Makalah Kelompok EKOSISTEM TERESTRIAL
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan Dosen Pembimbing : Indayana Febriani Tanjung, M. Pd
Disusun Oleh : Arsinta Aulia
(0310162029) (0310162029)
Chairul Tamimi
(0310162045) (0310162045)
Oki Permata Sari
(0310163059) (0310163059)
JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “Ekosistem Terestrial” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Penulisan makalah dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Indayana Febriani Tanjung, M. Pd sebagai dosen pembimbing mata kuliah. 2. Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupan material. 3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan penulisan dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terkait. Aamiin.
Medan, Mei 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................1 C. Tujuan ........................................................................................................2 D. Manfaat ......................................................................................................3 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian Ekosistem ................................................................................3 B. Pengertian Ekosistem Terestrial .................................................................3 C. Jenis Ekosistem Terestrial .........................................................................4 D. Energi dalam Ekosistem ............................................................................4 BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................................21 B. Saran ........................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Oikos berarti rumah dan Logos beraryi ilmmu atau pelajaran. Secara etimilogis ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain definisi dari ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari
hubungan
timbal
balik
antara
tanaman
(tumbuhan
yang
dibudidayakan) dengan lingkungannya. 1 Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Tingkatan organisasi kehidupan berawal dari atom, molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme multisel, populasi, komunitas, ekosistem dan biosfer.2 Hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik akan membentuk sebuah ekosistem. Suatu ekosistem sangat dipengaruh oleh komponen utama penyusun ekosistem tersebut seperti ekosistem daratan yang yang lingkungan fisik utamanya adalah daratan.Berbagai jenis dari ekosistem yang ada di daratan juga dipengaruhi dari komponen atau vegetasi yang menonjol dari ekosistem tersebut dan makalah ini akan sedikit mengulas macam-macam ekosistem yang ada di daratan tersebut.
1
Chairani Hanum, Ekologi Tanaman, (Medan: USU Press, 2009), hal. 2. Cecie Starr, dkk., Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup Edisi 12 Buku 1, (Jakarta: Salemba Teknika, 2012), hal. 6. 2
1
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem ? 2. Apa yang dimaksud dengan ekosistem terestrial ? 3. Apa jenis-jenis dari ekosistem terestrial ? 4. Bagaimana energi dalam ekosistem ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem 2. Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem terestrial 3. Untuk mengetahui pembagian dari ekosistem terestrial 4. Untuk memahami energi dalam ekosistem
D.
Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memahami materi ekosistem terestrial serta menjadi salah satu sumber referensi atau pustaka tentang ekosistem terestrial.
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ekosistem
Istilah ekosistem pertama kali dikemukakan oleh Transley (1935). Ia mengemukakan bahwa hubungan timbal balik antara komponen biotik (tumbuhan, hewan, manusia mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dsb) di alam. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang membentuk system. Ini berarti dalam struktur maupun fungsi komponenkomponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai konsekuensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini disebut sistem ekologi, yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal ekosistem. 3 Ekosistem atau sistem ekologi ialah satu unit tunggal dari komuniti tumbuhan dan hewan bersama-ssama dengan semua interaksi faktor-faktor fisik dari lingkungan yang ada didalamnya. 4 Eksistem dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok organisme yang saling berinteraksi satu sama lain, dan berinteraksi pula terhadap lingkungannya secara terus menerus. 5 Organisme-organisme hidup dan lingkungan tidak hidupnya (abiotik) berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Satuan yang mencakup semua organisasi (yakni “Komunitas”) di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daurdaur bahan yang jelas di dalam sistem, merupakan sistem ekologi atau ekosistem.6
3
Rahardjanto, Ekologi Tumbuhan, (Malang: UMM, 2001), hal. 98. Op.cit., hal. 8. 5 Sudarmadji, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Jember : Universitas Jember, 2004), hal. 19. 4
6
Anggota IKAPI, Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2017), hal. 10.
3
B.
Pengertian Ekosistem Terestrial
Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan eksternalnya di dominasi oleh daratan. Telah kita ketahui bahwa luas permukaan bumi adalah 510.056.000 km 2, sedang luasnya 49.137.000 km 2 berupa daratan (29,24%), sisanya berupa larutan. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, daratan dibedakan menjadi : -
Daratan rendah : 25 m/dpl
-
Perbukitan/daratan tinggi : 500 m/dpl
-
Pegunungan : 500 m/dpl Ekosistem terestrial yaitu suatu tempat daratan yang meliputi semua
organisme di dalam suatu daerah yang saling memperngaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik dan daur-daur materi yang terperinci di dalam sistem. C.
