LAPORAN PENDAHULUAN VETRIKTOMI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh : Ainun Zikriyah NPM. 1614901210722
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN VITREKTOMI
A. Konsep Dasar 1. Pengertian
Vitrektromi adalah prosedur operasi mata untuk mengeluarkan cairan seperti jeli dari rongga mata, yang dikenal dengan istilah humor vitreous. Ini dilakukan untuk mengobati beberapa kondisi mata yang serius dan memulihkan penglihatan. Vitreous gel atau humor vitreous sebagian besarnya terdiri dari air. Selain itu juga mengandung sejumlah kecil asam hialuronat, zat yang bertindak sebagai pelumas, dan berbagai jenis protein. Munculnya cairan seperti jeli ini di rongga mata karena adanya fibril kolagen halus yang memberikan membentuk dan kepadatan. Vitreous, yang berkontribusi pada bentuk bola mata, terletak antara lensa dan retina mata, yang menjadi pendukung dan bantal untuk bagian-bagian mata. 2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan vitrektomi. 2.2. Tujuan Khusus a.
Mahasiswa mampu memahami definisi dari vitrektomi
b.
Mahasiswa mampu memahami tujuan dari vitrektomi
c.
Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari vitrektomi
d.
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari vitrektomi
e.
Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari vitrektomi
f.
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari vitrektomi , meliputi : Pengkajian, Diagnosa keperawatan. Perencananaan Intervensi Keperawatan
3. Indikasi dan Kontraindikasi
3.1. Indikasi 3.1.1 Ablasio retina (retinal detachment). Ablasio retina umumnya disebabkan oleh robekan pada retina akibat: faktor bawaan, benturan, dan lain lain. Ablasio retina dapat menyebabkan kebutaan apabila retina tidak dilekatkan kembali dalam waktu relatif singkat. 3.1.2 Mengkerutnya makula (macular pucker). Makula adalah bagian retina yang digunakan untuk membaca dan penglihatan halus. Pada penderita macular pucker, tumbuh jaringan ikat pada permukaan makula yang menyebabkan pengkerutan makula. Akibatnya penglihatan mengalami distorsi sehingga garis lurus akan tampak berkelok-kelok. 3.1.3 Retinopati diabetik (diabetic retinopathy) adalah penyakit retina akibat diabetes mellitus atau kencing manis. Pada fase awal, retinopati diabetik dapat diatasi dengan laser saja. Pada kasus lanjut, kadang-kadang perlu dilakukan operasi vitrektomi untuk membersihkan vitreus yang keruh akibat perdarahan, dan untuk mengupas jaringan ikat pada permukaan retina. 3.1.4 Infeksi bola mata (endophthalmitis). Infeksibakteri yang masuk kedalam rongga bola mata sangat berbahaya bagi penglihatan dan memerlukan penanganan cepat. Pada kasus yang berat mungkin diperlukan operasi vitrektomi untuk mengeluarkan vitreus yang terinfeksi dan untuk menyuntikkan antibiotika kedalam bola mata. 3.1.5
Trauma mata (benturan atau luka pada bola mata). Pada kasus trauma mata dimana terjadi perdarahan vitreus atau ablasio retina mungkin diperlukan operasi vitrektomi untuk membersihkan darah dan melekatkan kembali retina. Bila ada benda asing yang masuk kedalam rongga bola mata, umumnya disepakati bahwa perlu dikeluarkan dengan operasi vitrektomi.
3.2.
Komplikasi Vitrektomi seperti prosedur bedah lainnya, membawa beberapa risiko dan komplikasi. Di antaranya: 3.2.1 3.2.2 3.2.3
Reaksi yang merugikan dari obat bius Perdarahan retina atau vitreous Lepasnya retina, yang dapat menyebabkan masalah penglihatan serius 3.2.4 Peningkatan tekanan intraokular untuk pasien dengan glaukoma, yang dapat memperburuk kondisi mata 3.2.5 Endophthalmitis atau infeksi di dalam mata 3.2.6 Katarak, yang bisa terjadi sebagai komplikasi pasca-bedah
5.
