12
MAKALAH
PSIKOLOGI DEWASA LANSIA
PERMASALAHAN PSIKOLOGI LANSIA
Oleh:
Muh. Wija Hadi Perdana (1471040049)
Nur Rahma (1371040016)
Ulil Amriani Rahmat (1471041012)
Karmila Kahar (1471040042)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian lansia 3
B. Masalah psikologis lansia 4
1. Demensia 4
2. Alzheimer 6
3. Gangguan anxitas 7
4. Parkinson 8
5. Delirium 9
6. Hipokonriasis 10
7. Gangguan tidur 10
BAB III 12
PENUTUP 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran seiring dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Santrock (2012:224) mengemukakan bahwa usia 65 tahun merupakan usia penuaan bagi yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia. Menurut ilmu gerontologi orang yang berusia lebih dari 65 tahun dibagi menjadi 3 kelompok: usia tua awal, yaitu mereka yang berusia antara 64 hingga 74 tahun; usia tua menengah yaitu mereka yang berusia antara 75 hingga 84 tahun; dan usia akhir yaitu mereka yang berusia ditas 85 tahun. Kesehatan masing-masing berbeda dalam berbagai cara (Davison, Neale, dan Kring, 2014:743).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Bagaimana permasalahan psikologi lansia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.
2. Untuk mengetahui permasalahan psikologi lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian lansia
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.
J.W. Santrock (Santrock, 2002:190) mengemukakan bahwa ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
Masalah Psikologi Lansia
Demensia
Pengertian dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014:742) mengemukakan bahwa dimensia merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan kemunduran intelektual hingga ketitik melemahkan fungsi sosial dan pekerjaan. Liftiah (2009:218) mengemukakan bahwa demensia merupakan gangguan kognitif, meliputi berkurangnya ingatan secara bertahap, ketidakmampuan mempelajari informasi baru, kemampuan berkomunikasi, berpendapat, dan koordinasi motorik. Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa demensia merupakan gangguan kompeks yang mencakup beberapa entitas penyakit yang khas. Dimensia ditandai dengan berkurangnya fungsi kognitif sehingga mempengaruhi kegiatan sehari hari.
Penyebab demensia
Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa dimensia disebabkan oleh perubahan pada otak yang tidak dapat dipulihkan meliputi penyakit dan kematian jaringan otak. Papalia dan Feldman (2014:242) mengemukakan bahwa dimensia timbul disebabkan oleh penyebab fisiologis. Penyebab fisiologis utama dimensia yaitu penyakit alzheimer dan parkinson.
Gejala dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa simtom utama penyakit demenisa yaitu kesulitan dalam mengingat banyak hal dan peristiwa baru. Dimensia mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan dalam memahami pemikiran abstrak, dan gangguan emosi menjadi hal umum, termasuk simtom depresi, afek datar, dan ledakan emosional secara berkala.
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa individu yang menderita demensia memiliki kemungkinan gangguan pola bicara yang membingungkan. Meskipun sistem motorik tetap berfungsi namun penderita demensia mengalami kesulitan berbagai aktivitas motorik, seperti mengosok gigi, melambaikan tangan, dan berpakaian. Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen penderita demensia mengalami delusi dan halusinasi.
Alzheimer
Pengertian alzheimer
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukan bahwa alzheimer merupakan pengklasifikasian paling umum dari dimensia. Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa alzheimer istilah untuk rusaknya jaringan otak yang tidak dapat diperbaiki. Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer disebabkan oleh perubahan besar pada otak yaitu pembentukan daerah yang mengeras pada bagian otak. Plak merupakan bagian yang mengeras pada otak. Letak dari plak mempengaruhi gejala yang muncul. Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer lebih umum terjadi pada perempuan. Papalia dan Feldman (2014:242) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer secara perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan kemampuan penderitanya untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan pada akhirnya menyebabkan kematian.
Gejala alzheimer
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa gejala klasik dari alzheimer berupa kerusakan memori, kemunduran bahasa, kekurangan dalam pemrosesan visual dan ruangan. Salah satu gejala yang paling jelas adalah ketidakmampuan mengingat kejadian baru atau memproses informasi baru. Gejala lain yang cenderung muncul diawal penyakit yaitu gangguan kepribadian secara cepat menjadi kaku, apatis, egosentris, dan kontrol emosi yang terganggu.
