BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai wilayah yang
sangat luas dimana sebagian besar penduduknya berorientasi pada bidang
pertanian. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dapat menimbulkan masalah
dalam berbagai bidang yang salah satunya di bidang pertanian. Adanya
peningkatan akan kebutuhan pangan serta kondisi wilayah pertanian yang
semakin sempit akibat desakan dari meluasnya pemukiman penduduk dan
meluasnya daerah industri menuntut suatu usaha dalam pengefektifan wilayah
pertanian. Demi kelancaran pembangunan nasional dan pembangunan masyarakat
indonesia telah dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah diantaranya
diversifikasi dan intensifikasi pertanian.
Kondisi lahan di wilayah Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan ini memiliki potensi besar bagi pengembangan pertanian perlu
perhatian khusus mengingat adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan
masyarakat untuk pemilihan lokasi pertanian yang baik.Melihat dari apa yang
dipaparkan di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan interpretasi
mengenai tentang pemetaan vegetasi dalam kaitannya dengan tingkat kesuburan
tanah yang cocok untuk wilayah pertanian di Kecamatan Pammana Kabupaten
Wajo Sulawesi Selatan.
2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui pemanfaatan foto udara pankromatik berwarna dalam
mendeteksi kondisi tanah di Kecamatan Pammana.
2. Mengetahui wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian.
3. Manfaat
Dengan adanya laporan ini, maka diharapkan dapat memberikan tambahan
bahan bacaan bagi siapa saja yang ingin mengetahui / mempelajari tentang
foto udara dalam hubungannya dengan pendataan penyebaran wilayah pertanian
di Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Foto Udara
Di dalam pengindraan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau
dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tenaga tersebut setelah
diproses membuahkan data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat
berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan
komputer. Data juga dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis
secara manual. Data visual dapat dibedakan atas data citra dan data non
citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling
tidak berupa gambaran planimetrik. Data non citra pada umumnya berupa garis
atau grafik.
Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu berdasarkan atas
: (1) spektrum elektromagnetik, (2) sumbu kamera, (3) jenis kamera, (4)
warna yang digunakan, (5) sistem wahana pengindraannya.
Foto udara berisi rekaman rinci tentang kenampakan bumi pada saat
pemotretan. Foto udara digunakan untuk memdeteksi suatu objek atau tempat.
Salah satu citra foto udara yang digunakan yaitu foto pankromatik berwarna
yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak.
Pemanfaatan foto udara pankromatik berwarna antara lain :
1. Dalam bidang penggunaan lahan : kondisi tanaman, jenis pohon.
2. Dalam bidang ekologi : pencacahan hewan, perbedaan jenis kelamin.
3. Dalam bidang pertanian / kehutanan : jenis tanah, pemetaan
vegetasi.
4. Dalam bidang geologi : pemetaan geologi, mendeteksi lokasi anomali
geobotani.
5. Dalam bidang hidrologi : garis batas daratan dan air, pemetaan
daerah banjir.
6. Dalam bidang oseanografi : penentuan garis pantai, pendugaan
kedalaman air.
7. Dalam bidang kekotaan : wujud bangunan, taman kota, lapangan
olahraga.
2. Interpretasi Foto Udara
Perencanaan pemetaan wilayah pertanian memerlukan perolehan data yang
berkesinambungan untuk merumuskan program dan kebijaksanaan pemerintah.
Program dan kebijaksanaan pemerintah meliputi seluruh bidang baik sosial,
ekonomi maupun kebudayaan hingga pada permasalahan lingkungan dan
perencanaan sumber daya alam.
Semakin kompleksnya peranan dalam perencanaan disertai semakin luasnya
kisaran aktivitas pembangunan mengakibatkan suatu peningkatan kebutuhan
bagi pemerintah untuk memiliki berbagai bentuk sumber daya yang lengkap
yang menjamin untuk kelangsungan di masa yang akan datang. Beberapa macam
data yang diperlukan dapat diperoleh dari iterpretasi foto udara.
