Menggunakan Biomassa Biomassa untuk Energi Bisa Mengakibatkan Dampak Positif dan Negatif Menggunakan biomassa untuk energi dapat memiliki berbagai dampak baik, positif maupun negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh, pembakaran biomassa dapat mengakibatkan lebih banyak atau lebih sedikit polusi udara tergantung pada jenis biomassa dan jenis bahan bakar atau sumber energi energi yang digantikannya. digantikannya. Biomassa seperti serbuk gergaji dari pabrik kayu, limbah pabrik kertas, dan sampah pekarangan yang digunakan untuk energi dapat menghindari penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara atau gas alam. Pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa merilis karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca, tetapi ketika tanaman yang merupakan sumber biomassa tumbuh, jumlah CO2 yang hampir setara akan diserap oleh tanaman melalui fotosintesis. Budidaya dan pemanenan biomassa yang berkelanjutan dapat mengakibatkan mengakibatkan tidak ada kenaikan bersih emisi CO2. Setiap bentuk dan penggunaan biomassa yang berbeda memberikan dampak lingkungan dengan cara yang berbeda pula. Pembakaran Kayu Menggunakan kayu dan arang yang terbuat dari kayu untuk pemanas ruangan dan memasak dapat menggantikan bahan bakar fosil, dan dapat menyebabkan emisi CO2 yang lebih rendah. Kayu dapat dipanen d ipanen dari hutan atau berasal dari pohon perkotaan/pekarangan perkotaan/pekarangan yang dipangkas atau ditebang. Namun, asap kayu mengandung polutan berbahaya seperti karbon monoksida dan partikel. Membakar kayu di perapian terbuka sangat tidak efisien dan menghasilkan banyak polusi udara. Kayu dan arang adalah bahan bakar pemanas dan memasak utama di negara tertinggal, dan kayu dapat dipanen lebih cepat dari pertumbuhan pohon. Hal ini akan mengakibatkan deforestasi. Penanaman pohon yang cepat tumbuh untuk bahan bakar dan menggunakan tungku memasak hemat bahan bakar dapat membantu memperlambat deforestasi dan memperbaiki kualitas lingkungan. lingkungan. Pembakaran Limbah Padat Kota atau Limbah Kayu Pembakaran limbah padat perkotaan (atau sampah) dan limbah kayu untuk menghasilkan energi berarti mengurangi mengurangi jumlah mereka yang harus berakhir di tempat pembuangan sampah. Seperti pembangkit listrik yang menggunakan menggunakan batubara, menghasilkan menghasilkan energi dari sampah akan mengakibatkan polusi udara ketika bahan bakar dibakar untuk menghasilkan uap atau listrik. Pembakaran sampah melepaskan zat kimia dan substansi lain yang ditemukan dalam limbah. Beberapa bahan kimia dapat berbahaya bagi manusia, lingkungan, atau keduanya, jika mereka tidak terkontrol. Insinerator dan pembangkit listrik berbahan bakar sampah harus menggunakan menggunakan teknologi untuk mencegah gas berbahaya dan partikel keluar dari kepulan asap mereka. Harus diberlakukan peraturan lingkungan yang ketat bagi pembangkit listrik berbahan bakar sampah. Dan dibutuhkan pula perangkat anti-polusi, termasuk scrubber termasuk scrubber,, filter kain, dan electrostatic precipitators untuk menangkap polutan udara. membersihkan emisi gas kimia dengan menyemprotkan cairan ke dalam aliran gas Scrubber membersihkan untuk menetralisir asam. Filter kain dan electrostatic precipitators menghilangkan materi partikulat dari gas hasil pembakaran. Sebuah tungku limbah-untuk-energi yang bersuhu tinggi (1.800 sampai 2.000 ° F) secara alami dapat mengurai bahan kimia yang rumit menjadi lebih sederhana, senyawa yang kurang berbahaya. Energi dari Gas TPA atau Biogas Biogas adalah gas yang utamanya terdiri dari metana dan karbon dioksida dan merupakan
hasil dari proses biologis di lokasi pengolahan limbah, tempat pembuangan limbah, dan sistem manajemen kotoran ternak. ternak. Metana adalah salah satu gas rumah kaca yang berhubungan dengan dengan perubahan iklim iklim global. Banyak fasilitas fasilitas yang bisa dipakai untuk menangkap dan membakar biogas untuk menghasilkan panas atau pembangkit listrik. Pembakaran metana sebenarnya menguntungkan karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat dari CO2. Listrik yang dihasilkan dari biogas dianggap sebagi "energi hijau" dan dapat menggantikan menggantikan listrik yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, yang akhirnya akan mengakibatkan penurunan penurunan bersih pada emisi CO2. Biofuel Cair: Ethanol dan Biodiesel Etanol dan biodiesel merupakan bahan bakar yang digunakan dalam mesin mobil dan diesel yang awal mula diciptakan, diciptakan, tetapi karena biaya bensin dan solar yang yang terbuat dari minyak mentah lebih rendah, maka bahan bakar fosil ini menjadi bahan bakar kendaraan yang lebih dominan. Biofuel dapat dianggap karbon netral karena tanaman yang digunakan untuk membuat biofuel (seperti jagung jagung dan tebu untuk ethanol, ethanol, serta kacang kacang kedelai dan kelapa kelapa sawit untuk biodiesel) menyerap menyerap CO2 saat mereka mereka tumbuh dan bisa mengimbangi mengimbangi CO2 yang yang dihasilkan ketika biofuel dibuat dan dibakar. Tanaman yang ditanam untuk biofuel menimbulkan kontroversi, kontroversi, seperti tanah, pupuk, dan energi yang digunakan untuk menanam tanaman biofuel sebenarnya dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman pangan. Juga, di beberapa bagian dunia, area vegetasi alam dan hutan yang luas telah ditebang untuk menanam tebu untuk etanol serta kedelai dan minyak kelapa untuk membuat biodiesel. Karena itu upaya untuk mengembangkan sumber biomassa alternatif yang tidak bersaing dengan dengan tanaman pangan perlu didukung. Begitu Begitu juga dengan teknologi penggunakan pupuk dan pestisida yang lebih sedikit, dan metode untuk menghasilkan etanol yang memerlukan lebih sedikit energi dibandingkan fermentasi konvensional. Etanol juga dapat dibuat dari limbah kertas, dan biodiesel dapat dibuat dari limbah minyak nabati dan bahkan ganggang. Etanol dan campuran etanol-bensin pembakarannya lebih bersih dan memiliki oktan yang lebih tinggi daripada bensin murni, tetapi "penguapan emisi" dari tangki bahan bakar lebih tinggi. Emisi ini berkontribusi pada pembentukan ozon dan kabut asap yang berbahaya. Bensin membutuhkan proses tambahan untuk mengurangi penguapan emisi sebelum dicampur dengan etanol. Dibandingkan dengan minyak so lar, pembakaran biodiesel menghasilkan oksida yang mengandung lebih sedikit belerang, partikulat, karbon monoksida, hidrokarbon tak terbakar dan lainnya; tetapi oksida nitrogen-nya lebih tinggi.