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa semakin banyak gejala yang mengikuti seperti mudah tersinggung, cemas, depresi, delusi, delirium, dan berkeliaran, mengakibatkan kerusakan pada ingatan jangka panjang, penilaian, konsentrasi, dan orientasi serta gangguan bicara. Individu yang mengalami alzheimer mengalami kesulitan melakukan aktivitas rutin dikehidupan sehari-hari. Cummings (Papalia dan Feldman, 2014:244) mengemukakan bahwa pada akhirnya individu tidak bisa memahami atau menggunakan bahasa, tidak mengenali anggota keluarga, tidak bisa makan tanpa bantuan, tidak bisa mengatur kapan buang air, dan kehikangan kemampuan untuk berjalan, duduk dan menelan makanan padat. Kematian biasanya datang sekitar 8 samapai 10 tahun setelah gejala muncul.
Penyebab alzheimer
Papalia dan Feldman (2014:244) mengemukakan bahwa penyebab utama perkembangan penyakit alzheimer yaitu kekusustan neurofibriler (massa neuron mati yang terpelintir) dan sejumlah lilin plak amiloid (jaringan yang tidak berfungsi). Otak manusia tidak dapat membersihkan plak karena plak tersebut tidak dapat larut. Lama kelamaan jaringan tersebut akan mengeras / membaur dan menghancurkan neuron disekitarnya.
Gangguan anxitas
Pengertian anxietas
Liftiah (2009:63) mengemukakan bahwa anxietas merupakan perasaan khawatir yang tidak nyata, tidak masuk akal, tidak sesuai, yang berlangsung intens, atas dasar prinsip yang terjadi dan nyata. Davidson dan Neale (Liftiah, 2009:63) mengemukakan bahwa anxietas juga dapat diartikan sebagai kondisi mood yang negatif yang ditandai dengan simtom simptom tubuh, ketegangan fisik, dan keakutan terhadap kejadian yang akan datang.
Penyebab anxietas
Anxietas pada individu berusia lansia merupakan kecemasan yang umumnya khawatir pada munculnya berbagai macam penyakit dan mengalami kelemahan fisik dan khawatir tidak mampu berperan penting sehingga akan tersingkir dari kehidupan sosial. Davison, Neale, dan Kring (2014:764) mengemukakan bahwa masalah kecemasan lansia sering kali dihubungkan dengan penyakit medis.orang orang yang mengidap demensia seperti alzheimer mungkin mencerminkan kecemasan yang timbul akibat kebingungan dan frustasi saat mereka tidak mampu melakukan hal yang tampak kecil seperti memakai jaket.
Parkinson
Santrock (2012:197) mengemukakan bahwa parkinson merupakan penyakit kronis dan progresif yang ditandai oleh gemetar pada otot, gerakan yang melambat, kelumpuhan sebagian wajah. Papalia dan Feldman (2014:242) mengemukakan parkinson merupakan penyakit yang melibatkan degenerasi neurologis yang progresif, ditandai dengan tremor, kekakuan, pergerakan lambat dan postur tubuh yang tidak stabil.
Penyakit parkinson ditangani dengan memberikan obat yang meningkatkan dopamin kepada penderita yang berada ditahap awal penyakit, dan L-dopa, yang dapat diubah menjadi dopamin oleh otak. Penanganan lainnya yaitu dengan menstimulasi otak secara mendalam yang mencakup implantasi elektroda di dalam otak. Elektroda tersebut di stimulasi oleh alat yang mirip alat pacu jantung (Santrock, 2012:198)
Delirium
Davison, Neale, dan Kring (2014:752) mengemukakan bahwa delirium merupakan penggambaran untuk kondisi kaburnya kesadarana. Individu yang menderita delirium kadang secara mendadak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu mempertahankan alur pemikiran yang teratur dan terarah. Liftiah (2009:219) mengemukakan bahwa delirium merupakan keadaan kebingungan mental yang mengakibatkan penderitanya sulit berkonsentrasi dan berbicara secara jelas dan masuk akal.