Penggunaan interpretasi foto udara ini meliputi kisaran penaksiran
penduduk, kajian kualitas perumahan, kajian lalu lintas dan tempat parkir,
kajian pemilihan lokasi / lahan pertanian, dan proses pemilihan situs dan
arus jalur.
Penaksiran jenis tanah dapat dilakukan melalui interpretasi foto udara
secara tidak langsung. Ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan foto
udara berskala sedang hingga berskala besar untuk memperkirakan tingkat
kesuburan tanah pada daerah tersebut sehingga dapat dibandingkan dengan
daerah lain yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang berbeda. Dari
pendataan vegetasi ini dapat ditentukan wilayah yang cocok untuk pertanian
dengan tingkat kesuburan tanah.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pemilihan Lokasi dan Citra
Salah satu citra foto udara yang digunakan untuk mengidentifikasi
jenis tanah dan pemetaan vegetasi di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo
Sulawesi Selatan yaitu foto udara pankromatik berwarna.
Lokasi sasarannya yaitu di beberapa kelurahan / desa di Kecamatan
Pammana yaitu :
- Desa Tadangpalie - Desa Kampiri
- Kelurahan Pammana - Kelurahan Cina
Jelas terlihat dari peta bagian kelurahan yang memiliki kondisi tanah
yang baik dimana dapat ditaksir bahwa jenis tanah pertanian tersebut subur.
Sasarannya ialah untuk melihat perbedaan antara kelurahan yang produktif
untuk pertanian dengan kelurahan yang kurang produktif pertanian.
(Gb.1 Foto udara pankromatik berwarna / true color )
2. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini telah dimulai pekerjaan dengan teknik pengindraan
jauh. Pekerjaan di dalam tahap ini meliputi : (1) menyiapkan data acuan,
(2) menyiapkan data pengindraan jauh, (3) Menyiapkan mosaik, (4) Orientasi
medan.
1. Menyiapkan Data Acuan
Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra pengindraan jauh,
akan tetapi data itu diperlukan dalam interpretasi citra. Data itu dapat
berupa monografi daerah, laporan penelitian, makalah suatu majalah, buku,
dan peta. Data acuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan interpretasi
citra dan kecermatan hasilnya.
2. Menyiapkan Data Pengindraan Jauh
Data pengindraan jauh ialah data hasil perekaman objek dengan
menggunakan sensor buatan. Data pengindraan jauh dapat berupa citra foto,
citra non foto, atau data numerik. Dalam menyiapkan data pengindraan jauh
harus disesuaikan terlebih dahulu terhadap tujuan penelitian dan
ketersediaan kemampuannya, termasuk aspek biaya, waktu, kelengkapan
instrumen, dan pelaksananya.
Bila dipilih data yang berupa citra, metode ananlisisya ialah analisis
visual atau analisis manual. Bagi data numerik, metode analisisnya ialah
analisis digital dengan menggunakan komputer. Bila dipilih data yang berupa
citra, jenis dan skala citranya disesuaikan dengan tujuan penelitiannya.
Untuk penggunaan lahan misalnya, citra dipilih dengan skala 1 : 250.000
utuk tingkat tinjau, 1 : 50.000 – 1 : 100.000 untuk tingkat setengah rinci
dan 1 : 25.000 atau lebih besar untuk tingkat rinci. Meskipun tidak sesuai
benar, tingkat tinjau sesuai bagi lingkup nasional, dan tingkat setengah
rinci bagi lingkup regional, dan tingkat rinci bagi lingkup lokal. Di
samping pemilihan skala citra, pemilihan jenis citra juga dilakukan sesuai
dengan tujuan penelitiannya.
Menyiapkan data pengidraan jauh yang dilakukan pada tahap ini berarti
menyiapkan ketersediaannya dan menyiapkannya hingga siap pakai. Untuk itu,
maka data pengindraan jauh harus diatur dan disimpan rapi dan dapat
diambil, dikerjakan dan disimpan kembali dengan mudah. Untuk maksud siap
pakai maka ada 4 langkah yang harus dilakukan : (1) pembuatan peta indeks,
(2) penentuan orientasi, (3) perhitungan skala, (4) penyusunan dalam
simpanan.