BIOMASA SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Oleh: Anton Waspo
hasil dari proses biologis di lokasi pengolahan limbah, tempat pembuangan limbah, dan sistem manajemen kotoran ternak. ternak. Metana adalah salah satu gas rumah kaca yang berhubungan dengan dengan perubahan iklim iklim global. Banyak fasilitas fasilitas yang bisa dipakai untuk menangkap dan membakar biogas untuk menghasilkan panas atau pembangkit listrik. Pembakaran metana sebenarnya menguntungkan karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat dari CO2. Listrik yang dihasilkan dari biogas dianggap sebagi "energi hijau" dan dapat menggantikan menggantikan listrik yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, yang akhirnya akan mengakibatkan penurunan penurunan bersih pada emisi CO2. Biofuel Cair: Ethanol dan Biodiesel Etanol dan biodiesel merupakan bahan bakar yang digunakan dalam mesin mobil dan diesel yang awal mula diciptakan, diciptakan, tetapi karena biaya bensin dan solar yang yang terbuat dari minyak mentah lebih rendah, maka bahan bakar fosil ini menjadi bahan bakar kendaraan yang lebih dominan. Biofuel dapat dianggap karbon netral karena tanaman yang digunakan untuk membuat biofuel (seperti jagung jagung dan tebu untuk ethanol, ethanol, serta kacang kacang kedelai dan kelapa kelapa sawit untuk biodiesel) menyerap menyerap CO2 saat mereka mereka tumbuh dan bisa mengimbangi mengimbangi CO2 yang yang dihasilkan ketika biofuel dibuat dan dibakar. Tanaman yang ditanam untuk biofuel menimbulkan kontroversi, kontroversi, seperti tanah, pupuk, dan energi yang digunakan untuk menanam tanaman biofuel sebenarnya dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman pangan. Juga, di beberapa bagian dunia, area vegetasi alam dan hutan yang luas telah ditebang untuk menanam tebu untuk etanol serta kedelai dan minyak kelapa untuk membuat biodiesel. Karena itu upaya untuk mengembangkan sumber biomassa alternatif yang tidak bersaing dengan dengan tanaman pangan perlu didukung. Begitu Begitu juga dengan teknologi penggunakan pupuk dan pestisida yang lebih sedikit, dan metode untuk menghasilkan etanol yang memerlukan lebih sedikit energi dibandingkan fermentasi konvensional. Etanol juga dapat dibuat dari limbah kertas, dan biodiesel dapat dibuat dari limbah minyak nabati dan bahkan ganggang. Etanol dan campuran etanol-bensin pembakarannya lebih bersih dan memiliki oktan yang lebih tinggi daripada bensin murni, tetapi "penguapan emisi" dari tangki bahan bakar lebih tinggi. Emisi ini berkontribusi pada pembentukan ozon dan kabut asap yang berbahaya. Bensin membutuhkan proses tambahan untuk mengurangi penguapan emisi sebelum dicampur dengan etanol. Dibandingkan dengan minyak so lar, pembakaran biodiesel menghasilkan oksida yang mengandung lebih sedikit belerang, partikulat, karbon monoksida, hidrokarbon tak terbakar dan lainnya; tetapi oksida nitrogen-nya lebih tinggi.
BIOMASA SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Oleh: Anton Waspo
Ketika bahan bakar yang berupa minyak bumi dan gas alamsemakin menipis maka biomasa mulai diperhitungkan menjadi solusi alternatif. Terlebih lagi saat kelompok hijau makin keras menyuarakan penghematan energi. Minyak bumi dan gas alamakan terus menipis persediaannya padahal m anusia terus membutuhkan energi untuk kelangsungan hidup. Biomasa kemudian menjadi salah satu pilihan karena relatif mudah dikelola dan dapat diperbarui. Itupun selama perencanaan dan pelaksanaannya berjalan dengan baik. Apabila ini dilewatkan maka tidak mustahil bumi ini tinggal kerangka yang tidak lagi bisa diperas hasilnya. stilah biomasa di sini digunakan untuk mengelompokkan bahan organik baik dari tumbuhan ataupun hewan yang kaya akan cadangan energi. Sehingga setelah diubah menjadi energi kerap juga disebut dengan bioenergi. Selanjutnya bioenergi tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan. Untuk menghasilkan panas, gerak, atau untukmenghasilkan listrik. Dalam artikel ini secara umum akan digambarkan perubahan biomasa menjadi bioenergi. Dan secara khusus akan dilihat penerapannya untuk menghasilkan listrik. Beberapa negara maju, seperti Finlandia, Belanda, Jerman dan Inggris telah memanfaatkan bioenergi dalam skala besar untuk pembangkit listrik. Sedangkan di Indonesia, meskipun potensinya besar, penggunaannya baru dalam skala kecil. Prinsip Kerja
Tanaman menyerap energi dari matahari. Melalui proses fotosintesis dengan memanfaatkan air dan unsurhara dari dalam tanah serta CO2 dari atmosfer akan menghasilkan bahan organik untuk memperkuat jaringan dan membentuk daun, bunga atau buah. Sementara itu karena tidak mampu berfotosintesa sendiri, hewan memanfaatkan energi yang telah berubah bentuk menjadi daun, rumput atau yang lain dari bagian tumbuhan secara langsung untuk hidupnya. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya hewan carnifora, prinsipnya tetap memanfaatkan energi yang telah berubah bentukmenjadi daging padahewan lain. Inilah yang menjadi bahan dasarbiomasa. Saat biomasa diubah menjadi energi, CO2 yang akan dilepaskan ke atmosfer. Siklus CO2 akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi atau gas alam. Ini berarti CO2 yang dihasilkan tersebut tidak memiliki efek terhadap kesetimbangan CO2 di atmosfer. Kelebihan ini yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung terciptanya energi yang berkelanjutan. Biomasa dapat diambil dari bahan tanaman yang berupalimbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu atau dari tanaman yang memang ditanam secara khusus untuk menghasilkan energi bagi
mesin bakar. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan limbah peternakan dan limbah rumah tangga. Dari kedua jenisbahanpenyusun biomassa tersebut dapat dua bagian besar yaitu, biomasa kering (limbah kayu, jerami atau sekam) dan biomassa basah ( kotoran ternakdan sampah rumah tangga). A. Biomasa Basah Biomasa basah yang berupa kotoran ternak atau sampah rumah tangga perlu diubah terlebih dahulu melalui proses anaerobik untuk menghasilkan gas metana yang dapat digunakan untukmenggerakkan generator listrik. Proses ini lebih dikenal dengan nama Biogas. Umumnya biogas lebih banyak menggunakan kotoran ternak. Sedangkan sampah rumah tangga yang sebagian besar berupa bahan organik (74%) dan sisanya 26 % berupa bahan yang sulit terurai, masih belum banyakdigunakan untukbiogas. Sementara ini biogas lebih banyakdigunakan untuk memasak sebagai pengganti tungku kayu bakar atau kompor minyak tanah. Pada skala percobaan seperti yang diterapkan di Bengkulu, dengan memanfaatkan kotoran 2 ekor sapi dapat dihasilkan sejumlah biogas untuk menyalakan 2 buah lampu 45 watt selama 5 jam ( Bengkulu Kembangkan Energi Biogas, Majalah SINAR14/06/97)
Instalasi yang diperlukan untuk membuat biogas adalah sebuah tangki kedap udara agar proses anaerobik dapat berlangsung dengan sempurna. Reaksi ini akan berlangsung bila tersedia panas yang cukup. Berkisar antara 30 0C - 35 oC. Proses perubahan menjadi gas metana akan berlangsung sekitar 20 hari jika bahan bakunya hanya kotoran ternak dan akan berlangsung lebih lama jika dicampurdengan sampah rumahtangga. Reaksi ini akan menghasilkan gas metana, gas karbondioksida dan sejumlah limbah cair dan padat. Sebagian besar, kurang lebih antara 55% - 65 % , dari total biogas yang dihasilkan adalah gasmetana. Sekitar 400 m 3 biogas untuk setiap ton biomasa setara dengan 240 m 3 gasmetana (Growing Power, 1997). Gasmetana tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan dua cara yaitu, untuk menggerakkan mesin bakar internal atau untuk menggerakkan turbin gas sebagai penghasil tenaga gerak untuk generator. Selanjutnya generator tersebut yangakanmenghasilkan energi listrik.
