocok tanam membutuhkan banyak pekerja guna menghasilkan pangan
yang dibutuhkan seluruh penduduk. Ketika terjadi perkembangan teknologi
pertanian, hanya dibutuhkan sedikit pekerja saja untuk dapat menghasilkan
pangan dalam jumlah yang sama banyak. Perubahan ini membuat sebagian
penduduk dapat memproduksi barang dan jasa lainnya.
Penguasaan teknologi memiliki banyak bentuk, beberapa teknologi bersifat
pengetahuan umum, setelah teknologi ini digunakan oleh seseorang, setiap
orang kemudian menggunakannya. Sebagai contoh, ketika Henry Ford berhasil
meningkatkan produksi dengan menggunakan sistem lini perakitan mobil di
Amerika Serikat, pembuat mobil lain mengikutinya. Ada juga yang sifatnya
tertutup, seperti Coca Cola, hanya perusahaan Coca Cola saja yang
mengetahui teknologi rahsia resep untuk membuat minuman ringannya.
Sangat perlu diketahui dan dipahami perbedaan antara penguasaan iptek
dengan modal manusia walaupun keduanya berhubungan erat, tetapi ada
perbedaan penting. Penguasaan iptek merujuk pada pemahaman masyarakat
tentang bagaimana sesuatu bekerja. Modal manusia merujuk pada sumber daya
yang diharapkan mentransformasikan pemahaman tersebut pada angkatan
kerja.[16]
D. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Publik
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa pertumbuhan ekonomi
dan standar hidup masyarakat tergantung pada kemampuannya untuk memproduksi
barang dan jasa dan bahwa produktivitas tergantung pada modal fisik, modal
manusia, sumber daya alam, dan penguasaan iptek. Selanjutnya, mari kita
beralik kepada peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan
standar hidup masyarakat.
1. Pentingnya Tabungan dan Investasi
Karena modal adalah penghasil faktor produksi, sebuah kelompok masyarakat
dapat mengubah jumlah modal yang digunakan. Jika kegiatan ekonomi produksi
saat ini menghasilkan jumlah barang modal dalam jumlah yang banyak maka
paada masa yang akan datang akan terdapat banyak persediaan modal dan dapt
digunakan untuk menghasilkan banyak jenis barang dan jasa yang lainnya.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pada masa
yang akan datang adalah dengan lebih banyak menggunakan sumber daya alam
dalam produksi modal.
Salah satu dari Sepuluh Prinsip Ekonomi ada yang membahas tentang masalah
trade-off (pertukaran kepentingan). Prinsip ini penting, khususnya ketika
terjadi penimbunan modal. Karena sumber daya alam bersifat langka,
pengkhususan penggunaan untuk memproduksi modal menyebabkan penggunaan
untuk produksi barang dan jasa yang akan dikonsumsi menjadi terbatas. Oleh
karena itu, unuk masyarakat yang menginvestasikan lebih banyak
pendapatannya pada modal, harus dapat menghemat konsumsi dan dapat lebih
menabung. Pertumbuhan yang muncul dari pengakumulasian modal bukan hal yang
mudah. Hal ini membutuhkan pengorbanan masyarakat dalam mengurangi konsumsi
barang dan jasa pada saat sekarang sehingga dapat menikmati tingkat
konsumsi yang lebih tinggi pada masa yang akan datang.
Dalam pandangan tradisional, ada yang namanya penurunan perolehan
keuntungan (Diminshing Return). Seiring dengan bertambahnya persediaan
modal, output tambahan yang dihasilkan dari tambahan unit modal menjadi
menurun. Dengan kata lain, ketika pekerja telah memiliki banyak modal untuk
digunakan dalam memproduksi barang dan jasa, memberi tambahan unit modal
tidak akan meningkatkan produktivitas mereka. Karena keuntungan menurun,
peningkatan dalam rata-rata tabungan menyebabkan lonjakan pertumbuhan untuk
sementara. Seiring dengan bertambahnya rata-rata tabungan menyebabkan lebih
banyak modal terkumpul, keuntungan dari tambahan modal menjadi semakin
kecil seiring berjalannya waktu dan menyebabkan melambatnya pertumbuhan.
Dalam jangka panjang, semakin tinggi tabungan menyebabkan semakin tinggi
tingkat produktivitas dan pendapatan, tetapi, tidak menyebabkan
bertambahnya pertumbuhan. Untuk mencapai jangka panjang, walau bagaimana
pun membutuhkan waktu lama. Menurut penelitian data pertumbuhan ekonomi
internasional, meningkatkan tingkat tabungan dapat menyebabkan bertambahnya
tingkat petumbuhan secara substantif untuk periode waktu bebrapa dekade.
