LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 2 GD3103 FOTOGRAMETRI I SEMESTER V Dosen :
Saptomo H Mertotaroeno, Ir, M.sc. Oleh :
Boby Arianto NIM. 15114040
Institut Teknologi Bandung Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Teknik Geodesi dan Geomatika 2016
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Dalam penginderaan jauh sistem foto udara memanfaatkan beberapa teknik stereoskopis. Dalam mendapatkan informasi turunannya dari serangkaian data foto udara seperti jarak, ketinggian, volume dan lain-lain maka dibutuhkan alat bantu yaitu stereoscope cermin. Alat ini dapat berfungsi sebagai alat yang mampu menghasilkan pandangan stereoskopis pada foto udara yang bertampalan. Pandangan tiga dimensi dari hasil pengamatan stereoskopis ini muncul dalam otak sebagai akibat adanya perpaduan dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda. Masingmasing mata pengamat (observer) akan mendapatkan informasi dari gambar yang berada dibawahnya. Informasi dari kedua gambar tersebut diterima oleh otak manusia dan diterjemahkan sebagai gambar yang tiga dimensi. I. 2 Tujuan Praktikum 1. Untuk menginterpretasikan objek-objek yang terdapat pada citra foto. 2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari stereoscope cermin. 3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk 3D dan jenis objeknya.
I.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu praktikum dilakukan secara bertahap yaitu untuk modul 2 A Rabu, 19 Oktober 2016, untuk modul 2 B pada Kamis 27 Oktober 2016 dan 9 November 2016. Semua praktikum dilakukan di Ruang rapat lantai 3 gedung.
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
II. 1 Dasar Teori
Stereoscope Cermin Stereoskop
cermin
adalah
stereoskop yang
digunakan
untuk
melihat
foto udarabertampalan (berukuran lebih besar daripada stereoskop saku). Bagian-bagian dari stereoskop cermin ini meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, dan lensa binokuler. Kelebihan dari stereoskop cerminini adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh. Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga tidak praktis (lebih sukar jika dibawa ke lapangan), harga relatif mahal, dan jika ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil daerah yang diamati.
Stereoskop cermin menggunakan paduan prisma dan cermin untuk memisahkan garis pengliatan dai tiap mata pengamat. Setereoskop cermin mempunyai jarak antara dua sayap cermin yang jauh lebih besar dari pada jarak pengamatan, sehingga pasangan foto udara yang berukuran 240 mm dapat diletakan untuk di amati tanpa saling menutupi. Untuk menghasilkan penbesaran hingga empat kali, dapat di gunakan binokuler pada lensa pengamatan tetapi cakupan daerah yang di amati menjadi berkurang. Dengan menggunakan stereoskop cermin yang tanpa atau dengan pembesaran kecil, penafsir dapat mengamati semua atau hampir semua bagian yang stereoskopik dari pasangan foto udara 24 mm, tanpa memindah foto udara atau stereoskopik. Stereoskop cermin pada umumnya dilengkapi dengan paralaks meter untuk pengukuran paralaks.
Citra Foto
citra adalah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan peranti pengindraan jauh. Citra dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Citra foto
Citra foto berupa lembaran-lembaran foro. Berdasarkan spectrum electromagnet yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi: a. Citra foto berdasarkan spectrum elektromagenetik yang digunakan Ketika memotret objek di permukaan bumi, seseorang bisa memiliki salah satu atau beberapa spectrum
elektromagnetik
berdasarkan
kepentingannya.