Jenis Ekosistem Terestrial
Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Permukaan bumi bersifat lunak dan plastis disebut tanah. Proses pelapukan yang terjadi tergantung kepada sifat batuan dasar, iklim, dan vegetasi. Daerah yang curah hujannya tinggi pelapukan lebih cepat. Adanya variasi batuan dasar, iklim dan vegetasi, maka tanah yang dihasilkan juga bervariasi, baik struktur, ketebalan tipe maupun sifatnya. Untuk lebih mengenal perhatikan diagram di bawah ini :
4
Penampang tanah digambarkan sebagai berikut :
Jenis
Tanah Humus
Profil
Horizon
Horizon – O
Keterangan
Terdiri
lapisan
organik, humus
Tanah Pelapukan
Horzion – A
Tanah
lapuk,
gembur,
warna
coklat hitam, hasil pelapukan batuan mengandung
zat
organik Tanah
Horizon – B
Tanah
lapuk,
lengket,
coklat
muda, merah bata Batu
Horizon – C
Tanah
lapuk,
bercampur kerakal sisa-sisa
batuan
yang belum lapuk Batuan Dasar
Batuan dasar
Batuan
segar
belum lapuk
5
a)
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma antara lain sebagai berikut. 1. Bioma Padang Rumput / Stepa
Keberadaan bioma padang rumput terbentang dari daerah tropik sampai ke daerah subtropik. Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu sebagai berikut. a. Porositas (pori tanah) rendah dan drainase kurang baik, sehingga tumbuhan tidak mampu menyimpan air b. Curah hujan sekitar 25-50 cm per tahun, tetapi tidak teratur. c. Suhu rata – rata 18 – 30oC. Tumbuhan yang hidup di bioma ini umumnya jenis rumput. Hal itu disebabkan oleh rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan rumput-rumput tumbuh dengan subur. Rumputnya dapat mencapai 3 meter, misalnya Bluestem dan Indiana garsses yang biasanya hidup di daerah yang bercurah hujan tinggi. Selain itu, di daerah padang rumput yang pendek, misalnya Bufallo grasses dan Grama. Di bioma padang rumput juga terdapat berbagai jenis hewan antara lain singa, harimau, bison, kanguru, kerbau, gajah, kijang, jerapah, dan berbagai hewan pengerat. 2. Sabana
Sabana terdapat di daerah sekitar khatulistiwa (daerah beriklim tropis). Ciri-ciri: 1.
Curah hujan tinggi sekitar 90 – 150 cm per tahun.
2.
Tumbuhan yang mendominasi yaitu rerumputan dan pohon yang tumbuh menyebar, misalnya palem dan akasia. Beberapa benua yang memiliki padang sabana di antaranya adalah
Afrika, Amerika Selatan, dan Australia. Kurangnya curah hujan menjadi pendorong munculnya sabana. Sehingga sabana dikenal juga padang rumput tropis. Iklimnya tidak terlalu kering untuk menjadi gurun pasir, tetapi tidak cukup basah untuk menjadi hutan. Suhu udara di daerah sabana tetap sama sepanjang tahun, yaitu hangat. Tetapi sabana mempunyai dua musim yang sangat berbeda, yaitu musim
6
kering dan musim basah. Pada musim kering, hanya ada 4 inci curah hujan. Bahkan di antara bulan Desember dan Februari tidak ada hujan sama sekali. Namun di musim kering, cuaca terasa lebih dingin. Sedangkan pada musim panas, sabana mendapat banyak air hujan. Hewan yang hidup di sabana, antara lain gajah, jerapah, zebra, singa dan berbagai serangga. 3. Bioma Gurun
Bioma gurun umumnya terdapat di daerah tropic dan berbatasan dengan padang rumput. Bioma gurun memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Tanahnya tandus dan gersang b. Curah hujan rendah sekitar 25 cm per tahun c. Pancaran sinar matahari sangat terik, kelembapan udara sangat rendah d. Terjadi perbedaan suhu antara siang dan malam yang sangat tinggi. Pada siang hari suhu dapat mencapai 45 oC, sedangkan malam hari suhu mencapai 0oC. Tumbuhan yang mampu hidup di bioma gurun pada umumnya tumbuhan sukulen berbagaii belukar akasia dan kaktus. Sedangkan hewan yang hidup di bioma ini umumnya bertubuh kecil dan hidup di lubang, misalnya hewan pengerat, ular, dan kalajengking. Sementara itu hewan gurun yang bertubuh besar memiliki kantong contohnya unta. 4. Bioma Taiga (Subartic-Subalpine Needle-Leaved F orest )
Bioma ini terbentang di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Tiaga sering di sebut boreal atau hutan berdaun jarum ( konifer ). Bioma taiga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a. Curah hujan antara 50 - 125 cm per tahun. b. Musim dingin cukup panjang, sedangkan musim kemarau yang panas sangat singkat c. Perbedaan suhu antara musim panas dengan musim dingin sangat tinggi d. Hujan turun hanya pada musim panas.
