BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa Masala lah h peri perika kana nan n di Indo Indone nesi siaa meru merupa paka kan n sala salah h satu satu perm permas asal alah ahan an yang yang memerlukan perhatian khusus. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang meiliki lautan yang lebih luas dari daratan sehingga memiliki potensi pengelolaan perikanan yang lebih besar. Potensi perikanan Indonesia mencapai 6,7 juta ton per tahun sedangkan yang baru dimanfaatkan hanya 5,4 juta ton per tahun. !ari data tersebut dapat disimpulkan bah"a industri perikanan Indonesia belum terkelola secara maksimal, hal tersebut diakibatkan oleh beberapa hal yang salah satunya belum adanya aturan hukum yang memadahi mengenai pengelolaan perikanan. #al tersebut juga ditambah dengan permasalaha overfishing dibeberapa "ilayah perikana dan underfishing . Mengenai permasalahan overfishing disuatu "ilayah perikanan diakibatkan kurang ketatnya aturan hukum yang mengatur mengenai aturan penangkapan ikan, namun disatu sisi lain jika aturan penangkapan ikan dibatasi maka akan membatasai cara nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan penangkapan ikan. $erta permasalahan permasalahan underfishing yang yang disebabkan faktor tidak tersebarnya tersebarnya "ilayah penangkapan ikan yang mana nelayan hanya terfokus pada satu "ilayah penangkapan ikan dan tidak menyebar, kedua permasalahan permasalah an ini bagaikan dua mata pisau yang menjadi permasalahan bagi perikanan Indonesia. Mengenai aturan hukum laut Indonesia yang mengatur mengenai hal tersbut dirasa masih belum cukup dalam pelaksanaaan dan terkesan bersifat memaksakan kehendak sehingga hukum terbut sepertinya menjadi aturan hukum yang tidak berlaku. Permasal Permasalahan ahan yang juga membeli membelitt Indonesi Indonesiaa ialah ialah kelebiha kelebihan n hasil hasil perikana perikana atau surplus perikanan Indonesia yang seharusnya diberikan kepada negara yang kurang
beruntung seperti s eperti landlocked %negara tak berpantai& yang menurut '()*+$ %United Nations ke III III nega negara ra berk berke" e"aj ajib iban an untu untuk k memb member erik ikan an surplus Conv Conven enti tion on Law Law of The The Sea Sea & ke perikanan terlebih di"ilayah -ona ekonomi eksklusif %//&. Meskipun belum ada negara yang mengklaim untuk mendapatkan hak atas surplus perikanan Indonesia namun hal tersbut harus di"aspadai sebelumnya. $aat ini yang menjadi permasalahan mengenai hal tersebut
1 !ata *IPI 011 1
ialah untuk Indonesia sendiri belum mengatur mengenai total allowable catch %23)& atau batas penangkapan ikan yang menjadi tolak ukur untuk menentukan surplus perikanan yang dimiliki Indonesia.0 $ehingga dari permasalahan perikana tersebut mendorong penulis untuk memnyusun makalah yang berjudul Pengaturan Pengaturan Overfishing dan Total Allowable Catch Perikanan di Indonesia yang merupakan hasil dari pemikiran akan permasalahan perikanan di Indonesia terlebih pada bidang hukum laut Indonesia.
1.2
Rumusan Maaslah
. 3pakah Overfishing dan Total Allowable Catch 0. agaimanakah pengaturan Overfishing dan Total Allowable Catch di Indonesia 8. agaimanakah perkembangan masalah Overfishing dan Total Allowable Catch di Indonesia
1.3
Tujuan
. Memberikan penjelasan mengenai Overfishing dan Total Allowable Catch; 0. Menyampaikan pengaturan Overfishing dan Total Allowable Catch di Indonesia9 8. Menggambarkan perkembangan masalah Overfishing dan Total Allowable Catch di Indonesia.
2 3lma Manuputty, Identifikasi onseptual Akses !erikanan Negara Tak "erpantai dan Negara #ang secara $eografis Tak "eruntung di %ona &kono'i &ksklusif Indonesia , 3rus 2imur, Makassar, 010.
2
BAB II PEMBAHAAN
2.1
!"er#$sh$ng %an T&tal All&'a(le )at*h.