l TEKNOLOGI WACANA No.9/ Juli - Agustus1997 11 Motor bakar internal (MBI) yang digunakan pada prinsipnya sama dengan yang digunakan untukMBI bensin dan solar. MBI gas ini cukup efisien untuk menghasilkan listrik sampai dengan 100 kW. Sedangkan untukmenghasilkan tenaga listrik yang lebih besar lagi dapat digunakan turbin gas. Prinsip kerja turbin gasmirip dengan turbin uap. Jika pada turbin uap digunakan uap panas untuk mengerakkan baling-baling maka disini digunakan gashasil pembakaran gasmetana. B. Biomassa Kering Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari hutan atau areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan atau kayu bakar. Peluang kayu untuk bioenergi baik selama masih di hutan maupun setelah masuk industri cukup besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang untukbahan baku kertas/pertukangan hanya sekitar 50% saja. Sisanya belum dimanfaatkan bahkan terbuang begitu saja. Bahkan setelah masuk ke dalam industri masih banyak bagian kayu yang tidak terpakai. Bagian yang tersisa ini bisa dimanfaatkan untukbioenergi.
Energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik diperoleh dari panas yang dihasilkan dari pembakaran biomasa kering. Panas yang dihasilkan tersebut digunakan untukmemanaskan air sehingga setelah terbentuk uap panas maka uap panas tersebut dapat dialirkan untukmenggerakkan balingbaling dalam turbin uap. Yang harusdihindari adalah terjadinya pembakaran yang tidak sempurna karena dalam proses pembakaran yang tidak sempurna akan dihasilkan gas karbonmonoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu jumlah panas yang dihasilkan juga berkurang. Berarti listrik yang akan dihasilkan juga berkurang. Sementara itu penggunaan turbin uap juga memiliki kelemahan karena efisiensinya rendah. Tenaga gerak yang dihasilkan sangat terbatas karena lebih banyakdikeluarkan dalam bentuk panas. Untuk itu dapat digunakan sistim kombinasi. Berupa penggabungan antara turbin gas dan turbin uap. Sistem ini mengandalkan energi panas yang terbuang dari turbin gas. Panas tersebut digunakan untukmemanaskan air. Selanjutnya uap panas yang terbentukdigunakan untukmenggerakan turbin uap. Sistem ini memiliki efisiensi sampai 40 % (Power Plant, 1996). Perancangan Sistem Perhitungan sumber daya yang tersedia perlu
dilakukan sebelum perancangan sistem. Ini berkaitan dengan jenispembangkit listrik yang akan digunakan. Jika potensi yang tersedia adalah ternak maka bisa dipilih listrik biogas. Perhitungan volume tangki biogasdan instalasi lainnya dilakukan setelah jumlah ternak dan kotoran yang tersedia diketahui. (Selengkapnya bisa dibaca dalam cara membuat biogas, misalnya karangan Widarto dan Sudarto Kanisius,1997). Sebagai gambaran, kotoran 2 ekor sapi membutuhkan ruang sebesar 3 m 3 untuk diubah menjadi biogas. Dari sini akan dihasilkan kurang lebih 1 m 3 biogas yang dapat digunakan untukmenghasilkan listrik sekitar450 watt jam. Listrik yang dihasilkan dengan menggunakan biomasa akan berharga lebih mahal dibandingkan harga listrik PLN. Akan tetapi ini akan menguntungkan untuk daerah-daerah, karena kondisi geografis atau yang lain, tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Paling tidakuntukdaerahdaerah yang memiliki limbah organik, limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna m
Ketika bahan bakar yang berupa minyak bumi dan gas alam semakin menipis maka biomasa mulai diperhitungkan menjadi solusi alternatif. Terlebih lagi saat kelompok hijau makin keras menyuarakan
penghematan energi. Biomasa kemudian menjadi salah satu pilihan karena relatif mudah dikelola dan dapat diperbarui. Istilah biomasa di sini digunakan untuk mengelompokkan bahan organik baik dari tumbuhan ataupun hewan yang kaya akan cadangan energi. Sehingga setelah diubah menjadi energi kerap juga disebut dengan bioenergi. Selanjutnya bioenergi tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan. Untuk menghasilkan panas, gerak, atau untuk menghasilkan listrik. Dalam artikel ini secara umum akan digambarkan perubahan biomasa menjadi bioenergi. Dan secara khusus akan dilihat penerapannya untuk menghasilkan listrik. Prinsip Kerja Tanaman menyerap energi dari matahari. Melalui proses fotosintesis dengan memanfaatkan air dan unsur hara dari dalam tanah serta CO2 dari atmosfer akan menghasilkan bahan organik untuk memperkuat jaringan dan membentuk daun, bunga atau buah. Sementara itu karena tidak mampu berfotosintesa sendiri, hewan memanfaatkan energi yang telah berubah bentuk menjadi daun, rumput atau yang lain dari bagian tumbuhan secara langsung untuk hidupnya. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya hewan carnifora, prinsipnya tetap memanfaatkan energi yang telah berubah bentuk menjadi daging pada hewan lain. Inilah yang menjadi bahan dasar biomasa. Saat biomasa diubah menjadi energi, CO2 yang akan dilepaskan ke atmosfer. Siklus CO2 akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi atau gas alam. Ini berarti CO2 yang dihasilkan tersebut tidak memiliki efek terhadap kesetimbangan CO2 di atmosfer. Kelebihan ini yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung terciptanya energi yang berkelanjutan. Biomasa dapat diambil dari bahan tanaman yang berupa limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu atau dari tanaman yang memang ditanam secara khusus untuk menghasilkan energi bagi mesin bakar. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan limbah peternakan dan limbah rumah tangga. Dari kedua jenis bahan penyusun biomassa tersebut dapat dua bagian besar yaitu, biomasa kering (limbah kayu, jerami atau sekam) dan biomassa basah ( kotoran ternak dan sampah rumah tangga). A. Biomasa Basah Biomasa basah yang berupa kotoran ternak atau sampah rumah tangga perlu diubah terlebih dahulu melalui proses anaerobik untuk menghasilkan gas metana yang dapat digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Proses ini lebih dikenal dengan nama Biogas. Umumnya biogas lebih banyak menggunakan kotoran ternak. Di dalam biomassa basah terdapat penggunaan gas metana. Gas metana tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan dua cara yaitu, untuk menggerakkan mesin bakar internal atau untuk menggerakkan turbin gas sebagai penghasil tenaga gerak untuk generator. Selanjutnya generator tersebut yang akan menghasilkan energi listrik. Motor bakar internal (MBI) yang digunakan pada prinsipnya sama dengan yang digunakan untuk MBI bensin dan solar. MBI gas ini cukup efisien untuk menghasilkan listrik sampai dengan 100 kW. Sedangkan untuk menghasilkan tenaga listrik yang lebih besar lagi dapat digunakan turbin gas. B. Biomassa Kering Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari hutan atau areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan atau kayu bakar. Peluang kayu untuk bioenergi baik selama masih di hutan maupun setelah masuk industri cukup besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang untuk bahan baku kertas/pertukangan hanya sekitar 50% saja. Energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik diperoleh dari panas yang dihasilkan dari pembakaran biomasa kering. Panas yang dihasilkan tersebut digunakan untuk memanaskan air sehingga setelah terbentuk uap panas maka uap panas tersebut dapat dialirkan untuk menggerakkan balingbaling dalam turbin uap. Yang harus dihindari adalah terjadinya pembakaran yang tidak sempurna karena dalam proses pembakaran yang tidak sempurna akan dihasilkan gas karbonmonoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sebagai gambaran, kotoran 2 ekor sapi membutuhkan ruang sebesar 3 m3 untuk diubah menjadi biogas. Dari sini akan dihasilkan kurang lebih 1 m3 biogas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik sekitar 450 watt jam. Listrik yang dihasilkan dengan menggunakan biomasa akan berharga lebih mahal dibandingkan harga listrik PLN. Akan tetapi ini akan menguntungkan untuk daerah-daerah, karena kondisi geografis atau yang lain, tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN .
CONTOH PEMBANGKIT LISTRIK BIOMASSA DENGAN MESIN KALOR
Indonesia memiliki beribu-ribu pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dan terpisah oleh lautan luas. Hingga saat ini national interconnection hanya mungkin diterapkan di pulau-pulau besar dan sejumlah pulau-pulau relatif kecil di dekatnya. Sejumlah besar pulau harus bisa menghasilkan dan memenuhi kebutuhan listriknya sendiri (self-sufficient). Pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi berbasis biomassa salah satunya adalah pembangkitan listrik berprinsip mesin kalor (heat engine). Mesin kalor siklus Stirling menggunakan pembakaran eksternal, sedangkan mesin pembakaran internal menggunakan siklus Otto dan siklus Diesel. Khusus untuk turbin gas yang menggunakan siklus Brayton, pembakaran dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Siklus Stirling, Otto, dan Diesel Mesin bersiklus Stirling adalah jenis mesin yang memiliki sumber energi dari luar sistem mesin itu sendiri; atau kita biasa sebut dengan mesin bakar luar. Mesin besiklus Stirling banyak diteliti dan dianggap menjanjikan karena secara teori memiliki efisiensi yang tinggi, sampai efisiensi maksimal mesin Carnot. Akan tetapi, mesin siklus Stirling komersial yang ada masih memiliki daya rendah (0,5150 kW) dan berefisiensi sedang, masih mahal, tetapi tak memerlukan banyak pemeliharaan, toleran terhadap kontaminan, dan beremisi polutan rendah. Mesin siklus Stirling tidak terpatok pada satu macam bahan bakar atau sumber energi. Hal ini tidak berlaku untuk mesin diesel dan mesin Otto yang membutuhkan bahan bakar khusus dan kapasitasnya terbatas. Mesin Otto atau sering juga disebut mesin bensin. Tipe paling umum dari mesin ini adalah mesin pembakaran empat langkah yang membakar bensin. Berbeda dengan mesin Otto, pembakaran dilakukan dengan memberikan kompresi hingga tekanannya tinggi. Turbin Gas: Siklus Brayton
Pembangkit tenaga listrik dengan siklus kombinasi turbin gas-kukus. Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas, sehingga saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan oleh pembuat mesin turbin (manufacturer) dalam analisa performance upgrading. Siklus ini memproduksi tenaga listrik dengan mengekspansikan gas panas melalui turbin. Efisiensinya dapat mencapai 30%. Turbin gas cocok untuk bahan bakar cair maupun gas yang relatif bebas dari kontaminan dan tidak cocok untuk gas hasil bakar biomassa tanpa pembersihan. Karena itu sebelum biogas akan dijadikan bahan bakar, H2S yang terkandung di dalamnya harus disingkirkan terlebih dahulu.
PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI BIOMASSA Posted on 28/05/2012
Belakangan ini, niat pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) muncul lagi. Tahun 1980an, pemerintah Orde Baru juga pernah berkeinginan untuk membangun PLTN di Semenanjung Muria di Jawa Tengah. Niat ini banyak ditentang oleh aktivis lingkungan, terutama oleh Wahana Lingungan Hidup Indonesia (Walhi). PLTN memang menjadi alternatif, setelah alternatif lainnya tidak ada. Padahal, Indonesia masih punya batubara, gambut, angin, air, ombak, panas bumi, panas matahari, dan biomassa. Biomassa adalah limbah organik, terutama limbah tumbuh-tumbuhan. Salah satu contoh penggunaan biomassa sebagai pemangkit listrik adalah, pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO). Proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi CPO, memerlukan uap air dan juga listrik untuk menggerakkan mesin. Listrik ini diperoleh dari pembangkit listrik tenaga uap. Uap airnya diperoleh dari memanaskan air dengan tungku berbahan bakar sabut dan tempurung biji sawit. Semua pabrik sawit menggunakan bahan bakar sabut dan tempurung, dan selalu surplus. Hanya kurang dari separo sabut dan tempurung yang terpakai. Sisanya dikembalikan ke kebun untuk pupuk. Tandan Buah Kosongnya (TBK), malahan 100% dikembalikan ke kebun. Yang juga menggunakan biomassa untuk sumber energi adalah pabrik gula tebu. Ampas tebu berupa batang yang airnya telah diambil, digunakan sebagai bahan bakar untuk merebus air gula, tetapi juga untuk pembangkit listrik guna menggiling tebu. Indonesia sebagai negara yang terletak di kawasan tropis, benar-benar kaya akan biomassa. Pertanian padi menghasilkan jerami dan sekam, yang selama ini lebih banyak dibakar sia-sia. Peternakan sapi perah menghasilkan kotoran yang bisa dikeringkan untuk dibakar sebagai biomassa, tetapi bisa pula diperam untuk menghasilkan biogas. Bahkan sampah kota pun, yang sebagian berupa bahan organik, juga bisa digunakan mejadi bahan bakar pembangkit listrik. Tentu setelah airnya dibuang, dengan cara mengepresnya.