Penatalaksanaan Medis 1) Terapi Konservatif a)
Farmakoterapi
b) Non Farmakoterapi
(1) Berikan lingkungan yang nyaman (2) Ganti balutan setiap hari (3) Ajarkan teknik relaksasi ( napas dalam ) apabila terasa nyeri pada bagian mata (4) Berikan posisi tubuh yang nyaman
2) Terapi Operatif
6.
Pencegahan dan Deteksi Dini
a. Faktor-faktor resiko b. Pemerikasaan mata c. Pemeriksaan klinik d. Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.
7.
Pathway FAM
Pre
Akan dilakukan tindakan operasi
Gelisah
Kurang terpapar informasi
Kurang informasi
Defisiensi pengetahuan
Ansietas
Intra Pembiusan
Kesadaran di turunkan
Salah posisi
Resiko cidera
Penurunan fungsi otot pernapasan
Penurunan tekanan inspiraso dan ekspirasi
Post
Pembedahan
Insisi
Terputusnya mobilitas jaringan pembuluh darah
Resiko perdarahan
Syok hipovolemik
Hb ↓
Suplai O2 ↓ Pola nafas tidak efektif
Sianosis
Gangguan perfusi jaringan
Insisi bedah
Lingkungan yang dingin
Hipotermi
Terputusnya jaringan
Merangsang area sensorik
Nyeri
B. Gambar
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
Asuhan keperawatan perioperatif terdiri dari 3 tahap yaitu mempunyai pra, intra dan pasca operative, dimana perawat mempunyai peran integral dalam rencana asuhan kolaboratif dengan pembedahan. a) Perawatan Preoperatif Perawatan preoperatif meliputi :
Kelengkapan rekam medis dan status
Memeriksa kembali persiapan pasien
Informed concent
Menilai keadaan umum dan TTV
Memastikan pasien dalam keadaan puasa Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi
berbagai
pemeriksaan
diagnostik,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mengambarkan kebutuhan klien dan keluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk pembedahan. b) Perawatan Intraoperatif Perawatan intraoperatif meliputi :
Melaksanakan orientasi pada pasien
Melakukan fiksasi
Mengatur posisi pasien
Menyiapkan bahan dan alat
Drapping
Membantu melaksanakan tindakan pembedahan
Memeriksa persiapan instrument Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama pembedahan berlangsung,yaitu perawat sebagai instrumentator atau perawat sirkulator. Perawat instrumentator memberi bahan bahan yang dibutuhkan selama pembedahan berlangsung dengan
menggunakan teknik aseptic pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan instrumen pembedahan.Sedangkan perawat sirkulator adalah asisten instrumentator atau dokter bedah. c) Perawatan Post Operasi Pada fase postoperasi setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi komplek akibat fisiologis yang mungkin terjadi.klien yang mendapat anastesi umum cenderung mendapat komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang mendapat anastesi lokal. Perawatan post operative meliputi :
Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi kepala.
Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu dengan perawat anastesi
Mengukur dan mencatat produksi urine
Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
Mengukur TTV setiap 15 menit sekali
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif,
dan post operatif antara lain :
a. Pre Operasi :
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi
b. Intra Operasi :
Resiko
tinggi
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
kehilangan lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan intra okuler. c. Post Operasi :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi Tujuan
: Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi
Kriteria Hasil :
Pasien tidak cemas
Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan
INTERVENSI Bantu
pasien
RASIONAL
mengekspresikan
Ansietas
berkelanjutan
perasaan marah kehilangan dan memberikan dampak serangan takut
jantung
Kaji tanda – tanda ansietas verbal Reaksi verbal / non verbal dapat dan non verbal
menujukan rasa agitasi, marah dan gelisah
Jelaskan
tentang
prosedur
pembedahan sesuai jenis operasi
Pasien dapat beradaptasi dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya
dan
akan
merasa
nyaman Beri dukungan pra bedah
Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan
pasien terhadap pembedahan. Hindari konfrontasi
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah,
kerjasama
dan
menurunkan mungkin
memperlambat penyembuhan Orientasikan
pasien
terhadap