7
Tumbuhan khas yang hidup di bioma ini adalah conifer, misalnya spruce ( Picea sp.), juniper ( Juniperus sp.), alder ( Alnus sp.), dan birch ( Betula sp.). Pada musim panas, masa pertumbuhan tumbuhan hanya berlangsung antara 3 – 6 bulan. Adapun hewan yang hidup di bioma ini di antaranya moose ( Axes sp.) =, ajag, beruang hitam, serigala, dan burung. 5. Bioma Tundra (E lfi n Woodland )
Bioma tundra terbentang di belahan bumi sebelah utara dalam lingkaran kutub utara dan di puncak-puncak gunung yang tinggi. Tundra di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tundra artik dan tundra alpen. Tundra artik terdapat di dekat kutub utara. Adapun tundra alpen terdapat di puncak – puncak gunung tinggi, misalnya puncak gunung Jaya wijaya Irian Jaya. Ciri-ciri bioma tundra adalah sebagai berikut. a. Iklim kutub dengan energi radiasi sinar matahari sedikit b. Ber iklim kutub dengan musim dingin yang panjang serta gelap. c. Curah hujan lebih kecil dari 25 cm per tahun d. Musim panas berlangsung 3 bulan. Sedangkan musim dingin berlangsung lama, yaitu selama 9 bulan dan terus-menerus Tumbuhan yang hidup di tundra berupa tumbuhan semusim dan tumbuhan
menahun.
Tumbuhan
semusim
mempunyai
masa
pertumbuhan sangat pendek, warna bunganya mencolok, dan mampu ber adaptasi dengan musim dingin. Sedangkan tumbuhan menahun biasanya pendek seperti semak. Tumbuhan yang paling banyak di jumpai pada bioma ini adalah lumut dari jenis sphagnum dan liken. Tumbuhan yang hidup pada bioma ini adalah lumut kerak ( Lichenes), lumut tipis misalnya Sphagnum sp., serta tumbuhan semak yang kerdil. Hewan yang hidup menetap di tundra, meliputi serangga, burung, mamalia seperti beruang kutub, serta herbivora besar, seperti musnox dan reider. Burung dan mamalia memiliki bulu yang tebal. Apabila musim dingin, bulunya menjadi putih.
8
6. Bioma Hutan Gugur (Deciduous F orest )
Bioma ini berada di daerah beriklim sedang dan mempunyai empat musim, yaitu musim dingin, panas, gugur, dan semi. Adapun ciri-ciri bioma ini sebagai berikut. a. Vegetasi yang dominan menghuni bioma ini adalah pohon yang bedaun lebar dan menggugurkan daunnya pada musim dingin, ketinggian pepohonannya dapat mencapai 30-40 meter b. Curah hujan merata sepanjang tahun, antara 75-100 cm per tahun c. Terjadinya musim dingin dan musim panas, sehingga tanaman membutuhkan penyesuaian untuk dapat bertahan pada kedua musim tersebut. d. Tanaman
menahun
menghentikan
pertumbuhannya
dan
menggugurkan daunnya pada musim gugur. e. Sementara, tumbuhan semusim akan mati pada musim dingin yang tinggal hanya bijinya. Biji tanaman ini akan tumbuh kembali pada musim panas. f. Pepohonan tumbuh dengan jarak lebih renggang daripada hutan hujan tropis. g. Jumlah spesies tanaman yang tumbuh juga lebih sedikit, hanya berkisar 10-20 spesies. Tumbuhan yang hidup di hutan gugur, antara lain pinus, maple ( Aler campester ), elm, oak Geuricus dan birkin. Adapun contoh hewan
yang
menghuni
hutan
gugur
adalah
rusa,
musang,
salamander, beruang, burung, rakun (sejenis musang) , rubah merah dan mamalia besar. 7. Bioma Hutan Hujan Tropik ( Tropical R ainforest )
Bioma hutan hujan tropis terbentang di daerah tropik dan subtropik. Bioma hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Vegetasi sangat lebat dihuni pohon-pohon dengan ketinggian 20-40 meter dan membentuk kanopi
9
