MAKALAH
IPTEK PENGOLAHAN BAHAN PAKAN
SILASE
Oleh :
Rica Silvi Anastasia
145050100111181
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan pakan hijauan yang cukup dengan nutrisi yang baik dan berkesinambungan sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan produksi ternak ruminansia merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan pengembangan ternak ruminansia. Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia tersedia secara melimpah pada musim hujan namun demikian akan menurun produksinya pada musim kemarau.
Pemenuhan kebutuhan hijauan merupakan hal yang selalu menjadi masalah terutama di wilayah Nusa Tenggara Barat, hal ini disebabkan karena lahan peternakan yang sudah mulai sempit serta faktor iklim dimana produksi hijauannya pada musim hujan tinggi dan melimpah namun akan terjadi penurunan produksi pada musim kemarau sehingga keadaan ini menyulitkan peternak untuk memenuhi kebutuhan ternak mereka.
Melihat kondisi dan masalah di atas maka perlu dilakukan sebuah terobosan yaitu dengan cara teknologi konservasi (pengawetan). Teknologi ini bertujuan untuk mengawetkan kelebihan hijauan pada musim hujan sehingga kebutuhan ternak ruminansia dapat terpenuhi pada musim kemarau.
Salah satu konservasi yang sudah dikenal yaitu teknologi silase dimana teknologi ini bertujuan untuk mengawetkan hijauan serta mencegah kehilangan nutrisi hijauan melalui proses fermentasi mikroba secara anaerob. Pengawetan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan teknologi konservasi yang lain. kelebihan silase diantaranya yaitu hijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu dipanen, tidak banyak daun yang terbuang, silase umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan hay dan karoten dalam hijauan lebih terjaga dengan dibuat silase dibanding hay.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan silase.
Bagaimana cara membuat silase.
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui apa yng dimaksud dengan silase.
Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan silase.
II
PEMBAHASAN
Pengertian Silase
Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi. Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
Tujuan pembuatan silase adalah 1). Memanfaatkan hijauan pada kondisi pertumbuhan yang tertinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, 2). Menyediakan hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak ruminansia dan 3). Mempertahankan atau meningkatkan produksi.
Tempaeratur yang baik untuk silase berkisar 270C hingga 350C. pada temperature tersebut, kualitas silase yang dihasilkan sangat baik. Kualitas tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yaitu: mempunyai tekstur segar, berwarna kehijau-hijauan, tidak berbau busuk, disukai ternak, tidak berjamur, tidak menggumpal.
Prinsip dasar fermentasi silase
Respirasi
Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di masukan dalam silo. Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi, seperti reaksi dibawah ini :
C2H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + panas.
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi. Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.
Fermentasi
Setelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh lactic acid ( asam laktat ) yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus. Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan asam laktat. Bakteri ini akan terus memproduksi asam laktat dan menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas, sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, dan bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya.
Tahap atau fase fermentasi silase
Fase I
Fase II
Fase III
Fase IV
Fase V
Fase VI
Respirasi sel, produksi CO2, panas dan air
Produksi asam asetat, asam laktat dan etanol
Pembentukan asam laktat
Pembentukan asam laktat
Penyimpanan material
Dekomposisi aerob saat silo dibuka
Perubahan suhu 20,60C
32,20C
28,90C
28,90C
Perubahan pH 6,0 – 6,5
5,0
4,0
7,0
Bakteri asam asetat asam laktat
Bakteri asam laktat
Bakteri asam laktat
Aktivitas ragi dan jamur
Umur silase 1 hari
2 hari
4 hari
21 hari
Bahan yang digunakan
Rumput gajah
Rumput gajah merupakan keluarga rumput-rumputan (graminae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Di Indonesia, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang tanaman ini dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku.
