KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Beliaulah penulis dapat menyelesaikan paper yang bertemakan “ Konsep Penyakit Ca Esofagus” tepat pada waktu. Berbagai bantuan berupa bimbingan, perhatian dan dorongan sungguh berarti dan berharga bagi penulis dalam penyusunan paper ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Denpasar, 14 Februari 2012
(Penulis)
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ............................................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2 D. Metode Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kanker......................................................................................................... 3 B. Definisi Kanker Esophagus....................................................................................... 3 C. Klasifikasi Kanker Esophagus................................................................................... 4 D. Stadium Kanker Esophagus...................................................................................... 5 E. Epidemiologi Kanker Esophagus............................................................................... 5 F. Etiologi Kanker Esophagus........................................................................................ 7 G. Factor Resiko Kanker Esophagus............................................................................. 8 H. Patofisiologi Kanker Esophagus............................................................................... 9 I. Manifestasi Klinis Kanker Esophagus..................................................................... 11 J. Pemeriksaan Penunjang Kanker Esophagus............................................................ 11 K. Penangana/Pengobatan Kanker Esophagus............................................................ 13 L. Komplikasi yang Ditimbulkan oleh Kanker Esophagus......................................... 15 M. Pencegahan Kanker Esophagus............................................................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Satu
diantara 10 kanker tersering dan kanker ke-6 yang menyebabkan kematian pada
skala seluruh dunia adalah kanker esofagus. Kanker ini merupakan keganasan ke-3 pada gastrointestinal setelah setelah kanker gaster- kolorektal dan kanker hepatoseluler. Kanker esophagus menunjukkan gambaran epidemiologi yang unik berbeda dengan keganasan lain. kanker esophagus memiliki variasi variasi angka kejadian secara geografis geografis berkisar dari 3 per 100.000 penduduk di Negara barat samapai 140 kejadian per 100.000 penduduk di asia tengah. Kanker esofagus adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan tinggi, prognosisnya buruk, walaupun sudah dilakuakn diagnosis dini dan penatalaksanaan. Kanker esophagus juga merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuhan terendah, dengan 5 year survival ratarata kira-kira 10 %, survival %, survival rates ini terburuk setelah kanker hepatobilier dan kanker pancreas. Dengan adanya fakta ini bahwa kejadian kanker esophagus yang meningkat maka Refarat dibuat untuk mengenali dan mendiagnosis lebih detail lagi tentang keganasan kanker ini.
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok dalam pembahasan ini yaitu 1. Apa definisi kanker? 2. Apa definisi kanker esophagus? 3. Apa saja klasifikasi kanker esophagus? 4. Apa saja stadium kanker esophagus? 5. Bagaimana epidemiologi kanker esophagus? 6. Apa etiologi kanker esophagus? 7. Apa factor resiko kanker esophagus? 8. Bagaimana patofisiologi kanker esophagus? 9. Apa manifestasi klinis kanker esophagus? 10. Apa pemeriksaan penunjang kanker esophagus? 11. Bagaimana penangana/pengobatan kanker esophagus?
12. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker esophagus? 13. Apa pencegahan kanker esophagus? C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum: Mahasiswa mampu untuk memahami tentang Konsep tentang Konsep Penyakit Ca Esofagus Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu memahami definisi kanker 2. Mahasiswa mampu memahami definisi kanker esophagus 3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi kanker esophagus 4. Mahasiswa mampu memahami stadium kanker esophagus 5. Mahasiswa mampu memahami epidemiologi kanker esophagus 6. Mahasiswa mampu memahami etiologi kanker esophagus 7. Mahasiswa mampu memahami factor resiko kanker esophagus 8. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kanker esophagus 9. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis kanker esophagus 10. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang kanker esophagus 11. Mahasiswa mampu memahami penanganan/pengobatan kanker esophagus 12. Mahasiswa mampu memahami komplikasi kanker esophagus 13. Mahasiswa mampu memahami pencegahan kanker esophagus D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode penulisan deskriftif kualitatif, yakni metode penulisan dengan cara c ara mengumpulkan berbagai sumber – sum – sum ber yang memuat memua t tentang “ Konsep Penyaki Ca Esofagus”. Esofagus”. Sumber dapat berupa buku, internet, dll. Sumber tersebut kemudian diolah dengan cara menyusun men yusun suatu simpulan yang terdiri atas kalimat – kalimat – kalimat. kalimat.