Individu yang menderita deirium tidak mungkin dapat terlibat dalam percakapan karena perhatian mereka yang tidak dapat terfokus pada satu hal dan pikirannya terpecah-pecah. Pada kondisi parah, cara berbicara menjadi parah dan tidak karuan. Delisah dan bingung, penderita delirium dapat mengalami disorientasi waktu, tempat, dan kadang diri yaitu mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti hari apa sekarang dan dimana mereka sekarang (Davison, Neale, dan Kring, 2014:753). Penderita delirium sering mengalami gangguan perseptual dengan menganggap bedara dalam rumah bukan dalam rumah sakit. Halusinasi umum terjadi, namun delusi tidak selalu terjadi dan cenderung berubah ubah, tidak terlalu nyata, dan singkat.
Hipokonriasis
Siegler dan Costa (Davison, Neale, dan Kring, 2014:774) mengemukakan bahwa secara luas hipokondriasis sangat umum terjadi dalam populasi lansia. Lansia dapat mengalami berbagai macam masalah fisik, diantaranya sakit pada kaki dan punggung, pencernaan yang buruk, sembelit, sesak napas dan keinginan yang amat sangat.secara kelompok para lansia cenderung kurang melaporkan simpom somatik yang ia derita, sekali lagi mungkin karena permasalahan kekhawatiran.
Davison, Neale, dan Kring (2014:774) mengemukakan bahwa para ahli klinis setuju bahwa secara umum tidak ada gunanya meyakinkan orang yang bersangkutan bahwa ia sehat karena orang tersebut tidak peduli dengan hasil tes laboratorium yang negatif atau pendapat otoritatif dari berbagai sumber resmi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajaknya berjalanmjalan dan membantunya mengalihkan pikirnnya dari rasa sakit. Pengalihan aktivitas dapat membuat para individu bekerja lebih baik terlepas dari penyakitnya dan lebih memperoleh kepuasan.
Gangguan tidur
Davison, Neale, dan Kring (2014:774) mengemukakan bahwa insomnia merupakan gangguan yang umum terjadi pada lansia. Miles dan Dement (Davison, Neale, dan Kring, 2014:774) mengemukakan bahwa masalah tidur yang paling sering dialami oleh lansia adaah sering terjaga pada malam hari, sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tidur, dan rasa lelah yang amat sangat di siang hari. Waktu tidur lansia agak singkat dan sering terputus secara spontan. Selain itu lansia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat tertidur setelah mereka terbangun.
Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, kafein, stres, kecemasan, depresi, kurang beraktivitas, dan kebiasaan tidur yang buruk. Prinz dan Raskin (Davison, Neale, dan Kring, 2014:775) mengemukakan bahwa rasa sakit terutama arthritis merupakan penyebab utama gangguan tidur pada lansia. Penanganan insomnia pada lansia dapat melalui pemberian obat obatan, namun obat-obatan juga memiliki efek samping berupa ketergantungan. Davison, Neale, dan Kring (2014:776) mengemukakan bahwa penggunaan obat tidur secara terus menerus dapat mengakibatkan berkurangnya kefektifitasan obat dan bahkan mengakibatkan tidur cenderung terputus putus dan terganggunya tidur dalam kondisi REM.
BAB III
PENUTUP
Lansia merupakan fase kemasakan fungsi sekaligus kemunduran pada manusia. Berbagai macam permaslahan mulai berdatangan terutama dalam aspek psikologis. Setiap lansia memiliki permasalahan yang berbeda sehingga penanggulangannya juga berbeda. Perhatian yang lebih dibutuhkan oleh lansia sebagai motivasi untuk tetap aktif dan memiliki gairah hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G. C., Neale, J. M., Kring A. M. (2014). Psikologi abnormal (9th ed.). Depok: Kharisma Putra Utama.
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. (5th ed.). Erlanga: Jakarta.
Litfiah (2009). Psikologi abnormal. Semarang: Widya Karya.
Santrock, J. W. (2012). Perkembangan masa hidup. Indonesia: PT Gelora Aksara Pratama
Sunberk, N. D., Winebarge, A. A., Taplin, J. R. (2007). Psikologi klinis (4th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11
13
i
ii
3