Rumput gajah tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Rumput gajah mempunyai produksi bahan kering 40 ton/ ha/ thn, dengan kandungannya yaitu protein kasar 13,5%, lemak 3,4%, NDF 64,28%, abu 15,8 %, Ca 0,13%, dan fosfor 0,37%. Rumput gajah pada umur 43 hari sampai dengan 56 hari mengandung air 82,5 (%), protein 9,3 (%), lemak 2,1 (%), serat kasar 32,9 (%), BETN 42,8 (%), Abu 15,2 (%), Ca 0,52 (%), dan fosfor 0,31 (%).
Rumput gajah merupakan salah satu dari banyak rumput tropis yang digunakan sebagai silase. Faktor-faktor yang mendukung sehingga rumput gajah banyak dikomsumsi oleh ternak ruminansia dan mempunyai palatabilitas yang cukup tinggi dan mudah dikembangkan dengan waktu pemotongan berulang yang tidak terlalu lama, yaitu 4-5 minggu pada musim hujan dan 6-7 minggu pada musim kemarau.
Rumput Raja
Rumput raja adalah jenis rumput baru yang belum banyak dikenal, yang merupakan hasil persilangan antara pennisetum purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides, rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya.
Kandungan nutrien rumput Raja adalah BK 21,21%, TDN 53,89 PK 9,20%, Ca 0,37%, P 0,39%, sedangkan limbah media tanam jamur merang: BK 92,73%, TDN 46,212%, PK 11,74%, Ca 10,9%, P 0,235%.
Stater (molases)
Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1%; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Dalam pembuatan silase molases digunakan sebagai stater (aditif).
Telah dilakukan pengujian pada pengaruh penambahan additive yang berbeda terhadap kualitas fisik dan derajat keasaman silase rumput raja. Additive yang digunkana adalah molases, dedak jagung, gula merah dan gula pasir dan ada pula yang tidak di tambhakan aditive.
Penambahan jenis additif seperti dedak jagung, dedak padi, gula merah, molasses dan gula pasir menghasilkan warna coklat muda dan coklat tua. Penambahan additif ini bertujuan untuk mempercepat proses anaerob sehingga bakteri penghahasil asam laktat memanfaatkan karbohidrat mudah larut ini untuk menurunkan pH silase sehingga menjadikan warna silase rumput Raja menjadi warna coklat muda dan coklat tua. Silase rumput Raja (Pennisetum purphureophoides) tanpa penambahan additif menghasilkan warna agak kehitaman. Silase berubah warna menjadi kehitaman hal ini disebabkan karena pada saat silase dimasukkan kedalam silo, jaringan tanaman masih hidup dan melakukan respirasi secara aktif dan menghasilkan air, CO2 dan panas. Menyatakan bahwa respirasi terjadi pada awal pembuatan silase yang akan menghasilkan CO2, air dan panas, jika proses ini terjadi terlalu lama maka temperatur di dalam silo akan tinggi sehingga akan merusak warna hijauan.
Penambahan additif dedak jagung, gula merah dan molasses tidak menghasilkan jamur namun pada gula pasir menghasilkan sedikit jamur. McDonald (1981) menyatakan bahwa salah satu tujuan penambahan akselerator dalam proses ensilase adalah untuk menghambat pertumbuhan jamur tertentu. Jika dibandingkan dengan silase rumput Raja (Pennisetum purphureophoides) tanpa additif menghasilkan jamur yang cukup hal ini disebabkankan karena proses anaerobik terjadi secara lambat untuk menghasilkan bakteri penghasil asam laktat serta kandungan nutrisi dari bahan additif tersebut.
Penambahan molases memberikan bau asam dan lebih baik dibandingkan dengan jenis additif yang lain (dedak jagung, gula merah dan gula pasir) hal ini disebabkan karena molasses mengandung karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida. Mikroba akan menghasilkan asam laktat yang menyebabkan pH rendah dan bau asam yang dihasilkan berasal dari bakteri asam laktat tersebut. Sementara pada silase tanpa penambahan additif menghasilkan bau yang busuk karena bakteri asam laktat kurang mendapatkan karbohidrat mudah larut untuk memproduksi asam laktat sehingga bakteri yang dihasilkan yaitu bakteri Clostridium. Bakteri ini akan memecah asam amino menjadi ammonia, asam organic, asam amine dan CO2. Bakteri Clostridium akan tumbuh subur pada pH 5.
