TEKNIK PANTAI DAN PELABUHAN
PERENCANAAN dan PERANCANGAN KONSTRUKSI BANGUNAN LAUT dan PANTAI
OLEH :
NYOMAN GEDE GEDE PANDU NUJAYA 1419151053
TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu Puji syukur saya ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan kesehatan dan kesempatan untuk kita terus berusaha dan berkarya, dapat menyelesaikan artikel ini dengan baik merupakan salah satu anugrah Hyang Widhi. Artikel ini saya kutip dari beberapa situs internet. internet. Taklupa pula saya ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, saudara, dosen pengajar dan seluruh pihak yang telah mendukung serta memberi semangat sehingga artikel ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentunya dengan harapan artikel ini dapat menyumbangkan setitik harapan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang. Sebagai penulis saya juga menyadari bahwa artikel ini masih banyak kekurangan, tetapi pada dasarnya saya selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada artikel ini hingga mendekati kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kemajuan kita bersama. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Denpasar, 13 Oktober 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL . ................................................... ...................................................... .............................................................................. ........................ i KATA PENGANTAR ............................... .................................................... ............................................................................ ........................ ii DAFTAR ISI..................................................... ........................................................................................................... ..................................................................... ............... iii DAFTAR GAMBAR………………………… GAMBAR……………………………………………………… …………………………………………….iv ……………….iv BAB I…………………………………………………………………………………………1 I…………………………………………………………………………………………1 Latar belakang…………………………………… Latar belakang……………………………………………………………… …………………………………………...1 ………………...1 Tujuan ………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………… …………………………………...1 ……...1 Rumusan masalah………………………… masalah…………………………………………………… …………………………………………………..1 ………………………..1 Batasan masalah………………………… masalah…………………………………………………… ……………………………………………….……1 …………………….……1 BAB II…………………………………………………………………………………………2 II…………………………………………………………………………………………2 Perencanaan dan perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai…………………………2 pantai…………………………2 Material…………………………………………………………………………………….….3 Material…………………………………………………………………………………….….3 Proses fisik dan pedoman perancangan………………………………………………….……5 perancangan………………………………………………….……5 Kondisi fisik fisik lapangan dan pengumpulan data…………………………………………….….6 data…………………………………………….….6 Perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai…………………………………………...11 pantai…………………………………………...11 Bangunan pemecah gelombang……………………………………………………………....11 gelombang……………………………………………………………....11 Konstruksi bangunan pelabuhan………………………………… pelabuhan………………………………………………………….…..23 ……………………….…..23 Bangunan penganman pantai……………………………………………………………….…27 pantai……………………………………………………………….…27 Perawatan dan Perbaikan…………………………………………………………...35 BAB III…………………………………………………………………………………….….36 Sumber……………………………………………………… Sumber…………………………… ……………………………………………………… ……………………………..….36 ..….36
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 bangunan laut …………….…………………………………………………………1 Gambar 2 pemecah gelombang ………………………………….………………………………12 Gambar 3 breakwater 3 breakwater sisi tegak…………..………………………………...………… tegak…………..………………………………...……………………14 …………14 Gambar 4 Potongan Melintang Breakwater Melintang Breakwater Tipe Caisson ……..………………………………14 Gambar 5 Sel papan pancang ( sheet sheet pile cells) cells)………………………………… …………………………………………… ………… ……15 Gambar 6 pemecah gemlombang komposit ……………………………………………….……16 Gambar 7 Tipe Semburan Air dan Udara ……………………….………………………………16 Gambar 8 sisi miring ……………………………………………………………………………17 Gambar 9 Lapisan Pelindung Breakwater Pelindung Breakwater Tipe Tipe Sisi Miring ……………………………………18 Gambar 10 alur pelayaran…………………………… pelayaran………………………………………………………… …………………………………………..24 ……………..24 Gambar 11 kolam pelabuhan Portland Harbour ……………………………… ………………………………… … ……………..25 Gambar 12 dermaga Nangakeo NTT …………………………… …………………………….. .. …………………………… …………………………….26 .26 Gambar 13 revetment sanur bali ………………………… …………………………………….………………… ………….………………………….30 ……….30 Gambar 14 groynes ……………………………………………………………………………..31 Gambar 15 submerged breakwater …………… …..…………………………… ……………..32 Gambar 16 reklamasi……………………… reklamasi……………………………..……………………… ……..……………………………………………..35 ……………………..35
4
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang
Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 17.508pulau dengan luas seluruh wilayahnya dengan jalur 12 mil adalah 5 juta km 2, dan62 persen dari luas wilayahnya adalah lautan. Di balik itu semua, Indonesia menyimpan berbagai potensi sumber dayaalam yang berlimpah ruah, terutama bahan tambang. Indonesia didugamenyimpan milyaran barrel minyak yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.Para ahli memperkirakan terdapat 50 cekungan potensial yang dapatmenghasilkan minyak bumi. Dinamika pesisir pantai tidak bisa dielakkan dengan adanya gelombang, gelombang yang memiliki energy besar dan tidak bisa dimanfaatkan dengan baik akan menuai dampak buruk antara lain erosi dan abrasi. erosi adalah be rkurangnya sedimimen pesisir pantai yang dipengaruhi oleh dinamika pantai yang bisa mengakibatkan perubahan garis pantai, untuk menanggulangi hal tersebut harus dibuat adanya perilndungan pantai baik secara alami maupun buatan atau yang sering disebut bangunan pantai. Untuk perlindungan pantai secara buatan bisa menggunakan suatu bangunan pantai ada beberapa jenis bangunan pantai yang bisa digunakan untuk menjaga pant ai agar tidak mengalami perubahan garis pantai. Adapun jenis nya antara lain, jety, reklamasi, seawall groin dan breakwater. Adapun jenis dari breakwater sendiri ada yang jenis lepas pantai dan ada yang jenis pinggir pantai, untuk jenis breakwater lepas pantai atau disebut nearshore breakwater atau offshore breakwater merupakan breakwater yang bisa juga menangkap sedimen tersuspensi ataupun sedimen dari longshorecuren yang bisa berdampak pada perubahan garis patai 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah memberikan informasi kembali mengenai perencanaan dan perancangan konstrusi bangunan dan pantai ke public. 1.3 Rumusan masalah 1.3.1 Perencanaan dan perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai 1.3.1.1 material 1.3.1.2 proses fisik dan pedoman perancangan 1.3.1.3 kondisi fisik lapangan dan pengumpulan data 1.3.2 perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai 1.3.2.1 bangunan pemecah gelombang 1.3.2.2 konstruksi bangunan pelabuhan 1.3.2.3 bangunan penganman pantai 1.3.3 1.4