### Gambut yang terdapat dalam volume melimpah di Sumatara, Kalimantan dan Papua, sebenarnya juga merupakan biomassa. Namun pengertian biomassa masih sangat luas. Mulai dari lumut, paku-pakuan, rumput, daun-daunan tanpa atau berikut ranting, batang, kulit dan tongkol jagung, kulit kayu, sabut kelapa, dan masih banyak lagi. Dengan kadar air di bawah 30%, bahan-bahan organik itu akan mudah terbakar, dengan catatan tungku (tanur) sudah dalam kondisi membara. Kalau kadar air masih di atas 30%, diperlukan pengeringan. Baik dengan cara pengepresan (pengempaan) maupun dengan mengangin-anginkan atau menjemurnya. Pengepresan dilakukan bukan hanya untuk mengurangikadar air, melainkan juga untuk memperkecil volumenya. Sebab salah satu kelemahan biomassa adalah, volumenya yang sangat besar. Agar proses pengangkutannya bisa ringkas, maka biomassa itu perlu dipres. Sampah limbah rumah tangga sebanyak 1 truk misalnya, setelah dipres akan tinggal 1 m3 dan cairannya keluar. Dari sekian banyak alternatif biomassa yang kita miliki, daun-daunan berikut rantingrantingnya, merupakan yang paling mudah diperoleh. Bahkan, pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan, yang selama ini menghasilkan asap, sebenarnya bisa menghasilkan biomassa. Asap yang selama ini mengganggu lingkungan kota-kota basar di Sumatera dan kalimantan, bahkan sampai ke Siangapura dan Malaysia, adalah pembakaran biomassa yang mubazir. Padahal di lain pihak kita tekor listrik. Yang diperlukan sebenarnya hanyalah mesin pengepres dan pengemas. Biomassa yang telah dipres itu diberi tali dari kawat atau plastik, agar tidak kembali cerai-berai. Biasanya, hutan calon perkebunan itu akan ditebas (dibabat), dan batang kayu serta belukar yang ada dibiarkan mengering. Setelah itu dibakar. Dengan bantual buldoser, biomassa itu dikumpulkan, dicacah (dichooper), atau tanpa dicacah, kemudian dipres dan disimpan di tempat terbuka tetapi dengan ditutup terpal agar tidak basah terguyur hujan. ###
Selanjutnya secara perlahan-lahan, biomassa ini bisa dibakar untuk memanaskan air. Air dalam ketel yang telah panas, akan menghasilkan uap. Uap inilah yang akan disemprotkan ke turbin untuk memutar dinamo, hingga menghasilkan listrik. Lokasi pembangkit listrik tenaga biomassa, tentu lebih tepat berada di tengah-tengah hutan. Sebab biomassa dalam volume sangat besar, pasti berada di pelosok pedalaman. Pembangunan pembangkit listrik di lokasi seperti ini, potensial untuk mengembangkan kawasan pedalaman. Proses mengumpulkan biomassa, memadatkannya, mengangkutnya sampai ke membakarnya, memerlukan tenaga mesin dan sekaligus manusia dalam jumlah sangat banyak. Dalam kondisi menumpuknya tenaga kerja sebagai penganggur, proses pengumpulan biomassa pasti akan bisa sangat berperan dalam menyerap tenaga kerja tersebut. Beda dengan PLTN yang hampir-hampir tidak memerlukan tenaga manusia. Sebab PLTN merupakan perangkat yang berteknologi tinggi. Dengan melihat kondisi Indonesia saat ini, pemanfaatan biomassa sebagai energi pembangkit listrik, lebih strategis dibanding dengan PLTN. Namun kalau kita melihat peluang untuk korupsi, maka PLTN jelas lebih unggul untuk memasukkan uang ke kantung para pengambil kebijakan. Sebab biaya pembangkit listrik tenaga biomassa, sebagian besar akan terserap untuk upat tenaga kerja kasar yang sulit untuk dikorup. Sementara dana PLTN paling besar untuk membeli reaktor nuklir, yang sangat mudah dimarkup. (R) # # #
About these ads
Potensi Biomassa Adalah Sumber Energi Di Hari Esok REP | 20 January 2012 | 18:22
Sumber
Dibaca: 1670
energy
Komentar: 0
baru
Nihil
terbarukan
sedang
digalakan saat ini berbagai kuliah umum, seminar, dan konferensi telah banyak membahas tentang sumber energy baru terbarukan hal ini diharapkan tumbuh
gagasan dan ide untuk mencari dan menemukan sumber energy alternative
sebagai
penyeimbang sumber energy dari bahan bakar fosil. Khususnya untuk Indonesia penggunaan energy masih dominan pada bahan bakar fosil, menurut BPS pada
tahun
2008 mencatat
penggunaan
energi
26,5
%
dari
gas
bumi, 14% dari batubara dan 54 % dari minyak bumi. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bahan bakar fosil merupakan sumber energy yang tak terbarukan
dimana
proses pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Jika sumber
energy
ini digunakan secara terus menerus maka akan mengalami kelangkaan yang
akhirnya
berakibat pada krisis energy. Maka dari pada itu penggunaan energi dari bahan bakar fosil harus diseimbangkan dengan sumber energy terbarukan seperti biogas, sel surya, biomassa, angin, biooil, dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk energy terbarukan salah satunya adalah biomassa, biomassa
bisa
dijadikan penyeimbang dan meminimalisir ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, biomassa dapat diolah menjadi biogas sebagai penyeimbang gas alam, biooil sebagai penyeimbang minyak, dan briket sebagai penyeimbang batubara serta gas. Selain itu keterdapatan dan pengolahannya dapat dilakukan dengan sederhana maupun perseorangan. Sejumlah
pakar
berpendapat, penggunaan merupakan
jalan
keluar
biomassa dari
sebagai
ketergantungan
sumber manusia
pada
energi bahan
terbarukan bakar
fossil.
Saat
ini
mencapai
BPS
3,18
mencatat cadangan
triliun
meter
kubik
terbukti
diperkirakan
gas akan
alam
habis
Indonesia
46
tahun
lagi,
cadangan terbukti batubara 4,3 milyar ton diperkirakan akan habis 19 tahun lagi dan
cadangan
terbukti
minyak
bumi
Indonesia
hanya
3,7
milyar
barrel
diperkirakan akan habis sekitar 10 tahun lagi. Dengan catatan penggunaan energi 26,5 % dari gas bumi, 14% dari batubara dan 54 % dari minyak bumi. Jika biomassa digunakan sebanyak 20% atau lebih maka dapat menghemat bahan bakar fosil
sehingga
tidak
menciptakan
masalah
krisis
energy
yang
berdampak
pada
bidang ekonomi dan kelangkaan bahan bakar fosil yang kita takutkan dapat diselesaikan dan
biomassa
mengeksplorasi agraris
bisa
menjadi
bahan
memiliki
cadangan
bakar
potensi
fosil yang
energy
yang besar
yang
efektif
masih
ada.
untuk
biomassa
saat
Indonesia hal
mencari sebagai
ini
atau
Negara
dikarenakan
Indonesia banyak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai biomassa
baik
dilakukan
saat
sebuah
masih
hidup
lembaga
maupun
riset
di
sudah
mati,
Jerman
berdasarkan
(Zentrum
for
studi yang rationalle
Energianwendung und Umwelt, ZREU) pada tahun 2000 mengestimasi potensi biomassa Indonesia sebesar 146,7 juta ton per tahun. Sumber utama dari energi biomassa berasal
dari
residu
padi
(potensi
energi
sebesar
150
GJ/
tahun),
kayu
rambung/kayu karet (120 GJ/ tahun), residu gula (78 GJ/ tahun), residu kelapa sawit
(67
GJ/
tahun
dan
residu
kayu
lapis
dan
irisan
kayu/
veneer,
residu
penebangan, residu kayu ulin, residu kelapa dan sampah pertanian lain (kurang dari 20 GJ/ tahun). Jika potensi ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal maka akan memecahkan permasalahan energy yang terjadi selama ini, salah satu sumber biomassa yang mudah didapatkan dan berada disekitar kita adalah sampah.
Berdasar
perhitungan
Bappenas
dalam
buku infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbunan sampah di Indonesia sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar produk sampah perkapita berkisar antara 600-830 gram per hari (Mungkasa, 2004). Berdasarkan data tersebut maka kebutuhan TPA pada tahun 1995 seluas 675 ha dan meningkat
menjadi 1610 ha di tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar dengan terbatasnya lahan kosong di kota besar. Menurut data BPS pada tahun 2001 timbulan sampah yang diangkut hanya mencapai 18,3 %, ditimbun 10,46 %,
dibuat
kompos 3,51 %, dibakar 43,76 % dan lainnya dibuang di pekarangan pinggir
sungai
atau tanah kosong sebesar 24,24 % . Sampah yang dapat dijadikan biomassa yaitu sampah organic yang meliputi sampah atau limbah pertanian dan perkebunan (onggol jagung,
sekam
padi, tandan kelapa sawit, dan lain-lain), sampah rumah tangga (sayursayuran, buah-buahan, dan lain-lain), sampah perkantoran seperti kertas, dan banyak sampah-sampah
lagi organic
yang
dapat
dijadikan
sumber
biomassa.