Penurunan perolehan keuntungan terhadap modal mempunyai implikasi yang
lain. Semua hal dianggap seimbang sehingga mudah bagi semua negara yang
relatif miskin untuk tumbuh dengan cepat. Efek kondisi awal ini dalam
pertumbuhan berkelanjutan disebut dengan efek pengejaran (catch-up effect).
Di negara miskin pekerja bahkan tidak mempunyai peralatan memadai dan
sebagai akibatnya mempunyai produktivitas yang rendah. Sejumlah kecil
penanaman modal pada hakikatnya akan meningkatkan produktivitas pekerja.
Sebaliknya, pekerja di negara kaya mempunyai banyak modal untuk membantunya
bekerja, bagian ini menjelaskan tingkat produktivitas mereka yang sangat
tinggi. Sekalipun demikian, dengan tingkat modal pekerja yang sudah
sedemikian tinggi, tambahan penanaman modal mempunyai akibat yang kecil
terhadap produktivitas.[17]
2. Pendidikan
Pendidikan (investasi dalam sumber daya manusia) sama pentingnya dengan
investasi pada modal fisik untuk keberhasilan ekonomi jangka panjang suatu
negara. Di Amerika Serikat, setiap tahun yang di gunakan untuk sekolah
biasanya meningkatkan rata-rata upah seseorang sekitar 10%. Di negara
berkembang, termasuk negara-negara miskin di Asia, diamana biasanya sumber
daya manusia yang berkualitas langka, perbedaan antara upah pekerja
terdidik dengan tidak terdidik biasanya sangat besar. Jadi salah satu cara
dimana kebiajakan pemerintah dapat meningkatkan standar hidup adalah dengan
menyediakan sekolah yang baikdan mendoraong populasi penduduk guna
memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada tersebut.
Investasi dalam sumber daya manusia sama seperti investasi dalam modal
fisik, membutuhkan pengorbanan biaya. Murid di sekolah, tidak memikirkan
upah yang dapat mereka peroleh. Di negara tertinggal, anak-anak sering kali
keluar dan berhenti sekolah pada usia dini, walaupun keuntungan jika
bersekolah sangat tinggi, hal ini dilakukan hanya karena tenaga mereka
dibutuhkan untuk membantu keluarga.
Beberapa ekonom membantah bahwa pentingnya sumber daya manusia dalam
pertumbuhan ekonomi karena sumber daya manusia tidak berhubungan secara
langsung. Sebuah pengesampingan adalah akibat dari pandangan orang berada
yang memandang sebelah mata. Orang yang terpelajar, sebagai contoh akan
mengemukakan gagasan baru tenatang cara terbaik memproduksi barang dan
jasa. Apabila gagasan ini di terima dikalangan umum sehingga semua
menyetujuinya maka gagasan tersebut adalah sebuah keuntungan tambahan
pendidikan. [18]
3. Hak Milik dan Stabilitas Politik
Cara lain yang dapat ditempuh oleh pembuat kebijakan dalam membantu
perkembangan pertumbuhan ekonomi adalah dengan melindungi hak milik dan
menjaga stabilitas politik. Negara yang yang memiliki sistem peradilan yang
baik, pegawai pemerintah yang jujurdan perundang-undangan yang kuat kan
mengalami standar hidup perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara yang sistem peradilannya lemah, pemerintahnya korup, dan sering
terjadi revolusi atau kudeta. Dengan sistem peradilan yang baik maka hak
milik akan lebih terjaga dan terjamin. Begitu juga dengan adanya perundang-
undangan yang kuat dan minimnya revolusi.[19]
4. Perdagangan Bebas
Beberapa negara miskin telah mencoba untuk mempercepat laju pertumbuhan
ekonominya dengan menggunakan kebijakan orientasi ke dalam. Kebijakan ini
diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan standar hidup suatu negara
dengan cara menghindari hubungan dengan dunia luar, pendekatan ini mendapat
dukungan dari perusahaan lokal yang mengatakan bahwa mereka membutuhkan
perlindungan dari persaingan asing untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Pendapat industri yang kekanak-kanakan ini, bersama kebencian tanpa alasan
terhadap bangsa asing, telah mendorong pembuat kebijakan di beberapa negara
belum berkembang untuk meningkatkan tarif dan pembatasan perdagangan denagn
pihak luar.