Perawatan dan Perbaikan
Batasan masalah 1.4.1 Bagaimana Perencanaan dan perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai ? 1.4.2 Bagaimana perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai ? 1.4.3 Bagaimana Perawatan dan Perbaikan Perencanaan perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai? 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Perencanaan dan Perancangan Konstruksi Bangunan Laut dan pantai
Gambar 1 bangunan laut Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang b erkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Tjokroamidjojo (1995) dalam Ovalhanif (2009) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maksimum output) dengan sumbersumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa, perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), perencanaan diartikan sebagai suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta, serta menggunakann ya untuk menyusun asumsiasumsi yang diduga bakal terjadi di masa datang, untuk kemudian merumuskan kegiatankegiatan yang diusulkan demi tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan. Perencanaan juga diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki. 6
Perencanaan dan perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai adalah sebagai pemikiran dasar dalam mengambil suatu keputusan untuk memilih Geometri, tata letak, bahan serta ukuran yang layak untuk digunakan. Dalam melakukan suatu perancangan perlu dilakukan konsep langkah awal yaitu penentuan target. Penentuan target bertujuan untuk mendefinisikan kemampuan memenuhi tujuan operasi, yakni diantaranya : Kemampuan difungsikannya struktur (Function Ability) Nilai mutu struktur (Habitability) Nilai keandalan struktur (Reliability) Nilai proporsional struktur secara keseluruhan umur struktur (Availability) Kemampuan struktur selamat selama pengoperasian (Safety) kemampuan struktur untuk selamat dari kerusakan yang ekstrim dalam 1 periode (Damage Tolerance) Begitu akan pentingnya dengan melakukan perancangan maka harus memperhatikan faktorfaktor diatas agarkan rancangan tetap selamat dan aman selama melakukan pengoperasian. Selain dengan penentuan target perlu juga mendefinisikan nilai ekonomis struktur tersebut. Adapun target dalam mendefinisikan nilai ekono mis struktur sebagai berikut : Kemudahan dalam membangun, mereparasi serta meletakkan struktur di lokasi operasional (Producibility) kemudahan untuk melakukan pemeriksaan (Inspect Ability) Kemudahan merawat struktur (Maintainability) Kemudahan untuk membongkar struktur (Disposability) Biaya selama pembangunan dan pengoperasian (Cost) Berat struktur untuk biaya pengadaan material (Weight) Factor – factor yang mempengaruhi konsep perencanaan struktur Perencanaan dan perancangan konstruksi bangunan laut dan pantai
1. 2.
Riset lapangan Peramalan permintaan
3.
Analisa kecenderungan pasar
4.
perkembangan teknologi metode perancangan
5.
perubahan peraturan yang berlaku
6.
inovasi baru
7.
perkembangan teknologi material dan fabrikasi
Adapun kriteria-kriteria yang sangat penting dalam perancangan k onstruksi bangunan lepas pantai yaitu dibutuhkannya kemampuan untuk menahan beban secara vertikal yang merupakan akibat dari beban fungsional, berat struktur serta menahan beban horizontal akibat dari pembebeanan lingkungan. Selain kriteria diatas ada juga kriteria yang tak kalah pentingnya yaitu bangunan lepas pantai harus memiliki sifat yang tahan terhadap beban statis, dinamis dan efek kelelahan. 2.2.1
Material Dalam membangun suatu struktur laut maupun pantai, dibutuhkan beberapa tahapan dalam
merencanakan proses pembangunan sehingga nantinya material yang dipergunakan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Material struktur laut berbeda dengan struktur bangunan 7
gedung pada umumnya, karena pada saat struktur bangunan laut maupun pantai dapat mengalami korosi disebabkan oleh adanya penetrasi klorida pada beton dan hal ini akan menimbulkan kerusakan struktur beton jika tidak ditangani dengan perencanaan yang baik. Penetrasi klorida pada beton dapat menimbulkan keruakan pada tulangan beton karena umumnya tulangan beton mempergunakan material besi namun tidak merusak kandungan material betonnya. Ion klorida ini menyerang lapisan pasif pada tulangan. Ketika m encapai nilai tertentu (maksimum), lapisan pasif ini akan hancur. Korosi ini akan menghasilkan lubang-lubang pada lokasi dimana lapisan pasif hancur yang disebut korosi sumuran atau korosi pitting. Jika serangan karbonasi terjadi, lapisan pasif akan mengalami depasivasi dan membentuk korosi merata. Korosi pitting adalah korosi yang paling bahaya bagi tulangan karena akan mempermudah terjadinya self catalysis dan menyebabkan reduksi yang cepat. Terkadang kerusakan pada permukaan beton akibat reduksi luas penampangnya tidak terlihat indikasinya. Beton yang digunakan di lingkungan laut biasanya mengalami siklus retak-korosi-retak. Beton yang mengandung microcracks mengalami serangan kimia, pengaruh suhu, dan lainnya. Hal tersebut menyebabkan permeabilitas beton menjadi tinggi. Permeabilitas yang tinggi membuat air laut dan udara masuk dan akan mengakibatkan korosi tulangan. Korosi ini akan mengakibatkan pertumbuhan retak pada material beton. Retak yang terbentuk akan mengakibatkan permeabilitas beton menjadi lebih tinggi dan begitu seterusnya. Air yang kemudian menyebabkan besi tulangan tersebut berkarat dapat masuk melalui dua cara, yaitu diantaranya adalah melalui air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak kedap air, dan dapat melalui retakan pada beton yang disebabkan oleh korosi. Terjadinya korosi pada suatu bangunan dapat mempengaruhi masa pakai bangunan tersebut, karena kinerja komponen struktur bangunan menurun guna mencapai umur bangunan sesuai dengan rencana diperlukan pemeliharaan bangunan dan perawatan bangunan secara terus menerus. elemen yang menentukan analisa biaya jangka waktu pelayanan untuk perbaikan struktur beton yang diakibatkan oleh korosi adalah:
Initial Cost (biaya awal), meliputi biaya yang hanya terjadi sekali diawal,
Rehabilitasi / biaya pemeliharaan, merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala dan berkelanjutan selama bangunan tersebut masih digunakan,
8
Biaya kerugian (disposal cost), merupakan biaya ini adalah kerugian yang harus ditanggung jika ternyata bangunan tersebut tidak dapat diperbaiki lagi
Waktu analisis (Analysis Period), merupakan waktu yang digunakan untuk mengevaluasi total biaya yang diperlukan untuk penentuan perbaikan,