Pemamfaatan biomassa dari sampah dapat menyelesaikan permasalahan sampah yang terjadi
saat
ini, selama ini kita menganggap sampah sesuatu yang tidak berguna dan sering dibakar secara percuma atau tidak dimanfaatkan sama sekali, padahal jika sampah ini diolah dengan teknologi biomassa seperti pirolisis, gasifikasi, dan karbonisasi maka sampah yang tidak berguna tersebut bisa menjadi sesuatu
yang
berguna yaitu briket yang dapat dijadikan bahan bakar kompor, bahan bakar
cair
yang juga dapat dijadikan sebagai bahan bakar kompor, lebih baik lagi menjadi biooil yang dapat menggerakan motor seperti bensin. Selain itu pemamfaatan sampah sebagai biomassa dapat digunakan sebagai tenaga pembangkit
listrik biomassa, sampah-sampah organic seperti tandan kelapa sawit jika dimanfaatkan dengan menggunakan pirolisis maka akan mendapatkan gas methane yang
dapat
digunakan untuk menggerakan turbin, serta menjadi biogas yang berguna bagi kebutuhan energy rumah tangga. Limbah perkebunan kelapa sawit juga memegang peran penting dalam potensi biomassa
di
Indonesia, semua libah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai energy biomassa baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah cair berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) setiap tahun sedikitnya mencapai: 32,3 juta ton. POME ini dapat menghasilkan biogas. Potensi produksi biogas yang berbahan baku limbah cair tersebut diperkirakan 1.075 juta m3 . Nilai kalor ( heating value ) biogas rata-rata berkisar antara 4700 –6000 kkal/m 3 (20 – 24
MJ/m
3 ). Dengan nilai kalor tersebut, 1.075 juta m 3 biogas akan setara dengan 516.000 ton gas LPG, 559 juta liter solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5.052.5 MWh listrik. Sebuah
studi
yang
dilakukan
ADB
dan
Golder
Associate (2006) yang dikutip dalam TNA Sektor Energi (2009) memperkirakan potensi
biomassa
dari
sekitar
230.530
TJ
limbah per
pabrik
tahun
minyak
dan
kelapa
produksi
sawit
listrik
di
Indonesia
potensial
yang
setara dapat
dihasilkan adalah sekitar 4.243.500 MWh per tahun. Asumsi yang digunakan untuk perhitungan
ini
adalah
potensi
TBS
sebesar
15,18
juta
ton/
tahun,
70%
nya
digunakan untuk pembangkit listrik yang beroperasi 8000 jam per tahun. Ada beberapa
proyek
pembangkit
listrik
berbasis
biomassa
yang
sudah
dan
sedang
dikembangkan di Indonesia. Termasuk diantaranya adalah Proyek BKR Biomass 4 MWe
Condensing
Steam
Turbine di
Riau,
Proyek
Gasifikasi
Biomass
di
Industri Jamur di Jawa Tengah, Pembangkit Listrik Biomassa Mandau di Riau, Proyek Biomassa menjadi Listrik PTIP (7MW) di Riau, Proyek Biomassa menjadi Listrik PTMM 24 MWe di Sumatra Utara, Pembangkit Listrik Biomassa 4 MW dari Kepingan Kayu dan Serbuk Gergaji di Jawa Tengah, Kogenerasi Biomassa Nagamas, Kogenerasi
Biomassa
Amurang
Condensing
Steam
Turbine di
Condensing
Steam
Turbine di
di
Sulawesi
Sumatra Riau.
Utara, MNA
Utara
Biomass
dan MSS
Pengembangan
Biomass
pembangkit
9.7
MWe
9.7
MWe
listrik
tenaga
biomassa ini diharapkan dapat terus dikembangkan karena saat ini potensi yang dimanfaatkan
sangat
sedikit
jika
dibandingkan
dengan
potensi
yang
dimiliki,
Potensi energi biomassa sebesar 50 000 MW hanya 320 MW yang sudah dimanfaatkan atau
hanya
membuat
0.64%
kebijakan
pemamfaatan
dari untuk
biomassa
seluruh
potensi
pemamfaatan
yang efektif
dan
yang biomassa efisien
ada. dan demi
Sudah
saatnya
mengembangkan tercapainya
pemerintah teknologi
keseimbangan
sumber energy sehingga Indonesia kedepannya mampu menjadi lumbung energy dunia untuk biomassa. Teknologi meliputi
teknologi
yang
telah
pirolisis,
gasifikasi,
dikembangkan dan
karbonisasi.
Ketiga
saat
ini
teknologi
ini
sudah digunakan untuk memproses biomassa dan mengkonversinya menjadi bahan bakar yang dapat digunakan seperti arang untuk pembriketan, gas metana untuk biogas, serta biooil untuk bahan bakar. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk skala kecil maupun besar. Sehingga untuk pemamfaatan biomassa tidak terlalu sulit cukup ada keinginan dan pemahaman mengenai teknologi tersebut dan biomassa sudah dapat digunakan untuk skala individu maupun sekelompok masyarakat. Memang saat ini biomassa tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal karena teknologi yang kurang mendukung samahalnya dengan penggunaan energy fosil, awalnya juga kurang efektif namun beriringan dengan perkembangan zaman yang terus kearah majunya teknologi
membuat
energy
fosil
ini
dapat
dikonversikan
dengan
baik
kebentuk
energy lain. begitu pula dengan biomassa saat ini belum ditemukan teknologi yang dapat memanfaatkanya selelvel energy fosil namun dengan berkembangnya zaman maka suatu saat nanti biomassa ini pun akan seperti energy fosil. Maka
untuk mencapai itu semua biomassa dengan teknologi yang ada saat ini sudah saatnya digunakan sebagai penyeimbang energy fosil, sehingga mampu merangsang untuk perbaikan teknologi selanjutnya yang akan membawa biomassa sebagai sumber energy dunia disamping energy terbarukan yang lainya.Pemamfaatan biomass asebagai penyeimbang energy fosil memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
a. Mengurangi adanya gas rumah kaca, Penggunaan
biomassa
akan
membuat
sampah
organic yang dapat menghasilkan gas metana dapat dimanfaatkan sehingga gas metana yang menyebabkan terbentuknya gas rumah kaca dapat diminimal. Seperti kotoran-kotoran
binatang
ternak,
tandan
kelapa
sawit,
tongkol
jagung,
sekam
padi, dan lain-lain. Selain
itu
penggunaan
biomassa
akan
mengurangi penggunaan energy fosil yang menyumbang gas-gas rumah kaca terbesar saat ini serta penggunaan biomassa ini akan membuat semakin dimanfaatkan lahan kosong untuk menanam tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan biodiesel seperti jarak pagar, kelapa sawit, dan lain-lain.
b. Melindungi kebersihan air dan tanah Pemamfaatan biomassa akan memanfaatkan sampah yang berbahaya bagi lingkungan karena
akan
mencemari lingkungan sekitar seperti air dan tanah. Sampah yang tertimbun
akan
mengeluarkan cairan yang berbahaya dan diserap oleh tanah dan mencemari
air
tanah, sedangkan air tanah ini digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi maupun kebutuhan lain. dengan memanfaatkan biomassa sampah langsung dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sehingga tidak mencemari air dan tanah. c. Mengurangi limbah organic. Samahalnya
seperti
melindungi kebersihan air dan tanah, pemamfaatan biomassa akan mengurangi limbah organic karena sampah hasil olahan pabrik dapat dimanfaatkan untuk biogas. d. Mengurangi polusi udara. Pemamfaatan biomassa seperti biogass, biodiesel, dan briket merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan atau sedikit menghasilkan gas-gas berbahaya yang menyebabkan polusi udara. Keuntungan-keuntungan akan
tercapai
jika
biomassa
penggunaan dimanfaatkan.
Pemamfaatan
biomassa biomassa
tidak
harus
mematikan penggunaan energy fosil namun sebagai penyeimbang penggunaan energy fosil
yang
ada
saat
ini.