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI KANKER
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam berbagai organ di setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang - kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati. B. DEFINISI KANKER EOFAGUS
Kanker esofagus merupakan keganasan yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.
Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yang melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan tumbuh higga ke dalam lapisan submukosa dan lapisan otot.
C. KLASIFIKASI KANKER ESOFAGUS
Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan perawatan yang harus anda jalani. Jenis kanker esofagus antara lain: 1. Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam esofagus. Adenocarcinoma terjadi paling sering pada bagian bawah esofagus. 2.
Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan esofagus. Squamous cell
carcinoma sering terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker esofagus yang umum di seluruh dunia. 3.
Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antara lain choriocarcinoma, lymphoma, melanoma, sarcoma dan kanker sel kecil.
D. STADIUM KANKER ESOFAGUS
Ada empat stadium kanker esophagus yaitu: 1.
Stadium I. Kanker ditemukan hanya pada lapisan-lapisan atas dari sel-sel yang melapisi
esophagus. 2. Stadium II. Kanker melibatkan lapisan-lapisan yang lebih dalam dari lapisan esophagus, atau ia telah menyebar ke nodus-nodus limfa yang berdekatan. Kanker masih belum menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. 3.
Stadium III. Kanker telah menyerang lebih dalam kedalam dinding esophagus atau telah
menyebar ke jaringan-jaringan atau nodus-nodus limfa dekat esophagus. Ia masih belum menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. 4.
Stadium IV. Kanker telah menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Kanker esophagus dapat
menyebar hampir kemana saja dalam tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan tulang-tulang. E. EPIDEMIOLOGI
Kanker esofagus esofagus terbanyak dijumpai antara usia 50-70 tahun. Perbandingan faktor resiko antara pria dan wanita adalah 3:1. Berdasarkan histologis terbagi menjadi 2 tipe: squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma. Di USA , squamous , squamous cell carcinoma lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam dibanding kulit putih. Pecandu alkohol dan perokok berat meningkatkan faktor resiko squamous cell carcinoma. Resiko squamous sel karsinoma karsinoma juga meningkat pada pasien yang menderita tylosis ( penyakit yang jarang diturunkan dari autosomal dominan dan manifestasi nya berupa hiperkeratosis di telapak tangan dan kaki), achalasia, striktur esofagus, dan kanker kepala dan leher yang yang lain. Insiden tertinggi tertinggi penyakit Squamous sel karsinoma terdapat pada ras ras cina dan asia tenggara. Setengah dari semua kasus terjadi di 1/3 distal esofagus. Adenocarsinoma banyak terjadi pada kulit putih. Adenocarcinoma secara dramatic meningkat sama seperti squamous sel karsinoma. Sebagian besar adenokarsinoma terjadi karena komplikasi dari metaplasia barret sindrom karena kronik gastroesofagus refluks. Sehingga adenocarcinoma banyak terjadi pada 1/3 diatal esofagus. obesitas juga sangat berperan pada adenocarcinoma, meskipun telah kontrol gastroesofagus refluk. Walaupun tidak ada tidak ada hubungan langsung yang menghubungkan hal tersebut.
Variasi angka kejadian secara geografis
Usia terbanyak pada dekade ke-6.
Perbandingan Pria:Wanita (3-7) : 1
Reseksi à pilihan utama penanganan
Unresectable à bypass atau feeding jejunostomi. Tahun 2000
Kanker terbanyak nomor 8
412,000 kasus baru pertahun
Penyebab kematian nomor 6 dari kematian akibat kanker, 338,000 kematian pertahun Tahun 2002
462,000 kasus baru
386,000 kematian
US estimates for 2005
14,520 kasus baru
11,220 laki-laki
3,300 perempuan
13,570 Kematian
Penyebab kematian no 6
F. ETIOLOGI
Beberapa sumber mengatakan bahwa iritasi kronik misalnya merokok, minum alkohol, kebiasaan minum panas dan faktor diit pada beberapa penderita dapat menimbulkan terjadinya karsinoma. Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman menunjukan kebanyakan penderita yang menderita karsinoma di esofagus mempunyai riwayat penyakit corrosive injuries yang lama, striktura kronis dan akhalasia.