Tingkat penyusutan (discount rate), yaitu tingkat penyusutan nyata merefleksikan nilai sebenarnya dari uang terhadap waktu dengan mengabaikan tingkat inflasi, dan
Tingkat Inflasi, yaitu mengukur per -bahan harga yang terjadi pada barang atau jasa dari tahun ke tahun. Korosi pada beton dapat menimbulkan dampak negatif bagi struktur bangunan karena
dapat memperpendek masa pakai (umur) bangunan dan biaya perawatan serta perbaikannya juga lebih besar dari nilai bangunan tersebut. Untuk mengurangi hal tersebut, maka dapat melakukan beberapa tahapan-tahapan untuk mendapatakan mutu atau kualitas beton yang baik serta dapat diaplikasikan di lingkungan laut, diantaranya adalah:
Penggunaan bahan dasar beton (seperti agregat) dan beton berkualitas baik,
Pemberian selubung beton dengan ketebalan tertentu yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang akan dihadapi. Semakin korosif lingkungan, semakin tebal selimut beton yang dibutuhkan,
Pengontrolan lebar retak yang boleh terjadi pada beton bertulang saat dikenakan beban layan (service load). Semakin korosif lingkungan semakin kecil lebar retak yang boleh terjadi pada beton, dan
2.1.2
Perlindungan terhadap beton dan tulangan (menghindari korosi). Proses Fisik dan Pedoman Perancangan Secara umum terdapat beberapa perbedaan menganai proses konstruksi bangunan laut dan
pantai dengan konstruksi bangunan darat (land- base structure). Pada umumnya, sebuah bangunan darat memiliki proses pembangunan yang sejak dari tahap awal hingga akhir dilakukan di tempat yang sama, sedangkan bangunan laut dan pantai proses pembangunannya (fabrikasi) dilakukan di tempat yang berbeda dengan lokasi akhir tempat instalasinya. Perbedaan kondisi inilah yang menyebabkan perbedaan proses pembangunan dan teknologi yang diperlukan pada kedua bangunan. Struktur bangunan laut dan pantai di sebuah lapangan fabrikasi yang umumnya berlokasi di sekitar daerah pantai. Tidak jarang jarak antara tempat fabrikasi dan lokasi akhirnya 9
(tempat beroperasinya), sangatlah jauh, dapat berupa lintas negara maupun lintas benua. Misalnya konstruksi bangunan laut west seno yang berlokasi di Makassar. Struktur utamanya (bagian kolom dan ponton) dibangun di perusahaan Hyundai Heavy Industry, Korea Selatan, sedangkan lokasi operasinya terdapat di Selat Makasar, Indonesia. Teknik pembangunan bangunan laut dan pantai terdapat beberapa tahapan-tahapan diantaranya adalah terbagi atas tahapan pertama yaitu bagian bangunan atas (topside). Pada tahapan bagian bangunan atas ini dilakukan konstruksi beberapa bagian struktur yaitu struktur bangunan semi terapung serta sub-strukturnya. Pada tiap-tiap tahapan tersebut masih terdapat b eberapa sub-modul yang memiliki dimensi dan kapasitas peralatan yang berbeda dengan bantuan beberapa alat berat saat melakukan tahapan instalasinya. 2.1.3
Kondisi Fisik Lapangan dan Pengumpulan Data Kondisi fisik lapangan Didalam penentuan letak struktur bangunan lepas pantai ada 2 hal yang sangat penting diperhatikan yaitu :
1. LOKASI GEOGRAFIS 2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN 1. LOKASI GEOGRAFIS Dengan melihat begitu banyaknya kandungan minyak dan gas bumi pada suatu lokasi maka hal tersebut merupakan faktor atau alasan utama sehingga dibangunnya konstruksi bangunan lepas pantai. Sebelum menentukan suatu lokasi untuk dibangunnya bangunan lepas pantai maka terlebih dahulu kita tahu dulu bagaimana keadaan atau kondisi lokasi tersebut, seperti memperhatikan pondasi, jumlah sumur yang dibutuhkan serta penentuan metode pengangkutan konstruksi ke lokasi dan minyak/gas ke tempat pendistribusian. 2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN Karakteristik lingkungan merupakan keadaan yang timbul pada struktur bangunan lepas pantai saat dioperasikan. Kondisi tersebut dapat kita peroleh d isaat peninjauan lokasi geografis yang telah dilakukan secara berkala untuk mendapatkan data-data yang begitu akurat. Adapun tujuan pengambilan data-data tersebut yaitu dapat diprediksi gejala alam yang mungkin timbul pada saat pengoperasian bangunan lepas pantai yang dalam bentuk angka.Pada kondisi lingkungan dapat dibedakan dalam 2 kategori yakni : 1. Kondisi Lingkunagn Normal, dan 2. Kondisi Lingkungan Ekstrim
pengumpulan data Metode Pengumpulan Data A. Sumber Data
10
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya. B. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya. Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara. 1. Angket Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. 11
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb. Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan. 2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari -hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll. 3. Wawancara
12
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa i nformasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaann ya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan seca ra spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ad a pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan d engan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain : Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang; Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.
13
Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan. 2. Metode Wawancara Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon. Wawancara Tatap Muka Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru Bisa membaca isyarat non verbal Bisa memperoleh data yang banyak Sementara kekurangannya adalah :
Membutuhkan waktu yang lama Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan Pewawancara perlu dilatih Bisa menimbulkan bias pewawancara Responden bias menghentikan wawancara kapanpun Wawancara via phone Kelebihan
Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka Bisa menjangkau daerah geografis yang luas Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka) Kelemahan
Isyarat non verbal tidak bisa dibaca Wawancara harus diusahakan singkat Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel
3.Metode Kuesioner
14
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka). Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut. Etika dalam Pengumpulan Data Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain : 1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab peneliti. 2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas. 3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditan yakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian. 4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh dilanggar 5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati. 6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi. 7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik maupun mental. 8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan 9.