Overfishing secara sederhana dapat kita pahami sebagai penerapan sejumlah upaya
penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan. 2erdapat berbagai bentuk o:erfishing, yaitu ; . $rowth Overfishing , Ikan ditangkap sebelum mereka sempat tumbuh mencapai ukuran dimana peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan akan mampu membuat seimbang dengan
penyusutan
stok
yang
diakibatkan
oleh
mortalitas
alami
%misalnya
pemangsaan& pencegahan
gro"th o:erfishing meliputi pembatasan upaya penangkapan,
pengaturan ukuran mata
jaring dan penutupan musim atau daerah penangkapan.
0. (ecruit'ent Overfishing , Pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu stok sedemikian rupa sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama. Pencegahan terhadap recruitment o:erfishing meliputi proteksi %misalnya Melalui reser:asi& terhadap sejumlah stok induk %parental stock, broodstock& yang memadai. 8. "iological Overfishing ,
3
dan>atau
lebih murah tersedia makanan bagi masyarakat yang tertinggal dan kurang
mampu. $ebagai
bahan tambahan empat jenis o:erfishing klasik tersebut yang dapat
menimpa semua bentuk
perikanan atau sumberdaya ikan didunia, terdapat bentuk
o:erfishing yang terutama rele:an
dengan perikanan tropis yakni ecosystem o:erfishing.
*+ &cos#ste' Overfishing) +:erfishing jenis ini dapat terjadi sebagai hasil dari suatu
perubahan
komposisi jenis dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan yang
berlebihan,
dimana spesies target menghilang dan tidak digantikan secara penuh oleh jenis
pengganti.
iasanya ecosystem
o:erfishing mengakibatkan timbulnya suatu transisi dari ikan bernilai ekonomi tinggi berukuran besar kepada ikan kurang bernilai ekonomi berukuran kecil dan akhirnya kepada ikan rucah %trash fish& dan>atau in:ertebrata non komersial seperti uburubur.8 $edangkan, Total Allowable Catch %23)& adalah banyaknya sumber daya alam hayati yang boleh ditangkap dengan memperhatikan pengamanan konser:asinya di ona /konomi /ksklusif Indonesia %PP (o. 5 2ahun ?@4 tentang Pengelolaan $umberdaya #ayati di ona /konomi /ksklusif Indonesia, ab I Pasal huruf e& 23) dapat didefinisikan juga sebagai bentuk pengelolaan suatu perairan melalui penetapan jumlah hasil tangkapan ikan berdasarkan e:aluasi dan pertimbangan teknis, biologis, ekonomis dan sosial %umumnya per tahun&.2ujuan utama 23) adalah mengatur jumlah penangkapan agar tidak melebihi daya dukung sumberdaya ikan, sehingga pemanfaatanya dapat lestari dan berkelanjutan.4
2.2Pengaturan !"er#$sh$ng %an T&tal All&'a(le )at*h +TA), %$ In%&nes$a.
Overfishing membuat stok ikan Indonesia mengalami penurunan sehingga terdapat
kemungkinan bah"a konsumsi ikan nasional serta permintaan ekspor ikan ke negara lain terancam tidak terpenuhi. Padahal di sisi lain permintaan ikan untuk konsumsi nasional terus meningkat. Pada tahun 011? penyediaan ikan untuk konsumsi di Indonesia sebesar 81.?5 kg>kapita dengan tingkat konsumsi ikan sebesar 0?.1@ kg>kap.5
3 Widodo, Pengelolaan Perikanan Sumber Daya Laut . Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2008. 4 #eri 2riyono, Total Allowable Catch ,TAC- .ethod for .arine /isheries (esources in /Isheries .anage'ent Area of Indonesia, Penerbit ra"ijaya, Malang, 011. 4
!i tahun 011, konsumsi ikan nasional 81,4@ kg>kapita, sedangkan pada tahun 01 meningkat menjadi 80,05 kg>kapita.