G. FAKTOR RESIKO
Penyebab-penyebab yang tepat dari kanker esophagus tidak diketahui secara pasti. Bagaimanapun, studi-studi menunjukan bahwa apa saja dari faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus: 1.
Umur. Kanker esophagus lebih mungkin terjadi ketika orang-orang menjadi tua; kebanyakan
orang-orang yang mengembangkan kanker esophagus adalah berumur diatas 60 tahun. 2. Kelamin. Kanker esophagus adalah lebih umum pada pria-pria daripada pada wanita-wanita. 3.
Penggunaan Tembakau. Merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak
berasap adalah satu dari faktor-faktor risiko utama untuk kanker esophagus. 4.
Penggunaan Alkohol . Penggunaan alkohol yang kronis dan/atau berat adalah faktor risiko
utama yang lain untuk kanker esophagus. Orang-orang yang menggunakan keduanya alkohol dan tembakau mempunyai suatu risiko yang terutama tinggi dari kanker esophagus. Ilmuwanilmuwan percaya bahwa senyawa-senyawa ini meningkatkan efek-efek yang berbahaya lain dari setiapnya. 5.
Barrett's Esophagus . Iritasi jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker esophagus.
Jaringan-jaringan pada dasar dari kerongkongan dapat menjadi teiritasi jika asam lambung secara sering balik masuk kedalam esophagus -- persoalan yang disebut gastric reflux. Melalui waktu, sel-sel dibagian yang teriritasi dari esophagus mungkin berubah dan mulai menyerupai sel-sel yang melapisi lambung. Kondisi ini, dikenal sebagaiBarrett esophagus, adalah kondisi sebelum ganas (premalignant) yang mungkin berkembang kedalam adenocarcinoma dari esophagus. 6. Tipe-Tipe Iritasi Lain. Penyebab-penyebab lain dari iritasi atau kerusakan yang signifikan pada lapisan esophagus, seperti menelan cairan alkali atau senyawa-senyawa caustic (tajam) lain, dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus. 7.
Sejarah Medis. Pasien-pasien yang telah mempunyai kanker-kanker kepala dan leher lainya
mempuyai kesempatan yang meningkat dari pengembangan suatu kanker kedua pada area kepala dan leher, termasuk kanker esophagus. Mempunyai apa saja dari faktor-faktor risiko ini meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan mengembangkan kanker esophgus. Meski demikian, kebanyakan orang-orang dengan satu atau bahkan beberapa dari faktor-faktor ini tidak mendapat penyakit ini. Dan
kebanyakan orang-orang yang mendapat kanker esophagus tidak mempunyai satupun dari faktorfaktor risiko yang diketahui. Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kesempatan-kesempatan seseorang mengembangkan kanker esophagus adalah langkah pertama menuju pencegahan penyakit. Kita telah tahu bahwa cara-cara terbaik untuk mencegah tipe kanker ini adalah berhenti (atau tida pernah memulai) merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak berasap dan untuk meminum alkohol hanya tidak berlebihan. Peneliti-peneliti terus menerus mempelajari penyebab-penyebab dari kanker esophagus dan untuk mencari cara-cara lain untuk untuk mencegahnya. Contohnya, mereka sedang menyelidiki kemungkinan bahwa meningkatkan masukan dari buah-buah dan sayur-sayuran seseorang, terutama yang mentah, mungkin mengurangi risiko penyakit ini. Peneliti-peneliti juga sedang mempelajari cara-cara untuk mengurangi risiko kanker esophagus untuk orang-orang dengan Barrett's esophagus. H. PATOFISIOLOGI
Merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi merupakan faktor risiko penting bagi pengembangan SCC (Squamous cell carcinoma). Merokok memiliki efek sinergis dengan konsumsi alkohol berat, dan eksposur berat untuk kedua meningkatkan risiko SCC dengan faktor lebih dari 100. Hal ini lebih rumit dengan peningkatan risiko kanker saluran lain aerodigestive dalam orang yang merokok dan minuman alkohol. Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul. Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi pembuluh darah besar. Makanan dan faktor lingkungan, dan gangguan kerongkongan tertentu (misalnya, achalasia, diverticuli) yang menyebabkan iritasi kronis dan peradangan mukosa esofagus juga dapat meningkatkan kejadian SCC. Plummer-Vinson sindrom-triad sindrom-triad dari disfagia, disfagia, anemia defisiensi besi, dan kerongkongan web-telah dikaitkan dengan kanker ini, meskipun hal ini
menjadi semakin langka di negara maju sebagai nutrisi secara secara keseluruhan membaik. Ada beberapa faktor genetik yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam perkembangan esophageal SCC. Satu pengecualian adalah tylosis, tylosis, sebuah sindrom autosomal dominan jarang jarang berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki dan tingkat tinggi esophageal SCC.