Sehingga
kelangkaan
energy
fosil
dapat
diperlambat,
dan semakin banyak pilihan sumber energy yang kita gunakan akan semakin membuat kehidupan kita didunia semakin membaik. Potensi
besar
yang
dimiliki
penyeimbang
penggunaan
dikarenakan
potensi
tumbuh-tumbuhan, sangat
banyak
energy
yang
limbah dan
oleh
biomassa
di
yang
sudah
fosil
dimiliki pabrik
mudah
biomassa
sawit,
ditemukan
dan di
Indonesia
dapat
mengarah
diantaranya
agraris
kepunahan, sampah
kotoran-kotoran Negara
dijadikan
organic,
binatang seperti
ini
ternak
indonesia.
Selain itu pemamfaatan biomassa akan menghasilkan berbagai macam bahan bakar yang
dapat
dijadikan
penyeimbang
energy
fosil
diantaranya
briket,
biooil,
dan biogas serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan pencemaran lingkungan seperti udara, air dan tanah.
1.
Latar Belakang Dengan semakin majunya peradaban manusia akan menuntut semakin banyak aktifitas yang dilakukan demi tujuan memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini membuat saya termotivasi untuk menuliskan karya tulis tentang sumber energi alternatif (Biogas) yang ramah lingkungan, sebab saya ingin masyarakat tahu terutama masyarakat di daerah pedesaan untuk dapat beralih ke sumber energi alternatif yang bahan bakunya sudah ada di lokasi seperti kotoran ternak, limbah organik, guna mengatasi ketergantungan masyarakat pada BBM yang melongjak naik dan memberikan dampak negatif yang besar bagi masyarakat Timor-Leste. Juga karena jumlah populasi di Timor-Leste terus meningkat setiap tahun. Hal ini berpengaruh terhadap konsumsi BBM yang semakin tinggi, karena hamper semua konsumsi BBM di Timor-leste import dari Indonesia dan Australia. Untuk menangani ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak dari luar negeri. Pemerintah Timor-Leste telah menerbitkan program pembangunan tentang kebijakan nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai penganti bahan bakar minyak. Program ini ditujukan pada daerah-daerah kabupaten dan daerah pedesaan yang telah dilaksanakan antara lain adalah kabupaten Lautem kecamatan Lospalos. Program ini diharapkan bisa menangani masalah harga BBM, menciptakan lingkungan yang bersih di daerah peternakan dan masyarakat juga dapat memanfaatkan limbah organik dari hasil usaha peternakan sapi yang terdiri dari fases, urine, gas dan sisa makanan ternak yang dapat digunakan untuk pembuatan pupuk organik dan hasil dari pupuk tersebut dimanfaatkan untuk mata pencarian masyarakat[1].
1. B. Perumusan masalah Sejauh mana sumber energi alternatif biogas bisa memenuhi kebutuhan masyarakat? Bahan apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan sumber energi alternatif ini? Kegunaan apa saja yang bisa dihasilkan oleh sumber energi alternatif? Mengapa masyarakat tidak mengunakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan?
1. C. Ruang Lingkup Berdasarkan kemampuan penulis, maka penulis hanya memberi batas/ruang lingkup mengenai tema yang telah di tentukan oleh penulis yaitu tentang manfaat sumber energi alternatif biogas bagi masyarakat dipedesaan khususnya Lospalos.
1. D. Tujuan dan Manfaat Tujuan
Agar masyarakat tahu bahwa masih ada sumber energi lain selain sumber energi fosil (BBM). Agar masyarakat bisa beralih dari sumber energi fosil (BBM) yang mahal dan terbatas ke sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Untuk memahami bahwa peranan sumber energi alternatif dalam mengatasi masalah harga BBM yang naik dan masalah pencemaran lingkungan.
Manfaat
Dapat menghemat pengeluaran masyarakat, dengan memanfaatkan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak, tanah atau kayu untuk memasak. Biogas dapat digunakan sebagai pembangkit listrik rumah tangga. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan dihasilkannya pupuk yang berkualitas atau menghemat biaya pembelian pupuk bagi yang memerlukanya. BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMECAHAN
1. 1. LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Biogas Biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik (seperti kotoran ternak atau kotoran manusia) difermentasikan atau mengalami proses metanisasi. Biogas terdiri dari campuran metana (50-75%) CO2(25-45%), serta sejumlah kecil dari H2,N2 dan H2S. Dalam aplikasinya, biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan dan menghasilkan energi listrik. Biogas bersifat ramah lingkungan dan dapat mengurangi efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif akan mengurangi penggunaan kayu bakar. Dengan demikian dapat mengurangi usaha pohon di hutan, sehingga ekosistem hutan tetap terjaga Sebagai energi alternatif, biogas bersifat ramah lingkungan dapat mengurangi efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif akan mengurangi penggunaan kayu bakar. Dengan demikian dapat mengurangi usaha penebangan pohon di hutan sehingga ekosistem hutan tetap terjaga[2]. Aplikasi 1m3 Biogas setara Dengan Penerangan 60 - 100 watt lampu selama enam jam Memasak Dapat memasak tiga jenis makanan untuk keluarga (5-6 orang) Pengganti bahan bakar 0,7 kg minyak tanah Tenaga Dapat menjalankan satu motor tenaga kuda selama dua jam Pembangkit tenaga listrik Dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik [3] 1.2 Digester Digester yaitu proses degradasi material organik tanpa melibatkan oksigen[4]. 1.3 Sumber Bahan Baku Biogas Biogas adalah gas yang mudah terbakar ( flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, tetapi hanya
bahan organik (padat/cair) homogen, seperti kotoran urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana[5]. 1.4 Sampah organik Padat Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu anorganik, organik, dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri, atau kegiatan lainya (seperti sampah dapur, sisa sayuran, kulit buah dan lain-lain)[6]. 1.5 Limbah Organik Cair Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari suatu proses yang sudah tidak digunakan lagi. Kegiatan yang berpotensi sebagai penghasil limbah cair antara lain kagiatan industri, rumah tanggah, peternakan, dan pertanian[7].
1. 2.
PEMECAHAN MASALAH
Timor-Leste merupakan negara yang berpotensi dalam segala bidang peternakan dan untuk mengatasi masalah yang terjadi ditengah masyarakat, maka sudah menjadi kewajiban kita masing-masing sebagai masyarakat untuk merawat lingkungan dan melestarikanya dengan mengunakan sumber energi alternatif ramah lingkungan yang ada. Energi alternatif ini dapat mengatasi masalah yang sering terjadi pada masyarakat pedesaan seperti: kurangnya penghasilan yang mereka dapatkan, terbatasnya sumber energi listrik dan minyak tanah, harga bahan bakar minyak yang kini mahal dan terbatas, dan juga masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu perlunya solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengunakan sala satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan seperti Biogas guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terlebih mereka yang berada di daerah yang jauh dari akses energi listrik dan BBM. Energi biogas telah memenuhi kriteria sabagai berikut: harganya murah, bahan baku tersedia di lokasi, ramah lingkungan, dan tidak membutuhkan keterampilan khusus. Oleh karena itu biogas sangat sesuai untuk masyarakat karena tidak membutuhkan biaya yang mahal dan limbah dari hasil proses biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik atau dapat dijual kepada indutri pupuk atau dipasar. Sala satu dari keuntungan biogas selain dapat menghemat pengeluaran masyarakat juga dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik. Maka bagi masyarakat yang tidak memiliki akses listrik PLN seperti di sebagian pedesaan, dapat mengunakan energi biogas untuk penerangan selama enam jam. Dengan demikian sumber energi biogas dapat membantu masyarakat, terlebih mereka yang tinggal di desa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka seperti memasak, penerangan, dan pengunaan minyak tanah atau minyak bumi (BBM) yang disebabikan faktor ekonomi. Biogas juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan di air, tanah, udara (bau) yang disebabkan oleh kotoran ternak. Dan pemerintah hendaknya harus mengutamakan keterlibatan para peternak dalam pengelolaan ternak dan manejemen limbah atau kotoran. Eng. Brigida Antonia Correia, Master of Agriculture Mengatakan bahwa: karena masyarakat Timor-Leste selama ini tidak begitu mengenal energi alternatif sebagai bahan bakar penganti minyak, maka baik para pelajar maupun para masyarakat dan pemerintah seperti secretariu estadu
politika energetika untuk memberikan informasi lebih mendalam kepeda masyarakat bahwa energi alternatif terlebih biogas adalah sumber energi efisient yang dapat digunakan untuk memasak atau untuk penerangan. Biogas adalah salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Di Timor-Leste terdapat banyak peternakaan dan biasanya faces (kotoran) yang dihasilkan oleh ternak itu tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga fases tersebut, lama-kelamaan dapat merusak lingkungan baik didaratan, udara maupun di air. Oleh karena itu diperlukan praktekpraktek yang aktif supaya bisa mengubah mentalitas masyarakat dari pengunaan BBM atau minyak tanah ke energi alternatif seperti Biogas karena dengan masyarakat memanfaatkan faces yang ada bararti telah membantu mengurangi beban ekonomi masyarakat terhadap harga minyak yang mahal dan terbatas. [8] dari keterlibatan tersebut, dipromosikan karena dianggap sebagai jalan praktis untuk pengelolaan sumber energi alternatif biogas.