Untuk tiap rangkaian foto udara, pada umumnya telah dilengkapi dengan
peta indeks. Peta indeks yaitu peta yang menunjukkan lokasi tiap jalur foto
beserta nomornya. Nomor jalur menunjukkan urutan jalur terbang, sedang pada
tiap jalur terbang ada nomor yang menunjukkan urutan pemotretannya.
Penentuan orientasi ialah penentuan arah mata angin. Pada umumnya
digambarkan arah utara pada tiap foto untuk memudahkan penyusunannya dan
interpretasinya. Penentuan arahnya dilakukan dengan bantuan peta atau
dicocokkan dengan arah di lapangan. Perhitungan skala citra perlu
dilaksanakan sebelum dilakukan interpretasi citra karena skala citra sering
berlainan dengan skala yang direncanakan.
3. Menyiapkan Mosaik
Mosaik foto ialah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun
menjadi satu lembar foto. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah
penelitian secara utuh. Penyusunannya dilakukan dengan memotong bagian yang
bertampalan dan menyambungnya dengan melekatkannya pada lembaran lainnya.
Mosaik dibedakan atas mosaik terkontrol, mosaik tak terkontrol, dan
mosaik setengah terkontrol. Mosaik terkontrol disusun dari foto udara yang
telah mengalami rektifikasi ( menghilangkan kesalahan oleh kemiringan sumbu
kamera (tilt) ) dan ratioing ( menyeragamkan skala di seluruh bagian foto
). Mosaik terkontrol dapat diandalkan untuk penyadapan data metrik seperti
jarak dan luas. Mosaik tak terkontrol dibuat dari foto udara tanpa
penyesuaian skala dan ukuran lainnya. Berbeda dengan mosaik terkontrol yang
dalam penyusunannya digunakan titik kontrol di medan, mosaik tak terkontrol
dibuat tanpa titik kontrol. Mosaik setengah terkontrol merupakan gabungan
antara kedua mosaik yang telah dijelaskan.
4. Orientasi Medan
Pekerjaan ini dilakukan dengan membawa foto ke medan. Wujud yang
tergambar di foto dicocokkan dengan wujud sebenarnya di medan. Dengan
demikian maka hasil interpretasinya akan lebih handal kecermatannya.
Orientasi medan perlu dilakukan apabila tidak dapat diperoleh data acuan
atau bila objek yang diinterpretasi sulit dikenali pada foto.
3.3 Interpretasi Data
Data pengindraan jauh dapat berupa data numerik maupun data visual.
Oleh karena itu interpretasi datanya dilakukan secara digital bagi data
numerik dan secara manual bagi data visual. Interpretasi data pengindraan
jauh dilakukan untuk mengubah data numerik atau data visual menjadi
informasi bagi keperluan tertentu. Analisis dalam bidang tertentu kemudian
dilakukan berdasarkan informasi yang berasal dari data pengindraan jauh
tersebut.
1. Interpretasi Secara digital
Bagian terkecil yang dapat digambarkan oleh sistem pengindraan jauh
disebut "pixel" yaitu kependekan dari "picture element". Tiap pixel
memiliki nilai spektral tertentu.
Interpretasi data pengindraan jauh secara digital pada dasarnya berupa
klasifkasi pixel berdasarkan nilai spektral. Klasifikasinya dapat dilakukan
berdasarkan berbagai cara statistik. Pengenalan objek dengan cara digital
pada dasarnya dilakukan dengan dua cara. Bila klasifikasi nilai pixel
didasarkan atas daerah contoh yang diketahui jenis objek dan nilai
spektralnya, klasifikasi ini disebut klasifikasi teracu ( supervised
classification ). Daerah contoh ditetapkan sebelum dilakukan klasifikasi
pixel. Bila klasifikasinya dilakukan tanpa daerah contoh yang diketahui
jenis objek dan nilai spektralnya, klasifikasinya disebut klasifikasi tak
teracu ( unsupervised classification ).