Infeksi agen juga telah terlibat dalam patogenesis esophageal SCC.
papillomavirus Manusia telah menerima perhatian yang besar. Hal ini diyakini bahwa hasil infeksi pada hilangnya fungsi dari gen gen supresor tumor p53 dan Rb. Pentingnya mekanisme ini tidak mapan. Faktor risiko untuk AC (Adenocarcinoma) dari esofagus berbeda. Refluks gastroesofagus kronik yang paling penting, dengan berat, gejala refluks lama meningkatkan resiko kanker dengan faktor 40. Kronis penyakit gastroesophageal gastroesophageal dikaitkan dengan metaplasia metaplasia Barrett (Barrett's esophagus), suatu kondisi di mana suatu epitel abnormal kolumnar menggantikan epitel skuamosa berlapis yang yang biasanya garis esofagus distal. Kebanyakan terserang ACS diyakini timbul dari Barrett's Barrett's esophagus. Meskipun perubahan mukosa tampaknya merupakan adaptasi menguntungkan bagi epitel refluks-kolumnar kronis tampaknya lebih tahan terhadap cedera refluks-induced daripada metaplasia skuamosa asli-sel ini khusus usus bisa menjadi displasia dan akhirnya ganas, dengan perubahan genetik yang mengaktifkan proto- onkogen, gen penekan tumor menonaktifkan, atau keduanya. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko refluks gastroesofagus, seperti obesitas atau obat yang menurunkan nada yang lebih rendah esophageal sphincter, dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk AC kerongkongan. Sebuah etiologi infeksi untuk penyakit ini belum diidentifikasi dan, AC tidak seperti dari kardia lambung, peran kolonisasi Helicobacter pylori dikenal. Perubahan genetik dan molekuler yang mendasari perkembangan esophageal AC juga tetap kurang dipahami, meskipun kerugian alelik di kromosom 4Q, 5q, 9p, 9q, dan 18q dan kelainan p53, Rb, siklin D1, dan c-myc telah terlibat. Esofagus itu sendiri memiliki beberapa sifat unik yang membedakan perilaku kanker di organ dari para keganasan gastrointestinal lainnya. lainnya. Berbeda dengan sisa saluran saluran pencernaan, esofagus telah serosa tidak, sehingga mengurangi perlawanan terhadap penyebaran lokal sel kanker invasif. Selanjutnya, esofagus memiliki jaringan luas limfatik, limfatik, yang memungkinkan
untuk tumor kemajuan daerah awal. Hasil akhirnya adalah lokal menyebar dan invasi ke jaringan sekitarnya, dengan metastatik awal berkembang di sebagian besar pasien. I.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala kanker esofagus antara lain:
Sulit menelan.
Hilang berat badan secara tiba-tiba.
Nyeri pada dada.
Lelah.
Ulsertiva esofagus tahap lanjut.
Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan.
Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya cegukan.
Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan.Pada tahap awal, kanker ini sering tanpa tanda atau gejala
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi. 1. Laboratorium Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
2. Imaging studies a.
Barium swallow Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian
kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase. b. CT Scan CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya. 3. Endoskopi a.
Upper Endoscopy Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.
b. Endoscopic ultrasound
Merupakan
jenis
endoskopi
yang
menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker
tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan.