Untuk daerah tertutup awan, digunakan spectrum radar sistem aktif karena sinar radar dapat menembus awan. Jenis citra foto lainnya adalah sebagai berikut ini: a) Citra jenis pankromatik adalah citra foto dari udara yang menggunakan spectrum tampak mata. Foto udara ini sering disebut foto udara konvensional. b) Citra foto inframerah adalah citra foto udara yang menggunakan spectrum inframerah. c) Citra foto ultraviolet adalah citra foto udara yang menggunakan spectrum ultraviolet. d) Citra foro orthokromatik adalah citra foto udara yang menggunakan spectrum biru hingga ungu. b. Citra foto berdasarkan warna Citra foto dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan warnanya, yaitu: a) Citra foto hitam putih : warna foto hanya warna hitam dan putih. b) Citra foto berwarna : warna foto sesuai dengan spectrum yang digunakan sehingga dapat berwarna hijau, biru, ungu, merah, atau campuran dari jenis-jenis warna tersebut. c. Citra foto berdasarkan sumbu kamera
Alat pemotret atau sensor dapat diletakkan pada pesawat terbang, balon udara, atau satelit. Pada saat dilakukan pemotretan, tiba-tiba ada angin kencang sehingga badan pesawat goyang dan sumbu kamera tidak tegak lurus dengan permukaan bumi. Pada saat tidak ada angin, pemotretan dapat berjalan sempurna. Artinya, sumbu kamera tepat tegak lurus dengan permukaan bumi. Dengan demikian, citra foto berdasarkan sumbu kamera dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu foto udara tegak dan foto udara condong. Apabila cakrawala tampak dalam foto disebut foto udara condong tinggi dan apabila cakrawala tidak tampak disebut foto udara condong rendah. d. Citra foto berdasarkan jumlah kamera Pada pengindraan jauh, pemotretan suatu objek sering dilakukan dengan menggunakan beberapa kamera secara bersamaan. Ada juga pemotretan yang dilakukan dengan satu kamera, tetapi lensanya lebih dari satu. Cara pemotretan yang demikian menghasilkan foto udara jamak. Apabila menggunakan satu kamera yang berlensa tunggal disebut foto udara tunggal. Untuk memperoleh kajian yang akurat, diguakan kamera berlensa jamak, spekrrum yang digunakan beberapa jenis, seperti bank biru, ungu, ultraviolet, dan inframerah. Pemotretan dilakukan secara serentak. Foto udara yang dihasilkan dengan cara demikian disebut foto udara multispektural.
2) Citra non foto Citra nonfoto adalah citra yang dibuat dengan menggunakan sensor elektronik. Spectrum elektromagnetik yang diterima oleh sensor, kemudian direkam pada pita magnetik. Wujud pita ini seperti pita video tape. Cara perekamannya, menggunakan sistem scanning sehingga sensor ini juga disebut scanner. Sinyal elektronik yang terekam dapat divisualisasikan pada layar komputer. Dari layar komputer, citra dapat diolah menjadi foto atau bentuk lainnya. Citra nonfoto dapat dibedakan menjadi citra inframerah termal, citra microwave, citra radar, dan citra satelit. a. Citra inframerah termal
Citra inframerah termal yaitu citra nonfoto yang dibuat dengan menggunakan spectrum inframerah termal. Pemanfaatan spectrum itu didasarkan atas beda temperature tiap objek yang dipantulkan ke kamera atau sensor. b. Citra microwave dan citra radar Citra microwave dan citra radar adalah citra nonfoto yang dibuat dengan menggunakan spectrum microwave atau radar. Citra microwave menggunakan sumber energy buatan (sistem aktif). c. Citra satelit Citra satelit adalah citra nonfoto yang dibuat oleh sensor dari satelit yang mengorbit atau mengitari bumi. II.2 Langkah pengerjaan
Untuk modul 2 A langkah-langkah pengerjaannya sebagai berikut : 1. Pertama persiapkan stereoscope cermin terlebih dahulu, selanjutnya 2. Pasang bagian-bagian dari stereoscope cerminnya sesuai dengan bagiannya. 3. Setelah selesai memasang, maka akan diperkenalkan bagian-bagian dari stereoscope cerminnya. 4. Dari penjelasan asisten tersebut, praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dari stereoscope cerminnya. 5. Maka setelah selesai mengetahui bagian-bagian dari stereoscope cerminnya, berikutnya 6. Kita belajar untuk melihat 3D dengan alat ini menggunakan citra foto yang diberikan. 7. Dalam 2 citra foto tersebut, praktikum akan mencari objek yang akan ditampalkan sehingga muncul bentuk 3D nya. 8. Didalam buku interpretasi fotonya diketahui bahwa dalam citra foto ada beberapa objek yang diketahui dengan diberikan info ciri-ciri dari objek tersebut. 9. Selanjutnya setelah selesai, rapikan alat dan kembalikan pada tempatnya.
Untuk modul 2 B langkah-langkah pengerjaannya sebagai berikut : 1. Pertama persiapkan stereoscope cermin terlebih dahulu.