Proses Pembuatan Silase
Alat:
Golok
Nampan
Talenan
Timbangan
Vakum
Bahan:
2 kg rumput gajah
2 kg rumput raja
3% molases dari total rumput raja dan rumput gajah
Prosesdur:
Cacah rumput gajah dan rumput raja ±3-5 cm.
Timbang 3% molases dari total bahan.
Campurkan rumput gajah, rumput raja dan molases, lalu aduk hingga rata.
Masukan campuran rumput gajah, rumput raja dan molases, yang telah di aduk hingga rata ke dalam plastik putih.
Lalu gunakan vakum untuk mengeluarkan udara yang ada dalam plastik.
Masukan ke dalam kantung hitam untuk menjegah silase terkena cahaya matahari langsung.
Dan simpan silase di tempat yang aman serta tidak terkena sinar matahari langsung.
Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah
Penggunaan aditif dedak padi pada pembuatan silase dengan berbagai level dedak dengan penambahan Lactobacillus plantarum I BL-2 106 cfir/g hijauan memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter kualitas silase. Level
dedak padi memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap penunman pH silase, kandungan total asam (DP 5o/o), % ADF dan % NDF (DP 3%) dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan antara level dedak padi DP l% dan DP 5% tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap beberapa parameter kualitas silase yaitu bahan organik, abu, bahan kering, srn^.r panen, % rusah jumlah koloni bakteri asam laktat akhir dan asam laktat. trvel dedak dalam aplikasi pernbuatan silase dapat berpengaruh terhadap kualitas silase dan dapat digunakan sebagai tambahan mulai l%w/w sampai5%w/w.
III
KESIMPULAN
Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi. Tujuan pembuatan silase adalah 1). Memanfaatkan hijauan pada kondisi pertumbuhan yang tertinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, 2). Menyediakan hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak ruminansia dan 3). Mempertahankan atau meningkatkan produksi.
Cara pembuatan silase, cacah rumput gajah dan rumput raja ±3-5 cm, timbang 3% molases dari total bahan, campurkan rumput gajah, rumput raja dan molases, lalu aduk hingga rata, masukan campuran rumput gajah, rumput raja dan molases, yang telah di aduk hingga rata ke dalam plastik putih, lalu gunakan vakum untuk mengeluarkan udara yang ada dalam plastik, masukan ke dalam kantung hitam untuk menjegah silase terkena cahaya matahari langsung dan simpan silase di tempat yang aman serta tidak terkena sinar matahari langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Erna. 2010. Bahan Ajar Mandiri Teknologi Pengolahan Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang
Hidayat, Nur. April 2014. Karakteristik dan Kulitas Silase Rumput Raja Menggunkana Berbagai Sumber dan Tingkat Penambahan Karbohidrat Fermentable. Vol 14 No.1
Ridwan, R, dkk. Desember 2005. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus Plantarum 1BL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah. Vol, 28 No.3.
Rismunandar, 1989. Mendayagunakan Tanaman Rumput. CetakanKe-III. PT Sinar Baru: Bandung
Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Taufikurrahman. Maret 2014. Pengaruh Penambahan Additive yang Berbeda Terhadap Kualitas Fisik dan Derajat ke Asaman Silase Rumput Raja. Uhudubdullah.blogspot.com/2014/03/ pengaruh-penambahan-aditive
Widyastuti, Y. 2008. Fermentasi Silase dan Manfaat Probiotik Silase bagi Rouminansia. Media Peternakan. 31 (3) : 225-232.
Zailzar, L., Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan Kualitas Dan Ketersediaan Pakan Untuk Mengatasi Kesulitan di Musim Kemarau Pada Kelompok Peternak Sapi Perah. Jurnal Dedikasi Vol. 8