Gambar 1. Endoskopi 4. Bronkoskopi dan Mediastinokopi Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. K. PENANGANAN/PEENGOBATAN
Perawatan untuk kanker esophagus tergantung pada sejumlah faktor-faktor, termasuk ukuran, lokasi, dan luasnya tumor, dan kesehatan keseluruhan dari pasien. Pasien-pasien seringkali dirawat oleh suatu team dari spesialis-spesialis, yang mungkin termasuk seorang gastroenterologist (seorang dokter yang berspesialisasi dalam mendiagnosis dan merawat kelainan-kelainan dari sistim pencernaan), ahli bedah (seorang dokter yang berspesialisasi dalam mengeluarkan atau memperbaiki bagian-bagian tubuh), medical oncologist (seorang dokter yang berspesialisasi dalam merawat kanker), dan radiation oncologist (seorang dokter yang berspesialisasi dalam menggunakan radiasi untuk merawat kanker). Karena perawatan kanker mungkin membuat mulut sensitif dan berisiko untuk infeksi, dokter-dokter sering menasehati pasien-pasien dengan kanker esophagus untuk menemui seorang dokter gigi untuk suatu pemeriksaan gigi dan perawatan sebelum perawatan kanker dimulai. Banyak perawatan-perawatan dan kombinasi-kombinasi perawatan yang berbeda mungkin digunakan untuk mengontrol kanker dan/atau untuk memperbaiki kwalitas hidup pasien dengan mengurangi gejala-gejala.
1.
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker esophagus. Biasanya, ahli bedah
mengeluarkan tumor bersama dengan seluruh atau sebagian dari kerongkongan, nodus-nodus limfa yang berdekatan, dan jaringan lain di area itu. Operasi untuk mengeluarkan esophagus disebutesophagectomy. Ahli bedah menyambung bagian sehat yang tersisa dari kerongkongan ke lambung sehingga pasien masih mampu untuk menelan. Adakalanya, tabung palstik atau bagian dari usus digunakan untuk membuat sambungan. Ahli bedah mungkin juga melebarkan bukaan antara lambung dan usus kecil untuk mengizinkan isi-isi lambung untuk lebih mudah lewat kedalam usus kecil. Adakalanya operasi dilakukan setelah perawatan lain selesai. 2.
Terapi Radiasi , juga disebut radioterapi, melibatkan penggunaan dari sinar-sinar berkekuatan
tinggi untuk membunuh sek-sel kanker. Terapi radiasi mempengaruhi sel-sel kanker hanya pada area yang dirawat. Radiasi mungkin datang dari mesin diluar tubuh (external radiation) atau dari material-material radioaktif yang ditempatkan di atau dekat tumor (internal radiation). Tabung plastik mungkin dimasukan kedalam kerongkongan untuk mempertahankan ia terbuka selama terapi radiasi. Prosedur ini disebutintraluminal intubation and dilation. Terapi radiasi mungkin digunakan sendirian atau digabungkan dengan kemoterapi sebagai perawatan primer sebagai gantinya dari operasi, terutama jika ukuran atau lokasi tumor akan membuat operasi menjadi sulit. Dokter-dokter mungkin juga menggabungkan terapi radiasi dengan kemoterapi untuk menyusutkan tumor sebelum operasi. Bahkan jika tumor tidak dapat dikeluarkan dengan operasi atau dihancurkan seluruhnya dengan terapi radiasi, terapi radiasi dapat seringkali membantu membaskan nyeri dan membuat menelan lebih mudah. 3.
Kemoterapi adalah penggunaan dari obat-obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker.
Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker esophagus berjalan keseluruh tubuh. Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker esophagus biasanya diberikan dengan suntikan kedalam suatu vena (IV). Kemoterapi mungkin digabungkan dengan terapi radiasi sebagai perawatan primer (sebagai gantinya operasi) atau untuk menyusutkan tumor sebelum operasi. 4.
Terapi Laser adalah penggunaan dari sinar yang berintensitas tinggi untuk menghancurkan sel-
sel tumor. Terapi laser mempengaruhi sel-sel hanya di area yang dirawat. Dokter mungkin menggunakan terapi laser untuk menghancurkan jaringan yang bersifat kanker dan membebaskan rintangan dalam kerongkongan ketika kanker tidak dapat dikeluarkan dengan
operasi. Pembebasan dari rintangan dapat membantu mengurangi gejala-gejala, terutama persoalan-persoalan menelan. 5.