Kebanyakan ekonom saat ini berpendapat bahwa negara belum berkembang
sebaiknya menggunakan kebijakan orientasi keluar yang menggabungkan negara
tersebut dengan dunia global. Sebenarnya dengan adanya perdagangan
internasional perekonomian suatu negara dapat meningkat. Perdagangan dapat
juga diartikan sebagai jenis teknologi. Ketika sebuah negara mengekspor
gandum dan mengimpor baja, sebuah negara memperoleh keuntungan yang sama
seperti jika negara tersebut mempunyai teknologi mengubah gandum menjadi
baja. Sebuah negara yang menghilangkan batasan perdagangan akan menikmati
pertumbuhan ekonomi yang sama jenisnya dengan yang terjadi ketiak
teknologinya telah berkembang.[20]
5. Penelitian dan Pengembangan
Alasan utama yang menyebabkan standar hidup sangat tinggi saat ini
dibandingkan dengan seabad yang lalu adalah berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Telepon, kendaraan dan komputer adalah salah satu dari
ribuan penemuan yang mrningkatkan kemampuan memproduksi barang dan jasa.
Walaupun kebanyakan penemuan muncul karena penelitian pribadi oleh
perusahaan dan penemu, ada juga keterlibatan umum dalam menyokong kemajuan
ini, lebih jauh, pengetahuan adalh barang umum. Jika seseorang menemukan
gagasan, gagasan tersebut diakui secara umum dan orang lain dapat
menggunakannya secara bebas. Pemerintah harus berperan pada porsi yang sama
dalam hal menyediakan barang umum untuk mengembangkanpertahahan nasional
sehingga terciptakondisi yang baik untuk melakukan penelitian dan
pengembangan teknologi baru.
Pemerintah dapat mendoraong penelitian denagn memberlakukan sistem paten.
Ketiaka seseorang atau sebuah perusahaan menemukan produk baru, penemunya
dapt mengajukan paten. Jika penemuannya bagus dan baru, pemerintah bisa
memberikan penghargaan yang mebuat penemunya memiliki hak khusus untuk
memproduksi dalam jumlah tertentu sepanjang setahun. Pada dasarnya hak
paten memberikan penemu hak milik terhadap penemuannya, mengubah
pengetahaun umum menjadi pengetahuan khusus. Dengan memberikan
keuntungankeapda penemu dari hasil penelitiannya–meskipun hanhya
sementara–sistem paten akan mendorong individu atau perusahaan untuk
meningkatkan penelitiannya.[21]
E. Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi
Para ahli ekonomi telah sejak lama melakukan penyelidikan tentang
pertumbuhan ekonomi. Dan oleh sebab itu juga muncullah bermacam-macam teori
tentang pertumbuhan ekonomi. Semua teori tersebut didasarkan kepada
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor penentu pertumbuhan.
Adapun perbedaan antara teori yang satu dengan yang lain terletak pada
perbedaan fokus pembahasan atau asumsi-asumsi yang digunakan.
1. Teori Pertumbuahan Ahli Ekonomi Klasik
Menurut pandangan ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah persediaan barang-barang
modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.
Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak
faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutam menumpahkan perhatiannya kepada
pengaruh pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Dalam teori
pertumbuhan mereka dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap
jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan
kepada pemisalan ini selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh pertambahan
penduduk kepada tingkat produksi dan pendapatan.
Menurut ahli ekonomi Klasik hukum diminishing of return akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus
menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan
kekayaan alam relatif berlebih, tingkat pengembalian modal dari investasi
yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan
yang besar. Ini akan menimbulakan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi
akan terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus-menerus berlangsung.
Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahan akan menurunkan tingkat
kegiatan ekonomi karena produktivitas marjinal penduduk telah negatif.
Maka kemakmuran masyarakat turun kembali. Perekonomian akan mencapai
tingkat perkembangan yang rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi
dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang atau stationary state.
Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup atau
subsistance. Menurut ahli ekonomi Klasik setiap masyarakat tidak akan mampu
menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut, ia hanya mampu
mengundurkan terjadinya keadaan tersebut.[22]
2. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para
pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaruan atau
inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan
barang-barang baru, mempertinggikan efisiensi dalam memproduksikan suatu
barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang baru, mengembangkan
sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam
organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efisiensinya.
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya
dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang.
Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut
berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk
mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan keuntungan
dari mengadakan pembaruan tersebut, mereka akan meminjam modal dan
melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat
kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan
tingkat konsumsi menjadi tambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong
perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan
melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi boleh
dibedakan dalam dua golongan, yaitu: penanaman modal outonomi dan penanaman
modal terpengaruh. Penanaman modal outonomi adalah penanaman modal yang
ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan
investasi.
Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu perekonomian makin
terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi
akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat
"keadaan tidak berkembang" atau stationary state. Akan tetapi , berbeda
dengan pandangan Klasik, dalam pandangan Schumpeter tingkat keadaan tidak
berkembang itu dicapai pada tingkat pembangunan yang tinggi.[23]
3. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah
Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini
mempunyai asumsi yaitu:
a Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal
digunakan secara penuh.
b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan.
c. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional
d. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output
Ratio atau COR) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-
Output Ratio atau ICOR)
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi
tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-
barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian
tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR).
Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat
perekonomian itu akan tumbuh
4. Teori Pertumbuhan Endojenus
Teori yang dikembangkan oleh Romer ini merupakan pengembangan mutakhir
teori pertumbuhan Klasik-Neo Klasik. Kelemahan model Klasik maupun Neo
Klasik terletak pada asumsi bahwa teknologi bersifat aksojenus. Konsekuensi
asumsi ini adalah terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR), karena
teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap. Konsekuensi lebih serius
dari memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen dan konstan adalah
perekonomian yang telah terlebih dahulu maju, dalam jangka panjang akan
terkejar perekonomian yang lebih terbelakang selama tingkat pertambahan
penduduk, tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perekonomian Asia Timur (kecuali
Jepang) dan Asia Tenggara dapat menyamai perekonomian Barat. Tetapi
faktanya tidak demikian. TLDR di perekonomian Barat dan Jepang tidak
terjadi, sehingga perekonomian Asia Timur dan Asia Tenggara makin
tertinggal dibanding Barat dan Jepang. Menurut Romer ketertinggalan ini
disebabkan kemajuan teknologi yang justru menimbulkan increasing return to
scale (IRS). Semangat pengusaha untuk memaksimalkan keuntungan justru dapat
dipenuhi lewat penguasaaan (monopoli) teknologi. Akibatnya, pertumbuhan
output disertai dengan menguatnya gejala monopoli.
Mengapa perusahaan cenderung ingin memonopoli keunggulan teknologi? Sebab
teknologi merupakan barang publik, yang dapat dimanfaatkan opleh pihak lain
yang bukan penemu, tanpa mengeluarkan biaya riset. Selama return dari
pengembangan teknologi terhadap semua perusahaan adalah sama, maka
kecenderungan memonopoli teknolohgi sangatlah kecil. Tetapi jiak return nya
berbeda, yang paling menikmati akan berusaha memonopoli. Dengan demikian
kita tidak dapat memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen melainkan
faktor endogen.[24]
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan standar hidup yang layak, maka
yang harus diperhatikan adalah seberapa besar kemampuan negara tersebut
menghasilkan barang dan jasa. Selain itu juga pemerintah selaku pembuat
kebijakan harus mengarahkan kebijakannya guna meningkatkan produktivitas
nasional. Caranya adalah dengan menghidupkan iklim produksi sehingga
terjadi pengumpulan faktor produksi yang cepat dan menjamin faktor-faktor
produksi tersebut dapat diolah seefektif mungkin.
Selain itu juga pemerintah dengan kekuasaannya bisa membuat undang-undang
sehingga dapat mengatur hak milik dan menjaga stabilitas politik.
Keberhasilan satu generasi pembuat kebijakan dalam meletakkan dan
mengarahkan dasar yang mengokohkan pertumbuhan ekonomi menetukan seperti
apa kondisi negara yang akan diwariskannya.
LAMPIRAN
Lampiran 1[25]
Analisis:
Sebagaimana yang telah kita bahas dalam makalah diatas, kita tahu bahwa
pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi sebenarnya mengalami pertumbuhan yang
lebih lambat dari pada pertumbuhan ekonomi secara potensial. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi tidak selamanya berjalan dengan lancar. Adakalanya ia
berkembang dengan cepat dan adakalanya juga ia stagnan atau malah mengalami
penurunan dan kemunduran.