Orientasi
dapat
menurunkan
prosedur rutin dan aktifitas yang kecemasan diharapkan Berikan kesempatan kepada pasien
Dapat
untuk
ketegangan
mengungkapkan
kecemasannya
menghilangkan
kekewatiran
terhadap yang
tidak
di
ekspresikan Berikan
privasi
untuk
pasien
dengan orang terdekat
Kehadiran keluarga dan teman – teman yang dipilih pasien untuk menemani aktivitas pengalihan akan
menurunkan
perasaaan
terisolasi Kolaborasi pemberian anti cemas
Meningkatkan
relaksasi
sesuai indikasi seperti diazepam
menurunkan kecemasan
dan
b. Intra Operasi Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan
lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan intra okuler. (1) Tujuan : Tidak terjadinya cedera selama pembedahan Kriteria hasil :
Tidak terjadinya cedera sekunder akibat pengaturan posisi bedah
Tidak adanya cedera akibat pemasangan alat – alat penunjang pembedahan
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien dan
Untuk mencegah kesalahan
jadwal prosedur operasi sesuai
pasien dan kesalahan dalam
dengan jadwal
prosedur operasi
Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi,
Menghindari cedera akibat
kontak lensa, perhiasan sesuai
penggunaan alat – alat penunjang
dengan protokol operasi
operasi
Pastikan brangkar ataupun meja
Untuk mencegah pasien jatuh
operasi terkunci pada waktu
sehingga menimbulkan cedera
memindahkan pasien Pastikan penggunaan sabuk
Untuk menghindari pergerakan
pengaman pada saat operasi
dari pasien pada saat operasi dan
berlangsung
menghindari pasien jatuh
Persiapkan bantal dan peralatan
Untuk menghindari cedera akibat
pengaman untuk pengaturan
penekanan pada posisi operasi
posisi pasien
pasien yang lama
Pastikan keamanan elektrikal
Mencegah cedera pada daerah
selama selama pembedahan
sekitarnya yang tidak mengalami proses pembedahan
Letakan plate diatermi sesuai
Jika tidak diletak dengan benar
dengan prosedur
dapat menimbulkan cedera pada daerah sekitar penempatan diatermi plate dan mengganggu kelancaran operasi
Pastikan untuk mencatat jumlah
Untuk mencegah tertinggalnya
pemakaian kasa, instrument,
alat atau bahan habis pakai dalam
jarum dan pisau operasi
anggota tubuh pasien yang dioperasi
(2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret efek sekunder anastesi. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pola nafas normal Kriteria Hasil:
TTV dalam batas normal: -
TD: 120/ 0 mmHg
- ND: 60-100x/ menit
-
RR: 18-24 x/ menit
-
Spo2 95-100%
Tidak ada sisa secret yang menghalangi saluran nafas. INTERVENSI
RASIONAL
Pertahankan jalan nafas
Membuka jalan udara pasien
pasien dengan memiringkan
untuk memudahkan pasien
kepala
saat proses oksigenasi
Lakukan hiperekstensi
Membuka jalan udara pasien
rahang
untuk memudahkan pasien saat proses oksigenasi
Cek aukultasi suara nafas
Memantau kelancaran jalan napas dan pernapasan
Pantau TTV
Mengetahui kondisi umum pasien,
Lakukan sucton bila perlu
Mencegah penumpukan secret/darah yang menutupi/menghalangi jalan nafas
Pemberian oksigen sesuai
Untuk mempertahankan
kebutuhan
PaO2>60 dan SaO2 >90% dan mencegah serta mengatasi hypoxia pada jaringan
c. Post Operasi
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan tidak terjadi infeksi Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi terlihat
INTERVENSI
RASIONAL
Cuci tangan sebelum dan
Untuk mempertahankan tehnik
sesudah tindakan keperawatan
septikaseptik pada saat tindakan keperawatan.
Monitor tanda dan gejala infeksi
Untuk mengetahui sedini
sistemik dan lokal
mungkin apabila terjadi infeksi
Berikan terapi antibiotic bila
Untuk mencegah terjadinya
perlu
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif : Konsep Proses
Dan Aplikasi Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Medika
Brunner And Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1. Jakarta : ECG Barbara J. Gruendenmann. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif Vol. 2. Jakarta : EGC Nanda. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional jilid II . Jakarta: EGC Taufan, N. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Bedah Dan Penyakit Dalam. Nuha Medika: Yogyakart
Banjarmasin, November 2017 Preseptor Akademik
Preseptor Klinik
(..........................................)
(...............................................)