Photodynamic therapy (PDT), tipe dari terapi laser, melibatkan penggunaan dari obat-obat
yang diserap oleh sel-sel kanker; ketika dipaparkan pada sinar khusus, obat-obat menjadi aktif dan menghancurkan sel-sel kanker. Dokter mungkin menggunakan PDT untuk membebaskan gejala-gejala dari kanker esophagus seperti sulit menelan. Percobaan-percobaan klinik (studi-studi penelitian) untuk mengevaluasi cara-cara baru untuk merawat kanker adalah opsi (pilihan) yang penting untuk banyak pasien-pasien dengan kanker esophagus. Pada beberapa studi-studi, semua pasien-pasien menerima perawatan yang baru. Pada yang lain-lainnya, dokter-dokter membandingkan terapi-terapi yang berbeda dengan memberikan perawatan yang baru pada satu kelompok dari pasien-pasien dan terapi yang biasa (standar) pada kelompok yang lain. Melalui penelitian, dokter-dokter belajar cara-cara yang baru, yang lebih efektif untuk merawat kanker. L. KOMPLIKASI
Karsinoma esofagus mudah meluas melalui dinding esophagus yang tipis karena tidak adanya lapisan serosa. Struktur mediastinum penting yang berdekatan dengan esofagus termasuk trakea, bagian kanan dan kiri dari bronkus, arkus aorta dan aorta descendens , perikardium, pleura, dan tulang belakang. Infiltrasi tumor ke dalam struktur yang paling serius dan, kadangkadang, komplikasi yang mengancam jiwa seperti kanker kerongkongan. Kebanyakan komplikasi akibat kanker kerongkongan yang disebabkan obstruksi lumen dan invasi tumor lokal. Pasien sering tidak sadar, mereka menyesuaikan diet makanan lunak atau cairan untuk menghindari disfagia makanan padat. Ketidakmampuan progresif untuk menelan makanan padat menyebabkan menurunnya berat badan dan kekurangan nutrisi. Regurgitasi makanan atau cairan oral juga dapat terjadi dalam penentuan obstruksi lumen yang signifikan. Mungkin halitosis stasis hadir karena makanan dan regurgitasi. komplikasi paru dari aspirasi termasuk pneumonia dan abses paru. Massa tumor dapat menyebabkan obstruksi kompresi dari cabang tracheobronchial,
menyebabkan
dispnea,
batuk
kronis,
dan
pada
waktu
pneumonia
postobstructive. Fistula esophagoairway dapat berkembang dengan invasi tumor trakea atau bronkus. Airway fistula sangat rapuh dan d an dihubungkan dihubu ngkan dengan den gan kematian yang signifikan karena tingginya risiko komplikasi paru seperti pneumonia dan ab ses.
Meskipun arkus aorta dan aorta descendens terletak berdekatan dengan kerongkongan, ekstensi ke dalam struktur ini kurang sering daripada invasi napas. Erosi melalui dinding aorta dapat mengakibatkan pendarahan parah dan sering fatal. Pertumbuhan tumor dari perikardium dilaporkan sebagai penyebab aritmia dan kelainan konduksi. M. PENCEGAHAN
Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam pengembangan sel skuamosa kanker esophagus,penghentian tembakau dan alkohol secara signifikan dapat mengurangi resiko terjadinya kanker ini. Buah buahan dan sayur sayuran yang segar dibandingkan dengan asupan makanan tinggi nitrosamine atau yang terkontaminasi dengan racun bakteri atau jamur dapat menurunkan risiko sekitar 50%.