kapita. $elain harus memenuhi kebutuhan ikan nasional, Indonesia dikenal sebagi negara eksportir produk perikanan. Pada tahun 010, nilai ekspor komoditas perikanan Indonesia sebesar '$A 8,@5 miliar dengan :olume ekspor .00?.4 ton ke berbagai (egara. 2erjadinya overfishing tidak hanya akan mengganggu ketersediaan ikan untuk konsumsi nasional, namun
juga mengganggu akti:itas ekspor perikanan Indonesia sehingga akan mempengaruhi bargaining position Indonesia di kancah internasional.6
!i satu pihak terdapat ka"asan yang mengalami overfishing seperti $elat Malaka, Pantai 'tara Ba"a, $elat ali, dan $elatan $ula"esi, dan sebaliknya masih banyak ka"asan perairan yang tingkat pemanfaatannya belum optimal. ?68 menjadi 1.111 D'. 3khirnya tanpa banyak konflik dan adanya penga"asan ketat dari para akti:is sehingga total hasil tangkapannya mendekati kuota yang ditetapkan sebesar @.40? D'. $elanjutnya Culland, %?@8, hal.@& menjelaskan pentingnya 23) untuk pengelolaan yang spesifik pada jenis ikan dan alat tangkap tertentu, contoh 23) .011 ton dengan ukuran terbaik mata jaring @5 mm. Penetapan 23) bisa berbedabeda berdasarkan hipotesis yang dibangun, contoh kematian alamiah menjadi
5 3dinda
5
pertimbangan dan biasanya konsensus dapat tercapai dengan nilai 23) terendah.7 Pemahaman Bumlah 23) ternyata tidak hanya mengontrol hasil tangkapan tetapi juga secara tidak langsung dapat mengontrol tingkat eksploitasi perikanan. #al ini juga memudahkan kombinasi 23) dengan alokasi kuota dari jumlah 23) berdasarkan armada penangkapan. !engan demikian, persaingan yang timbul antara kapal perikanan yang mungkin melakukan penangkapan maksimum secepatnya dapat dihindari sebelum melebihi 23). Menurut #ilborn and Daters %??0&, $trategi Pengelolaan adalah penetapan jumlah tangkapan
yang
dapat
diambil
dari
besarnya
stok
ikan
setiap
tahun
dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi dan sosial nelayan. eberapa perairan menetapkan tingkat pemanfaatan secara konstan dari tahun ke tahun. )ontoh; )anadian 3tlantic Fishery, #erring di ritish )olombia, 2asmanian 3balon Fishery %0@ ton>thn&. $elain itu ada juga yang menetapkan 23) tahunan. ))$2 %)ommission for the )onser:ation of $outhern luefin 2una& menentukan 23) berdasarkan M$= dari satu spesies, mengingat kontrol perdaganganya yang mudah. $edangkan I+2) menentukan 23) berdasarkan 2rend )P'/ dan Produksi.@ ?@5& Bumlah tangkapan yang diperbolehkan %B2&
! Culland, /ish Stok Assess'ent , F3+, ??8. 8 #ilborn and Dalters, 3uantitative /isheries Stok Assess'ent . )hapman and #all '$3, ??0.
menurut kelompok jenis sumber daya alam hayati di daerah daerah -ona ekonomi eksklusif Indonesia ditetapkan sebagai berikut Potensi !an Bumlah 2angkapan =ang diperbolehkan Menurut
Benis $umber )akalang, potensi ?8.761 ton per tahun, jumlah tangkapan yang diperbolehkan %B2& @@.@@4 ton per tahun
4.
Benis $umber !emersal, potensi 647.511 ton per tahun, jumlah tangkapan yang diperbolehkan %B2& [email protected] ton per tahun.?
erdasarkan Perhitungan Potensi %M$=& dibagi dengan B2 maka diperoleh hasil bah"a 23) G @1,@0H M$=. (ilai B2 @1H inilah yang kemudian menjadi acuan di Indonesia selama ini, padahal dalam PP (o. 5 2ahun ?@4 tentang Pengelolaan $umberdaya #ayati di ona /konomi /ksklusif Indonesia, ab I Pasal 4, dijelaskan ; dalam rangka melestarikan sumber daya alam hayati agar supaya dapat dimanfaatkan secara terus menerus, perlu ditetapkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan %2otal allo"able catch& setinggitingginya ?1H %sembilan puluh persen& dari jumlah tangkapan maksimum lestari. !ari contoh perhitungan di atas, menjadi menarik ketika kondisi sumber daya ikan Indonesia sudah mengalami berbagai macam perubahan secara biologi, sosial, ekonomi, dan budaya.
2.3
Perkem(angan Permasalahan !"er#$sh$ng %an T&tal All&'a(le )at*h %$ In%&nes$a.