2.2
Perancangan Konstruksi Bangunan laut dan Pantai
2.2.1
Bangunan Pemecah Gelombang
pemecah gelombang (breakwater ) adalah bagunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut lepas, sehingga perairan pelabuhan tidak ban yak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Daerah 15
perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu dimana kapal keluar masuk melalui celah tersebut. Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang “ sambung pantai” dan “lepas pantai”. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti haln ya pada perencanaan jetty. Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Gambar 2 pemecah gelombang Secara umum Breakwater pada pelabuhan memiliki beberapa fungsi pokok yaitu : Berfungsi sebagai pelindungi kolam perairan pelabuhan yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas di perairan pelabuan baik pada saat pasang, badai maupun peristiwa alam lainya di laut.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi), sebagian diteruskan (Transmisi) dan sebagian dihancurkan ( Dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan
16
peredam gelombang dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan). Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
A.
Pemecah Gelombang Komvensional atau Sisi Tegak Pemecah Gelombang Sisi Tegak
BREAKWATER SISI TEGAK Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih dalam dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka akan terjadi gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul. Tinggi gelombang klapotis adalah 2 kali tinggi gelombang datang. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1.
Tinggi pemecah gelombang dia atas muka air pasang tertinggi tidak boleh kurang dari 1
1/3 -1 ½ kali tinggi gelombang datang. 2.
Kedalaman di bawah muka air terendah ke dasar bangunan tidak kurang dari 1 ¼ -1 ½ kali
atau lebih baik 2 kali tinggi gelombang datang. 3.
Lebar pemecah gelombang minimal ¾ tingginya.
4.
Kedalaman maksimum perairan 15-20 m.
5.
Untuk kedalaman lebih dari 20 m, breakwater sisi tegak dibangun di atas breakwater sisi
miring (breakwater campuran). Konstruksi Breakwater Tegak dapat berupa: 1. Blok beton Dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal. Masing-masing blok dikunci dengan beton bertulang yang dicor di tempat setelah blok-blok tersebut disusun. Puncak pemecah gelombang dibuat diding beton yang dicor ditempat .Fondasi terbuat dari tumpukan batu yang diberi lapis pelindung dari blok beton.
17
Gambar 3. BREAKWATER SISI TEGAK 2. Kaison (caisson) Pemecah gelombang ini dibuat di daratan dan kemudian dibawah ke lokasi yang telah ditentukan dengan ditarik oleh kapal. Pengangkutan ke lokasi dilakukan pada waktu air tenang. Setelah sampai ke lokasi kaison tersebut ditenggelamkan ke dasar laut dengan men gisikan air ke dalamnya dan kemudian diisi dengan pasir. Bagian atasnya kemudian dibuat lantai dan dinding beton. Kaison dibuat seperti kotak dengan sisi bawah tertutup dan dengan dinding-dinding diafragma yang membagi kotak
Gambar 4 Potongan Melintang Breakwater Tipe Caisson Sel papan pancang ( sheet pile cells) Pemecah gelombang ini terdiri dari turap beton dan tiang beton yang dipancang melalui tanah lunak sampai mencapai tanah keras. Bagian atas dari turap dan tiang tersebut dibuat blok beton .Pemecah gelombang ini dibuat apabila dasar laut terdiri dari tanah lunak yang sangat tebal ,sehingga penggantian tanah lunak dengan pasir menjadi mahal. 18
Gambar.5 Sel papan pancang ( sheet pile cells) B.
Pemecah Gelombang Komposit atau Campuran
Pemecah gelombang campuran terdiri dari PGST yang dibuat diatas pemecah gelombang tumpukan batu (rubblemound). Bangunan ini dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari PGST. Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai PGSM, sedangkan pada waktu air pasang berfungsi sebagai PGST, tetapi secara umum pemecah gelombang campuran harus mampu menahan serangan gelombang Pecah. Ada tiga macam Pemecah Gelombang Campuran (PGC) yaitu :
Tumpukan batu dibuat sampai setinggi muka air tertinggi sedangkan bangunan sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas. Tumpukan batu dibuat setinggi muka air terendah sedangkan bangunan tegak harus rnenahan air tertinggi (pasang). Tumpukan batuhanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak 19
Gampar. 6 pemecah gemlombang komposit Berdasarkan sistem semburan breakwater dibedakan menjadi:
Semburan Air
Semburan Udara
Pada pemecah gelombang tipe ini menggunakan pancaran air dan udara dalam menghancurkan gelombang laut yang datang. Kedua sistem ini menggunakan supplay udara dan air untuk dipancarkan ke permukaan laut yang berfungsi sebagai penghancur gelombang yang datang.
Gambar 7 B reakwater Tipe Semburan Air dan Udara B R E A K W A T E R SISI MIRING
20
Pada umumnya pemecah gelombang sisi miring dibuat dari tumpukan batuan alam yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar ataupun beton dengan bentuk tertentu. Pemecah gelombang ini lebih cocok digunakan pada kondisi tanah yang lunak dan tidak terlalu dalam. Breakwater sisi miring bersifat fleksibel karena jika serangan gelombang kerusakan yang terjadi tidak secara tiba-tiba, meskipun beberapa butiran longsor. Biasanya butir batu pemecah gelombang sisi miring disusun dalam beberapa lapis, dengan lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke dalam ukurannya semakin kecil. Bentuk butiran akan berpengaru terhadap kaitan antara butir batu yang ditumpuk. Butir batu dengan sisi tajam akan mengait satu sama lain dengan lebih baik seingga stabil.
Gambar 8 sisi miring Butir batu pelindung ada beberapa macam ada yang berupa batu alam dengan berat mencapai beberapa ton, batu buatan dari beton yang berbentuk kubus atau bentuk lainya. Butir pelindung buatan dari beton bisa berupa:
Tetrapod
Cube
Tribar
Quadripod
Accropod Core-loc Dolos
21
Gambar 9 Lapisan Pelindung Breakwater Tipe Sisi Miring C.