b. Jumlah curah hujan yang cukup tinggi serta merata di sepanjang tahunnya. Jumlah curah hujan tersebut berkisar di angka 200 sampai 225 cm per tahunnya. c. Matahari bersinar sepanjang tahun tetapi sulit menembus bagian dasar hutan d. Keadaan dalam hutan lembap dengan suhu rata-rata 25 oC e. Di dalam hutan tersebut terdapat perubahan iklim dalam skala mikro, yakni perubahan iklim yang terjadi langsung di sekitar organisme yang ada di dalam ekosistem tersebut. Bioma hutan hujan tropis terdapat beragam jenis tumbuhan (heterogen), akan tetapi liana (rotan) dan epifit (anggrek) menjadi tumbuhan khas di bioma ini. Liana adalah kelompok tumbuhan yang hidup merambat, seperti rotan. Epifit adalah kelompok tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan tumbuhan yang di tempeli, seperti anggrek, liken, paku – pakuan, dan sirih – sirihan. Pepohonan dalam hutan ini berukuran besar, tinggi, dan kokoh. Tingginya bisa mencapai 20-40 m, cabang-cabang daunnya lebat sehingga membentuk suatu tudung( kanopi). Umur pepohonan itu sangat lama bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Sedangkan hewan yang ada di bioma ini antara lain badak, babi hutan, burung hantu, dan kera.
D.
Energi dalam Ekosistem
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Perilaku energi di alam bebas mengikuti humum termodinamika. Hukum termodinamika pertama mengatakan bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain, tetapi energi tidak dapat diciptakan dan tak pernah dapat dimusnahkan. Misalnya energi cahaya dapat diuah menjadi energi kimia merupakan contoh salah satu perubahan energi dalam peristiwa forosintasis. Hukum termodinamika kedua mengatakan bahwa setiap terjadi perubahan bentuk, energi pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi terpusat menjadi bentuk terpencar. Misalnya benda panas akan menyebarkan
10
panas sekelilingnya yang mempunyai suhu lebih rendah, begitu juga aliran air akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi rendah. 7 Dalam ekosistem energi yang dikandungnya bersifat stabil. Energi yang dikandungnya akan berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Sumber energi utama dimuka bumi adalah sinar matahari. Energi disimpan organisme dalam bentuk ikatan kimia organik seperti karbohidrat (gula dan pati), lemak dan protein. Energi ini disimpan dalam tubuh tumbuhan dan dapat berpindah ke organisme lainnya jika organisme tersebut memakan tumbuhan. Langkah aliran energi pada tahapan ini disebut trofik level , produsen (tumbuhan hijau) berada pada trofik level 1, dan herbivora pada trofik level 2. Sedangkan hewan karnivora yang memakan herbivora merupakan kelompok trofik level 3, dan karnivora yang memakan karnivora merupakan trofik level 4. Omnivora adalah kelompok organisme yang mengkonsumsi semua tingkatan trofik level tersebut. Mereka dapat dikelompokkan pada trofik level 2 bila yang dimakannya adalah tumbuhan, tetapi yang dimakannya adalah hewan karnivora maka dikelompokkan pada trofik level 4. 8 Tabel Perpindahan energi dalam ekosistem pada berbagai trofik level Kategori
Tindakan atau Peran Utama
Contoh
Produsen
Mengubah nolekul anorganik menjasi
Pohon, semak, dan
molekul organik
semua
kelompok
tumbuhan hijau Konsumen
Herbivora
Menggunakan
molekul
organik
Hewan, fungi dan
sebagai bahan makanannya
bakteri
Memakan tumbuhan
Belalang, kambing, lembu
dan
sebagainya Karnivora
Memakan hewan
Singa, harimau
Omnivora
Memakan tumbuhan dan hewan
Babi, tikus
Organisme
Memakan organisme yang sudah mati
Burung
manyar,
7
Chairani Hanum, Ekologi Tanaman, (Medan: USU Press, 2009), hal. 19-20. Ibid.,
8
11
Pemakan
anjing hutan
Bangkai Parasit
Hidup dan mengambil makanan dari
Cacing
pita,
organisme lain yang ditumpanginya
beberapa
jenis
bakteri Dekomposer
Mengembalikan material organik ke
Fungi,
bakteri,
material anorganik (bertindak recicling
beberapa
jenis
material)
serangga,
cacing
tanah
Rantai Makanan
Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan dimakan. Dalam setiap pengalian energi, sebagian terpencar menjadi energi panas. Semakin pendek rantai makanan ini semakin dekat antara organisme permulaan dengan ujung rantai, dan semakin besar pula energi yang dapat disimpan dalam bentuk tubuh organisme.9 Para ilmuan Ekologi mengenalkan tiga macam rantai pokok, yaitu: a.