"
#utan mangro:e ditemukan di !elta erau dan di sepanjang daerah pesisir. $ejumlah pulaupulau kecil dan ekosistem padang lamun juga terdapat di daerah ini. eberapa spesies yang dilindungi dapat ditemukan seperti penyu, paus, lumbalumba, duyung dan beberapa spesies lainnya. Perairan erau dikenal sebagai "ilayah yang memiliki habitat penyu hijau terbesar di Indonesia. $elain itu, potensi perikanan dan pari"isatanya masih baik. (amun demikian, di ka"asan pesisir dan laut erau juga terdapat berbagai permasalahan seperti perusakan terumbu karang, penurunan populasi penyu, praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan lain sebagainya. Ikan karang merupakan ikan yang hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang. Populasi ikan karang di suatu daerah sangat tergantung pada kondisi terumbu karangnya, kadar salinitas perairan, serta pola tingkah laku para pengguna dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. $elain untuk dikonsumsi, beberapa jenis ikan karang juga banyak dimanfaatkan untuk ikan hias. Ikan hias yang diambil di"ilayah perairan berau banyak diperdagangkan keluar berau oleh nelayannelayan pendatang yang berasal dari ja"a dan juga $ula"esi bahkan beberapa dating dari hongkong dan filiphina. Penurunan produksi perikanan laut juga terlihat jelas dari kegiatan pengamatan regular dengan melakukan "a"ancara dengan nelayannelayan yang ditemukan pada kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut berau. Mereka banyak mengatakan bah"a saat ini mereka harus melakukan penangkapan lebih jauh dengan hasil yang terkadang tidak dapat dikatakan banyak hanya mampu untuk membayar biaya operasional mereka selama dilaut dan memenuhi kehidupan mereka dalam 0 hari. anyak nelayan yang telah berusaha diluar kegiatan penangkapan ikan menurut mereka laut sudah tidak dapat dijadikan sebagai penghidupan utama lagi. iota biota yang dilindungi dalam )I2/$ juga terus mengalami ancaman melalui kegiatan perdagangan dan konsumsi khususnya spesies penyu hijau dan penyu sisik. eberapa penyelaman yang kami lakukan dari dinas perikanan dan kelautan pada "ilayah"ilayah karang disekitar pulau dera"an dan kepulauan maratua tidak banyak kami temukan spesies ikan kerapu pada jumlah yang banyak. iasanya kami menemukan kelompok kerapu dengan jumlah sekitar 1 01 ekor saja.1
10 Wirya#an, Menuju Kawasan Konservasi Laut Berau, Kalimantan Timur: Status sumberdaya pesisir dan proses pengembangannya, Progra$ %ersa$a &e'a(tan %era( )*+WW-Mitra Pesisir+/MP U, akarta, 2011 8
!alam sur:ey yang dilakukan oleh /kspedisi P0+ *IPI dan (aturalis Museum *eiden Fase I tahun 01 ditemukan 2elah terjadi kecenderungan penangkapan ikan berlebih %o:erfishing&. #al ini diketahui dari jumlah (apoleon "rasse yang ditemui hanya 6 indi:idu selama sur:e. Ikan ini sebagai ikan indikator terhadap tekanan penangkapan ikan. #asil tangkapan tiap nelayan untuk satu hari penangkapan berkisar 5 kg.