2. Selanjutnya adalah pasang bagian-bagian alat secara benar. 3. Lakukan interpretasi objek 3D dengan menggunakan citra foto yang diberikan. 4. Tulis dan catat objek apa yang diinterpretasikan dengan menggunakan stereoscope cermin. 5. Lakukan hal yang sama terhadap 3 pasang citra foto yang diberikan. 6. Setelah selesai melakuan hal ini, maka berikutnya adalah merapikan alat dan mengembalikan ke tempat nya.
II.3 Pengolahan Data
Latihan 3 no 1 Daerah : Akaike Kyusu, Japan Skala : 1: 5000
1. Identifikasi detail objek/ situasi a. Jalan b. Sungai c. Jalur kereta api d. Waduk e. Bendungan f. Terasering g. Gedung h. – i. Perumahan diatas bukit j. Jalan perumahan k. Punggung bukit l. Jembatan m. Jalur perubahan kereta api n. Jalan penyebrangan jalan o. Bukit berbintik-bintik p. Hutan q. Pabrik/lumbung padi
r. Bukit 2. Terdapat pertigaan jalan 3. Jalur kereta api 4. Jalur perubahan kereta api (M) sedangkan (N) jalur penyebrangan yang biasanya ada palang kereta api.
Latihan 3 no 2 Daerah : Netherlands Skala : 1: 10.000
1. Identifikasi detail / objek pada : a. Sungai / batas kota b. Jalur kereta api c. Jalan d. Jembatan jalan raya e. Jembatan jalur kereta f. Jalan g. Gedung bertingkat h. Kanal i. – j. Anak sungai / irigasi k. Bangunan l. Gedung m. Stasiun n. Lahan o. Pepohonan p. Lapangan q. Kubangan sawah 2. Perhatikan saja. 3. A itu merupakan batas kota yang dibatasi oleh sungai. Sedangkan J kiri dan kanan sawah sehingga merupakan anak sungai/ irigasi.
4. Tidak, karena tidak menemukan bayangan didalam interpretasi.
Latihan 3 no 3 Daerah : Suriname Skala : 1: 20.000
1. Identifikasi detail/objek pada : a. Sungai besar b. Sungai kecil c. Gundukan d. Hutan e. Kebun f. Petak sawah g. Pohon h. Bukit i. – j. Kolam k. Rel kereta api 2. Disekitar bagian atas symbol F dan dibawah symbol B 3. Karakteristik hutan dan mencerminkan daerah tropis dan mempunyai pohon-pohon yang lebat dan besar-besar.
Latihan 3 no 4 Daerah : Pasifik Skala : 1: 20.000
1. Identifikasi detail/objek pada : a. Sungai b. Bangunan
c. Tebing pantai d. Jalan e. Lahan kosong f. Laut dangkal/pantai g. Helipad h. Lapangan i. – j. Pohon k. Pepohonan hutan
2. Skala 1 : 100.000 = garis pantai, pepohonan hutan. Skala 1: 10.000 = helipad, tebing pantai. 3. Di sekitaran J adalah ruang kosong antara pohon satu dengan pohon yang lainnya.
II.4 Analisis Dalam penginterpretasikan citra foto didapatkan bahwa dalam melihat 3D dan menganalisa apa jenis objek yang kita lihat itu cukup sulit, membutuhkan kecermatan mata dan ketelitian objek mana yang diminta sesuai di citra foto. Selain itu, factor sulit nya dalam interpretasi foto yaitu alat stereoscope cermin yang terkadang sudah tidak baik, arti baik disini bukan rusak tetapi sudah tidak dapat memperlihatkan penampakan 3D yang jelas dan terang.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
1. Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dari stereoscope cermin. 2. Praktikan dapat melakukan interpretasi citra foto dengan baik. 3. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk 3D dan jenis objeknya.
IV.2 Saran
Untuk praktikan berikutnya dalam interpretasi foto sebaiknya melakukannya dengan cermat dan teliti, selain itu pilih alat stereoscope cermin yang masih dalam kondisi yang baik. Hal ini untuk mendapatkan 3D yng baik agar dalam penginterpretasikannya tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA https://belajargeomatika.wordpress.com/2011/04/30/interpretasi-foto-udara-dengan-stereoskop/ diakses tanggal 14 November 2016 pukul 20.11