Rantai pemangsa, dimulai dari hewan kecil sebagai mata rantai pertama, kepada hewan yang lebih besar, dan berakhir pada hewan terbesar. Landasan permulaannya adalah tumbuhan sebagai produsen.
b.
Rantai parasit, dimulai dari organisme besar kepada organisme kecil, yang hidup sebagai parasit.
c.
Rantai saprofit, berjalan dari organisme mati ke jasad renik.
9
Ibid.,
12
Gambar Rantai Makanan Di
dalam
ekosistem,
tumbuhan
menangkap
energi
matahari
dan
menggunakannya untuk menggkorvensi cahaya menjadi bahan organik. Proses konversi ini disebut dengan fotosintasis. Fotosintesis hanya permulaan suatu rantai konversi energi. Ada banyak jenis binatang yang akan makan produk dari proses fotosintesis, contohnya adalah rusa makan semak belukar daun-daun, kelinci makan wortel, atau cacing makan rumput. Rantai-rantai ini tidak akan berjalan-jalan sendiri, tapi saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk jaring-j aring makanan. Ketika binatang itu makan produk tumbuhan, energi makanan dan campuran organik ditransfer dari tumbuhan kepada binatang itu. Binatang ini pada gilirannya dimakan oleh binatang lain, sehingga kembali energi dipindahkan dari organisme ke organisme lainnya. Rantai energi berlangsung dalam beberapa waktu dan berakhir jika salah satu organisme mati, yang kemudian berlanjut dengan proses resiklus kembali
13
menjadi komponen yang sederhana, organisme yang berperan dalam pekerjaan ini dikenal sebagai dekomposer.
Gambar Jaring-Jaring Makanan Contoh jaring-jaring makanan capung spesies Orthetrum sabina dimangsa Mabuya sp. Capung tersebut juga pernah terlihat menyambar walang sangit yang sedang terbang, kemudian dimangsa. Beberapa peristiwa interaksi capung dengan Arthropoda berhasil didokumentasikan, antara lain O. sabina yang sedang memangsa Acrididae dan O. sabina yang sedang memangsa Pelopidas conjunctus. O. sabina merupakan salah satu capung yang sering dijumpai sedang memangsa serangga lain, capung lain atau sesama jenis. Peristiwa pemangsaan dimana capung menjadi mangsa Arachnidae juga dapat diamati di lapang. Capung berperan penting dalam jaringjaring makanan di pertanian. Nimfa capung dapat memakan protozoa, larva nyamuk, crustacea yang berukuran kecil, berudu, ikanikan kecil, kumbang air, dan nimfa dari spesies yang berbeda maupun dari spesies yang sama (kanibalisme). Imago capung berkemampuan memangsa banyak jenis serangga, seperti kutu daun, wereng, walang sangit, nyamuk, lalat, kupu-kupu sehingga dapat menguntungkan dunia pertanian, terutama pertanian organik.