Pemecah Gelombang Floating atau Terapung
(FLOATING BREAKWATER) Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai 22
hampir terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Abrasi pantai di Indonesia, telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Sedikitnya 40 persen dari 81.000 km pantai di Indonesia, rusak akibat abrasi. Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memperihatinkan. Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh gerusan air laut, baik yang disebabkan oleh meningkatnya permukaan air laut ataupun oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi dapat menyebabkan semakin menjoroknya garis pantai ke darat, yang mengakibatkan mundurnya garis pantai. Oleh sebab itu, pembangunan struktur pantai untuk menjaga garis pantai sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk melindungi garis pantai dari gempuran ombak atau dengan mereduksi energi gelombang agar tidak sampai ke daerah pantai. Salah satu struktur pantai yang dapat mereduksi energi gelombang adalah struktur breakwater . Breakwater merupakan bangunan penahan gelombang yang sangat efektif untuk digunakan sebagai pelindung pantai terhadap abrasi dan erosi pantai dengan menghancurkan energi gelombang sebelum mencapai pantai. Belakangan ini telah banyak penelitian untuk mengembangkan struktur pantai penahan gelombang yang efektif yang dapat mereduksi energi gelombang serta memberikan keuntungan-keuntungan positif. Stuktur pantai penahan gelombang telah mengalami perkembangan yang signifikan. Belakangan ini struktur pantai breakwater telah dikembangan secara terapung yang disebut dengan Floating Breakwater . Perkembangan Pemecah Gelombang Terapung (Floating Breakwater ) telah meningkat secara sigfnifikan dalam dekade terakhir. Banyak studi yang membahas serta mempelajari tentang floating breakwater (Twu and Lee, 1983; Guo et al., 1996; Murali and Mani, 1997; etc.). Pemecah gelombang Terapung ( Floating Breakwater ) hadir sebagai solusi alternatif terhadap pemecah gelombang tetap konvensional dan dapat digunakan secara efektif di daerah pesisir dengan kondisi lingkungan gelombang yang ringan. Kondisi tanah dan lingkungan yang kurang baik, kedalaman laut yang cukup dalam, fenomena erosi pantai yang intens, serta pertimbangan estetika mendukung penerapan struktur Floating Breakwater (McCartney, 1985). Pemecah gelombang Terapung ( Floating Breakwater ) memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pemecah gelombang yang tetap, misalnya dapat mereduksi energi gelombang, memiliki desain yang fleksiblesehingga mudah dipindahkan dan dirakit kembali dengan layouts yang berbeda (Fousert, 2006), biaya lebih rendah serta instalasi yang mudah (Hales, 1981) Sebagai hasil dari semua efek positif, banyak jenis pemecah gelombang terapung yang telah diindentifikasi oleh (McCartney, 1985), diantaranya box, pontoon, mat dan tipe tethered float , namun jenis yang paling umum digunakan pemecah gelombang terapung ( Floating Breakwater ) adalah ponton persegi yang dihubungkan satu dengan yang lain dan ditambatkan ke dasar laut dengan menggunkan kabel atau rantai. Sebuah breakwater terapung ( Floating Breakwater ) yang ditambat harus benar-benar dirancang dalam rangka untuk memastikan pengurangan efektif energi yang di transmisikan oleh energi gelombang dan mooring yang digunkan harus dapat menjaga struktur ini tetap berada pada posisi mengingat karena floating breakwater merupakan struktur terapung yang rentan berpindah posisi. Penggunaan floating breakwater dengan sistem mooring harus memperhatikan beberapa aspek yang penting diantaranya tidak adanya kegagalan pada tali moo ring dan tidak 23
adanya kegagalan pada floaters itu sendiri dan interkoneksi antara mooring dan floaters(Loukogeorgaki and Demos, 2005) FLOATING BREAKWATER Penahan gelombang berfungsi untuk mengurangi intensitas dari hempasan gelombang di perairan dekat pantai dimana bertujuan mengurangi erosi pantai. Pemecah gelombang dapat berupa tetap atau floating , penggunaan jenis pemecah gelombang tergantung pada kedalaman air normal, pasang surut, kondisi tanah dan parameter lainnya (McCartney, 1985). Konstruksi floating breakwater dikembangkan karena adanya keterbatasan dari struktur breakwater yang tetap. Konstruksi floating breakwater biasanya dipasang sejajar atau tegak lurus pantai untuk menjaga kondisi yang tetap stabil di pelabuhan. Sebagian besar konstruksi floating breakwater tergantung pada pendekatan gelombang dan mempertimbangkan beberapa parameter lingkungan lainnya. Hubungan draft – lebar adalah faktor yang paling penting yang menentukan kinerja floating breakwater (Fousert, 2006). Jones (1971), mengungkapkan bahwa sebuah penahan gelombang yang ideal memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Memiliki kinerja yang baik dalam mereduksi energi gelombang yang datang. Mempunyai mobilitas yang tinggi. instalasi yang cepat dan mudah serta removal yang tidak rumit Struktur yang digunakan harus aman pada kondisi badai Ekonomis Selain itu penahan gelombang yang ideal adalah bangunan yang tidak merusak lingkungan serta keindahan pantai itu sendiri (Yuwono, et al., 1997). Menurut Fousert (2006), penelitian teoritis membuktikan bahwa struktur floating breakwater mampu mereduksi gelombang dengan sangat baik ketika tata letak struktur yang optimal, dan tidak merusak lingkungan pantai. Floating breakwater merupakan solusi alternatif untuk melindungi daerah dari serangan gelombang apabila dibandingkan dengan pemecah gelombangkonvensional yang tetap. Floating breakwater dapat dengan efektif digunakan didaerah pesisir dengan kondisi lingkungan gelombang yang ringan. Penggunaan floating breakwater telah banyak dimanfaatkan untuk melindungi pelabuhan atau marina dan lebih sering floating breakwater digunakan untuk melindungi garis pantai dari serangan gelombang yang bisa menyebabkan erosi pantai dengan menggunakan chain dalam system mooring line. Floating breakwater bisa lebih memungkinkan digunakan dimana kondisi tanah yang buruk daripada struktur breakwater tetap yang berat karena floating breakwater tidak menyebabkan adanya tekanan tanah yang bisa menyebabkan sliding yang berakibat terjadinya kegagalan struktur, tapi bagaimanapun floating breakwater harus menggunkan anchored yang ditaruh didasar laut (Fousert, 2006). Pada umumnya floating breakwater berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh floating breakwater terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan, karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar 24
pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi (Triatmodjo,1999). Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang diantaranya periode gelombang (T), tinggi gelombang (H), kedalaman air (d). Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai terjadi apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindungi di belakang bangunan, dimana garis puncak gelombang membelok dan membentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan cuspate di belakang bangunan (Triatmodjo, 1999). Berdasarkan PIANC (1994), floating breakwater dapat dibagi secara skematis menjadi dua: 1. Reflective structures, berfungsi merefleksikan gelombang yang terjadi, sehingga energi gelombang yang melewati floating breakwater menjadi kecil. 2. Dissipative structure, dimana besarnya energi gelombang yang terjadi dihancurkan dengan gesekan, turbulensi, dan lain-lain. Sedangkan menurut (Morey 1998). Klasifikasi floating breakwater terbagi menjadi 1.refleksi Refleksi pada pemecah gelombang memanfaatkan permukaan vertikal ataupun permukaan miring pada struktur untuk merefleksikan energi gelombang datang yang akan dipantulkan kembali ke laut. Efisiensi merupakan hal paling sensitif terhadap peristiwa tinggi dan periode gelombang, kedalaman dan sudut permukaan yang direfleksikan dan stabilitas struktur secara keseluruhan. 2.Transformasi Transformasi pemecah gelombang merubah peristiwa energi gelombang melalui respon gerak menjadi sederetan gelombang sekunder dari berbagai ketinggian dan periode. Efisiensi tertinggi terjadi pada saat pancaran sederetan gelombang sekunder keluar dari fase yang menyertai gelombang. Redaman dipengaruhi oleh massa, periode alami gerak, dan lebar struktur untuk panjang gelombang (WCHL, 1981). Derajat pembatasan yang diberikan oleh sistem penahan tidak sekrusial untuk menunjukkan kinerja seperti pemecah gelombang reflektif (EDCL, 1991). Konsep dikelompokkan dalam metode redaman ini termasuk rakit Caissons dan Log / bundel. 3. Dissipative Pemecah gelombang disipatif merubah energi gelombang menjadi panas, suara, turbulensi maupun gesekan dengan memecah gelombang pada permukaan miring maupun 25
berlawanan dengan member struktural. Efisiensi diatur terutama melalui geometri dan kekangan mooring (WCHL, 1981). Hal ini telah digunakan terbatas dalam meredam gelombang dengan bermacam-macam tinggi signifikan tetapi telah digunakan secara ekstensif dalam meredam angin hasil perambatan (EDCL, 1991). Sistem yang termasuk d alam klasifikasi ini adalah scrap tires, Tethered Float, Fleksibel Membran, dan Turbulensi Generator. 4. Hybrid Ketiga mekanisme redaman gelombang (refleksi, transformasi, dan disipasi) adalah untuk penyatuan beberapa derajat ke dalam setiap floating breakwater. Beberapa sistem sangat bergantung pada kombinasi ini. Pemecah gelombang ini adalah hibrida, menerapkan mekanisme peredaman gelombang secara bersamaan dan / maupun secara berturut-turut untuk menjadi efektif. Sistem floating breakwater yang paling umum digunakan dalam sistem hybrid termasuk Sloping FIoat, Screen Reflector, dan Centerboard caisson Keuntungan dan Kerugian Floating Breakwater Suatu desain penahan gelombang akan memiliki dampak keuntungan dan kerugian yang diakibatkan, walaupun banyak penelitian menyatakan floating breakwater memilikinbanyak segi postif, namun floating breakwater juga memiliki kekurangan ataupun kerugian yang juga harus dipertimbangkan. Keuntungan floating breakwater diantaranya adalah: 1. Floating breakwater lebih murah dibandingkan dengan fixed breakwater untuk laut dalam (kedalaman > 10 ft) (Hales, 1981). Studi ini juga diperkuat oleh penelitian dari (Schepers,1998), (Lenting, 2003)dan (d’Angremond, 1998) 2. Floating breakwater bisa lebih layak dalam kondisi tanah yang buruk dari fixed breakwater (Fousert, 2006), (McCartney, 1985) 3. Floating breakwater dapat mereduksi tinggi gelombang (kurang dari 6. 5 ft) (Tsinker, 1995) 4. Floating breakwater dapat dengan mudah dipindahkan dan dimodifikasi, dapat digunakan kembali serta transportasi dan fleksibilitas yang efektif dalam desain (Hales, 1981) ,(Fousert, 2006) 5. Jika formasi es menimbulkan masalah, floating brakwater dapat dipindahkan dari lokasi (Hales, 1981) 6. Floating breakwater dapat memilki nilai estetika dibandingkan fixed b reakwater (McCartney, 1985). Kerugian dari penggunaan floating breakwater antara lain: 1. Floating breakwater memiliki keterbatasan dalam meredam gelombang tinggi dengan rentang frekuensi yang terbatas (Fousert, 2006). 2. Floating breakwater tidak terlalu efektif dalam mengurangi tinggi gelombang untuk gelombang kecil dibandingkan fixed breakwater, batas atas untuk desain periode gelombang adalah pada kisaran 4-6 detik (sama dengan minimum frekuensi, 1.0 rad/s-1.6 rad/s) (Tsinker 1995) 3. Floating breakwater mudah mengalami kegagalan struktural selama mengalami kondisi badai (Tsinker, 1995) 4. Jika strukturnya gagal dan dalam keadaan masih terikat dengan mooringnya, maka floating breakwater mungkin akan menimbulkan suatu bahaya (Kelly 1999) o
26
5.
Jika dibandingkan dengan breakwater pada umumnya, floating breakwater lebih membutuhkan biaya pemeliharaan yang besar (Tsinker 1995)
2.2.2
Konstruksi Bangunan Pelabuhan
A.
Alur Pelabuhan
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus yang tidak terlalu kuat. Penguasa pelabuhan berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan perawatan harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau.
27
Gambar 10 alur pelayaran
Peranan pemerintah
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk: 1.
menetapkan alur-pelayaran; 28
2. 3. 4.
menetapkan sistem rute; menetapkan tata cara berlalu lintas; dan menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya.
Pengerukan alur pelayaran
Untuk mempertahankan kedalaman dan lebar alur pelayaran sebagaimana dikehendaki perlu dilakukan pengerukan. Pengerukan secara reguler penting khususnya dipelabuhan pelabuhan yang sedimentasinya tinggi ataupun disungai-sungai yang banyak membawa material erosi atau sampah dari hulu sungai. B.
Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah lokasi tempat di mana kapal berlabuh, berolah gerak, melakukan aktivitas bongkar muat, mengisi perbekalanyang terlindung dari ombak dan mempunyai kedalaman yang cukup untuk kapal yang beroperasi dipelabuhan itu. Agar terlindung dari ombak biasanya kolam pelabuhan dilindungi dengan pemecah gelombang
Gambar 11 kolam pelabuhan Portland Harbour
29
C.
Dermaga
Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor /limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan
Gambar 12 dermaga Nangakeo NTT
Jenis Dermaga
1.
5. 6.
Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkar-muat barang umum/general cargo ke atas kapal. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan kran (crane) Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar-muat barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt) Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat. Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan
Tipe Dermaga
2. 3. 4.
Dermaga ‘quay wall’ 30
Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri di atas pantai, konstruksi sheet pile baja/beton atau caisson beton. Biasanya di lokasi pantai tidak landai yang sering disebut sebagai pelabuhan alam sehingga kedalaman yang diinginkan tidak terlalu jauh dari garis pantai. Dermaga ‘dolphin’ Tempat sandar kapal berupa dolphin di atas tiang pancang. Biasanya dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Dermaga system Jetty Dapat berupa dermaga apung umumnya digunakan untuk kapal-kapal penumpang pada dermaga angkutan sungai/danau yang tidak membutuhkan konstruksi yang kuat untuk menahan muatan barang yang akan diangkut dengan kapal
2.2.3
Bangunan Penganman Pantai
Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab terjadinya erosi pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang), sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga mengganggu terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan terumbu karang bisa terjadi sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir. Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam memperoleh material tersebut. Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu: 1. memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena serangan gelombang 2. mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai 3. mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai 4. reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu: 1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai 31
2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai 3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai Berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis bangunan pelindung pantai
A.
Revetments atau Dinding Pantai Revetment adalah struktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring. Strukturnya biasa terdiri dari bahan beton, timbunan batu, karung pasir, dan beronjong (gabion). Karena permukaannya terdiri dari timbunan batu/ blok beton, dengan rongga-rongga, maka revetent lebih efektif untuk meredam energi gelombang. Klasifikasi Revetment 1. Klasifikasi berdasarkan lokasi Ø Perkuatan lereng tanggul (levee revetment ) Dibangun untuk melindungi tanggul terhadap gerusan gelombang pantai. Ø Perkuatan tebing sungai (low water revetment ) Berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan gelombang dan mencegah proses meander pada tebing pantai. Dan bangunan ini akan terendam air seluruhnya pada saat banjir. Ø Perkuatan lereng menerus (high water revetment ) Dibangun pada lereng tanggul dan tebing secara menerus atau pada bagian pantai yang tidak ada bantarannya. 2. Berdasarkan perlindungan alur arah horizontal a. Perkuatan tebing secara langsung dan tidak langsung: a) Struktur kaku dari beton bertulang atau pasangan batu kali; b) Struktur lentur dari bronjong batu, pasangan blok beton terkunci, batu curah (dumpstone). b. Perkuatan tebing secara langsung: Penggunaan perkuatan tebing secara langsung jika palung sungai belum terlanjur berpindah ke kondisi yang tidak menguntungkan, dan lahan di sisi luar palung diharapkan sama sekali tidak boleh tergerus oleh aliran sungai. c. Perkuatan tebing secara tidak langsung: a) Struktur tiang pancang beton, besi, kayu atau bambu; b) Struktur krib bronjong batu atau blok beton terkunci, krib bambu dikombinasi dengan tanaman bambu/tanaman yang lain. Penggunaan perkuatan tebing secara tidak langsung jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang menguntungkan sehingga perlu diubah/dikendalikan ke kondisi yang lebih baik. B. Bahan Revetment Bangunan revetment ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu. Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya. Ada dua kelompok revetment , yaitu permeable dan impermeable.
32
Permeable Revetment Open filter material (rip rap) Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam atau batu buatan yang dilapisi filter pada bagian dasar bangunan. Stone pitching Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam saja dengan lapisan filter pada bagian dasar bangunan. Concrete block revetment Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton dengan ukuran tertentu dan lapisan filter pada bagian dasar bangunan. Impermeable Revetment Aspalt revetment Yaitu revetment yang bahannya dari aspal pada tebing yang dilindungi. Bitumen grouted stone Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton yang diisi oleh aspal (spaesi aspal). Beberapa contoh bahan penyusun revetment secara umum antara lain: 1. Revetment dari susunan blok beton Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat (misalnya terdapat batu karang). Selain itu bangunan ini juga digunakan untuk melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat dengan garis pantai. 2. Revetment dengan turap baja Bangunan ini didukung oleh fondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah fondasi oleh serangan gelombang dan piping oleh aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga dilindungi dengan batu pelindung. Fondasi bangunan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari terjadinya penurunan tidak merata yang dapat menyebabkan pecahnya konstruksi. 3. Revetment dengan sisi tegak Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat/bertambatnya perahu perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah dib elakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi dengan batu pelindung. 4. dari tumpukan bronjong Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diiisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah (runup kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastic (PVC). 5. Revetment dari tumpukan batu pecah Bangunan ini biasanya dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung yang terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan serangan gelombang. Lapis di bawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat me ngikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar. Kerusakan yang terjadi, seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan batu pelindung di dekat lokasi bangunan. 6. Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia. Bangunan ini terbuat dari pipa beton berbentuk bulat, yang banyak dijumpai di pasaran dan 33
biasanya digunakan untuk membuat gorong-gorong, sumur gali, dan sebagainya. Pipa tersebut disusun secara berjajar atau bertumpuk dan didalamnya dapat diisi dengan batu atau beton siklop.
Gabar 13 revetment sanur bali B.
Groynes Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah tengah guna
mengatur arus sungai. Krib adalah bangunan air yang secaa aktif mengatur arah arus sungai dan mempunyai efek positif yang besar jika dibangun secara benar. Sebaliknya , apabila krib dibangun secara kurang semestinya, maka tebing dise.berangnyadan bagian sungai sebelah hilir akan mengalami kerusakan. Karenanya, haruslah dilakukan penelaahan dan penelitian yang sangat seksama sebelum penetapan type suatu krib yang akan dibangun.