2. Interpretasi Secara Visual
Ada bebrapa pendapat tentang interpretasi citra atau interpretasi data
pengindraan jauh secara visual, diantaranya yaitu menurut Vink (1965),
Roscoe (1960), Umali(1983), Estes Et Al dan Sutanto (1986).
Meurut Vink, interpretasi citra dilakukan melalui 6 tahap : deteksi,
pengenalan dan identifikasi, analisis, deduksi, klasifikasi, dan
idealisasi. Sedang menurut Sutanto, dalam interpretasi citra ada 5 hal :
persiapan, interpretasi citra, pengujian medan, interpretasi ulang, dan
penyelesaian (laporan dan peta akhir)
3. Uji Medan
Pengenalan objek melalui citra dengan mudah adalah : jalan, air,
perumahan, dan sebagainya. Sedang pengenalan yang sulit : jenis tanah,
litologi dan sebagainya. Peta sementara digunakan di medan / lapangan untuk
melakukan uji kebenaran hasil interpretasi. Jika ada informasi atau
keterangan lain yang tidak tercakup dalam interpretasi, maka perlu
ditambahkan atau diperbaiki jika ada kesalahan interpretasi. Bahkan
melakukan pencatatan hasil pengukuran jika data tersebut diperlukan.
4. Interpretasi Ulang
Tahap interpretasi ulang dilakukan setelah dilakukan pekerjaan medan
dan yang dikerjakan terutama pada bagian bagian yang terjadi kesalahan,
keraguan dan kekurangan dalam tahap interpretasi dan latihan. Tahap ini
kemungkinan dilakukan berulang-ulang dan berakhir setelah diyakini bahwa
daerah latihan yang dipilih telah benar dan sesuai dengan keadaan di
lapangan.
5. Penyelesaian
Laporan hasil penelitian pengindraan jauh sangat bergantung pada jenis
penelitiannya. Penelitian pengindraan jauh dibedakan atas penelitian murni
dan penelitian terapan. Laporan kedua hasil penelitian tersebut berbeda
terutama pada analisisnya. Penelitian murni analisisnya berkisar pada
pengindraan jauh sendiri. Sedangkan penelitian terapan maka pengindraan
jauh membantu di dalam analisis spasialnya. Analisisnya berupa analisis di
dalam terapannya, misalnya untuk pencemaran lingkungan, pertanian, geologi,
atau bidang lainnya. Penelitian murni dan penelitian terapan harus membuat
" peta hasil interpretasi citra " sebagai pelengkap laporan.
Pekerjaan ini merupakan tahap akhir berupa penyajian hasil ulasan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan dan peta-peta akhir.
4. Letak Administrasi Kecamatan Pammana
Secara administratif Kecamatan Pammana adalah wilayah Kabupaten Wajo
Sulamesi Selatan yang terletak di bagian selatan wilayah kabupaten.
Wilayah kecamatan Pammana sebagian besar merupakan daerah pertanian
yang penting di pusat wilayah, setiap kelurahan mempunyai areal pertanian
yang luas. Sebagian wilayahnya terdapat sungai dan danau yang penting untuk
pengairan.
Sebagian wilayahnya digunakan pula untuk pemikiman penduduk dimana hal
ini dipengaruhi oleh morfologi dan topografi wilayah. Faktor ini
mempengaruhi bentuk dan perluasan pemukiman.
5. Cara Melakukan Interpretasi
Pada interpretasi di Kecamatan Pammana ada 4 kelurahan yang akan
diinterpretasi.
Kondisi Tanah
Kondisi tanah dapat diperoleh melalui interpretasi foto udara secara
tidak langsung yaitu dengan menggunakan foto udara berskala sedang hingga
berskala besar untuk memperkirakan luas wilayah pertanian di daerah
tertentu ( kelurahan / desa ). Identifikasi luas wilayah pertanian. Dengan
diketahuinya luas wilayah pertanian ini maka diketahui pula kondisi tanah
yang potensial untuk pengembangan pertanian.