BAB III PENUTUP A. SIMPULAN
Dari paparan makalh ini dapat disimpulkan bahwa kanker esofagus merupakan keganasan yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi. Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan kanker kan ker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker. Kanker esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Dari gejala klinis, hal yang paling sering menjadi keluhan pasien adalah disfagia (sulit menelan), merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan. nyeri pada dada, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya cegukan serta perdarahan. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan anoreksia. Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan. Dari pemeriksaan penunjang lainnya seperti bubur barium, dapat terlihat gambaran yang khas pada sebagian besar kasus di mana akan terlihat tumor dengan permukaan yang erosif dan kasar pada bagian esofagus yang terkena. Pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat penting untuk mendiagnosis karsinoma esofagus, terutama untuk membedakan antara karsinoma epidermal dan adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan beberapa biopsi, oleh karena terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya kecenderungan tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Alidina, A. Gaffar, F. Hussain, M. Islam, I. Vaziri, I. Burney, A. Valimohd & W. Jafri. Data survival dan faktor prognosis pasien kanker esofagus di pakistan. Science direct 2004 citied 2010 july 28) available from: from :http://hennykartika.files.wordpress.com/2008/03/data-survivaldan-faktor-prognosis-pasien-kanker-esofagus-di-pakistan.doc
Guy D eslick Ph.D, Mmed Sc. Esophageal cancer : a historical perspective. Science direct, 2009
march
(citied
2010
july
28);
available
from
:
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://linkinghub.elsevier .com/retrieve/pii/S0889855309000053 http://ordinaryphoo.blogspot.com/2011/07/tumor-esofagus.html,, diakses tanggal 14 Februari http://ordinaryphoo.blogspot.com/2011/07/tumor-esofagus.html 2012 Smeltzer and Brenda. 2002. ”Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah”. Bedah”. Jakarata: EGC
ASKEP CA OESOFAGUS A. Definisi.
Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi. B. Etiologi
Timbulnya karsinoma esofagus dihubungkan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya. Esofagitis menahun karena rangsangan ahan kimia dan akalasia merupakan faktor resi ko tinggi. C. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik
Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul. Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi pembuluh darah besar. Bila gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esofagus penyakit ini secara umum meluas. Gejala termasuik disfagia, pada awalnya dengan makanan padat dan akhirnya edngan cairan; perasaan ada massa ditenggorokan; nyeri saat menelan; nyeri substernal atau rasa penuh; dan kemudian regurgutasi makanan yang tidak dicerna disertai bau nafas busuk dan cegukan Pasien pada awalnya hanya makanan padat yng menyebabkan distres, tetapi dengan berkembangnya penyakit dan obsrtuksi cairan tidak adapat masuk ke lambung. Regurgitasi makanan dan saliva terjadi hemoragi dapt terjadi dan penurunan progresif berat badan dan kekuatan terjdi sebagai akibat kelaparan. Gejala selanjutnya mencakup nyeri substernal, cegukan, kesulitan bernfas dn bau nafas busuk E. Pemeriksaan Penunjang.
Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD) dengan biopsi dan sikatan. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker tellah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esofagus ujung bawah mungkin berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yng meluas ke atas esofagus. F. Penanganan
Bila kanker tersebut ditemukan pada tahap awal, sasaran pengobaan dapat diarahkan pada pengobatan; namun, kanker sering ditemukan pada tahap akhir, yang membuat paliasi merupakan satu-satunya tujuan yang harus diterima. Pengobatan dapat mencakup pembedahan Standar penetalaksanaan bedah mencakup reseksi total esofagus dengan pengangkata tumor dan margin luas bebas-tumor dan esofagus dan nodus limfa area. Tumor esofagus torakal bawah lebih mungkin dilakukan pembedahan daripada dilkali sasikan lebih tinggi pada esofagus, dan integritas saluran GI dipertahankandengan menanam esofagus bawah ke dalam lambung. Reseksi bedah esofagus mempinyai angka mortalitas relatif tingiakibat infeksi, komplikasi paru, dan kebocoran melalui anastomisis. Pada pasca operasi pasien akan dipasang selanbg nasogastrik yang tidak boleh dimanipulasi. Pasien dipertahankan puasa sampai pemeriksan sinar X memastikan bahwa anastomisis anast omisis aman dan tidak bocor. Penggunaan terapi radiasi baik sendiri maupun ada hubunganya dengan bedah praoperasi dan pasca operasi, mungkin merupkan pilihan pengobatan. Pengunaan kemoterapi dikombinasi edngan radiasi atau pembedahan juga sedang diteliti. Pengobatan paliatif mungkin perlu mempertahankan sofagus tetap terbuka dan untuk membantu memberi nutrisi dan mengontrol saliva. Paliasi dapat diselesaikan dengandilatasi esofagus , terapi laser, penempatan endoprotesis, radiasi dan kemoterapi. Kaerna metode ideal pengobatan kanker esofagus belum ditemukan, setiap pasien diobati dengan mengunakan rencan operawatan individual. II. MASALAH KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