demikian,
karena
manajemen
perikanan
menganut
a-as
kehatianhatian
%precautionary approach&, maka Pemerintah telah metetapkan 23) yaitu sebesar @1 H dari potensi tersebut atau sebesar 5, juta ton per tahun. $elain potensi tersebut, Indonesia juga memiliki peluang untuk memanfaatkan potensi sumberdaya ikan yang ada di laut lepas %high seas&. 2ingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dari laut pada tahun 0110 telah mencapai sekitar 71 H dari potensi lestari atau dengan produksi sebesar 4,5 juta ton. 2ingkat pemanfaatan tersebut selain masih terbatas juga belum merata di seluruh "ilayah perairan, bahkan
11 P0+ *IPI 01 12 *IPI 011 "
beberapa jenis ikan di perairanperairan tertentu utamanya perairan pantai %J 0 mil& sudah intensif dan menunjukkan status lebihtangkap %o:erfishing&, seperti di *aut Ba"a dan $elat Malaka. Dalaupun gambaran makro diatas menunjukkan bah"a perikanan tangkap masih berpeluang untuk dikembangkan, namun disatu sisi masih terdapat beberapa permasalahan pembangunan perikanan tangkap, antara lain ; . $ebagian besar nelayan masih merupakan nelayan tradisional dengan karakteristik sosial budaya yang memang belum begitu kondusif untuk suatu kemajuan9 0. $truktur armada perikanan yang masih didominasi oleh skala kecil>tradisional dengan kemampuan IP2/< yang rendah9 8. Masih timpangnya tingkat pemanfaatan stok ikan antara satu ka"asan dengan ka"asan perairan laut lainnya9 4. Masih banyaknya praktek Illegal, 'nregulated, and 'nreported %I''& fishing, dan o:er fishing yang terjadi karena penegakan hukum %la" enforcement& di laut masih lemah. +:er fishing atau pengambilan ikan secara berlebih adalah laju pengambilan atau penangkapan yang menempatkan stok sumber daya %secara ratarata& diba"ah ukuran untuk menghasilkan potensi produksi maksimum dalam jangka panjang. Penangkapan secara berlebihan juga sering didefinisikan sebagai laju pengambilan %penangkapan ikan& yang melebihi laju kecepatan kemampuan sumberdaya ikan untuk melakukan pemulihan9 5. elum memadainya dukungan sarana dan prasarana perikanan tangkap9 6. 2erjadinya kerusakan lingkungan ekosistem laut, seperti kerusakan hutan mangro:e, terumbu karang, dan padang lamun %seagrass beds&, yang sebenarnya merupakan tempat %habitat& ikan dan organisme laut lainnya berpijah %spa"ning ground&, mencari makan %feeding ground&, atau membesarkan diri %nursery ground&9 7. Masih rendahnya kemampuan penanganan dan pengolahan hasil perikanan, terutama oleh usaha tradisional sesuai dengan selera konsumen dan standardisasi mutu produk secara internasional %seperti #a-ard 3nalysis )ritical )ontrol Point>#3))P, persyaratan sanitasi, dan lainnya&9
10
@. *emahnya market intelligence yang meliputi penguasaan informasi tentang pesaing, segmen pasar, dan selera %preference& para konsumen tentang jenis dan mutu komoditas perikanan9 ?. elum memadainya prasarana ekonomi dan sarana sistem transportasi dan komunikasi untuk mendukung distribusi atau penyampaian %deli:ery& produk perikanan dari produsen ke konsumen secara tepat "aktu, terutama di luar Ba"a dan ali.8
BAB III PENUTUP
3.1-es$mulan
13 P(, 0atabase !erke'bangan !erikanan dan !er'asalahn Sentral) 011. 11
Overfishing didefinisikan sebagai penerapan sejumlah upaya penangkapan yang
berlebihan terhadap suatu stok ikan. $edangkan Total Allowable Catch %23)& adalah banyaknya sumber daya alam hayati yang boleh ditangkap dengan memperhatikan pengamanan konser:asinya di ona /konomi /ksklusif Indonesia. !ari apa yang disampaikan diatas terdapat beberapa penjelasan mengenai permasalahan o:erfishing yang sudah diatur dalam peraturan namu dalam pelaksanaan belum maksimal yang dapat dilihat dari contoh yang disampaikan serta 23) @1H yang sudah tidak sesuai lagi.
DA/TAR PUTA-A
Manuputty, 3lma. 010. Identifikasi onseptual Akses !erikanan Negara Tak "erpantai dan Negara #ang secara $eografis Tak "eruntung di %ona &kono'i &ksklusif Indonesia4 ,
3rus 2imur, Makassar.
12
Didodo. 011@. !engelolaan !erikanan Su'ber 0a#a Laut4 . Cajah Mada 'ni:ersity Press. =ogyakarta. 2ryanto, #eri. 011. Total Allowable Catch ,TAC- .ethod for .arine /isheries (esources in /Isheries .anage'ent Area of Indonesia4 . Penerbit ra"ijaya. Malang.
Culland. ??8. /ish Stok Assess'ent4. F3+. #ilborn and Dalters. ??0. 3uantitative /isheries Stok Assess'ent4. )hapman and #all '$3.
13