14
Selain itu, capung dalam jaring-jaring makanan juga berperan sebagai mangsa bagi predator, seperti laba-laba, katak, kadal, dan burung pemakan serangga.10
Piramida Energi
Ukuran individu menentukan besarnya metabolisme suatu organisme. Semakin kecil suatu organisme, semakin besar metabolismenya per gram biomassa. Oleh karena itu semakin kecil organisme, semakin kecil pula biomassa yang dapat ditunjang pada suatu tingkatan trofik dalam ekosistem. Sebaliknya semakin besar suatu organisme, semakin besar pula biomassanya. Oleh karenanya banyaknya bakteri yang hidup pada suatu waktu, akan jauh lebih kecil daripada banyaknya ikan, mamalia, meskipun pemanfaatan energi besarnya sama untuk kedua kelompok tersebut. Transfer energi ini tidak seluruhnya dipindahkan ke organisme berikutnya hanya sekitar 80%. Pada suatu rantai makanan, tidak semua tumbuhan atau binatang dimakan oleh tingakan trofik yang berikutnya, akan tetapi ada sebagian material yang tidak dimakan (seperti paruh, kulit kerang, tulang, dan lain-lain). Hal inilah yang menyababkan mengapa perpindahan energi dari satu tingkatan trofik kepada yang berijutnya tidak efisien. Untuk mengkalkulasikan berapa energii yang dipindahkan kita dapat mengukur berapa energi pada tingkatan trofik sebelumnya ddan berapa besar energi pada trofik level berikutnya. Kalori adalah suatu satuan ukuran yang digunakan untuk energi. Pindahan energi dari satu tingkatan trofik ke tingkatan berkutnya sekitar 10%. Sebagai contoh, jika ada 10.000 kalori, hanya 1.000 yang ditransfer ke tingkat berikutnya. Peerpindahan material dan enerhi dapat dilukiskan dengan suatu piramida ekologis.
10
Jurnal Biotropika, Interaksi antara capung dengan Arthropoda dan vertebrata Predator di Kepajen, Kabupaten Malang, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 27.
15
Gambar Piramida Energi dalam Ekologi
Piramida ini membantu untuk menyatakan bahwa pada kenyatannya dalam suatu sistem ekologis perlu lebih banyak organisme produsen untuk mampu menopang seperti halnya organisme yang ada diatasnya (trofik yang lebih tinggi). Produktivitas
Setiap ekosistem atau komunitas memiliki produktivitas dasar yang disebut produktivitas primer. Yang dimaksud produktivitas primer adalah kecepatan penyimpanan energi potensial oleh organisme produsen, melalui proses fotosintesa dan kemosintesis dalam bantuk bahan organik. Produktivitas dibagi menjadi dua, yaitu: 1.
Produktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total fotosintesis, juga mencakup bahan organik yang dipakai pada proses respirasi. Dengan kata lain produktivitas primer kotor adalah total fotosintesis dan asimilasi total.
16
2.
Produktivitas primer bersih, adalah kecepatan penyimpanan bahan-bahan organik dalam jaringan tumbuhan, setelah dikurangi dengan proses respirasi. Istilah lainnya adalah fotosintesis bersih. Kecepatan penyimpanan energi potensial pada tingkat trofik konsumen dan
pengurai disebut produktivitas sekunder. Dengan sendirinya energi yang dikandung pada tingakt trofik berikutnya akan semakin kecil.
17
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan
mengenai
ekosistem
terestrial
yang
telah
dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa : Setiap jenis makhluk hidup mempunyai lingkungan hidupnya sendiri. Tempat makhluk hidup melakukan segala kegiatan hidupnya disebut habitat. Satuan makhluk hidup dalam ekosistem meliputi individu, populasi, dan komunitas. Kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik disebut ekosistem. Terdapat beberapa macam ekosistem, salah satunya ekosistem darat yaitu ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Ekosistem darat dibedakan atas beberapa bioma(daerah habitat) seperti padang rumput, sabana, gurun, taiga, tundra, hutan gugur dan hutan hujan tropis.
B.
Saran
Dari tulisan makalah yang kami buat, kami berharap dapat menambah pengetahuan kepada teman-teman, agar dapat mengetahui mengenai Ekosistem terestrial (darat). Kami juga berharap, bahwa kita sebagai generasi penerus, tidak hanya
membaca buku satu saja tapi lebih banyak buku mengenai ekosistem
terstrial (darat),
sehingga dengan begitu akan semakin banyak ilmu dan
pengetahuan yang dapat kita peroleh.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. 2017. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dahlia, Bernadeta Putri Irma dan Amin Setyo Leksosno. 2014. Jurnal Biotropika, Interaksi antara capung dengan Arthropoda dan vertebrata Predator di Kepajen, Kabupaten Malang . Vol. 2. No. 1. Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press. Rahardjanto. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM. Starr, Cecie dkk.. 2012. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup Edisi 12 Buku 1. Jakarta: Salemba Teknika Sudarmadji. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jember : Universitas Jember.
19