1. Masalah Keperawatan a. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang. b. Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik). c. Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatn mekanis (tumor) d. Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker oesofagus. 2. Masalah Kolaborasi a. PK: perdarahan III. PERENCANAAN KEPERAWATAN 1. Diagnosa no 1 Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.“ a. Tujuan Setelah dilakukan keperawatan selama 15 hari maka masalah keurangan nutrisi dapat diatasi
b. Kriteria Hasil NOC: o Perawat mampe meningkatkan status nutrisi pasiern o Perawat mampu mengontrol BB pasien. Client Outcome o Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat be rat yang diharapkan o BB pasien berada dalam rentang normal o Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal. o Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat o Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat. o Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi. c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C) No
Intervensi
Rasionalisasi Manajemen Nutrisi
1 2
3 4
tanyakan kepada klien apakah ia memiliki riwayat elergi terhadap makanan beri dukungan kepada pasien untuk untuk mendapatkan intake kaolri yang adekuat sesua dengan tipe tubuh dan pola aktivitasnya. beri pasien makanan yang mengandung mengandung tinggi protein, tinggi kalori. monitor catatan intake intake kandungan nutrisi pada makanan
untuk menentukan nutrisi yng tepat untuk pasien agar terjdi keseimbangan antara kebituhan kalori edngan pemasukan kalori
untuk meningkatkan BB pasien kearah normal mengukur apakah asien kebutuhan nutrisinya terpenuhi atau tidak.
Manajemen Gangguan Makan 1 2 3 4
Tentukan kemajuan BB harian yang diharapkan bersama klien. monitor masukan kalori perharinya monitor pasien berkitan dengan makan, penurunan berat badan, dan kenaikan kenaikan BB. anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya sehinga bisa mendukung program kenaikan BB.
dapat menilai keberhasilan dari peningkatan BB. untuk memastikan apakah pasie mengkonsumsi cukup kalori untuk menentukan efektivitas dan keberhasilan terapi yang digunakan. kalori yang tersimpan bisa diubah sebagai cadangan dalam bentuk peningkatan masa otot.
2. Diagnosa no 2 Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik). a. Tujuan Setelah dilakukan keperawatan selama 15 hari maka masalah nyeri akut dapat diatasi b. Kriteria Hasil NOC: o Perawat mampu menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan tingkat ken yamanan, dan mngontrol nyeri.
Client Outcome o Pasien mampu menggunakan sekala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri saat ini dan menentukan tingkat kenyamanan yang diinginkan. o Pasien mampu menerangkan bagaimana nyeri yang tidak terukur dapat diatasi. o Pasien mampu menampilkan ktivitas pemulihan dengan dilaporkannya penerimaan terhadap tingkat nyeri. o Pasien berada dalam kecukupan mengenai istirahat dan tidurnya o Pasien mampu mendemonsrasikan menejemen nyeri non farmakologi c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C) No 1
2
Intervensi tentukan apakah pneyrinya itu saat pengkajian atau tidak . jika ia bantu pasien untukemnurunkkan nyerinya tersebut. tnyakan kepada klien mengenai pengalaman nyeri yang pernah ia alami dan metode yang digunakan untuk menurunkanya.
3
mintalah kepada klien untuk melaporkn lokasi, intensitas dengan mengunakan skala nyeri, dan kualitas nyeri.
4.
eksplor kebutuhan p[asien dengan obat anlgesik opioid dan non-opioid. ajari pasien metode nonfharmakologi untuk menurunkan nyeri klien anjurjkan pasien untuk menggunakan obat analgesik sesua dengan yang dianjurkan.
5 6.
Rasionalisasi intensitas, onset, durasi, dan peningkatan nyeri hendaknya dikaji untukmedpatkan data yang esensial.. beberapa faktor penhambat dapat menghilangkan ekinginan klien untuk melaporkan neyri dan mengunakan obat analgesik. intensitas, lokasi dan kalitas nyeri hendaknya dilaporkan setelah prosedur tindakan untuk mengetahui keberhasilan treatmen intervensi pharmakologi merupakan alat utama sebagai penurun nyeri. digunakaan untuk sebagai suplemen dari metode phmakologik. mencegah terjadinya penyalahgunaanobat