Hal tersebut bisa kita lihat dalam berita diatas. Pada awal tahun 2014,
pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi indonesia di tahun
2014 akan berada di atas 6%. Akan tetapi seiring berjalannya waktu,
pemerintah khususnya BI merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,1
hingga 5,5 persen. Berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang mengalami
perlambatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh bebarapa faktor, diantaranya:
melemahnya perekonomian Tiongkok sebagai salah satu negara tujuan utama
ekspor Indonesia, itu berarti sedang ada penurunan harga dan jumlah ekspor
yang menyebabkan PDB menurun. Selain itu, penyebab lainnya adalah karena
iklim investasi di Indonesia masih belum stabil, hal tersebut bisa dilihat
dari masih banyaknya investasi yang di salurkan ke pasar moneter,
akibatnya, karena uang yang ada tidak di alirkan ke sektor riil maka
meskipun adanya investasi, output yang dihasilkan tidak mengalami
peningkatan.
Lampiran 2
Tahun 2013 Ekonomi Indonesia Hanya 5,78 Persen
Rabu, 5 Februari 2014 " 12:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah
mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen pada
2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia
sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan
sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013
sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal
III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding
triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu
(5/2/2014).
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-
2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-
negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika
Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya
diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
"Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama
untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara," terang dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi
dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor
keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen,
dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan
signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen
dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan sektor
pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen
dengan nilai Rp 195,7 triliun.
"Gadget membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling
tinggi. Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga
keuangan. Konstruksi tumbuh positif karena ini berkaitan dengan pembangunan
infrastruktur dari tahun ke tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam
rangka MP3EI," jelas Suryamin.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp
9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar
Harga Konstan (tahun 2000) adalah Rp 2.770,3 triliun.
Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK
sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana
PDB ADHB sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.[26]
Analisis:
Dari berita diatas, kita bisa melihat ternyata perekonomian global
sangatlah berdampak terhadap petumbuhan ekonomi, salah satunya adalah
perdagangan bebas. Hal tersebut bisa kita lihat ketika perekonomian Amerika
dan Cina mengalami perbaikan. Saat ekonomi Amerika dan Cina naik, maka
ekspor dan beberapa sektor wisata mancanegara mengalami peningkatan.
Peradagangan bebas menjadi salah satu pemicu meningkatnya produktivitas
dalam negeri, ketika demand terhadap produk lokal naik, maka output yang
dihasilkanpun akan bertambah banyak. Hal tersebut menyebabkan nilai PDB
naik sehingga naiknya nilai PDB berdampak pada meningkatnya pertumbuhan
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata.
Mankiw, N. Gregory., Euston Quah., Peter Wilson. 2012. Principles of
Ekonomics An ASIAN Edition. Jakarta: Salemba Empat.
Rahardja, Prathama., Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro. Jakarta:
LP-FEUI.
Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajawali
Pers.
-----------------------
[1] seorang ahli ekonomi terkemuka di amerika serikat dan juga pernah
meraih hadiah nobel
[2] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Rajawali Pers, Jakarta,
2000, hal. 413–414.
[3] Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Gramata, Depok, 2010,
hal. 245.
[4] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi edisi kedua,Rajawali Pers,
Jakarta, 2000, hlm.10.
[5] Ibid.
[6] Diolah dari Internasional Financial Statistics (IMF), 1997.
[7] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar, LP-FEUI, Jakarta, 2012, hal. 131.
[8] Ibid, hal 135.
[9] N. Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Principle of Economic
An ASIAN edition-volume 2, Salemba Empat, Jakarta, 2012, hal.46.
[10] Ibid,hal. 47.
[11] Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Gramata, Depok, hal.
245.
[12] N. Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Principle of Economic
An ASIAN edition-volume 2, Salemba Empat, Jakarta, 2012, hal. 47.
[13] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar, LP-FEUI, Jakarta, 2012, hal. 136.
[14] Ibid, hal. 137
[15] N. Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Principle of Economic
An ASIAN edition-volume 2, Salemba Empat, Jakarta, 2012, hal. 48.
[16] Ibid, hal 49.
[17] Ibid, hal. 51-56.
[18] Ibid, hal. 56-57.
[19] Ibid, hal. 57.
[20] Ibid, hal. 58.
[21] Ibid, hal. 58-59.
[22] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi edisi kedua,Rajawali
Pers, Jakarta, 2000, hlm. 430-432.
[23] Ibid, hal. 432.
[24] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar, LP-FEUI, Jakarta, 2012, hal. 142-143.
[25] Kompas, 10 juni 2014, hal. 20.
[26] Diakses pada hari jumat, 20 Juni 2014, dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/05/1221161/Tahun.2013.Ekonomi.
Indonesia.Hanya.5.78.Persen