Tingkat Kesuburan Tanah
Luasnya areal yang ditumbuhi tanaman pertanian dapat diasumsikan
bahwa pada tempat tersebut jenis tanahnya subur. Di samping itu faktor
lingkungan juga sangat menunjang seperti daerah danau dan daerah aliran
sungai yang memungkinkan untuk pengairan.
Data Sebelum Dilakukan Interpretasi
Wilayah Kecamatan Pammana secara umum merupakan tanah dataran yang
terletak di bagian selatan kabupaten yang dilalui oleh aliran sungai
Walannae serta memiliki beberapa danau- danau kecil. Faktor yang
mempengaruhi pertaniannya yaitu laju pertumbuhan penduduk, tingkat
pendidikan masyarakat, keterbatasan teknologi.
Dari ke empat desa / kelurahan yang akan diinterpretasikan, desa yang
memiliki populasi tanaman pertanian yang besar adalah desa Tadangpalie
disusul oleh Kelurahan Cina, Desa Kampiri, dan Kelurahan Pammana.
Data Sesudah Interpretasi Setelah Perekaman
Tanaman di setiap daerah bila diklasifikasikan dalam kategori bahan
pangan maka dapat dibedakan antara tanaman pertanian dengan tanaman liar
.Seperti halnya di daerah yang dekat sungai atau memiliki danau sebagai
sumber pengairannya tanaman pertaniannya tumbuh dengan subur dan tingkat
produksinya tinggi, berbeda dengan daerah daerah yang jauh dari kedua
sumber pengairan itu yang memiliki kesulitan dalam produksi pertanian dan
lahannya hanya ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Dari interpretasi ini pula
diketahui besarnya produksi dari tiap kelurahan. Dimana besarnya produksi
dapat dilihat dari urutan berikut dari yang besar sampai produksi terendah
: Desa Tadangpalie, Kelurahan Cina, Desa Kampiri, dan Kelurahan Pammana.
Perbedaan kondisi tanah dan lahan pertanian ini disebabkan oleh faktor-
faktor lingkungan seperti pengairan yang berdampak pada tingkat produktif
suatu desa/ kelurahan. Ditinjau dari jenis tanaman yang tumbuh di daerah
tersebut mengindikasikan pada kondisi tanah atau tingkat kesuburan tanah
tiap daerah di mana dapat dilihat dari urutan tingkat produktifnya setiap
desa/ kelurahan.
PETA KECAMATAN PAMMANA
( SESUDAH INTERPRETASI )
PETA KECAMATAN PAMMANA
( SEBELUM INTERPRETASI )
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari interpretasi maka dapat di tarik beberapa
kesimpulan
sebagai berikut :
1. Citra foto udara pankromatik berwarna dapat merekam rincian kenampakan
objek bumi pada saat pemotretan khususnya pada penentuan kondisi tanah
serta areal yang cocok untuk pertanian.
2. Dari hasil interpretasi, desa yang areal pertaniannya luas adalah Desa
Tadangpalie, kemudian Kelurahan Cina, Desa Kampiri dan terakhir
Kelurahan Pammana
3. Pola penyebaran wilayah pertanian di Kecamatan Pammana ditinjau dari
empat kelurahan yang diinterpretasi tidak merata dimana dipengaruhi
oleh faktor pengairan ( sungai dan Danau ) serta faktor-faktor lainnya
yang lebih penting.
2. Saran
Berdasarakan hasil kesimpulan di atas dapat diharapkan bagi mahasiswa
yang akan melakukan interpretasi di Kecamatan Pammana agar melakukan
interpretasi di semua bidang untuk memberikan pengetahuan pembanding bagi
interpretasi yang telah dilakukan. Di samping itu, gunakan citra foto yang
lain untuk membandingkan dengan cirta foto yang telah digunakan serta
diharapkan dilakukan interpretasi untuk semua wilayah kelurahan di
Kecamatan yang diteliti.