BAB III PENUTUP 1. A. Kesimpulan Biogas adalah sala satu sumber energi alternatif yang murah disediakan di lingkungan pedesaan, merupakan campuran gas metana, karbon dioksida dan sejumlah kecil dari H2, N2 dan H2S, sehingga dapat dibakar seperti gas elpiji yang sering dipakai untuk memasak dan penerangan. Bahan-bahan atau biomassa sumber biogas dapat berasal dari kotoran ternak, limbah pertanian, dan sampah/limbah organik. Penguraian biomassa menjadi biogas juga menghasilkan kompos (pupuk) sehingga selain menyediakan pupuk organik untuk mendukung kegiatan pertanian serta meningkatkan kebersihan lingkungan dan meningkatkan perekonomian para petani. penggunaan biogas dapat mengatasi masalah pemanasan global dan masalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang cenderung terus naik. Keluarga-keluarga yang menggunakan biogas sudah tidak membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan menggunakan ternak yang dipelihara. Bagi mereka yang biasanya mencari atau memotong kayu bakar di hutan kini bisa beralih ke penggunaan energi alterlatif biogas yang memberikan nilai tambahan ekonomis dengan pekerjaan sambilan yang lain. Kotoran ternak kini menjadi sangat diperlukan sehingga kondisi kandang menjadi lebih baik, pada akhirnya memberikan keuntungan dengan penjualan ternak yang lebih cepat dan berharga lebih tinggi. Petani biasanya menggunakan pupuk kimia untuk menanam, kini bisa menghemat biaya produksi pertaniannya karena sudah tersedia pupuk organik dalam jumlah yang memadai dan kualitas pupuk yang lebih baik.
1. B. Saran Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menyarankan kepada masyarakat dan pemerintah untuk dapat mengembangkan sumber energi alternatif sebagai solusi dari masalah peningkatan harga BBM dan pemanasan global, terlebih pada masalah ekonomi masyarakat kalangan bawa yang kurang mampu untuk membeli minyak tanah dan energi listrik. Oleh karena itu, perlunya pengarahan pemerintah kepada masyarakat di daerah pedesaan tentang manfaat dari energi biogas yang ramah lingkungan dan memberi pendapatan lebih bagi para petani. Penulis juga menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Biogas, Sumber Energi Alternatif Burhani Rahman
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama (Kompas, 23 Juni 2005). Kenaikan harga yang mencapai 58 dollar Amerika Serikat ini termasuk luar biasa sebab biasanya terjadi saat musim dingin di negara-negara yang mempunyai empat musim di Eropa dan Amerika Serikat. Masalah ini memang pelik sebagaimana dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan dengan para gubernur di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 22 Juni 2005, dan mengajak masyarakat melakukan penghematan energi di seluruh Tanah Air. Penghematan ini sebetulnya harus telah kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable). Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan. Sebetulnya sumber energi alternatif cukup tersedia. Misalnya, energi matahari di musim kemarau atau musim kering, energi angin dan air. Tenaga air memang paling banyak dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), namun bagi sumber energi lain belum kelihatan secara signifikan.
Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak. Teknologi biogas Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981). Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor,
dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Alat pembangkit biogas Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan sampai 400.000 unit alat ini. Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok. India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas. Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak. Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah â?dicernaâ? oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung. Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3
ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain. Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu. Untuk menuai hasil yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara massal, terarah, dan terencana meliputi pengembangan teknologi, penyuluhan, dan pendampingan. Dalam jangka panjang, gerakan pengembangan biogas dapat membantu penghematan sumber daya minyak bumi dan sumber daya kehutanan. Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap sebagian subsidi BBM dialihkan untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas. Melalui jalan ini, mungkin imbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama memecahkan masalah energi sebagian dapat direalisasikan Instalasi mini PLTBM 509259- installation of Biomass Power Plant Instalasi Mini Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa ( PLTBM) 50929 terdiri dari 1 unit reactor digester 5 m3, 2 unit pemurnian biogas ( methane purifier) MP 12135 ( PVC) , gas holder kapasitas 5, 3 m3, 1 unit generator BG 2, 5 KVA ( genset biogas daya 2500 watt) , bakteri aktivator metanogen GP-7 untuk 1 bulan serta perlengkapan instalasi ( kompresor mini, slang, valve, manometer hingga fasilitas menyalakan kompor dan generator) . Instalasi pembangkitan listrik melalui generator set ( genset) ini dilengkapi dengan rangkaian seri penyimpan daya ( 4 unit battery 12 V / 40 Ah dengan kapasitas 1, 92 KWH) , kemudian sistim pengisian ( charger regulator) dan konversi daya ke listrik dari battery ke arus ( AC 220 Volt) melalui inverter 1 KW. Dengan kelengkapan itu, setiap keadaan generator set hidup ( ON) , disamping memberikan arus listrik kepada lampu dan perkakas juga sekaligus melakukan pengisian battery. Dan, ketika genset mati ( OFF) , Instalasi PLTBM dapat terus memberikan daya listrik tanpa terputus. Mini PLTBM ini memerlukan bahan baku berupa biomassa atau sampah organik 500 liter hingga 1 m3 atau 0, 15 ton/ hari. Berbagai jenis biomassa yang baik bagi pembangkitan energi, terutama material yang mengandung selulosa tinggi, meliputi antaranya sampah domestik dapur ( jenis organik) , feces kotoran hewan ternak, tinja/ septic tank, gulma kebun dan gulma air seperti eceng gondok dan kiambang, limbah proses produksi sari buah, dan aneka makanan, serta aneka limbah asal tumbuhan dan ternak lainnya. Bagi tujuan mengolah bahan baku berasal dari jenis biomassa tumbuhan, belum memiliki homogenitas, diperlukan ( optional) mesin pencacah seperti MPO 500 HD. Setiap harinya, Instalasi Mini PLTBM 50929 menghasilkan biomethan pada kemurnian > 80 % metan ( CH4) sebanyak 9 m3 yang memiliki daya nyala dan kalori tinggi sebagai bahan kompor guna masak memasak setara dengan 4, 32 kg LPG, atau bahan bakar gas tersebut dapat menyalakan 1 unit genset 2, 5 KVA ( 2500 watt ) sebanyak 9 KWH ( kilo watt hour) .