34
Gambar 14 groynes C.
submerged breakwater
submerge breakwater adalah bangunan pelindung pantai dimana seluruh strukturnya tercelup air atau berada di bawah permukaan air. Pemecah gelombang ini memungkinkan gelombang yang telah diredam diperkenankan untuk melimpas diatas konstruksi. Selain menghindarkan pantai dari erosi akibat hempasan gelombang laut, penggunaan submerge breakwater tidak menghalangi pemandangan sehingga tidak mengurangi keindahan laut sehingga tetap bisa menjaga aspek-aspek keindahan pantai.
35
Gambar 15 submerged breakwater 2.2.4
Reklamasi
Reklamasi daratan, biasanya disebut reklamasi, adalah proses pembuatan daratan baru dari dasar laut atau dasar sungai. Tanah yang direklamasi disebut tanah reklamasi atau landfill. Menurut UUD, definisi reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Reklamasi dapat jugadidefinisikan sebagai aktivitas penimbunan suatu areal dalam skala relatif luas hingga sangat luas di daratan maupun di areal perairan untuk suatu keperluan rencana tertentu. Reklamasi daratan umumnya dilakukan dengan tujuan perbaikan dan pemulihan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan ini dapat dijadikan lahan pemukiman, objek wisata dan kawasan niaga
1.
Manfaat Reklamasi Perluasan Lahan
Bagi negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, reklamasi dapat digunakan untuk mengatasi kendala keterbatasan lahan, yang nantinya dapat dimanfaatkan menjadi lahan pemukiman yang baru. Manfaat reklamasi pantai di sini adalah tanah diperoleh tanpa melakukan penggusuran penduduk.
36
2.
Memperbaiki Kondisi Lahan
Manfaat reklamasi selanjutnya adalah menjadikan kawasan berair atau lahan tambang yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.
Selain kedua keuntungan diatas, reklamasi yang dilakukan dengan perencanaan yang matang dapat menghasilkan berbagai manfaat positif, seperti :
1. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi terlindung dari erosi karena konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut. 2. Daerah yang ketinggiannya di bawah permukaan air laut bisa terhindar dari banjir apabila dibuat tembok penahan air laut di sepanjang pantai. 3. Tata lingkungan yang bagus dengan peletakan taman sesuai perencanaan dapat berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung. Hal ini bisa membuka mata pencaharian baru bagi warga sekitar. 4. Pesisir pantai yang sebelumnya rusak, menjadi lebih baik dan bermanfaat. Dampak Reklamasi
Seperti aktivitas pada umumnya, pro dan kontra juga terjadi pada pelaksanaan reklamasi. Sebelum reklamasi dilakukan, ada beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan:
Pertama, bagaimana reklamasi dapat bermanfaat dan memperbaiki lingkungan, dan bukannya merusak. Kedua, persiapan untuk menjaga biota laut dari efek samping yang mungkin muncul dalam proses pembangunan. Ketiga, melibatkan masyarakat setempat.
Tanpa persiapan yang matang, daerah reklamasi rawan terkena dampak negatif, seperti:
1. Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah berubah menjadi daratan. 2. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainnya rawan tenggelam. Setidaknya, air asin laut yang naik ke daratan membuat banyak tanaman yang mati, mematikan area persawahan dari fungsi untuk bercocok tanam. Hal ini banyak terjadi di wilayah pedesaan pinggir pantai. 3. Akibat sejenis dari point kedua di atas adalah cepatnya peninggian muka air di lokal luar areal lahan reklamasi juga rawan tenggelam karena air hujan yang semestinya cepat sampai ke laut menjadi tertahan oleh daratan reklamasi sehingga juga mengalami banjir perkampungan pantai. 4. Rusaknya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu. Apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat memengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet Bumi secara signifikan Namun dengan penanganan yang tepat, dampak ne gatif reklamasi pantai umumnya tidak bersifat permanen atau bahkan mungkin tidak akan terja
37
1.
Proses dan Metode Reklamasi Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi (high water level ). Sistem timbunan dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Hydraulic-fill: Tanggul dibuat terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan pengurugan, atau (2) Blanket-fill: Tanah diurug terlebih dahulu, kemudian baru tanggul dibangun/dibuat dalam galian pada tepi 2.
Sistem Polder
Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada di dalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi. Lahan polder dibagi menjadi berpetak -petak, dengan parit-parit untuk mengalirkan air menuju parit utama, yang kemudian dipompa ke dareah yang lebih tinggi dan dibuang ke laut. Bangunan tanggul dibuat di sekeliling lahan polder untuk melindungi lahan polder tersebut agar air tidak masuk ke daerah tersebut. Metode ini dapat digunakan dengan menggunakan backhoe dredger dan cutter suction dredger. 3.
Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan
Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar. 4.
Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih leb ih tinggi dari elevasi muka air laut.
Asal bahan material
Asal bahan material yang akan digunakan untuk menimbun areal reklamasi dapat diperoleh dari (atau tempat) sebagai berikut: 1. Material endapan pada gorong-gorong atau terowongan saluran air atau selokan yang mendangkalkan atau menyumbat saluran tersebut. Keuntungan dari point pertama ini adalah pembuangan material dari saluran air tersebut tidak akan mengganggu lahan tujuan yang tidak seharusnya mendapat buangan. 2. Material yang tersembur dari (letusan) gunung berapi. 3. Material tanah dari lahan yang tandus. Keuntungan dari point ketiga ini adalah, jika harus melakukan reklamasi, tidak sampai merusak lahan subur
38
Gambar 16 reklamasi
2.3
Perawatan dan Perbaikan Pemeliharaan dan perawatan adalah merupakan suatu konsekuensi dari pengadaan aktifitas
fisik dari prasarana dan sarana dalam rangka mempertahankan kondisi fasilitas dan peralatan pada siap guna dan laik operasi. Aktifitas pemeliharaan ini merupakan keterpaduan dari beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dari sejak perencanaan dan perancangan fasilitas dan peralatan pelabuhan. Pemeliharaan dimaksudkan untuk mendapat jaminan produktivitas dan kualitas, dengan menjaga availibilitas performance fasilitas dan peralatan, dengan biaya semurah mungkin, melalui upaya peningkatan efektivitas penggunaan sumber daya. Pemeliharaan dilakukan, agar kita berhasil meningkatkan kemampuan dalam mengefektifkan, memanfaatkan sumber daya, melalui kegiatan produksi dan operasi, dengan cara-cara yan g terbaik, orang-orang yang tepat dan dilaksanakan pada waktunya.
39